Anda di halaman 1dari 4

Teknologi telah memberi kaum muda suara yang lebih keras dari sebelumnya.

Gen Z berapi-api dan


tidak takut untuk angkat bicara.
Anggapan orang banyak yang salah:
Mereka pemalas, gampang bosan dan terus bergonta-ganti pekerjaan - itulah citra yang melekat
pada generasi milenial. Jess Holland mengulas faktanya.
Jika kita mengetik "milenial adalah" di mesin pencari Google, maka kata "malas" langsung muncul
melengkapi pencarian itu.
Persepsi yang rasanya diyakini banyak orang adalah bahwa generasi yang lahir pada awal tahun
1980an hingga akhir tahun 1990an itu gampang bosan, mengharapkan kebahagiaan instan dan
doyan berpindah pekerjaan. Dalam kata lain, mereka bukanlah calon pekerja yang diidamkan
sebuah perusahaan.
Namun, sebuah penelitian komprehensif yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris
menunjukkan fakta berbeda. Milenial ternyata sama tekunnya, jika tidak lebih tekun, dibandingkan
generasi sebelumnya.
Organisasi asal inggris, Resolution Foundation bahkan memaparkan pada Februari lalu bahwa
hanya satu dari 25 anak milenial di Inggris, yang berpindah pekerjaan setiap tahun, pada
pertengahan usia 20an.

Faktanya adalah generasi sebelumnya, Generasi X,-lah yang berpindah-


pindah pekerjaan dua kali lebih sering dibandingkan milenial. Itu dilakukan
dengan tujuan finansial. Pindah kantor biasanya diikuti dengan kenaikan 15%
penghasilan, sekaligus bertambahnya kesempatan untuk belajar skill baru.
Mereka juga berupaya untuk memperkukuh hati, kantor manakah yang paling
tepat untuk mereka.

Laura Gardiner, analis dari Resolution


Foundation: Mimpi dan stereotipe
Stereotipe tentang milenial menyebutkan bahwa mereka tidak begitu
terpaku dengan standard sukses konvensional. Meskipun begitu, jika
kita berbicara tentang hasrat fundamental, "milenial ternyata sama
saja dengan generasi sebelumnya; menginginkan punya rumah, uang
pensiun, karir yang mapan, serta keluarga, sangat sedikit sekali
perbedaan antara generasi ke generasi," kata Gardiner.
Jennifer Deal, seorang peneliti senior di San Diego, California
menyebut "Saya tidak melihat perbedaan mendasar antara berbagai
generasi," katanya. "Mereka mungkin punya cara berbeda untuk
mengungkapkan nilai yang mereka yakini, tetapi apa yang mereka
inginkan dalam hidup, tetaplah sama."
Pemilu 2024 dan Demografi Pemilih Muda
Tahun 2024 menjadi momentum lima tahunan pesta demokrasi Republik
Indonesia di mana masyarakat Indonesia memilih sosok calon pemimpin negara
dan perwakilan legislatif di tingkat nasional dan regional. Menariknya, KPU RI
mendata bahwa lebih dari separuh atau tepatnya 56.45% dari total Daftar
Pemilih Tetap (DPT) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini termasuk ke dalam
kategori Generasi Milennial dan Generasi Z, mencakup 113.622.550 pemilih.

Dari data tersebut, terdapat 1.750.474 DPT yang berbasis di 128 negara
perwakilan di luar negeri. Tentunya mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
mengenyam studi di luar negeri menjadi bagian dari kepingan pemilih tersebut.
Sumber: Katadata

Andil Generasi Muda dalam Pesta Demokrasi Luar


Negeri
Seperti yang disampaikan di awal artikel, rasio pemilih muda mendominasi
pemilih di Pemilu 2024. Sebagai generasi muda, termasuk mahasiswa Indonesia
di luar negeri, kita memiliki andil atau peran penting untuk menyukseskan pesta
demokrasi ini serta menentukan arah atau masa depan negara.

Pertama, sebagai bagian dari kaum intelektual yang mengenyam studi di luar
negeri, kita memiliki peran untuk menjadi corong atau penyampai informasi
yang akurat dan positif dalam hal Pemilu 2024. Tentunya, kita menyadari
betapa bahayanya misinformasi dan berita palsu (hoax) di tahun politik ini. Oleh
karena itu, generasi muda memiliki peran bukan hanya sebagai penyampai
informasi tetapi penyaring informasi guna mengidentifikasi informasi yang
berterima.

Bahkan sesederhana menjadi penyampai dan penyaring informasi yang


dibagikan di grup WhatsApp keluarga atau teman-teman kelas pun sudah
menjadi andil penting dari kita sebagai generasi muda untuk memastikan
proses pesta demokrasi yang aman, jujur, dan adil.

Beberapa platform yang menunjang generasi muda dalam mencari tahu


informasi lebih lanjut tentang Pemilu mulai dikembangkan. Salah satunya
adalah situs web Bijak Memilih. Melalui fitur Pemilu 101 yang terdapat di situs
web Bijak Memilih, generasi muda dapat memperoleh informasi Pemilu secara
lebih rinci berbasis data.

Kedua, ikut andil menjadi panitia pemilihan umum di luar negeri menjadi
strategi untuk memaksimalkan studi di luar negeri. Terdapat banyak sekali
pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman ikut serta dalam Pemilu di luar
negeri. Bahkan sesederhana ikut serta dalam memilih pun akan memberikan
pelajaran tersendiri untuk kita sebagai generasi muda. Hal ini berkaitan dengan
rasio pemilih muda yang mendominasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang
tentunya dapat menentukan arah masa depan negara.

Terakhir, saat berkuliah di luar negeri, tentunya kita menjadi “wajah” pertama
yang dilihat oleh komunitas internasional tentang segala hal berkaitan dengan
Indonesia. Informasi tentang pesta demokrasi ini tentunya dapat kita ceritakan
kepada teman kelas yang berasal dari negara lain serta komunitas internasional
lainnya bahwa generasi muda di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini
pun sama-sama berpartisipasi aktif dan peduli.

Anda mungkin juga menyukai