Anda di halaman 1dari 3

Nama : Destania Arsukma Meidi Putri

Nim. : 210111100009

KOMPONEN SYSTEM PENEGAKAN HUKUM

PENDAHULUAN
Penegakan hukum ditujukan agar dapat meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat. Dengan dilakukannya penerbitan fungsi, tugas dan
wewenang lembaga yang bertugas untuk menegakan hukum sesuai dengan proporsi
ruang lingkup masing-masing serta didasarkan pada sistem kerjasama yang baik dan
mendukung tujuan agar dapat dicapai.Tingkat perkembangan masyarakat dalam
tempat diberlakukan nya hukum dapat mempengaruhi pola penegakan hukum itu
sendiri, karena dalam masyarakat yang bersifat rasional dan memiliki tingkat
spesialisasi dan differensiasi yang tinggi dalam penggorganisasian penegak hukumnya
semakin kompleks dan sangat biokratis.
Hikmahanto Juwono menyatakan indonesia secara tradisional institusi hukum
yang melakukan penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, badan peradilan dan
advokat.Di luar institusi tersebut masih ada diantaranya, Direktorat Jenderal Bea
Cukai, Direktorak Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal Imigrasi.Problem dalam
penegakan hukum dapat berupa pembuatan peraturan perundang-undangan,
Masyarakat pencari kemenangan bukan keadilan, Uang mewarnai penegakan hukum,
Penegakan hukum sebagai komoditas politik, penegakan hukum yang diskriminatif,
Lemahnya sumberdaya manusia, advokat tau koneksi, Keterbatasan anggaran dan
Penegakan hukum yang dipicu oleh mediamasa.
Problem tersebut memerlukan pemecahan atau solusi, dan negara yang dalam hal
ini diwakili oleh pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan
memperbaiki kinerja institusi hukum, aparat penegak hukum dengan anggaran yang
cukup memadai sedang outputnya terhadap perlindungan warganegara diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan dan mampu menjamin ketentraman serta kesejahteraan
sosial bagi seluruh anggota masyarakat.Pelaksanaan hukum didalam masyarakat
selain tergantung pada kesadaran hukum, masyarakat juga sangat banyak ditentukan
oleh aparat penegak hukum. Oleh karena sering terjadi beberapa peraturan hukum
tidak dapat terlaksana dengan baik karena ada beberapa oknum penegak hukum yang
tidak melaksanakan suatu ketentuan hukum dengan sebagai mana mestinya.
Hal tersebut dapat disebabkan pelaksanaan oleh penegak hukum itu sendiri yang
tidak sesuai dan merupakan contoh buruk serta dapat menurunkan citra. Selain itu
teladan baik dan integritas dan moralitas aparat penegak hukum mutlak harus baik,
karena mereka sangat rentan dan terbuka peluang bagi praktik suap dan
penyelahgunaan wewenang. Uang dapat mempengaruhi proses penyidikan, proses
penuntutan dan putusan yang dijatuhkan.
Dalam upaya memperbaiki sistem hukum di Indonesia dapat dilihat dari rencana
pembangunan jangka menengah nasional (PJMN) berdasarkan perpres Nomor 7
Tahun 2005 Dinyatakan pembenahan sistem dan politik hukum dalam lima tahun
mendatang dengan diarahkan pada kebijakan untuk memperbaiki substansi (materi)
hukum, struktur (kelembagaan) hukum dan kultur (budaya) hukum yaitu dengan
melalui upaya sebagai berikut:
a. Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali
peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan tertib perundang-undangan
dengan memperhatikan asas umum dan hirarkhi perundang-undangan serta
menghormati dan memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya
system hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai bagian
dari upaya pembaharuan materi hukum nasional.
b. Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan
meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualiatas system
peradilan yang terbuka dan transparan serta menyederhanakan system peradilan
meningkatkan transparansi agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan
memastikan bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran.
c. Meningkatkan budaya hukum antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi
berbagai peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari kepala
Negara dan jajarannya dalam mematuhi dan mentaati hukum serta penegakan
supremasi hukum.
Dalam perbaikan dan pembenahan sistem hukum berkaitan dengan substansi
hukum pada intinya melakukan penataan kembali peraturan perundang-undangan
dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dan hukum adat sebagai upaya
pembaharuan materi hukum nasional disamping isu-isu korupsi, terorisme,
perdagangan perempuan dan anak, obat-obat terlarang, perlindungan anak yang
memerlukan penanganan serius tidak saja dalam penegakan hukum tetapi juga materi-
materi hukum yang diatur. Sehingga akan terciptanya sistem hukum nasional yang
adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif. Dengan dilakukannya pembenahan pada
struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan
profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas sistem peradilan yang terbuka
dan transparan dengan menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi
agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa hukum
diterapkan dengan adil dan memihak kepada kebenaran dengan selalu memperhatikan
kemajemukan budaya yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Begitu juga dengan komponen budaya hukum dimana komponen ini sangat
menentukan sekali dalam upaya penegakan hukum (law enforcement). Ada kalanya
penegakan hukum pada suatu komunitas masyarakat sangat baik, karena didukung
oleh kultur yang baik melalui partisipasi masyarakat (public participation). Pada
masyarakat seperti ini, meskipun komponen struktur dan substansinya tidak begitu
baik hukumnya akan tetap berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika tidak
ada dukungan dari masyarakat, sebaik apapun struktur dan substansi aturan tersebut,
hasilnya tetap tidak akan baik dalam penegakan hukum.
KESIMPULAN
Dalam pembangunan hukum di Indonesia, pembentukan produk hukum harus
jelas ke mana tujuan pembangunan hukum tersebut. Tujuan ini sangat penting karena
sebagai arah pembangunan hukum yang diinginkan untuk upaya mengatasi berbagai
krisis yang dihadapi, terutama krisis hukum. Dalam pembangunan hukum ini tujuan
yang ingin dicapai adalah dilakukannya pembaharuan peraturan perundang-undangan
dan sekaligus penegakan hukum, sehingga jelas bagaimana hukum kita kedepan.
Pembaharuan itu didasarkan pada hakekat dari hukum itu sendiri sebagai suatu
peraturan yang berlakunya harus memenuhi persyaratan filosofis, politis, yuridis, dan
sosiologis.
Secara filosofis hukum itu harus sesuai dengan sistem, teori, asas-asas, fungsi
dan tujuan hukum. Dari segi politis hukum itu harus merupakan buatan dari
pemerintah Negara merdeka dan bukan peninggalan kolonial. Secara yuridis
pembuatannya harus memenuhi prosedur pembuatan undang-undang dan tata urutan
peraturan perundang-undangan yang ada. Sedangkan dari segi sosiologis , hukum itu
muncul dari aspirasi masyarakat sehingga berlakunya diterima dan dipatuhi oleh
masyarakat. Untuk tercapainya ketertiban dan keadilan dalam penegakan hukum telah
ada perubahan dan perbaikan dari sistem peradilan itu sendiri, dan upaya
meningkatkan sumber daya manasia, pemberdayaan lembaga peradilan dan lembaga
penegak hukum lainnya (Kepolisian dan Kejaksaan).

DAFTAR PUSTAKA
Azmi Fendri, Perbaikan Sistem Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia,
Kampus Unand Limau Manis Padang. Jurnal Ilmu Hukum,Vol 2 No.2.

Achmad Sodiki, Politik Hukum Agraria: Unifikasi Ataukah Pluralisme Hukum, dalam
Arena Hukum No.8 Juli 1999, Fakultas Hukum Unibraw Malang, 1999.

Sanyoto, Penegakan Hukum Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Jenderal


Soedirman Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai