DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan.......................................................................................................................................2
USULAN BAB II ISI............................................................................................................................................3
A. Tema..........................................................................................................................................................3
B. Macam – Macam Kegiatan......................................................................................................................3
ii
C. Peserta.......................................................................................................................................................3
D. Peralatan yang dibutuhkan......................................................................................................................3
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................................................................3
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................................4
Kesimpulan :.....................................................................................................................................................4
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentas musik dan seni ini dilaksanakan untuk ujian praktek salah satu siswa kelas
XII SMAN 1 Kerambitan. Kegiatan ini merupakan salah satu kewajiban siswa untuk
menampilkan karya. Selain Dengan adanya kegiatan ini siswa juga diharapkan dapat
menghargai seni dan budaya.
I Wayan Lotring adalah maestro gamelan palegongan. Ia lahir di Banjar Tegal, Kuta,
Bali, 1887. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah gending palegongan Layar
Samah. Sekitar tahun 1906, Lotring belajar tari Nandir di Puri Blahbatuh. Nandir ini
kemudian berkembang menjadi Legong. Ia mendirikan sekaa (kelompok) palegongan di
Kuta. Kelompok ini melahirkan penari generasi pertama, seperti Ni Numbreg, Ni Wayan
Dasni, dan Ni Wayan Kinceg. Kinceg kemudian menjadi istri Lotring dan dikarunia
anak tunggal, Ni Wayan Noni.
Sekaa palegongan pimpinan Lotring ini sempat diundang pentas ke Keraton Solo
(1926). Dari sinilah muncul istilah Legong Keraton. Di Solo ia sempat mengajarkan
gending Goak Macok. Namun ia sendiri terinspirasi dengan gaya menabuh orang Jawa.
Ia kemudian menciptakan Gonteng Jawa/Solo.
Setelah sekaa palegongan Kuta bubar pada tahun 1929, Lotring sangat sibuk
mengajar tari dan tabuh di berbagai kawasan di Bali, seperti Badung, Gianyar, Tabanan,
Karangasem, hingga Buleleng. Untuk itu, ia terpaksa menginap berhari- hari, berbulan-
bulan, dan pergi-pulang menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilometer dengan
berjalan kaki. Ia tak Cuma melatih palegongan, tapi juga angklung, gender wayang, tari
joged, gandrung, hingga kekebyaran. Tak hanya seni tabuh dan tari, Lotring juga jago
menembangkan kidung dan kakawin.
Pada tahun 1930-an, Lotring bertemu dan berkawan akrab dengan Collin McPhee,
seorang komposer, pianis, dan penulis berkebangsaan Kanada, yang banyak meneliti
tentang gamelan Bali. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait
komposisi musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.
1
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini yaitu :
1. Mempererat tali silaturahmi antar siswa.
2. Meningkatkan kreatifitas siswa.
3. Memupuk semangat antar siswa.
4. Sebagai sarana hiburan bagi warga sekolah.
2
USULAN BAB II ISI
A. Tema
Dalam kegiata ujian praktek seni musik ini, tema yang akan diangkat adalah
“Tabuh Jagul Lotring”.
C. Peserta
Peserta yang mengikuti pentas ini terdiri dari luar sekolah dan dalam sekolah
3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
Karya-karya gending maestro Lotring, disajikan dalam bentuk rekonstruksi.
Meski demikian, roh gending Lotring masih terasa kental, sehingga penonton khususnya
yang gemar mendengarkan gending- gending pelegongan merasa terpesona yang
membawa mereka melayang ke tahun 1915-an. Satu- persatu gending itu dipersmbahkan
dengan permainan dan teknik menabuh yang tinggi. Maka, sekecil apapun yang ada dari
gending Lotring, rasanya tidak ada yang tertinggal. Semuanya hampir sempurna, maka
itu semua yang menyaksikan merasa senang.