Anda di halaman 1dari 18

Analisis Literasi Kesehatan Media

Dosen Pengampu : Dra. Siti Maryam, M.Si

Disusun Oleh :

VIKY VIOLIN
2110411243

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya akses publik terhadap media massa, khususnya melalui internet
dan media sosial, telah mengubah cara penyampaian dan penerimaan informasi
terutama terkait dengan bidang kesehatan. Ketika ledakan informasi terus berlanjut,
maka perhatian terhadap literasi kesehatan menjadi semakin penting. Literasi kesehatan
adalah kemampuan untuk memperoleh, membaca, memahami, dan menggunakan
informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dan mengikuti
instruksi untuk mengelola dan memelihara kesehatan. Ada banyak definisi mengenai
literasi kesehatan. Salah satu alasannya adalah bahwa literasi kesehatan mencakup
situasi (atau lingkungan) di mana persyaratan literasi kesehatan ditetapkan mengenai
penyediaan layanan kesehatan melalui internet atau fasilitas kebugaran (Muhamad et
al., n.d.). Literasi kesehatan adalah kunci untuk memungkinkan individu membuat
keputusan yang sehat dan tepat.
Dalam konteks global, literasi kesehatan telah menjadi topik yang semakin
penting di media. Masyarakat dihadapkan pada banyak sekali informasi kesehatan
melalui berbagai media, namun tidak semua informasi tersebut dapat diandalkan atau
bermanfaat. Selain itu, banyak informasi yang tersedia mungkin sulit untuk dipahami
atau disajikan dengan cara yang menyesatkan, sehingga berpotensi menimbulkan
kebingungan dan pengambilan keputusan terkait kesehatan yang buruk. Literasi
kesehatan yang tidak memadai dikaitkan dengan kesalahpahaman informasi tertulis dan
komunikasi yang bermasalah dengan profesional kesehatan (Brooks et al, 2020).
Masyarakat dengan kemampuan baca tulis yang rendah cenderung tidak tepat
mengambil keputusan terkait kesehatan, termasuk memburuknya perilaku yang
merugikan kesehatan, meningkatnya biaya pengobatan, dan memburuknya kondisi
kesehatan (Jurnal Kesehatan Masyarakat et al., 2022).
Dalam kesehatan masyarakat, literasi kesehatan dianggap sebagai aset yang
dapat mengurangi kesenjangan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Maka dari itu sangat penting untuk memperhatikan literasi kesehatan di media.
Masyarakat perlu mengembangkan keterampilan untuk menafsirkan informasi
kesehatan di media sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
kesehatan mereka sendiri dan keluarga mereka. Literasi kesehatan tidak hanya mengacu
pada pemahaman informasi kesehatan, tetapi juga kemampuan kritis untuk
mengevaluasi kebenaran, relevansi, dan keakuratan informasi yang diterima. Media
massa juga mempunyai tanggung jawab besar untuk menyampaikan informasi
kesehatan kepada masyarakat secara akurat, berimbang, dan mudah dipahami. Melalui
kolaborasi yang kuat, literasi kesehatan di media akan meningkat, sehingga masyarakat
dapat menjadi konsumen informasi yang bijak dan mengelola kesehatan mereka dengan
lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


● Apa itu Literasi kesehatan media?
● Cara konten media mempengaruhi literasi kesehatan masyarakat?
● Faktor apa saja yang mempengaruhi literasi kesehatan masyarakat ketika
mengakses informasi kesehatan di media?
● Bagaimana dampak dari rendahnya literasi kesehatan terhadap keputusan dan
perilaku kesehatan masyarakat?
● Bagaimana strategi atau solusi yang efektif dalam meningkatkan literasi
kesehatan media di kalangan masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


● Mendefinisikan Literasi kesehatan di media.
● Analisis dampak konten media terhadap literasi kesehatan masyarakat.
● Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman dan penilaian
masyarakat terhadap informasi kesehatan di media.
● Memahami dampak rendahnya literasi kesehatan terhadap keputusan kesehatan
dan perilaku kesehatan masyarakat.
● Mengeksplorasi berbagai strategi dan solusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan literasi kesehatan media di kalangan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian


● Memberikan pemahaman lebih dalam mengenai konsep literasi kesehatan di
media dan dampak konten media terhadap literasi kesehatan masyarakat.
● Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan
masyarakat dalam mengakses informasi kesehatan di media sehingga dapat
dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan literasi kesehatan.
● Memberikan wawasan tentang dampak rendahnya literasi kesehatan terhadap
pengambilan keputusan dan perilaku kesehatan masyarakat untuk membantu
mengembangkan intervensi dan kebijakan yang tepat.
● Meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat dan mengurangi penyebaran
disinformasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Literasi kesehatan dalam media


Istilah literasi kesehatan di media mencakup kemampuan membaca,
menafsirkan, dan mengkritik informasi kesehatan yang disebarluaskan melalui media
massa. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengkategorikan informasi kesehatan
yang akurat dan relevan dari berbagai sumber yang tersedia. Literasi kesehatan
merupakan kemampuan individu untuk memperoleh, mengolah, dan memahami
informasi kesehatan dasar serta kebutuhan layanan yang diperlukan untuk mengambil
keputusan kesehatan yang tepat (Zoellner, etal, 2011) (Anisah et al., n.d.). Indikasi
tingkat literasi kesehatan yang unggul menandakan kemampuan seseorang dalam
menemukan, menganalisis, dan menggunakan informasi kesehatan untuk kepentingan
pribadi. Sementara itu, individu dengan tingkat literasi kesehatan yang kurang
cenderung berisiko mengalami masalah kesehatan lebih serius.
Dalam konteks literasi kesehatan media, individu harus mampu menilai
kebenaran, relevansi, dan keakuratan informasi kesehatan yang disampaikan melalui
media. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi sumber informasi yang
dapat dipercaya, memahami terminologi yang digunakan dalam konten kesehatan, dan
membedakan antara fakta, opini, dan propaganda. Salah satu fungsi penting dari literasi
kesehatan, yaitu kemampuan komunikatif, tercermin dalam akses masyarakat terhadap
informasi kesehatan melalui media massa. Melalui media tersebut, berbagai topik
kesehatan disajikan dengan tujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat yang
seringkali mengabaikan kesehatan mereka (Rama Selvia et al., n.d.). Mendorong literasi
kesehatan melalui media massa melibatkan lebih dari sekadar penyampaian informasi
kesehatan; ini juga mencakup pengajuan pertanyaan dan penerimaan tanggapan dari
masyarakat terkait informasi yang disampaikan. Praktik ini mencerminkan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap informasi yang mereka terima. Mengajak partisipasi
masyarakat dalam menyampaikan informasi kesehatan juga dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam mengenali masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Literasi kesehatan media juga mencakup kemampuan untuk menggunakan
informasi kesehatan secara efektif untuk membuat keputusan kesehatan pribadi dan
keluarga. Hal ini meliputi kemampuan untuk memahami risiko dan manfaat dari
berbagai prosedur medis dan kemampuan untuk mengevaluasi berbagai pilihan medis
yang tersedia. Dapat disimpulkan bahwa literasi kesehatan media berperan penting
dalam membentuk pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan yang
disampaikan melalui media massa. Kemampuan individu untuk membaca,
menafsirkan, dan mengkritik informasi kesehatan merupakan komponen penting dari
literasi kesehatan media.
Pentingnya literasi kesehatan media terletak pada kemampuan individu untuk
mengevaluasi kebenaran, relevansi, dan keakuratan informasi kesehatan yang mereka
terima melalui media dan untuk secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk
membuat keputusan kesehatan pribadi dan keluarga. Literasi kesehatan di media dapat
membantu masyarakat mengambil tindakan yang tepat untuk tetap sehat dan
merespons informasi kesehatan dengan lebih bijak.

2.2 Cara konten media mempengaruhi literasi kesehatan masyarakat


Pengaruh konten media terhadap literasi kesehatan masyarakat dapat dikaitkan
dengan beberapa konsep dan teori komunikasi terkait. Teori yang memungkinkan
dengan hal ini adalah Teori Uses and Gratifications, yang menekankan bahwa individu
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan tertentu seperti hiburan, informasi,
dan interaksi sosial. Teori ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1974 oleh Katz,
Blumler, dan Gurevitch yang menyatakan bahwa media massa mempunyai kekuasaan
untuk mengatur agenda dan menentukan isu mana yang dianggap penting oleh
masyarakat dengan memilih dan menentukan topik-topik tertentu dalam
pemberitaannya. Teori ini menekankan bahwa media massa tidak hanya memberikan
informasi kepada masyarakat, namun juga menyeleksi topik-topik yang dibicarakan
dan menentukan seberapa penting topik-topik tersebut dalam pikiran masyarakat
(Karunia H et al., 2021).
Teori Uses and Gratifications menunjukkan bahwa media massa dapat
mempengaruhi persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai isu-isu kesehatan
dengan menetapkan agenda atau menyoroti isu-isu terkait kesehatan tertentu. Konten
media, seperti berita, program televisi, dan media sosial, yang menyoroti atau meliput
isu-isu kesehatan tertentu secara luas akan mempengaruhi masyarakat untuk
memperhatikan isu-isu kesehatan tersebut dan menganggapnya penting. Misalnya,
pemberitaan media yang luas mengenai pentingnya vaksinasi untuk mencegah
penyebaran penyakit tertentu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan
meningkatkan kebutuhan akan informasi lebih lanjut mengenai vaksinasi. Oleh karena
itu, media massa memainkan peran penting dalam membentuk agenda publik dan
pengetahuan tentang isu-isu kesehatan tertentu.
Pengaruh Teori Uses and Gratifications sangatlah penting. Konten media yang
berfokus pada isu kesehatan tertentu dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman
masyarakat terhadap isu kesehatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa literasi
kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh informasi yang disampaikan
media, namun juga pilihan topik dan intensitas pemberitaan media terhadap topik
kesehatan tersebut. Oleh karena itu, teori penetapan agenda memberikan perspektif
kritis tentang bagaimana konten media mempengaruhi literasi kesehatan masyarakat
dengan menentukan agenda dan fokus perhatian masyarakat pada isu-isu kesehatan
tertentu. Pendekatan Teori Uses and Gratifications bersaing langsung untuk menarik
perhatian dan waktu penonton, yang sering kali terbagi dengan aktivitas lain di luar
paparan media. Persaingan antara media untuk menarik perhatian dan waktu penonton
merupakan elemen penting dalam memahami preferensi yang akhirnya mereka pilih.
Katz menekankan pentingnya mempelajari segala aspek pemilihan media, karena
pemahaman ini esensial untuk kemajuan seluruh bidang komunikasi (Agustini, 2021).
Melalui cara redaksi memilih topik, untuk diberitakan dan cara mereka
memberitakannya, media massa mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
literasi kesehatan masyarakat. Konten media, baik berupa artikel berita, program
televisi, atau postingan media sosial, tidak hanya memberikan informasi kesehatan
tetapi juga dapat mempengaruhi persepsi, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap
topik kesehatan tertentu. Selain itu, dengan menghadirkan beragam perspektif dari
berbagai sumber dan pakar, media dapat membantu meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai kompleksitas permasalahan kesehatan dan membantu mereka
mengambil keputusan yang lebih tepat. Namun, konten media juga dapat berdampak
pada literasi kesehatan masyarakat dengan memperkuat stereotip dan prasangka terkait
kondisi kesehatan tertentu atau menyebarkan informasi yang tidak akurat atau
menyesatkan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan keterampilan untuk
mengevaluasi informasi kesehatan yang khalayak terima dari berbagai sumber media,
sebab pengaruh konten media terhadap literasi kesehatan masyarakat berdampak
signifikan terhadap pembentukan pemahaman, sikap, dan perilaku kesehatan
masyarakat.
2.3 Faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan masyarakat ketika mengakses
informasi kesehatan di media
Literasi kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor kompleks dalam
mengakses informasi kesehatan di media. Pertama, faktor usia memiliki dampak yang
signifikan. Generasi muda sering kali mahir menggunakan teknologi modern dan media
sosial, yang merupakan sumber informasi utama bagi banyak orang. Mereka cenderung
lebih aktif mencari informasi kesehatan melalui platform online seperti situs
kesehatan, forum diskusi, dan media sosial. Dengan adanya media baru yang
memberikan kemudahan dalam mengakses informasi, generasi muda kini dapat
mengakses berbagai informasi kesehatan dengan cepat dan mudah. Sebaliknya,
masyarakat lanjut usia lebih cenderung mengandalkan sumber informasi tradisional
seperti televisi, radio, dan surat kabar. Mereka mungkin kurang berpartisipasi dalam
platform media sosial dan bergantung pada sumber informasi yang familiar dan
terpercaya. Oleh karena itu, literasi kesehatan mereka mungkin dipengaruhi oleh jenis
media yang mereka gunakan dan informasi kesehatan yang tersedia di sana.
Tingkat pendidikan juga merupakan komponen penting dari literasi kesehatan
masyarakat. Pendidikan memainkan peran penting dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan. Melalui pendidikan, seseorang dapat
dipengaruhi dalam preferensi, perilaku, dan gaya hidup mereka, yang pada gilirannya
berdampak pada kesehatan mereka (Surya & Yogyakarta, 2019). Individu dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam membaca, menulis, dan memahami informasi. Mereka cenderung dapat
mengevaluasi dengan lebih baik kebenaran dan relevansi informasi kesehatan yang
mereka temui di media. Selain itu, mereka biasanya memiliki pengetahuan yang lebih
luas tentang topik kesehatan dan dapat menggunakan informasi tersebut untuk
membuat keputusan yang tepat. Pendidikan juga dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk terus meningkatkan atau memperbarui pengetahuan kesehatan mereka
melalui pembelajaran yang berkelanjutan. Literasi kesehatan saat ini dipengaruhi oleh
proses belajar individu sejak usia dini, dengan peluang untuk meningkatkan literasi
kesehatan yang ada pada tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga
perguruan tinggi.
Jenis pekerjaan juga dapat mempengaruhi literasi kesehatan. Individu yang
bekerja di bidang kesehatan dan sains tentu lebih berpengetahuan tentang kesehatan
dan mungkin lebih mampu mengevaluasi informasi kesehatan. Setidaknya mereka
memiliki akses besar ke sumber informasi kesehatan yang lebih terpercaya dan
pemahaman lebih dalam tentang terminologi medis dan konsep kesehatan yang
kompleks. Sementara pekerjaan yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga mungkin
membuat individu memiliki lebih sedikit waktu untuk mencari informasi kesehatan atau
mempelajari topik kesehatan terkait. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam
mengakses informasi kesehatan atau berpartisipasi dalam upaya meningkatkan literasi
kesehatan.
Mengintegrasikan faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, dan status
pekerjaan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang literasi kesehatan
masyarakat dalam konteks media. Misalnya, orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah mungkin memiliki akses terbatas terhadap informasi kesehatan dan mungkin
tidak dapat menilai keakuratan dan relevansi informasi yang mereka terima.
Sebaliknya, generasi muda dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih
terbuka terhadap informasi kesehatan baru dan lebih mampu menggunakan teknologi
untuk mencari informasi kesehatan dan berpartisipasi dalam upaya meningkatkan
literasi kesehatan. Pengetahuan tentang faktor-faktor ini penting untuk memahami
perbedaan literasi kesehatan di antara populasi yang berbeda. Memahami perbedaan-
perbedaan ini dapat membantu mengatur intervensi pendidikan kesehatan yang tepat
untuk memastikan bahwa semua orang mempunyai akses yang sama terhadap informasi
kesehatan dan menggunakan informasi terkait secara efektif. Inisiatif seperti pelatihan
literasi kesehatan, program pemberdayaan masyarakat, dan kampanye kesadaran dapat
membantu meningkatkan literasi kesehatan di segala usia, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan. Apabila faktor-faktor ini dipertimbangkan secara bersama-sama, upaya
peningkatan literasi kesehatan masyarakat diharapkan dapat lebih efektif dan
komprehensif, memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada masyarakat dari
segala usia, pendidikan, dan jenis pekerjaan.

2.4 Dampak dari rendahnya literasi kesehatan terhadap keputusan dan perilaku
kesehatan masyarakat
Rendahnya literasi kesehatan di masyarakat berdampak serius pada keputusan
dan perilaku kesehatan individu. Literasi kesehatan merupakan landasan penting bagi
individu untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan
secara efektif, yang pada gilirannya mempengaruhi cara individu merawat diri sendiri
dan keluarganya. Masyarakat dengan literasi kesehatan yang rendah cenderung
mempunyai pengetahuan yang terbatas mengenai kesehatan dan penyakit. Hal ini dapat
menyebabkan kurangnya kesadaran terhadap tanda dan gejala penyakit, faktor risiko
kesehatan, dan tindakan pencegahan yang diperlukan. Oleh karena itu, keputusan
terkait kesehatan yang diambil oleh masyarakat dengan tingkat literasi kesehatan yang
rendah seringkali tidak tepat atau kurang mendapat informasi.
Dalam konteks pengambilan keputusan di bidang kesehatan, rendahnya literasi
kesehatan dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak tepat dan kurangnya
penyedia informasi. Individu mungkin mengalami kesulitan dalam menilai risiko dan
manfaat dari berbagai intervensi kesehatan yang tersedia. Mereka juga mungkin rentan
terhadap informasi palsu atau menyesatkan (hoax) yang dapat menyebabkan mereka
mengambil keputusan yang buruk dalam bidang kesehatan. Contohnya ketika
masyarakat dengan tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah mungkin mengabaikan
tindakan pencegahan yang penting karena mereka tidak memahami pentingnya
vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Selain itu, tingkat literasi kesehatan yang rendah juga dapat mengurangi
kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan medis yang direkomendasikan.
Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan dalam memahami instruksi dari
profesional kesehatan atau mengikuti rencana perawatan yang rumit. Hal ini dapat
membuat pengobatan menjadi kurang efektif dan memperburuk kesehatan. Misalnya,
orang dengan tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah mungkin tidak memahami
pentingnya mengikuti dosis obat yang diresepkan secara teratur atau menerima
perawatan yang direkomendasikan setelah operasi.
Rendahnya tingkat literasi kesehatan tidak hanya berdampak langsung pada
keputusan dan perilaku kesehatan individu, namun juga dapat berdampak luas terhadap
kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Individu yang memiliki tingkat literasi
kesehatan rendah cenderung memiliki kesadaran kesehatan kolektif yang kurang, yang
dapat menghambat usaha pencegahan dan pengendalian penyakit. Situasi ini dapat
mengakibatkan peningkatan angka kejadian dan kematian karena penyakit yang
sebenarnya dapat dicegah (Roiefah et al., 2021).
Secara keseluruhan, rendahnya tingkat literasi kesehatan bukan hanya
merupakan permasalahan individu, namun juga merupakan permasalahan kesehatan
masyarakat yang serius. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, diperlukan upaya
peningkatan literasi kesehatan masyarakat melalui program pendidikan kesehatan yang
tepat sasaran dan berkesinambungan. Memperkuat literasi kesehatan masyarakat
memungkinkan individu untuk membuat keputusan yang lebih tepat, menerapkan
perilaku kesehatan yang lebih positif, dan meningkatkan kesehatan mereka secara
keseluruhan.

2.5 Strategi atau solusi yang efektif dalam meningkatkan literasi kesehatan media
di kalangan masyarakat
Strategi yang terintegrasi ialah penggunaan media sosial sebagai alat
komunikasi untuk meningkatkan literasi kesehatan media masyarakat, yang dimana
media mempunyai potensi besar untuk memberikan dampak yang signifikan. Menurut
Yu et al (2021), media sosial memegang peranan krusial dalam menyebarkan informasi
terkait bencana dan krisis kesehatan (Prasanti & Indriani, 2022). Melalui platform
seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, publik dapat dengan cepat dan luas
menyebarkan informasi tentang peringatan dini, langkah-langkah mitigasi, dan saran
praktis kepada lebih banyak orang. Penggunaan media sosial untuk menyebarkan
informasi kesehatan memungkinkan pemerintah dan organisasi kesehatan mencapai
audiens secara lebih luas dengan biaya yang terjangkau.
Membuat konten yang menarik dan relevan, seperti infografis, video pendek,
dan postingan informatif, akan membuat pesan kesehatan semakin menarik dan mudah
dipahami masyarakat. Hal ini juga memungkinkan dialog dua arah antara penyedia
layanan kesehatan dan masyarakat, memungkinkan masyarakat untuk memberikan
umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman mereka secara langsung
melalui komentar, pesan pribadi, dan platform lainnya.
Namun perlu diingat bahwa penggunaan media sosial terkait informasi
kesehatan juga memiliki risiko. Media sosial juga dapat menjadi sumber disinformasi
dan misinformasi selama krisis kesehatan (Prasanti & Indriani, 2022). Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah dan organisasi pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa
informasi yang dikomunikasikan melalui media sosial akurat, dapat diandalkan, dan
relevan. Langkah-langkah seperti memverifikasi sumber sebelum membagikan,
memberikan konteks yang jelas, dan bekerja sama dengan platform media sosial untuk
menegakkan kebijakan guna mencegah penyebaran informasi yang salah dapat
membantu mengurangi risiko terkait (Lentera et al., 2021).
Selain penggunaan media sosial, kerja sama dengan lembaga pendidikan juga
menjadi solusi efektif untuk meningkatkan literasi kesehatan media masyarakat.
Dengan memasukkan media pembelajaran literasi kesehatan ke dalam kurikulum,
sekolah dapat lebih memahami informasi kesehatan yang disampaikan melalui
berbagai media. Melalui pembelajaran yang terstruktur dan terarah, siswa dilatih untuk
mengevaluasi secara kritis informasi kesehatan yang mereka terima, mengidentifikasi
sumber yang dapat dipercaya, dan memahami konsep dasar kesehatan. Kolaborasi
antara lembaga pendidikan dan pemerintah serta lembaga kesehatan dapat menjadi
langkah strategis untuk membangun landasan yang kuat dalam literasi kesehatan media
di kalangan masyarakat.

2.6 Studi Kasus


Studi kasus terkait adalah penyebaran informasi mengenai vaksinasi COVID-19
melalui media sosial. Di masa pandemi COVID-19, media sosial menjadi platform
penting bagi individu dan organisasi untuk menyebarkan informasi mengenai vaksinasi,
protokol kesehatan, dan perkembangan lain terkait COVID-19. Namun, ada berbagai
tantangan terkait literasi kesehatan media dalam hal ini. Banyak informasi yang tidak
akurat dan disinformasi yang diposting di media sosial, termasuk klaim palsu tentang
kemanjuran dan efek samping vaksin, teori konspirasi tentang asal usul virus, dan
pendekatan alternatif yang belum terbukti dalam mencegah dan mengobati COVID-19.
Studi kasus ini menyoroti pentingnya literasi kesehatan media dalam
memungkinkan individu membedakan antara informasi yang benar dan dapat
diandalkan serta informasi yang tidak benar. Masyarakat dapat mengevaluasi
keakuratan informasi, memahami sumber terpercaya, dan menggunakan pengetahuan
kesehatan yang akurat untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan
mereka dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Otoritas dan organisasi
kesehatan harus meningkatkan literasi kesehatan media masyarakat, termasuk dengan
memberikan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami, melakukan
kampanye edukasi mengenai vaksinasi dan protokol kesehatan, dan berkolaborasi
dengan platform media sosial untuk membatasi penyebaran infeksi dan disinformasi.
Semua hal ini menunjukkan pentingnya upaya bersama untuk meningkatkan literasi
kesehatan media untuk mendukung kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di era digital dan pesatnya perkembangan informasi, pentingnya literasi
kesehatan media di masyarakat semakin meningkat. Penelitian ini berfokus pada
beberapa aspek terkait literasi kesehatan media, seperti definisi, pengaruh konten
media, faktor-faktor yang mempengaruhi, dampak rendahnya literasi kesehatan dan
strategi untuk memperbaikinya. Dari penulisan ini dapat disimpulkan bahwa literasi
kesehatan media melibatkan kemampuan seseorang dalam menerima, mengolah, dan
memahami informasi kesehatan yang disampaikan melalui media massa. Konten media
mempunyai dampak besar terhadap literasi kesehatan masyarakat karena memberikan
peluang untuk menetapkan agenda dan fokus pada isu-isu kesehatan tertentu. Faktor-
faktor seperti usia, pendidikan, dan jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat literasi
kesehatan ketika mengakses informasi kesehatan di media. Literasi kesehatan yang
rendah dapat berdampak negatif terhadap keputusan dan perilaku masyarakat,
termasuk berkurangnya kesadaran akan tanda dan gejala penyakit, berkurangnya
kepatuhan terhadap pengobatan, dan peningkatan risiko penyakit yang dapat dicegah.
Mengatasi tantangan ini memerlukan strategi yang efektif untuk meningkatkan literasi
kesehatan media masyarakat. Pemanfaatan media sosial sebagai alat komunikasi untuk
menyebarkan informasi kesehatan, kolaborasi dengan lembaga pendidikan, dan
pendekatan terpadu antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan media massa dapat
menjadi sarana efektif untuk meningkatkan literasi kesehatan di media masyarakat.
Maka dari itu, meningkatkan literasi kesehatan media pada masyarakat dapat membantu
individu mengambil keputusan yang lebih tepat, menerapkan perilaku kesehatan yang
lebih positif, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan
ini dan menjadikan literasi kesehatan media sebagai bagian integral dari upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan memerlukan
upaya kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, V. D. (2021). Media Sosial sebagai Tempat Literasi Ibadah di Era Pandemi (Pendekatan
Uses and Gratifications Theory pada Chanel Youtube TV MU). Borobudur Communication
Review, 1(1), 30–38. https://doi.org/10.31603/bcrev.4899

Anisah, N., Sartika, M., & Kurniawan, H. (n.d.). PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
DALAM MENINGKATKAN LITERASI KESEHATAN PADA MAHASISWA.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, P., Ditiaharman, F., Agsari, H., Adlia Syakurah, R., Studi
Pendidikan Kedokteran, P., Kedokteran, F., Sriwijaya, U., Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
P., & Kesehatan Masyarakat, F. (2022). LITERASI KESEHATAN DAN PERILAKU
MENCARI INFORMASI KESEHATAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH
ATAS. 6(1).

Karunia H, H., Ashri, N., & Irwansyah, I. (2021). Fenomena Penggunaan Media Sosial : Studi
Pada Teori Uses and Gratification. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis, 3(1), 92–
104. https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.187

Lentera, J., Penelitian, :, Masyarakat, P., Pemanfaatan, G., Sosial, M., Sumber, S., Kesehatan, L.,
Rahman, A., Buanasari, A., Jayanti, M., Tome, I. S., Hiola, A. A. N., & Sengkey, E. (2021).
Digital pada Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi. In Halaman (Vol. 21, Issue 2).

Muhamad, O. :, Syah, F., Astuti, R., Winarno, J., & Ahya, D. G. (n.d.). LITERASI KESEHATAN
DALAM PENANGGULANGAN PANDEMIK COVID-19.

Prasanti, D., & Indriani, S. S. (2022). Strategi Komunikasi Kesehatan Pencegahan Lonjakan Kasus
COVID-19 dalam Youtube Kemenkes RI. Jurnal Ilmu Komunikasi, 20(3), 398.
https://doi.org/10.31315/jik.v20i3.6349

Rama Selvia, D., Primadesi, Y., Kunci, K., & Kesehatan, L. (n.d.). LITERASI KESEHATAN
MELALUI MEDIA KOMUNIKASI MASSA RADIO. In JIPKA (Vol. 2, Issue 2).

Roiefah, A. L., Pertiwi, K. D., & Siswanto, Y. (2021). Hubungan Tingkat Literasi Kesehatan
dengan Perilaku Pencegahan PTM Pada Remaja di Kabupaten Semarang. In Pro Health
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Vol. 3, Issue 2).

Surya, S., & Yogyakarta, G. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LITERASI


KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN I BANTUL D.I.Y
Tutik Wahyuningsih. Jurnal Manajemen Informasi Dan Administrasi Kesehatan (J-MIAK,
02(01).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai