Anda di halaman 1dari 2

LULUSAN SMK MENJADI PENYUMBANG

PENGANGGURAN TERTINGGI DI INDONESIA?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sebanyak 7,99 juta pengangguran di Indonesia.
Jumlah itu mencapai 5,83 persen dari usia penduduk kerja per akhir Februari 2023.

Berdasarkan data BPS yang dirilis dari jumlah tersebut, pengangguran terbanyak dari lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pengangguran dari lulusan SMK tercatat sebanyak 9,60 persen per Februari 2023. Jumlah ini
turun signifikan dibandingkan data Februari 2022 yang sebesar 10,38 persen dan 2021
sebesar 11,45 persen.

"Pada Februari 2023, TPT (tingkat pengangguran terbuka) tamatan SMK masih merupakan
yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 9,60
persen," tulis BPS.
Dari data tersebut kita bertanya-tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi?. Sebelum tahu
Jawabanya marilah kita memahami sejenak apa itu SMK. Menurut idtesis.com Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan yang orientasinya memberi
bekal siswa untuk memasuki lapangan kerja tingkat menengah dan melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang sesuai dengan kekhususannya (kejuruannya).

SMK memiliki berbagai macam fokus jurusan seperti Multimedia, Animasi, Administrasi,
Akuntansi, Farmasi, Pariwisata, Pelayaran, Teknik Mesin, Tata Boga, Elektro dan
sebagainya.

Lho lhoo… padahal siswa di SMK disiapkan untuk memasuki lapangan kerja, tapi mengapa
menjadi penyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia? kita pun bertanya-tanya lagi.
Nahh, untuk mengatasi rasa penasaran marilah kita dengarkan penjelasan dari peneliti senior
Lembaga demografi FEB UI, Ibu Dwini Handayani. Dalam wawancara nya di CNBC
Indonesia beliau mengungkapkan ada berbagai faktor yang menyebabkan lulusan SMK
menjadi penyumbang pengangguran terbesar.

Faktor pertama ialah proses dari job search itu sendiri memerlukan waktu yang lama dalam
mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan juga para lulusan SMK masih memilih-
milih gaji yang sesuai

Faktor kedua adalah ketidaksesuaian antara jurusan dan lowongan yang ada, artinya SMK
yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan juga dunia Industri.

Faktor ketiga teknologi yang digunakan di SMK cukup tertinggal tidak match denga apa yang
diperlukan di dunia usaha dan dunia industri

Faktor terakhir ialah prsepsi SMK yang belum sesuai harapan, pada masa lalu terdapat
stigma yang menyebutkan siswa yang masuk SMK tidak sepintar siswa yang masuk SMA
dan akan meneruskkan pendidikannya ke kuliah.

“SMK semestinya di didik untuk siap bekerja, namun karena 4 faktor tadi penyerapan SMK
di dunia kerja berkurang.” Ujar Ibu Dwini Handayani.

Setelah mendengar penjelasan tadi rasa penasaran teman-teman sudah terobati belum?

Untuk teman teman yang sedang menempuh pendidikan SMK jangan khawatir, kita dapat
mengambil sisi positif kok dari penjelasan diatas. Perlu diingat tidak semua lulusan SMK
akan menjadi pengangguran, yang paling terpenting kita harus terus meningkatkan kualitas
diri, skil kita agar kita dapat terserap ke dunia kerja.

Oleh : Nabil Fadelia Gaza


XI-Ekonomi E

Anda mungkin juga menyukai