Anda di halaman 1dari 12

Geo Image 12 (1) (2023)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

KOMODITAS UNGGULAN DAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN


TANAMAN PANGAN KABUPATEN KLATEN

Diana Eka Pertiwi , Hariyanto


Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Masalah penelitian meliputi (1) Apa komoditas tanaman pangan yang unggul secara komparatif dan
Diterima Juli 2022 kompetitif di Kabupaten Klaten; (2) Bagaimana kondisi daya dukung lahan pertanian tanaman pangan
Disetujui Oktober 2022 pada setiap kecamatan di Kabupaten Klaten; (3) Berapa jumlah penduduk optimal yang mampu dipenuhi
Dipublikasikan April 2023 oleh tanaman padi di Kabupaten Klaten. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif.
________________ Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi basis untuk mengidentifikasi komoditas unggulan
Keywords: tanaman pangan. Selanjutnya, daya dukung lahan pertanian tanaman pangan dianalisis menggunakan teori
Superior Commodity, Land gabungan “Odum, Issard, dan Howard” di mana formulasi yang digunakan juga akan dipakai untuk
Carrying Capacity, Food mengetahui jumlah penduduk optimal yang mampu didukung oleh tanaman padi di Kabupaten Klaten.
Crops. Hasil penelitian ini adalah; (1) Menurut analisis Location Quotient, padi unggul di 14 kecamatan atau
____________________ 54% wilayah di Kabupaten; (2) Komoditas jagung memiliki nilai efisiensi usahatani tertinggi menurut
analisis Revenue Cost (R/C) yakni sebesar 3,22; (3) 21 kecamatan atau 81% wilayah di Kabupaten Klaten
memiliki nilai daya dukung lahan pertanian tanaman pangan yang tinggi (DDLP>1); (4) Perhitungan
jumlah penduduk optimal (JPO) menunjukkan 22 kecamatan atau 85% wilayah di Kabupaten Klaten
berstatus “Aman” karena produksi padi yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan beras
penduduk.

Abstract
___________________________________________________________________
The research problems include (1) What are the superior and competitive food crop commodities in
Klaten Regency; (2) What is the condition of the carrying capacity of agricultural land for food crops in
each sub-district in Klaten Regency; (3) What is the optimal population size that can be met by rice plants
in Klaten Regency. This research uses descriptive quantitative method. This study uses a basic economic
approach to identify the leading commodities of food crops. Furthermore, the carrying capacity of
agricultural land for food crops was analyzed using the combined theory of "Odum, Issard, and Howard"
in which the formulation used will also be used to determine the optimal population size that can be
supported by rice plants in Klaten Regency. The results of this study are; (1) Rice commodity has the
widest area distribution according t Location Quotient analysis, where rice is superior in 14 sub-districts
or 54% of the district in the district; (2) Corn commodity has the highest farming efficiency value
according to Revenue Cost (R/C) analysis, which is 3.22; (3) 21 sub-districts or 81% of the area in Klaten
Regency has a high value of carrying capacity of agricultural land for food crops (DDLP>1); (4) The
calculation of the optimal population (JPO) shows that 22 sub-districts or 85% of the area in Klaten
Regency has the status of "Safe" because the current rice production is sufficient to meet the rice needs
of the population.

© 2023 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285


Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

1
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

PENDAHULUAN terdapat banyak penduduk yang termasuk ke dalam


Negara agraris merupakan julukan bagi golongan miskin serta belum terpenuhinya
Indonesia sebab besarnya persentase penduduk kebutuhan pokok terutama tanaman pangan. Angka
yang bermatapencaharian pada sektor pertanian. ini masih jauh dari target Provinsi Jawa Tengah
Data Statistik Indonesia 2021 yang dipublikasikan yakni 9,81% dan target nasional yakni 9,2%
oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menampilkan dari (BAPPENAS, 2021).
keseluruhan penduduk sebanyak 270.203.900 jiwa Lahan pertanian merupakan satu-satunya
terdapat 14,35% atau 38.777.600 jiwa yang bekerja pemasok tanaman pangan di suatu daerah,
pada sektor pertanian. Pertanian masih menjadi memenuhi kebutuhan pokok dan menjadi tolok ukur
sektor unggulan dikarenakan melimpahnya tingkat kemiskinan, sehingga warga dapat terhindar
sumberdaya yang dapat memenuhi kebutuhan dari kelaparan. Oleh karena vitalnya lahan pertanian
pokok. Sektor pertanian berperan sangat penting di Kabupaten Klaten, maka perlu diperhatikan agar
dan masih menjadi andalan masyarakat dalam lahan produksi tidak berubah fungsinya. Tekanan
meningkatkan kesejahteraan. penduduk yang terus mendesak ketersediaan lahan
Jawa Tengah merupakan provinsi dengan pertanian menyebabkan terancamnya tanaman
ketahanan pangan salah satu yang tertinggi di pangan di daerah tersebut. Dalam arti lain,
Indonesia, tetapi jumlah produk pertanian telah Kabupaten Klaten kurang mampu kembali
menurun dalam 5 (lima) tahun terakhir. Produksi memasok kebutuhan pangan, baik terhadap
tanaman pangan tahun 2016 di Jawa Tengah penduduknya sekalipun di tingkat wilayah yang
mencapai 18.574.709 ton, namun kemudian di tahun lebih tinggi.
2021 turun menjadi 16.412.641,98 ton. Hal ini Atas permasalahan yang ada, sangat penting
diakibatkan menurunnya luas panen tanaman dilakukan analisis komoditas tanaman pangan
pangan di Jawa Tengah, yakni pada tahun 2016 utama sebagai cerminan dari kemampuan ataupun
seluas 2.810.756 Ha, yang kemudian turun pada sumberdaya wilayah, dan seberapa besar daya
tahun 2021 seluas 2.538.362 Ha. dukung atau kemampuan optimal bagi lingkungan
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten pertanian untuk menyediakan tanaman pangan
yang dikenal sebagai lumbung padi serta penyangga dalam penataan wilayah Kabupaten Klaten. Sesuai
pangan di Jawa Tengah maupun nasional. Menurut dengan pernyataan Soemarwoto (1984) dikutip
data Kabupaten Klaten dalam Angka tahun 2021, dalam Widiastuti, dkk (2016) bahwasannya daya
Kabupaten Klaten memiliki total penduduk dukung yang tepat bagi Indonesia sebagai negara
sebanyak 1.260.506 jiwa, dengan rincian sebanyak agraris yakni daya dukung lahan pertanian dan
627.600 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan pengidentifikasian daya dukung dilakukan lebih
sebanyak 632.906 jiwa merupakan penduduk banyak perihal kebutuhan pangan dan sumberdaya
perempuan. Memiliki kepadatan penduduk rata-rata pertanian.
1.923 jiwa/Km2 dapat memicu berkurangnya Heriono, dkk (2018) menyebutkan bahwa
ketersediaan lahan pertanian berkelanjutan di komoditas adalah bahan baku yang bisa
wilayah tersebut. Ketersediaan lahan atau daya dikelompokkan berdasarkan tarafnya selaras
dukung lahan pertanian berarti kemampuan sebuah dengan baku mutu perdagangan internasional.
wilayah dalam menyediakan lahan yang dapat Komoditas terdiri atas komoditas kayu, komoditas
digunakan untuk mendukung kegiatan pertanian hasil hutan, komoditas hasil laut, komoditas
manusia (Moniaga, 2011). Daya dukung lahan pertambangan, komoditas industri, dan komoditas
pertanian yakni kemampuan daerah dalam hasil kerajinan rakyat.
menghasilkan beras untuk memenuhi kebutuhan Komoditas unggulan merupakan produk
nutrisi dan mencapai kebutuhan beras sendiri berdaya saing tinggi sehingga kompetitif dengan
(Muta'ali, 2015). komoditas serupa pada wilayah lain, sebab selain
Pada tahun 2021 persentase penduduk mempunyai keunggulan komparatif, juga
Kabupaten Klaten yang masih berada di bawah garis mempunyai penghematan usaha yang tinggi
kemiskinan mencapai angka 12,89% yang berarti (Heriono, dkk, 2018). Komoditas unggulan ialah
2
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

usaha yang dihasilkan masyarakat yang mempunyai kelayakan, serta kandungan zat yang bermanfaat
kesempatan pasar yang tinggi serta berdayaguna (Junaidah, dkk, 2015).
untuk masyarakat. Tanaman pangan termasuk pada sektor
Keunggulan komoditas terbagi atas dua penting, sebab tanaman pangan menjadi golongan
macam yakni keunggulan komparatif dan tanaman yang menciptakan sumber energi sebagai
keunggulan kompetitif. Darmawan (2017) bahan pangan guna menunjang keberlangsungan
mendefinisikan keunggulan komparatif sebagai manusia. Karbohidrat menjadi satu dari banyak
keunggulan yang dimiliki suatu wilayah menurut sumber pangan di seluruh dunia, baik karbohidrat
potensinya dan membedakannya dari komoditas dari serelia maupun dari umbi-umbian. Indonesia
lain. Keunggulan komparatif mampu berwujud mengutamakan 4 macam tanaman pangan yang
sumber daya alam atau sumber daya manusia. difokuskan dalam pengembangan pertanian
Sedangkan menurut Saptana (2012), keunggulan tanaman di Indonesia yakni padi, jagung, kedelai
kompetitif yakni keunggulan sebuah komoditas dan ubi kayu (Haris, dkk, 2017).
terhadap potensi yang ada pada wilayahnya Daya dukung lingkungan (carrying capacity)
sehingga menjadi lebih unggul dari komoditas lain merupakan total komunitas ataupun populasi yang
yang dapat dilihat melalui sisi kelayakan finansial dapat ditampung oleh jasa dan sumberdaya yang
dari usahatani yang dilakukan. berada pada ekosistem tersebut. Konsep ekologi
Dalam menjabarkan keunggulan komoditas dari pengertian tersebut, erat kaitannya dengan
menggunakan pendekatan sektor basis. Sektor basis modal alam seperti sumber daya alam (biotik-
berperan penting sehingga peningkatannya abiotik), sumber daya perikanan, lahan budidaya,
berdampak pada naiknya sektor lainnya. potensi ekonomi, rekreasi, dan pengembangan
Sekumpulan teori yang menyebutkan korelasi antar pariwisata (Brontowiyono, 2014).
zona pada perekonomian regional adalah teori basis Pendekatan daya dukung lahan dalam daya
ekonomi. Penjelasan dalam teori basis ekonomi dukung lingkungan, dilaksanakan menurut
yakni faktor yang menentukan peningkatan komparasi antara kesiapan dengan keperluan lahan
ekonomi wilayah tertentu yakni hubungan langsung untuk masyarakat yang bertempat tinggal dalam
antara permintaan (demand) barang dan jasa dari suatu daerah. Melalui cara ini mampu diketahui
daerah lain. Suatu industri yang tumbuh melalui konsep umum yakni apakah terjadi surplus atau
sumberdaya lokal, termasuk dalam hal tenaga kerja defisit dalam daya dukung lahan suatu wilayah.
serta bahan baku untuk ekspor guna Kondisi surplus memperlihatkan bahwa
memaksimalkan pendapatan daerah serta kemampuan lahan di suatu wilayah tersebut masih
menciptakan lapangan kerja baru di wilayah mampu memenuhi kebutuhan produksi hayati di
tersebut (Adisasmita, 2005 dalam Napitupulu, daerah tersebut, sedangkan kondisi kemrosotan
2021). menampilkan bahwa kesiapan lahan di suatu
Tanaman pangan yakni semua jenis wilayah tersebut sudah tak mampu mencukupi
tumbuhan yang mampu menghasilkan protein dan kebutuhan sumberdaya hayati di daerah tersebut.
karbohidrat. Tanaman pangan adalah sumber Dengan metode ini, hasil perhitungan mampu
makanan yang melalui sebuah proses maupun dijadikan acuan pertimbangan guna penataan
secara alamiah mengandung satu atau lebih zat yang rencana tata ruang serta evaluasi pendayagunaan
memiliki manfaat tertentu bagi kesehatan yang ruang, berkaitan dengan pengadaan sumberdaya
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Serta dapat hayati secara berkesinambungan melalui usaha
dikonsumsi sebagai makanan dan minuman, pendayagunaan ruang yang memperhatikan
memiliki ciri dalam hal bentuk, rupa, tekstur, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup (Peraturan
rasa yang mampu diterima oleh masyarakat. Menteri Lingkungan Hidup, 2009).
Sehingga kesimpulannya, tanaman pangan yakni
semua jenis tanaman yang dapat menjadi konsumsi METODE PENELITIAN
bagi masyarakat, memiliki nilai kesehatan, Dalam menentukan keunggulan komparatif
dan kompetitif digunakan pendekatan ekonomi
3
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

basis, di mana nilai tertinggi dari keunggulan Pi = produksi komoditas ‘i’ pada tingkat
tersebut dijadikan alasan untuk menentukan kabupaten.
komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Pt = produksi total kelompok komoditas pada
Kabupaten Klaten. Selanjutnya, daya dukung lahan tingkat kabupaten.
pertanian tanaman pangan dianalisis menggunakan
teori gabungan ”Odum, Issard, dan Howard” di Keunggulan Kompetitif
mana formulasi yang digunakan juga akan dipakai Keunggulan kompetitif dari penelitian ini
untuk mengetahui jumlah penduduk optimal yang adalah keunggulan dalam hal efisiensi pertanian
mampu didukung oleh tanaman padi di Kabupaten untuk komoditas tanaman pangan yang
Klaten. diidentifikasi oleh analisis Revenue Cost (R/C).
Data-data yang digunakan terdiri dari data Revenue Cost (R/C) digunakan untuk mengetahui
primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui keunggulan kompetitif dengan melihat tingkat
wawancara kepada anggota kelompok tani dengan efisiensi usahatani terhadap komoditas. Secara
jenis usahatani tanaman pangan. Data sekunder sistematis, analisis Revenue Cost (R/C) terdiri dari:
diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan 1. Analisis Penerimaan Usahatani
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Pendapatan usahatani merupakan
(DPKPP) Kabupaten Klaten. perhitungan seperti mengalikan antara produksi dan
Penelitian ini menggunakan dua jenis metode harga jual dengan rumus yang dipakai adalah:
analisis, yaitu metode deskriptif dan metode
𝑛
kuantitatif. Pemakaian metode deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan keadaan umum, kondisi dan TR = ∑ Y. Py
𝑖=1
informasi pertanian, khususnya pertanian tanaman
dimana :
pangan yang meliputi tanaman padi, jagung, ubi
TR = Total Revenue (Rp)
kayu, ubi jalar, kedelai, dan kacang tanah.
n = Total jenis tanaman yang diusahakan
Sedangkan motode kuantitatif digunakan untuk
Y = Produksi (Kg)
menghitung beberapa hal yang berkaitan dengan
Py = Harga satuan produksi
tujuan penelitian yang kemudian dilakukan
perhitungan-perhitungan yang meliputi:
2. Analisis Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan perhitungan
Keunggulan Komparatif
aritmatika dari total tarif yang digelontorkan petani
Keunggulan komparatif dari penelitian ini
selama membudidayakan tanaman pangan. Analisis
adalah keunggulan wilayah atas komoditas
biaya usahatani tercakup atas biaya tetap dan biaya
pertanian untuk tanaman pangan, yang
variabel. Perhitungan biaya usahatani (TC) yakni
diidentifikasi oleh analisis Location Quotient (LQ).
menggunakan formulasi sebagai berikut:
Analisis Location Quotient Analysis (LQ) dipakai
guna mengidentifiksi mana saja komoditas tanaman
𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶
pangan yang mempunyai keunggulan komparatif
dimana :
dengan kriteria LQ>1. Hendayana (2003) dalam
TC = Total Biaya (Total Cost)
Mulyono (2016), secara sistematis merumuskan
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
persamaan indeks LQ sebagai berikut:
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)

𝑝𝑖/𝑝𝑡
𝐿𝑄 = 3. Analisis Pendapatan Usahatani
𝑃𝑖/𝑃𝑡
Pendapatan diartikan sebagai laba yang
keterangan:
didapatkan dengan penjelasan rumus matematis
pi = produksi komoditas ‘i’ pada tingkat
melalui tahap penerimaan dikurangi dengan biaya
kecamatan.
yang dikeluarkan selama proses produksi.
pt = produksi total kelompok komoditas pada
tingkat kecamatan.
𝑃𝑑 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
4
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

dimana : keterangan:
Pd = Pendapatan KFM = Kebutuhan fisik minimum pangan (Desa
TR = Total Penerimaan (Total Revenue) = 320 Kg/perkapita/tahun; Kota = 480
TC = Total Biaya (Total Cost) Kg/perkapita/tahun)

4. Analisis Efisiensi Usahatani Berdasarkan formulasi tersebut maka


Menurut Tjakrawiralaksana dan klasifikasi yang ditetapkan oleh Muta’ali (2015)
Soeriaatmadja (1993) dalam Sofyan (2014), analisa yakni; Kelas I DDLP > 1 (tinggi) di mana wilayah
ini digunakan untuk menguji seberapa jauh masing mampu berswasembada pangan; Kelas II DDLP = 1
masing pengeluaran dalam rupiah yang dipakai (sedang) di mana wilayah mampu berswasembada
pada aktivitas cabang usahatani mampu pangan tetapi jumlah penduduk sudah mencapai
menghasilkan sejumlah penerimaan. Adapun batas optimal; Kelas III DDLP < 1 (rendah) di mana
algoritma yang digunakan sebagai berikut: wilayah tidak mampu berswasembada pangan dan
jumlah masyarakat melampaui batas optimal (over
𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑝)
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = populated).
𝐶 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑝)
Konsep daya dukung lahan pertanian oleh
“Odum, Howard dan Issard” tersebut juga mampu
Untuk R/C ratio > 1 dapat diartikan bahwa
digunakan untuk landasan dalam mengkalkulasi
pertanian yang dilakukan sangat menguntungkan
jumlah penduduk optimal yang dapat didukung dari
atau layak untuk dikembangkan. Menurut
hasil tanaman padi oleh sawah yang ada pada
Soekartawi (1995) dalam Sofyan (2014), apabila
Kabupaten Klaten. Namun perhitungannya sebelum
nilai R/C ratio < 1 artinya usahatani yang dilakukan
itu harus ditentukan terlebih dahulu daya dukung
mendatangkan kerugian atau tidak dapat
pangan beras yakni keseimbangan antara
berkembang, dan apabila nilai R/C sama dengan 1
ketersediaan beras dan kebutuhan beras. Penentuan
(R/C=1) maka usahatani tersebut tidak
daya dukung pangan beras ini restriktif terhadap
menguntungkan maupun merugikan.
komoditas padi, sebab komoditas padi adalah bahan
pangan utama yang dikonsumsi oleh masyarakat
Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman
Kabupaten Klaten dalam memenuhi kebutuhan
Pangan
pangan sehari-hari. Perhitungan daya dukung
Metode analisis data untuk memenuhi tujuan
pangan beras dirumuskan sebagai berikut (Muta’ali,
kedua penelitian ini yakni daya dukung lahan
2015):
pertanian untuk tanaman pangan, menggunakan
formulasi yang diturunkan dari konsep kolektif teori
(𝑃𝑟𝐿 𝑥 𝐿𝐿𝑡𝑝)𝑥 𝑎
Odum, Howard dan Issard dalam Muta'ali (2015), 𝐷𝐷𝑃𝑏 =
𝐽𝑃 𝑥 𝑆𝑡𝑑𝑏
yakni:
dimana:
DDPb = Daya dukung pangan beras
𝑋
𝐷𝐷𝐿𝑃 = PrL = Produktivitas tanaman padi (Kg/Ha)
𝐾
keterangan: LLtp = Luas lahan yang ditanami padi (Ha)
DDLP = Daya dukung lahan pertanian a = Indeks konversi dari padi ke beras
X = Luas panen tanaman pangan per kapita JP = Jumlah Penduduk
K = Luas lahan untuk swasembada pangan PrL = Standar kebutuhan beras
(Kg/kapita/tahun)
dengan:
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 (𝐻𝑎) Indeks konversi dari padi ke beras
𝑋= dicerminkan melalui angka konversi pengeringan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
gabah dari GKG (Gabah Kering Giling) ke GKP
𝐾𝐹𝑀 (𝐾𝑔/𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎/𝑡ℎ𝑛) (Gabah Kering Panen) pada tahun 2018 adalah
𝐾= sebesar 64,02% atau nilai indek konversi 0,6402
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝐾ℎ/𝐻𝑎/𝑡ℎ𝑛)
5
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

(BPS, 2018). Selanjutnya untuk standar kebutuhan tanaman pangan di mana perhitungannya berasal
beras nasional adalah sebesar 111,58 dari 6 jenis komoditas tanaman pangan yang
Kg/Perkapita/tahun (BPS, 2017). dikalikan dengan jumlah kecamatan di Kabupaten
Berdasarkan formula tersebut, penafsiran Klaten, yakni 26 kecamatan.
nilai daya dukung pangan beras adalah sebagai Perhitungan dengan hasil LQ>1, padi unggul
berikut; DDPB>1 artinya daerah dapat leluasa di 14 kecamatan yakni Gantiwarno, Cawas,
menyuplai pangan beras untuk kebutuhan Kebonarum, Ngawen, Karangdowo, Ceper,
masyarakatnya serta dapat melakukan kegiatan Wonosari, Juwiring, Polanharjo, Delanggu,
ekspor; DDPB<1, artinya daerah tersebut tidak Karanganom, Klaten Selatan, Klaten Utara, dan
mampu menyediakan beras secara mandiri untuk Klaten Tengah. Komoditas padi memiliki sebaran
kebutuhan penduduknya dan mengharuskan daerah wilayah yang lebih banyak daripada komoditas
tersebut untuk mengimpor beras dari daerah lain lainnya karena memiliki jumlah produksi dan luas
(impor). panen tertinggi. Pada urutan kedua terdapat
komoditas jagung yang unggul di 12 kecamatan
Jumlah Penduduk Optimal yakni Prambanan, Bayat, Wedi, Kalikotes, Trucuk,
Berdasarkan nilai daya dukung pangan beras Manisrenggo, Jogonalan, Pedan, Ceper, Tulung,
(DDPb), maka dapat diprediksikan jumlah Jatinom, dan Kemalang. Pada urutan ketiga terdapat
penduduk optimal yang mampu didukung dari hasil komoditas kacang tanah yang unggul di 8
tanaman padi di Kabupaten Klaten yakni (Muta’ali, kecamatan yakni Prambanan, Gantiwarno, Wedi,
2015): Trucuk, Manisrenggo, Ceper, Pedan, dan Klaten
𝐽𝑃𝑂 = 𝐷𝐷𝑃𝑏 𝑥 𝐽𝑃 Tengah. Komoditas ubi jalar unggul di 4 kecamatan
dimana: yakni Manisrenggo, Ceper, Pedan, dan Tulung.
JPO = Jumlah penduduk optimal Sedangkan untuk komoditas kedelai dan ubi kayu
DDPb = Daya dukung pangan beras masing-masing unggul di 3 kecamatan. Komoditas
JP = Jumlah penduduk kedelai unggul di Bayat, Cawas, dan Pedan.
Komoditas ubi kayu unggul di Karangnongko,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jatinom, dan Kemalang. Terdapat 2 kecamatan yang
Keunggulan Komparatif paling banyak memiliki komoditas unggulan, yakni
Melalui analisis Location Quotient (LQ) Ceper yang unggul pada komoditas padi, jagung,
teridentifikasi kemampuan daerah dalam kacang tanah, dan ubi jalar. Serta berikutnya adalah
memproduksi barang komoditas berkualitas tinggi. Pedan yang unggul pada komoditas jagung, kedelai,
Untuk menganalisis keunggulan komparatif suatu kacang tanah, dan ubi jalar. Kedua kecamatan
komoditas, jika perhitungan LQ komoditas tanaman tersebut masing-masing memiliki 4 komoditas
pangan pada setiap kecamatan menghasilkan angka unggulan secara komparatif berdasarkan analisis
lebih dari satu (LQ>1) artinya komoditas tanaman LQ. Wilayah yang memiliki keunggulan pada
pangan tersebut mempunyai keunggulan komoditas berarti memiliki produksi tanaman
komparatif. Sebaliknya jika perhitungan LQ pangan yang tinggi.
menghasilkan angka kurang dari satu (LQ<1) Perhitungan dengan hasil LQ<1, padi tidak
artinya komoditas tersebut tidak memiliki unggul di 12 kecamatan yakni Prambanan, Bayat,
keunggulan komparatif. Wedi, Trucuk, Jogonalan, Kalikotes, Manisrenggo,
Berdasarkan perhitungan Location Quetient Pedan, Karangnongko, Tulung, Kemalang, dan
(LQ) pada 6 komoditas tanaman pangan yang Jatinom. Komoditas jagung tidak unggul di 14
meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kecamatan yakni Gantiwarno, Cawas, Kebonarum,
kayu, dan ubi jalar di 26 kecamatan yang ada di Karangnongko, Ngawen, Juwiring, Karangdowo,
Kabupaten Klaten, menghasilkan 43 kecamatan Wonosari, Polanharjo, Delanggu, Klaten Selatan,
yang memiliki kriteria unggul (LQ>1) dan 114 Karanganom, Klaten Tengah, dan Klaten Utara.
kecamatan dengan kriteria tidak unggul (LQ<1). Komoditas kedelai tidak unggul di 23 kecamatan
Terdapat total 156 wilayah untuk semua komoditas yakni Wedi, Prambanan, Trucuk, Gantiwarno,
6
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

Kebonarum, Kalikotes, Jogonalan, Karangnongko, yang meliputi pendapatan dan biaya yang
Manisrenggo, Ngawen, Ceper, Juwiring, dikeluarkan dalam proses menumbuhkan
Karangdowo, Wonosari, Polanharjo, Delanggu, komoditas. Analisis Revenue Cost (R/C) digunakan
Karanganom, Jatinom, Tulung, Kemalang, Klaten untuk menentukan produk pertanian mana yang
Selatan, Klaten Tengah, dan Klaten Utara. memiliki keunggulan kompetitif, suatu teknik untuk
Komoditas kacang tanah tidak unggul di 18 menentukan efisiensi usahatani produk pertanian.
kecamatan yakni Bayat, Kalikotes, Cawas, Jika usahatani tersebut memiliki keunggulan
Kebonarum, Karangnongko, Jogonalan, Ngawen, kompetitif maka akan menghasilkan nilai R/C > 1.
Juwiring, Karangdowo, Wonosari, Polanharjo, Perhitungan menggunakan metode Revenue
Delanggu, Karanganom, Jatinom, Tulung, Cost (R/C) menunjukkan komoditas tanaman
Kemalang, Klaten Utara, dan Klaten Selatan. pangan Kabupaten Klaten dari yang paling unggul
Komoditas ubi kayu tidak unggul di 23 kecamatan adalah jagung, padi, ubi kayu, ubi jalar, kacang
yakni Wedi, Prambanan, Bayat, Gantiwarno, tanah, dan kedelai. Komoditas jagung memperoleh
Cawas, Kalikotes, Trucuk, Kebonarum, pendapatan tertinggi yakni sebesar Rp 35.787.828
Manisrenggo, Jogonalan, Ngawen, Pedan, Ceper, per hektar per musim tanam dengan nilai R/C
Karangdowo, Wonosari, Juwiring, Delanggu, sebesar 3,22. Nilai R/C komoditas jagung lebih
Karanganom, Polanharjo, Tulung, Klaten Selatan, tinggi daripada nilai R/C komoditas padi karena
Klaten Utara, dan Klaten Tengah. Komoditas ubi harga jual komoditas jagung lebih tinggi, meskipun
kayu tidak unggul di 23 kecamatan yakni Wedi, jumlah produksi padi adalah yang tertinggi di
Prambanan, Bayat, Gantiwarno, Trucuk, Cawas, Kabupaten Klaten. Oleh karena itu, jika berdasarkan
Kalikotes, Kebonarum, Karangnongko, Jogonalan, pada analisis pendapatan dan biaya usahatani yang
Ngawen, Karangdowo, Pedan, Juwiring, Delanggu, menunjukkan efisiensi usahatani setiap komoditas
Wonosari, Polanharjo, Jatinom, Karanganom, tanaman pangan di Kabupaten Klaten, komoditas
Kemalang, Klaten Tengah, Klaten Selatan, dan jagung berpotensi menjadi komoditas unggulan
Klaten Utara. Wilayah yang tidak memiliki karena mampu mendatangkan keuntungan yang
keunggulan pada komoditas berarti memiliki besar bagi petani.
produksi tanaman pangan yang rendah. Komoditas kedelai memperoleh nilai R/C
Komoditas padi sangat berpotensi dijadikan terendah di antara komoditas lainnya, yakni sebesar
sebagai komoditas unggulan, karena jumlah 1,04. Angka ini menunjukkan bahwa kedelai
produksi padi di Kabupaten Klaten telah mampu mendatangkan keuntungan yang kecil bagi petani.
memenuhi kebutuhan padi di dalam wilayahnya dan Dengan rata-rata produksi 1,9 ton/Ha dengan rata-
mampu melakukan ekspor ke wilayah lain. Melansir rata harga jual Rp 6.500,00, petani memperoleh
portal berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, penerimaan sebesar Rp 11.700.000,00/Ha/musim
komoditas padi juga telah mendapatkan spesialisasi tanam. Dari penerimaan tersebut akan dikurangi
di Kabupaten Klaten didukung dengan berbagai biaya yang dikeluarkan selama penanaman kedelai,
upaya pemerintah Kabupaten Klaten dalam yakni rata-rata Rp 11.200.468,30/Ha/musim tanam,
mengembangkan komoditas padi, seperti inovasi sehingga petani hanya menerima pendapatan atau
benih padi varietas Rojolele Srinar dan Rojolele laba sebesar Rp 499.531,70/Ha/musim tanam.
Srinuk, serta pencanangan program indeks Komoditas kedelai memerlukan perlakuan yang
pertanaman padi (IP) 400 di Kecamatan Delanggu lebih sulit jika dibandingkan dengan komoditas
di mana penanaman komoditas padi pada hamparan pangan lainnya, terutama dalam hal pemupukan dan
lahan yang sama akan dilakukan sebanyak 4 kali pemberantasan hama yang menyebabkan besarnya
dalam setahun. biaya yang dikeluarkan selama penanaman kedelai.
Harga pasaran komoditas kedelai lokal juga
Keunggulan Kompetitif terbilang masih rendah sehingga belum
Dalam penelitian ini, keunggulan kompetitif menguntungkan bagi petani. Rendahnya harga jual
merupakan keunggulan yang dimiliki oleh suatu dan tingginya biaya penanaman menyebabkan
wilayah yang diketahui melalui analisis usahatani produktivitas komoditas kedelai menjadi yang
7
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

terendah di antara komoditas tanaman pangan Karangnongko, Ceper, Ngawen, Pedan, Juwiring,
lainnya di Kabupaten Klaten. Karangnongko, Wonosari, Polanharjo, Delanggu,
Komoditas tanaman pangan Kabupaten Karanganom, Jatinom, dan Tulung. Wilayah dengan
Klaten dengan jumlah produksi yang berurutan dari nilai DDLP>1 memiliki luas panen tanaman pangan
tertinggi ke terendah adalah padi, jagung, ubi kayu, perkapita yang lebih besar dari kebutuhan lahan
kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar. Sehingga untuk swasembada pangan (supply>demand),
berdasarkan pada jumlah produksi, komoditas padi sehingga setiap penduduk dapat memiliki
sangat berpotensi dijadikan sebagai komoditas kehidupan yang layak karena tercukupinya
unggulan di Kabupaten Klaten karena mampu kebutuhan pangan dan wilayah tersebut mampu
menghasilkan sebanyak 448.668 ton/tahun. Hal ini melakukan ekspor ke daerah lain.
juga didukung dengan frekuensi tanam komoditas Wilayah dengan nilai DDLP<1 terdapat di 5
padi yang tertinggi di Kabupaten Klaten yakni rata- kecamatan atau sebesar 19,23% wilayah di
rata 2-3 kali per tahun. Kabupaten Klaten. Wilayah tersebut antara lain,
Bayat, Kemalang, Klaten Selatan, Klaten Tengah,
Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman dan Klaten Utara. Wilayah dengan nilai DDLP<1
Pangan belum mampu berswasembada pangan serta
Daya dukung lahan pertanian tanaman penduduknya telah melampaui batas optimal (over
pangan di Kabupaten Klaten dihitung berdasarkan populated). Perlu adanya evaluasi kembali terhadap
total luas panen tanaman pangan perkapita yang 5 kecamatan tersebut karena jumlah penduduk yang
kemudian dibagi dengan total kebutuhan lahan sudah melampaui kemampuan wilayah untuk
untuk swasembada pangan. Luas panen tanaman memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dapat
perkapita dihitung berdasarkan luas panen seluruh meningkatkan angka kemiskinan penduduk, di
tanaman pangan (Ha) yang kemudian dibagi dengan mana kebutuhan pangan penduduknya tidak
jumlah penduduk. Sedangkan kebutuhan lahan terpenuhi dan wilayah tersebut harus melakukan
untuk swasembada pangan dihitung berdasarkan impor dari daerah lain.
kebutuhan fisik minimum (KFM) yakni senilai 320 Sebanyak 5 dari total 26 kecamatan atau
Kg/Perkapita/Tahun bagi wilayah perdesaan yang 19,23% wilayah di Kabupaten Klaten mengalami
didominasi dengan pertanian tanaman pangan penurunan nilai daya dukung lahan pertanian
(Muta’ali, 2015), yang kemudian dibagi dengan tanaman pangan pada tahun 2019-2020. Wilayah
produksi rata-rata tanaman pangan (padi, jagung, tersebut antara lain Karangnongko, Ceper,
kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar) per hektar Karangdowo, Polanharjo, dan Tulung. Penurunan
(Kg/Ha/Tahun). Perhitungan dilakukan pada nilai daya dukung lahan pertanian dapat disebabkan
rentang tahun 2017-2020 sehingga dapat diketahui oleh peningkatan jumlah penduduk, namun
perkembangan daya dukung lahan pertanian produktivitas tanaman pangan justru menurun atau
tanaman pangan selama 4 tahun. tetap. Turunnya jumlah produksi tanaman pangan
Daya dukung lahan pertanian tanaman disebabkan oleh beberapa faktor seperti gagal panen
pangan di Kabupaten Klaten berdasarkan klasifikasi serta turunnya harga komoditas tanaman pangan
dari Muta’ali, 2015, rata-rata menunjukkan hasil selama pandemi Covid-19 yang menyebabkan
yang tinggi yakni dengan nilai DDLP>1. Wilayah petani mengurangi jumlah produksi atau beralih ke
dikatakan mampu berswasembada pangan dan komoditas lain akibat rendahnya harga bahan
memberikan kehidupan yang layak bagi pangan dan berkurangnya permintaan pasar
penduduknya apabila memiliki nilai DDLP>1. (Prajanti, 2022). Penurunan tertinggi angka daya
Terdapat 21 dari total 26 kecamatan atau sebesar dukung lahan pertanian tanaman terjadi di
80,77% wilayah di Kabupaten Klaten yang Kecamatan Tulung. Pada tahun 2017, nilai daya
memiliki nilai daya dukung lahan pertanian dukung lahan pertanian tanaman (DDLP) di
tanaman pangan tinggi, yakni Prambanan, Wedi, Kecamatan Tulung adalah sebesar 2,48, pada tahun
Gantiwarno, Cawas, Kalikotes, Trucuk, 2018 sebesar 2,54, pada tahun 2019 sebesar 2,84,
Kebonarum, Manisrenggo, Jogonalan, dan pada tahun 2020 sebesar 2,37. Kecamatan
8
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

Tulung memiliki jumlah penduduk 45.710 jiwa 36.394 jiwa, tahun 2018 sebanyak 36.704 jiwa,
pada tahun 2017, 45.759 jiwa pada tahun 2018, tahun 2019 sebanyak 36.997 jiwa, dan tahun 2020
45.791 jiwa pada tahun 2019, kemudian pada tahun sebanyak 38.547 jiwa.
2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi
51.850 jiwa. Produktivitas tanaman pangan Jumlah Penduduk Optimal
Kecamatan Tulung adalah sebesar 6,9 Jumlah penduduk optimal mengacu pada
Ton/Ha/Tahun pada tahun 2017, 7,3 Ton/Ha/Tahun populasi optimal yang mampu didukung oleh
pada tahun 2018, 8,1 Ton/Ha/Tahun pada tahun wilayah pertanian di suatu daerah. Dalam penelitian
2019, sedangkan pada tahun 2020 terjadi penurunan ini, jumlah penduduk optimal dihitung berdasarkan
menjadi 7,4 Ton/Ha/Tahun. Tentu saja hal ini hasil pertanian komoditas padi. Namun
berdampak pada kemampuan wilayah dalam perhitungannya sebelum itu perlu diketahui terlebih
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya karena dahulu daya dukung pangan beras yakni
apabila kebutuhan pangan penduduk tidak mampu keseimbangan antara ketersediaan beras dan
dipenuhi oleh suatu wilayah, maka dapat dikatakan kebutuhan beras. Penentuan daya dukung beras
wilayah tersebut belum mampu memberikan hanya terbatas pada bahan baku beras, dimana beras
kehidupan yang layak bagi penduduknya dan masih merupakan makanan pokok terpenting bagi
membutuhkan impor tanaman pangan dari daerah masyarakat Klaten untuk makanan sehari-hari.
lain. Untuk mendapatkan jumah penduduk optimal
Rata-rata nilai daya dukung lahan pertanian adalah dengan cara mengalikan nilai daya dukung
tanaman pangan (DDLP) Kabupaten Klaten tahun pangan beras (DDPb) dengan jumlah penduduk
2017-2020 yang tertinggi berada di Kecamatan (JP).
Polanharjo dan yang terendah berada di Kecamatan Perhitungan nilai daya dukung pangan beras
Kemalang. Kecamatan Polanharjo memiliki nilai (DDPb) di Kabupaten Klaten menggunakan
DDLP sebesar 2,66 sedangkan Kecamatan formulasi dari Muta’ali, 2015, menunjukkan bahwa
Kemalang dengan nilai DDLP sebesar 0,11. Kecamatan Karangdowo memiliki nilai DDPb
Kecamatan Polanharjo memiliki luas panen tertinggi yakni sebesar 4,948. Hal ini disebabkan
tanaman pangan yang tinggi yakni pada tahun 2017 karena Kecamatan Karangdowo memiliki
seluas 5.026 Ha, tahun 2018 seluas 5.383 Ha, tahun produktivitas padi yang tinggi yakni sebesar 6.589
2019 seluas 5.410 Ha, dan tahun 2020 seluas 4.850 Kg/Ha/Tahun dan jumlah penduduk yang sedikit
Ha. Meski terjadi penurunan luas panen pada tahun yakni 38.817 jiwa. Luas lahan yang ditanami oleh
2020, produksi tanaman pangan di Kecamatan padi di Kecamatan Karangdowo juga termasuk
Polanharjo mampu mencukupi kebutuhan pangan tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
penduduknya. Hal ini juga didukung dengan jumlah yakni 5.081 Ha. Sedangkan Kecamatan Kemalang
penduduk di Kecamatan Polanharjo yang terbilang merupakan wilayah dengan nilai DDPb terendah di
rendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain Kabupaten Klaten yakni sebesar 0,081. Nilai DDPb
dengan luas panen tanaman pangan yang serupa. <1 berarti bahwa wilayah tersebut tidak mampu
Jumlah penduduk Kecamatan Polanharjo tahun memenuhi kebutuhan beras penduduknya dan
2017 adalah sebanyak 36.658 jiwa, tahun 2018 mengharuskan wilayah tersebut untuk melakukan
sebanyak 36.697 jiwa, tahun 2019 sebanyak 36.723 impor beras dari wilayah lain. Rendahnya nilai
jiwa, dan tahun 2020 sebanyak 40.065 jiwa. DDPb di Kecamatan Kemalang disebabkan oleh
Sedangkan Kecamatan Kemalang merupakan luas lahan yang ditanami oleh padi di Kecamatan
wilayah yang didominasi oleh lahan kering Kemalang sangat rendah yakni hanya seluas 88 Ha.
sehingga luas panen tanaman pangannya pun sangat Kecamatan Kemalang merupakan daerah lahan
rendah. Luas panen tanaman pangan Kecamatan kering sehingga jumlah produksi padi di wilayah ini
Kemalang tahun 2017 adalah seluas 225 Ha, tahun sangat sedikit.
2018 seluas 190 Ha, tahun 2019 seluas 141 Ha, dan Berdasarkan hasil perhitungan jumlah
tahun 2020 seluas 1.902 Ha. Jumlah penduduk penduduk optimal yang dapat ditampung oleh
Kecamatan Kemalang tahun 2017 adalah sebanyak tanaman padi di Kabupaten Klaten menggunakan
9
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

formulasi dari Muta’ali, 2015, maka daerah yang jumlah produksi padi yang ada belum mampu
memiliki jumlah penduduk lebih kecil dari angka mencukupi kebutuhan penduduk.
jumlah penduduk optimal (JPO) diberi status
“Aman” karena wilayah masih mampu memenuhi PENUTUP
kebutuhan beras penduduknya. Sedangkan derah Pada artikel penelitian ini ditarik
yang memiliki jumlah penduduk lebih besar dari kesimpulan yaitu; (1) Komoditas tanaman pangan
angka jumlah penduduk optimal (JPO) diberi status dengan keunggulan komparatif dengan cakupan
“Tidak Aman” karena jumlah penduduknya telah wilayah terluas adalah tanaman padi yakni unggul
melampaui kemampuan wilayah dalam memenuhi di 14 kecamatan atau 54% dari seluruh wilayah di
kebutuhan beras. Kabupaten Klaten. Sedangkan komoditas tanaman
Wilayah kecamatan yang berada pada status pangan dengan keunggulan kompetitif dengan nilai
“Aman” menunjukkan jumlah penduduk yang ada R/C tertinggi adalah komoditas jagung, yakni
saat ini tidak atau belum melampaui jumlah sebesar 3,22 yang yang artinya setiap 1 rupiah yang
penduduk optimal yang mampu ditampung oleh dikeluarkan dalam usahatani jagung akan diperoleh
tanaman padi, sehingga tidak perlu untuk penerimaan sebesar 3,22 rupiah. Berdasarkan pada
meningkatkan produksi atau luas panen tanaman analisis keunggulan komparatif, keunggulan
padi karena produksi yang ada saat ini sudah cukup kompetitif, dan ditinjau dari produktivitas masing-
untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. masing komoditas pertanian tanaman pangan,
Kecamatan-kecamatan yang termasuk ke dalamnya komoditas padi dan jagung sangat berpotensi
antara lain, Prambanan, Wedi, Gantiwarno, Bayat, dijadikan sebagai komoditas unggulan di Kabupaten
Trucuk, Cawas, Kalikotes, Jogonalan, Kebonarum, Klaten; (2) Terdapat 21 kecamatan atau 81%
Manisrenggo, Ngawen, Karangnongko, Ceper, wilayah di Kabupaten Klaten dengan klasifikasi
Karangdowo, Pedan, Juwiring, Delanggu, nilai daya dukung lahan pertanian tanaman pangan
Wonosari, Polanharjo, Tulung, Karanganom, dan yang tinggi (DDLP>1) di mana artinya wilayah
Klaten Selatan. tersebut mampu melakukan swasembada pangan.
Wilayah kecamatan dengan status “Tidak Wilayah tersebut antara lain Prambanan,
Aman” menunjukkan penduduk yang ada saat ini Gantiwarno, Wedi, Cawas, Trucuk, Kalikotes,
sudah melampaui jumlah penduduk optimal yang Kebonarum, Jogonalan, Manisrenggo,
mampu ditampung oleh tanaman padi, sehingga Karangnongko, Ngawen, Ceper, Pedan,
sangat perlu untuk meningkatkan produksi atau luas Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu,
panen tanaman padi karena produksi yang ada saat Polanharjo, Karanganom, Tulung, Jatinom; (3)
ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan beras Terdapat 5 kecamatan atau 19% wilayah di
penduduk. Kecamatan-kecamatan yang termasuk ke Kabupaten Klaten yang memiliki nilai daya dukung
dalamnya antara lain, yakni Jatinom, Kemalang, lahan pertanian tanaman pangan rendah (DDLP<1)
Klaten Tengah, dan Klaten Utara. Dari keempat di mana artinya wilayah tersebut belum mampu
kecamatan tersebut, Jatinom merupakan kecamatan berswasembada pangan serta penduduknya telah
dengan jumlah penduduk tertinggi pada urutan melampaui batas optimal (over populated). Wilayah
keenam di Kabupaten Klaten. Selain itu, lahan di tersebut antara lain Bayat, Kemalang, Klaten
Kecamatan Jatinom didominasi oleh komoditas Tengah, Klaten Selatan, Klaten Utara; (4) Rata-rata
palawija daripada komoditas padi sehingga untuk nilai daya dukung lahan pertanian tanaman pangan
memenuhi kebutuhan padi di daerahnya sendiri (DDLP) Kabupaten Klaten tahun 2017-2020 yang
masih memerlukan impor dari daerah lain. Sama tertinggi berada di Kecamatan Polanharjo dan yang
halnya dengan Kecamatan Kemalang yang terendah berada di Kecamatan Kemalang.
didominasi oleh tegalan yang mengakibatkan Kecamatan Polanharjo memiliki nilai DDLP
sedikitnya jumlah produksi padi pada wilayah sebesar 2,66 sedangkan Kecamatan Kemalang
tersebut. Sedangkan Kecamatan Klaten Tengah dan dengan nilai DDLP sebesar 0,11; (5) Kecamatan
Klaten Utara merupakan wilayah perkotaan yang Karangdowo memiliki nilai daya dukung pangan
hanya memiliki sedikit lahan pertanian, sehingga beras (DDPb) tertinggi di Kabupaten Klaten karena
10
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

memiliki produktivitas padi yang tinggi dengan perekonomian Jawa Barat. Journal of
jumlah penduduk yang sedikit. Sedangkan Regional and Rural Development Planning
Kecamatan Kemalang memiliki nilai DDPb (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah
terendah di Kabupaten Klaten karena sebagian besar dan Perdesaan), 1(3), 231-242.
wilayahnya merupakan lahan kering yang Hendayana, R. (2003). Aplikasi Metode Location
menyebabkan rendahnya produksi padi; (6) Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas
Berdasarkan perhitungan jumlah penduduk optimal Unggulan Nasional. Informatika Pertanian,
(JPO), terdapat 22 kecamatan atau 85% wilayah di 12(1), 658-675.
Kabupaten Klaten menunjukkan jumlah penduduk Heriono, Hemon, M. T., & Yunus, L. (2018). Strategi
yang ada saat ini tidak atau belum melampaui Pengembangan Komoditi Tanaman
jumlah penduduk optimal yang mampu ditampung Perkebunan di Kabupaten Konawe Selatan.
oleh tanaman padi, sehingga tidak perlu untuk Jurnal Perencanaan Wilayah, 3(1), 1-16.
meningkatkan produksi atau luas panen tanaman Junaidah, J., Suryanto, P. S. P., & Budiadi, B. (2016).
padi karena produksi yang ada saat ini sudah cukup Komposisi Jenis Dan Fungsi Pekarangan
untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. (Studi Kasus Desa Giripurwo, Kecamatan
Sedangkan 4 kecamatan atau 15% wilayah di Girimulyo, Di YOGYAKARTA). Jurnal
Kabupaten Klaten menunjukkan penduduk yang ada Hutan Tropis, 4(1), 77-84.
saat ini sudah melampaui jumlah penduduk optimal Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
yang mampu ditampung oleh tanaman padi, Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman
sehingga sangat perlu untuk meningkatkan produksi Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
atau luas panen tanaman padi karena produksi yang dalam Penataan Ruang Wilayah. (2009).
ada saat ini belum cukup untuk memenuhi Jakarta.
kebutuhan beras penduduk. Moniaga, V. R. (2011). Analisis Daya Dukung Lahan
Pertanian. Agri-Sosioekonomi, 7(2), 61-68.
DAFTAR PUSTAKA Mulyono, J., & Munibah, K. (2016). Pendekatan
BPS. (2016). Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Location Quotient dan Shift Share Analysis
2016. Diakses pada 22 November 2021, dari Dalam Penentuan Komoditas Unggulan
BPS Jawa Tengah: https://jateng.bps.go.id. Tanaman Pangandi Kabupaten Bantul.
BPS. (2021). Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Informatika Pertanian, 221-230.
2021. Diakses pada 22 November 2021, dari Muta'ali, Lutfi. (2015). Teknik Analisis Regional
BPS Jawa Tengah: https://jateng.bps.go.id. Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang,
BPS. (2016). Kabupaten Klaten Dalam Angka Tahun dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan
2016. Diakses pada 22 November 2021, dari Penerbit Fakultas Geografi UGM.
BPS Kabupaten Klaten: Napitupulu, R. Y. F., Kumenaung, A. G., & Niode,
https://klatenkab.bps.go.id. A. O. (2021). Analisis Pertumbuhan dan
BPS. (2021). Kabupaten Klaten Dalam Angka Tahun Stuktur Ekonomi di Kabupaten Bekasi.
2021. Diakses pada 22 November 2021, dari Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 21(5).
BPS Kabupaten Klaten: Prajanti, S. D. (2022). Gagasan. Diakses pada 1 Juni
https://klatenkab.bps.go.id. 2022, dari Universitas Negeri Semarang:
Brontowiyono, W. (2014). Daya Dukung https//unnes.ac.id.
Lingkungan Untuk Pertanian Lahan Kering. Saptana. (2012). Keunggulan Komparatif-Kompetitif
Yogyakarta: Gre Publishing dan Strategi Kemitraan. SOCA: Sosial
Darmawan, A., Hayati, R., & Hariyanto, H. (2017). Ekonomi Pertanian. Diakses pada 15 Maret
Analisis Sebaran Area Komoditas Unggulan 2022 dari
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/
Brebes. Geo-Image, 6(1), 1-7. view/4196.
Haris, W. A., & Falatehan, A. F. (2017). Analisis Sofyan, R., Harianto, H., & Aji, A. (2014). Analisis
peranan subsektor tanaman pangan terhadap komoditas unggulan pertanian tanaman
11
Pertiwi & Hariyanto / Geo Image 12 (1) (2023)

pangan di Kabupaten Pemalang. Geo-Image,


3(1).
Widiastuti, A. S., Maretya, D. A., Wangge, G. A.,
Suci, A., Nurkholis, A., Widyaningsih, Y., ...
& Abdillah, A. (2016). Daya Dukung Lahan
Pertanian, Permukiman, dan Kawasan
Lindung di DAS Sembung, Kabupaten
Sleman, DIY.
http://doi.org/10.17605/OSF.IO/VBW4P.

12

Anda mungkin juga menyukai