Anda di halaman 1dari 24

PENUNTUN PRAKTIKUM

S E L

Dr. Nur Wakhidah, S.Pd., M.Si.


Yuanita Rachmawati, M.Sc.

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019
PRAKTIKUM I
PENGAMATAN SEL

Acara I
Topik : Mengenal Sel Berbagai Mikroorganisme Prokaryotik dan Eukaryotik
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan komponen sel berbagai mikroorganisme menggunakan
mikroskop
2. Menghimpun dan menggambarkan berbagai macam bentuk sel mikroorganisme yang
ditemukan
Materi :
Sel merupakan organisasi terkecil secara struktural dan fungsional. Organisme
uniseluler adalah makhluk hidup terkecil di dunia. Sel tidak terlihat oleh mata, akan tetapi
sangat bermanfaat bagi kehidupan khususnya pada organisme multiselular, karena pada
organisme uniseluar sel adalah unit terbesar dari tubuhnya. Sel bersifat fundamental
(mendasar) bagi sistem kehidupan dalam ilmu Biologi karena semua organisme tersusun
dari sel. Sel disebut juga satuan fungsional makhluk hidup karena di dalam sel terjadi
proses metabolisme dan berbagai proses kehidupan, seperti reproduksi dan eksresi. Allah
menciptakan manusia paling sempurna yang tersusun atas apa yang kita tidak bisa atur dan
kendalikan secara sadar, yakni pada tingkatan sel. “Dia menciptakan langit dan bumi
dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada
Allah-lah kembalimu.” (Surat At-Taghabun: 3). Makin besar ukuran tubuh makhluk hidup,
makin banyak jumlah sel penyusunnya. Sebagai penyusun tubuh makhluk hidup, sel dapat
dianalogikan dengan batu bata yang menyusun suatu bangunan.
Sel sebagai penyusun bagi makhluk hidup multiseluler memberikan pelajaran bagi
manusia dalam kehidupannya bahwa pahala yang kecil jika dikerjakan akan mendapat
balasan dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Zalzalah berikut ini.

(3) (2) (1)

(6) (5) (4)

(8) (7)

1
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya:
“Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena
sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari
itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(QS. Al Zalzalah: 1-8)
Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert hooke pada tahun 1665 yang mengamati
jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup.
Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat
berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. (Campbell, 2008)
Sel Prokaryotik dan Eukaryotik adalah klasifikasi sel berdasarkan ada tidaknya
membran pelindung organel. Bentuk sel ada yang bulat, pipih, spiral, curve, memanjang,
bikonkaf, dll. Sedang ukuran dari sel pada umumnya mikroskopis. Pada manusia diameter
rata-rata kira-kira 10µ, namun pada sel-sel telur yang belum memulai perkembangan,
merupakan sel tungal yang biasanya terlihat dengan mata biasa. Pada sel hewan bentuknya
tidak tetap karena tidak memiliki dinding sel, sehinga membran sel dapat bergerak dengan
bebas. Pada tumbuhan bentuknya tetap karena memiliki dinding sel, sehingga gerakaan
membrane sel terbatas. Sel bisa berbentuk batang (basil), bulat (coccus), oval dan spiral.
Sel berbentuk pipih contohnya sel epitel, berbentuk tabung contohnya sel penyangga pada
daun, berbentuk bulat contohnya sel basil dan berbentuk oval serta spiral (Idel, 1999).

Alat dan Bahan


Alat : 5. Botol sampel
1. Pipet tetes Bahan :
2. Object glass 1. Sampel air kotor
3. Cover glass 2. Sampel air sungai
4. Mikroskop 3. Sampel air danau

2
Prosedur :
1. Mikroskop disiapkan
2. 1 tetes sampel air yang telah dibawa, diletakkan pada kaca benda dan ditutup dengan
kaca penutup
3. Preparat mulai diamati dari perbesaran lemah ke kuat
4. Carilah jenis mikroorganisme sebanyak-banyaknya, dan
5. Gambarlah sel dari mikroorganisme yang anda dapat tersebut dan berilah keterangan
bagian-bagian sel yang tampak

Diskusi & Pembahasan


1. Apa saja mikroorganisme penyusun 3 ekosistem sampel air yang anda bawa?
2. Beri keterangan yang mana termasuk Prokaryotik dan Eukaryotik!
3. Apa saja organel yang tampak? Mengapa?
4. Mengapa mikroorganisme yang anda temukan mungkin berbeda di tiap ekosistem?

3
Acara II
Topik : Sel Hewan dan Tumbuhan
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan komponen sel hewan dan tumbuhan
2. Mengetahui perbedaan sel hewan dan tumbuhan
3. Menggambarkan sel hewan dan tumbuhan

Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Pipet tetes 1. Darah
2. Object glass 2. Sel epitel pipi
3. Cover glass 3. Hydrilla
4. Mikroskop 4. Bawang merah
5. Botol sampel 5. Pewarna Methylene Blue

Prosedur :
1. Mikroskop disiapkan
2. Sampel bawang merah yang telah dibawa disayat tipis kemudian diletakkan pada kaca
benda dan ditutup dengan kaca penutup
3. Daun Hydrilla langsung diamati di bawah mikroskop
4. Sampel darah diletakkan pada kaca benda dan ditutup dengan kaca penutup
5. Sel epitel pipi yang diambil dari kerokan sel-sel dari mukosa pipi diambil kemudian
diberi pewarna methylene blue
6. Preparat mulai diamati dari perbesaran lemah ke kuat
7. Gambarlah sel-sel yang anda dapat tersebut dan berilah keterangan-keterangan bagian-
bagian sel yang tampak

Diskusi & Pembahasan :


1. Apa perbedaan yang nyata dari kedua jenis sampel?
2. Apa saja organel yang tampak? Mengapa?
3. Beri penjelasan mengapa sel darah tidak perlu diberi pewarnaan sementara sel epitel
diberi pewarna seperti methylene blue?

4
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A. 2008, Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Idel, Antoni dkk. 1999. Pintar Biologi. Surabaya: Gitamedia Press

5
PRAKTIKUM II
PEMBELAHAN SEL
Acara I
Topik : Mengetahui Berbagai Fase Pembelahan Mitosis Melalui Preparat Mitosis
Tujuan :
1. Mengamati berbagai fase pembelahan mitosis melalui sediaan preparat mitosis
2. Mengetahui perbedaan berbagai fase pembelahan mitosis melalui pengamatan preparat
mitosis
Materi :
Sel mampu mengalami reproduksi dengan cara membelah. Tujuannya adalah
memperbanyak diri dalam rangka mempertahankan jenisnya. Manusia tiada dapat
memerintahkan sel untuk dapat membelah dan terspesialisasi pada tugas-tugas yang
berbeda sesuai keinginan manusia selama pembelahan. Jelaslah bahwa tiada satupun dari
hal-hal tersebut merupakan tatanan acak yang muncul secara kebetulan. Mereka semua ada
atas kuasa Tuhan kita sesuai yang tersirat dalam Surat As-Sajda ayat 5.
Pembelajaran tentang pembelahan mengingatkan kepada manusia bahwa pahala dapat
berlipat ganda saat di bulan romadlon sehingga memperbanyak pahala di bulan suci
tersebut akan melipatgandakan jumlahnya sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qodar
berikut ini. Lailatul qadar akan dilipatgandakan pahala sebagaimana disebutkan dalam
ayat,
ِ ْ‫لَْي لَةُ الْ َق ْد ِر َخْي ر ِمن أَل‬
‫ف َش ْهر‬ ْ ٌ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3). Ayat tersebut
menunjukkan bahwa amalan baik yang dijalankan akan mendapatkan pahala yang dapat
berlipat 1000 X 12, yaitu 12.000 kali.
Pembelahan sel pada jasad eukariota terdiri dari pembelahan mitosis dan meiosis.
Pembelahan mitosis bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi sel yang menghasilkan
sel anakan yang sama dengan sel induknya. Sementara pembelahan meiosis bertujuan
untuk menghasilkan gamet yang hasil pembelahannya tidak sama dengan sel induk.
Proses pembelahan sel melibatkan suatu siklus yang terdiri dari siklus interfase dan
mitosis (Gambar 1). Pada fase interfase terdiri atas fase G1, S, dan G2, sedangkan pada
fase mitosis terdiri atas fase profase, metafase, anafase, dan telofase. Tahapan mitosis
antara lain profase terjadi pada saat benang-benang kromatin pada di dalam nukleus

6
mengalami kondensasi dan setiap kromosom yang terduplikasi nampak menyatu
membentuk sister kromatid sehingga kromosom dapat diamati di mikroskop cahaya.
Kemudian terbentuk gelendong yang tersusun atas mikrotubul yang berasal dari sentrosom.

Gambar 1. Siklus sel (Solomon et al, 2011).


Prometafase merupakan tahapan antara profase dan metaphase dimana terjadi
fragmentasi pada membran nukleus kemudian mikrotubul dapat memasuki nukleus dan
berinteraksi dengan kromosom. Berkas mikrotubul memanjang dari dari setiap kutub ke
arah pertengahan sel. Masing-masing dari kedua kromatid yang berasal dari kromosom
memiliki struktur kinetokor yang terletak di daerah sentromer. Beberapa mikrotubula
melekat ke kinetokor yang kemudia terjadi gerakan serentak pada kromosom. Sementara
mikrotubul yang non kinetokor berinteraksi dengan mikrotubul yang dari kutub sel yang
berlawanan.
Metafase yakni sentrsosom terletak di daerah kutub yang berlawanan dalam sel dan
kromosom tersusun pada pelat metafase yang berada di daerah ekuator. Kemudian seluruh
sentromer membuat formasi sejajar dan setiap kromosom, kinetokor dari sister kromatid
akan melekat pada mikrotubul yang berasal dari arah yang berlawanan dalam sel.
Anafase yakni adanya pemisahan dari pasangan sentromer dari setiap kromosom yang
kemudian memisahkan sister kromatid. Pemisahan ini terjadi ketika mikrotubul mengalami
pemendekan yaang menyebabkan kinetokor dari sentromer kromosom tertarik ke arah
yang berlawanan. Pada tahap akhir anafase, kedua pasangan kromatid berada di daerah
kutub sel yang berlawanan.
Telofase merupakan fase akhir dimana terjadi pemanjangan mikrotubul yang non-
kinetokor dan terjadi pembentukan membran nukleus lagi. Kemudian perlahan-lahan
kromosom terurai sehingga kromosom nampak longgar. Tahapan selanjutnya diikuti
sitokinesis yang menghasilkan dua sel anakan baru(Campbell et al, 2009).

7
Gambar 2. Fase pembelahan mitosis pada akar bawang (Solomon et al., 2011).

Alat & Bahan:


1. Preparat Mitosis berbagai fase
2. Mikroskop
3. Kamera

Prosedur :
1. Mikroskop disiapkan
2. Preparat mulai diamati dari perbesaran lemah ke kuat
3. Sel yang mengalami pembelahan Mitosis berbagai fase diamati sebanyak-banyaknya
4. Gambarlah sel yang mengalami pembelahan Mitosis berbagai fase diamati sebanyak-
banyaknya dan beri keterangan bagian-bagiannya

Diskusi & Pembahasan


1. Apa saja pembelahan Mitosis berbagai fase yang dapat diamati?
2. Bagaimana mekanisme sel mengalami berbagai macam fase pembelahan?
3. Mengapa sel dapat membelah? Jelaskan!

Daftar Pustaka
Burns, Roy G. 1992. Analysis of the colchicine-binding site of β-tubulin. Federation of
European Biochemical Societies 297 (3): 205-208.
Campbell, Neil A. et al. 2009. Biology 8th edition. San Francisco: Benjamin Cummings.
Głowacka, K., S. Jezowski, and Z. Kaczmarek. 2009. Polyploidization of Miscanthus
sinensis and Miscanthus x giganteus by plantcolchicine treatment. Industrial Crops
and Products 30: 444–446.

8
Konuk, M., Liman, R., & Cigerci, H. 2007. Determination of genotoxic of boron on
Allium cepa root meristematic cells. Pak. J. Bot. 39(1): 73-79.
Liu, X. Z., H. Lin, X. Y. Mo, T. Long,and H. Y. Zhang. 2009.Genetic variation in
colchicine-treated regenerated plants of Eucalyptus globulus Labill. Journal of
Genetics. 88 (3): 345 - 348.
Solomon, Eldra P, et al. 2011. Biology 9th Edition. United State: Brooks/Cole.

9
PRAKTIKUM III
PEMBUATAN SEDIAAN OLES

Acara I
Topik: Pembuatan Preparat Apusan Darah
Tujuan:
1. Mengetahui teknik pembuatan sediaan oles
2. Membuat sediaan apusan darah
3. Mengetahui karakteristik sel-sel darah

Materi:
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu
bahan. Sediaan apusan merupakan pembuatan preparat dengan menggunkan bahan berupa
zat cair. Fungsi pembuatan preparat apusan adalah untuk mengamati sel-sel dalam cairan
tubuh, misalnya pada darah. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Banyak ayat
dalam Al-Quran yang membahas tentang darah. Salah satunya Allah menciptakan darah
agar manusia dapat menambil pelajaran di dalamnya. Al-An’am 133 berbunyi

“Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai
bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dam mereka adalah kaum yang
berdosa”.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang
membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Darah manusia bewarna
merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan
oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen.

10
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Pada hewan lain,
fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan
tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen.
Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil,
oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya
terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif
dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Darah terdiri daripada
beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma
darah. Korpuskula darah terdiri dari:
a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel
ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit
mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan
dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit
anemia.
b. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam
proses pembekuan darah.
c. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun
tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan
berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak
memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit
leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Gambar apusan darah terdapat sel darah merah dan beberapa jenis sel darah putih
Upaya untuk membantu dan mempermudah suatu pengamatan terhadap benda yang
berukuran kecil/mikro sangat banyak sekali. Banyak metode yang telah dikembangkan dan
semakin lama metode tersebut semakin maju. Sehingga dari kemajuan metode tersebut
diharapkan sesuatu yang didapatkan dapat lebih banyak lagi. Berikut ini merupakan
beberapa macam dari preparat. Macam preparat:
1. Preparat sementara: Tidak tahan lama, mediumnya air atau bahan kimia volatil

11
2. Preparat semipermanen: Medianya adalah gliserin (tahan 1 pekan)
3. Preparat Awetan: Jika telah diproses secara histologis kemudian diawetkan dengan
entelan, entelan larut dalam xylol.

Alat & Bahan


1. Darah praktikan
2. Objek glass
3. Cover glass
4. Metanol
5. Entelan
6. Akuades
7. Staining jar
8. Giemsa

Prosedur:
1. Langkah pertama dalam melakukan pembuatan preparat ini adalah dengan mengambil
darah dari jari, dan jari yang akan diambil darahnya harus digosok dengan alkohol 70%
pada bagian jari yang akan ditusuk. Dihapus tetes-tetes pertama (2-3) dengan
menggunkan kertas penghisap/ kertas tissue, baru tetes berikutnya diteteskan pada
gelas obyek sedemikian rupa sehingga merupakan lingkaran dengan diameter ± 2-3
mm. Gelas obyek diletakkan pada sisi/ tepinya yang pendek di muka tetesan darah
tersebut lalu tariklah kebelakang sedikit sampai menyentuh lingkaran darah tersebut
hingga timbul kapiler yang menyebabkan darah merata kekiri dan kekanan tepi gelas
objek pertama. Sudut diantara kedua gelas objek sebaiknya ± 45º. Gelas objek ke dua
didorong maju dengan kekuatan dan kecepatan yang sama supaya mendapatkan film
darah yang tipis dan sama rata.
2. Membuat preparat blood smear (apusan darah). Setelah didapatkan film darah yang
tipis, kemudian dicuci dengan air mengalir dan kering anginkan. Setelah itu, preparat
apusan dimasukkan kedalam larutan metil alkohol selama 5 menit, jika telah selesai
preparat tersebut dimasukkan kedalam pewarna giemsa selama 30 menit. Kemudian
dicuci dengan air mengalir selama 5 menit dan dikeringkan. Jika preparat telah kering,
preparat tersebut siap diamati dengan menggunakan mikroskop.

12
Diskusi dan Pembahasan
1. Amati hasil apusan darah di bawah mikroskop, jika sel-selnya tumpang tindih, ulangi
lagi langkah-langkahnya dengan memperhatikan teknik pengolesan darah diatas objek
glass.
2. Jika hasil yang didapatkan sudah baik (tidak tumpang tindih, dan pewarnaannya jelas)
lakukan labeling pada preparat yang telah di buat.
3. Kirteria penilaian :
a. Ketepatan dalam preparasi sampel (sel-selnya tidak tumpang tindih)
b. Pewaraan jelas, tidak pudar dan tidak terlalu tebal
c. Kerapihan dalam mounting

13
Acara II
Topik: Pembuatan Sediaan Apusan Mukosa Mulut
Tujuan:
1. Mengetahui teknik pembuatan sediaan apusan mukosa mulut
2. Membuat apusan mukosa mulut
3. Mengatahui karakterisatik epitel mukosa mulut

Materi:
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang
terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut tergabung menjadi satu
oleh tight junction (persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke
udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar melekat pada membrane
basal.
Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, dan
dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jaringan mukosa yang
licin, fleksibel dan berkeratin ataupun tidak berkeratin. Jaringan lunak dalam mulut
berfungsi melindungi jaringan keras di bawahnya ; pembuluh darah, saraf, alat pengecap,
dan alat pengunyah. Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut
dari yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan basalis, lapisan spinosum, lapisan
granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus
yang berbatasan dengan lamina propria dan mengandung sel-sel induk yang secara kontinu
bermitosis dan sel anakannya di kirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum
spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karak
teristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang
lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula
keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau
berlapis-lapis sel berbentuk pipih yang tidak terstruktur dan tidk mempunyai inti sel.
Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyah,
mukosa penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyah terdapat di bagian rongga mulut
yang menerima tekanan kunyak seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya
parakeratinisasi (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa sel nya ada yang masih
memiliki inti sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut,
permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa

14
alveolaris kecuali gusi. Tipe epitelnya nonkeratinisasi (tidak memiliki lapisan keratin).
Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinisasi (memiliki
lapisan keratin yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak ber inti). Perbandingan
antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada
kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan
sel basal.

Alat dan Bahan


1. Cotton buds 5. Methylene blue
2. NaCl 0,9% 6. Mikroskop
3. Objek glass 7. Mukosa mulut
4. Cover glass 8. Alkohol 70%

Prosedur:
Gelas obyek dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikering anginkan. Ujung cotton bud
dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% dan dimasukkan perlahanlahan ke dalam rongga mulut,
diputar searah jarum jam dua hingga tiga kali. Kemudian ujung cotton bud tersebut
dioleskan pada gelas obyek dengan arah yang sama (sejajar). Ulasan mukosa mulut pada
gelas obyek ditetesi pewarna methylen blue 1%, digoyanggoyangkan supaya merata dalam
permukan olesan. Dibiarkan selama 5 menit. Gelas obyek tadi dicuci pada air mengalir
dengan debit rendah, dikeringkan dengan udara dan kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Preparat mukosa mulut yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah, baru kemudian dengan perbesaran kuat.
Diskusi & Pembahasan:
1. Amati hasil apusan mukosa mulut di bawah mikroskop, jika sel-selnya tumpang tindih,
ulangi lagi langkah-langkahnya dengan memperhatikan teknik pengolesan mukosa
mulut diatas objek glass
2. Jika hasil yang didapatkan sudah baik (tidak tumpang tindih, dan pewarnaannya jelas)
lakukan labeling pada preparat yang telah di buat
3. Kirteria penilaian :
a. Ketepatan dalam preparasi sampel (sel-selnya tidak tumpang tindih)
b. Pewaraan jelas, tidak pudar dan tidak terlalu tebal
c. Kerapihan dalam mounting

15
PRAKTIKUM IV
GAMETOGENESIS

Topik: Diferensiasi Sel


Tujuan:
1. Mengamati struktur sel reproduksi hewan jantan dan betina secara mikroskopis.
2. Mengidentifikasi sel-sel reproduksi jantan dan betina yang mengalami diferensiasi.
3. Menganalisis proses gametogenesis pada hewan.

Materi:
Gametogenesis merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantan
(spermatogenesis) dan juga gamet betina (oogonesis) (Sumiati, 2013). Pada
spermatogenesis, spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah reproduksi,
spermatogonia ini diberi makan (nutrient) oleh sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom dengan jumlah diploid
pada inti selnya dan mengalami meiosis (pembelahan reduksi dan pertukaran bahan
genetik). Sel-sel spermatosit sekunder yang haploid ini sekarang mengalami pembelahan
meiosis kedua untuk menyusun kembali bahan genetik. Spermatid adalah sel yang
dihasilkan pada pembelahan meiosis kedua. Bagian terbesar pada spermatid yang
mengandung inti (nucleus) berdeferensiasi menjadi kepala (caput) spermatozoon yang
masak (Verrals, 2003).
Oogenesis berawal dari folikel primer yang berasal dari satu sel epitel benih yang
membelah diri. Sel yang nantinya aka menjadi ovum (telur) berada di tengah-tengah
dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil pembelahan tadi. Sel-sel kecil ini merupakan lapisan sel
yang tebal yang disebut membrane granulose. Folikel perimer ini kebanyakan berada
langsung di bawah kulit ovarium yang tipis sekali dan disebut tunika albuginea. Folikel
primer ini dapat dibedakan dari folikel sekunder dari letaknya dan membrane yang
membungkus ovumnya. Folikel primer terletak dekat atau melekat pada permukaan
ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh membrane viteline (Partodiharjo, 1987).

16
Umat Islam telah mengenal istilah “mani” sebelum sel sperma dan sel telur
ditemukan oleh para ilmuwan. Proses reproduksi secara jelas oleh Allah SWT dinyatakan
dalam Al-Qur’an berikut ini. Allah Ta’ala berfirman,
ْ ُ‫سا ُن أَنَّا َخلَ ْقنَاهُ ِم ْن ن‬
ِ ‫طفَ ٍة فَإِذَا هُ َو خ‬
‫َصي ٌم ُم ِبي ٌن‬ ِ ْ ‫أ َ َولَ ْم َي َر‬
َ ‫اْل ْن‬
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air
(mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (QS. Yasin: 77)
Ayat di atas menjadi inspirasi bagi ilmuwan untuk menemukan apa yang terdapat di dalam
mani seorang laki-laki yang penting dalam proses reproduksi.

Alat dan Bahan:


1. Mikroskop
2. Preparat Tubulus Semeniferus Testis
3. Preparat Ovarium

Prosedur:
Pengamatan Tubulus Semeniferus Testis:
1. Siapkan preparat Preparat Tubulus Semeniferus Testis
2. Amati di Mikroskop. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan sel-sel penyusunnya
serta sel mana sajakah yang mengalami diferensiasi.
3. Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan.

Pengamatan Ovarium:
1. Siapkan preparat Ovarium.
2. Amati masing-masing preparat di Mikroskop. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan
sel-sel penyusunnya serta sel mana sajakah yang mengalami diferensiasi.
3. Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan.

Diskusi & Pembahasan


1. Bagaimana bentuk dan struktur sel pada tiap tahapan gametogenesis? Apakah sama
atau berbeda? Apa yang yang menjadi persamaan dan perbedaannya? Jelaskan.
2. Berdasarkan hasil pengamatan, pada tahap gametogenesis mana saja, sel mengalami
diferensiasi?
3. Apa saja yang menjadi indikator sel mengalami diferensiasi atau tidak? Jelaskan.
17
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gametogenesis dan diferensiasi sel?
Jelaskan.
5. Analisislah proses gametogenesis dan diferensiasi sel berdasarkan QS Al Mu'minun
ayat 12 sampai 16.

18
PRAKTIKUM V
FRAKSINASI DAN ANALISA KOMPONEN SELULER

Tujuan:
1. Memisahkan komponen seluler tumbuhan berdasarkan ukurannya dengan sentrifugasi.
2. Menganalisa keberadaan mitokondria menggunakan TTC
3. Mengenalkan teknik sentrifugasi sebagai salah satu teknik mempelajari sel

Materi:
Pengamatan komponen seluler dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama yaitu
dengan membuat preparat basah atau preparat permanen. Untuk preparat basah, irisan
jaringan dengan ketebalan kurang dari 10 µm (bisa diwarnai atau tidak diwarnai) langsung
ditempelkan pada cover gelas dan diamati menggunakan mikroskop. Untuk preparat
permanen, jaringan melalui beberapa proses antara lain yaitu fiksasi, dehidrasi, embedding,
pengirisan (memakai mikrotom), affixing atau penempelan pada obyek gelas, pewarnaan,
mounting atau penutupan cover gelas, kemudian baru diamati menggunakan mikroskop.
Cara kedua pengamatan komponen seluler yaitu dengan fraksionasi sel yang
dilakukan melalui dua tahap yaitu: (1) homogenasi (pemisahan sel dari jaringan
penyusunnya serta pelepasan organel dari selnya), dan (2) sentrifugasi (pemisahan organel
sel berdasarkan ukurannya) yang bisa dilakukan beberapa tahap tergantung kebutuhan.
Fraksionasi sel digunakan untuk mempelajari sifat biokimia dan fisiologi organel sel di
luar sel. Dasar metode yang digunakan untuk mengisolasi organel dikembangkan pada
tahun 1930-an oleh A. Claude, R.R. Bensley dan N.L. Hoerr untuk isolasi mitokondria, dan
S. Granick untuk isolasi kloroplas.
Prosedur dasar fraksionasi sel dimulai dengan homogenasi untuk menghancurkan
membran plasma dan atau dinding sel untuk mengeluarkan sitoplasma; dan kemudian
dilanjutkan sentrifugasi untuk memisahkan organel sel. Kemurnian tiap fraksi
dikonfirmasi menggunakan mikroskop atau menggunakan marker biokimia. Sebelum
dilakukan fraksinasi sel, jaringan harus dipotong atau dicacah menjadi potongan-potongan
kecil dan dilakukan dalam larutan bufer isotonik. Untuk mempertahankan integritas
organel sel dan viabilitas enzim, prosedur fraksinasi dilakukan dalam kondisi dingin
(maksimal suhu 10o C). Suspensi sel hasil homogenasi dinamakan homogenat. Untuk
jaringan tertentu, homogenasi dilakukan menggunakan mortar dan pestle dengan bantuan

19
pasir kuarsa. Sesudah homogenasi, komponen sel bisa dipisahkan berdasarkan ukuran,
bentuk, sifat kimia atau densitasnya menggunakan sentrifus. Dalam praktikum ini,
homogenat disentrifugasi menggunakan teknik differential centrifugation. Organel atau
partikel yang mempunyai densitas lebih besar daripada buffer sentrifugasi, dan partikel
yang mempunyai ukuran dan bentuk yang lebih besar akan bergerak ke dasar tabung
sentrifus pada kecepatan yang berbeda bila ditempatkan pada gaya sentrifugal. Partikel
dengan densitas lebih besar akan mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil.
Tahap pertama differential centrifugation memisahkan homogenat dengan debris sel,
sehingga belum menghasilkan organel yang spesifik. Tahap kedua sentrifugasi dilakukan
pada kecepatan yang lebih tinggi dan durasi sentrifugasi yang lebih lama.
Analisa komponen seluler pada praktikum ini dilakukan pada mitokondria
menggunakan tetrazolium chloride (TTC) untuk mendeteksi adanya aktivitas enzim
dehidrogenase (diperankan oleh coenzim NADH) yang dihasilkan mitokondria. Enzim ini
bekerja dengan mengambil ion hidrogen dan elektron (proton). Mitokondria dalam
suspensi akan menghasilkan ion hidrogen dan elektron (proton) yang akan berekasi
dengan TTC, sehingga TTC berubah bentuk dari teroksidasi (tidak berwarna) menjadi
tereduksi (membentuk formazan berwarna merah).
Teknik pemisahan ini mengingatkan pada manusia bahwa manusia harus
memisahkan antara yang haq dan yang batil, sebagaimana diturunkannya Al-Qur’an adalah
untuk membedakan antara yang benar dan salah menurut Allah SWT. Implementasi dari
ajaran dalam Al-Qur’an antara lain dalam menyatakan sikap beragama antara Islam dan
Nasrani serta dalam membedakan yang halal dan haram. Ayat yang menerangkan tentang
pemisahan antara yang haq dan batil terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh: 42,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫وَ َحوٱَ اْوُسِبۡلوت ا ََلو‬


َ َ ‫وَتَو ِلا وٱَ اََْ ِٱب‬
َ ُ‫وَٱَ او ِ ِٱبۡلوت ا ََل ت‬
َ ‫ُو ُوم ا َو تَ ُ ُم‬
‫ت‬

Artinya: “Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian
sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).
Alat & Bahan
Bahan:
1. Biji Pisum sativum (sudah direndam semalam dalam sucrose 0,25 M dingin)

20
2. 2,3,5-triphenyl-tetrazolium chloride atau tetrazolium chloride (TTC) 0,05 - 1 % (dibuat
dalam 0,05 M potassium phosphate bufer pH 7,4)
3. Bufer sukrosa (0,25 M) dingin (dibuat dalam 0,05 M potassium phosphate bufer pH
7,4)
4. IKI (iodin)

Alat:
1. Tabung sentrifus 15 ml 8. Waterbath
2. Kain kasa (cheesecloth) 9. Iced bath
3. Obyek + cover gelas 10. Mikroskop cahaya biasa
4. Rak tabung reaksi 11. Gelas beaker 250 ml
5. Refrigerated centrifuge 12. Obyek dan cover gelas
6. Blender 13. Karet gelang
7. Tabung reaksi 14. Parafilm

Prosedur:
1. Homogenasi
a. Biji Pisum sativum (kering) sebanyak 5 g direndam semalam dalam 25 ml bufer
sukrosa dingin.
b. Kemudian diblender selama 2-3 menit dalam kondisi dingin. Proses ini dinamakan
homogenasi. Hasilnya dinamakan homogenat (H).
2. Filtrasi
a. Siapkan 3-4 lembar kain kasa di atas beaker gelas, kemudian ikat dengan karet
gelang. Letakkan beker gelas ke dalam ice-water bath.
b. Tuang homogenat di atas kain kasa. Sisa homogenat yang tertinggal di kain kasa
dinamakan residu (R). Cairan yang dihasilkan dari prosedur filtrasi ini dinamakan
filtrat (F).
c. Peras sisa air dalam residu menggunakan kain kasa. Residu disimpan untuk analisa
selanjutnya.
3. Sentrifugasi
a. Aduk filtrat di dalam beker gelas kemudian tuang ke tabung sentrifus sampai skala
10 ml, sentrifus pada kecepatan 200 g selama 3 menit pada suhu 4 o

21
b. Hasil sentrifugasi berupa padatan yang berada di dasar tabung sentrifus
dinamakan pelet (P1), sedangkan yang berupa cairan dinamakan supernatan (S1).
c. Pindahkan atau tuang S1 ke dalam tabung sentrifus baru (hati-hati jangan sampai
P1 ikut tertuang). P1 disimpan untuk analisa selanjutnya.
d. Sentrifus S1 pada kecepatan 1.400 g selama 12 menit pada 4oC
e. Pelet (P2) yang diperoleh diperkirakan mengandung nukleus dan kloroplas.
Supernatan (S2) diperkirakan mengandung mitokondria, ribosom dan partikel
subseluler lainnya yang berukuran sangat kecil.
4. Pengujian aktivitas mitokondria pada S2
a. Pindahkan atau tuang S2 ke dalam tabung reaksi, letakkan dalam ice bath.
b. Resuspensi P2 dengan menambahkan 3 ml bufer sukrosa, pipeting pelan-pelan
untuk membentuk suspensi P2, letakkan dalam ice bath.
c. Siapkan tiga tabung reaksi dan tandai dengan label A, B dan C. Masukan 3 ml
bufer sukrosa ke dalam tabung A, 3 ml S2 ke dalam tabung B, dan 3 ml suspensi P2
ke dalam tabung C.
d. Masing-masing tabung ditambahkan 2 ml tetrazolium, kemudian tutup dengan
parafilm, homogenkan dengan cara inverting, inkubasi ke dalam water bath 37oC
selama 30 menit – semalam (12 jam).
e. Amati dan catat warna yang terbentuk pada masing-masing tabung pada lembar
pengamatan.
5. Pengamatan komponen sel hasil fraksinasi menggunakan mikroskop
a. Ambil sedikit R1 menggunakan tusuk gigi, letakkan pada cover gelas, tetesi dengan
air, kemudian aduk dengan tusuk gigi, tutup dengan cover gelas, amati di bawah
mikroskop perbesaran 10x dan 400x. Apakah yang Saudara dapat amati di bawah
mikroskop?
b. Teteskan 1 tetes IKI pada ujung cover gelas, dan biarkan IKI mewarnai fragmen
pada R1 sampai terbentuk warna biru gelap. amati di bawah mikroskop perbesaran
10x dan 400x. Apakah yang Saudara dapat amati di bawah mikroskop.
c. Lakukan prosedur 5a - 5b di atas pada suspensi P1 dan P2. Penambahan IKI
dilakukan secara langsung pada suspensi P1 dan P2 sebelum ditutup cover gelas.
Apakah yang Saudara dapat amati di bawah mikroskop?

22
Diskusi & Pembahasan
1. Prosedur fraksinasi pada praktikum ini menggunakan blender untuk mendapatkan
komponen seluler. Mengapa tidak digunakan teknik osmosis ?
2. Mengapa sel tanaman lebih sulit dihancurkan (disrupt) dibandingkan sel hewan ? Apa
tujuan sentrifugasi ?
3. Setelah differential centrifugation, organel tersebar pada supernatan dan pelet.
Jelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
4. Pemakaian differential centrifugation untuk pemisahan komponen seluler dilakukan
melalui beberapa tahapan sentrifugasi. Apa perbedaan antara sentrifugasi yang
pertama dengan sentrifugasi yang kedua dan ketiga ?
5. Pengamatan mitokondria dilakukan secara kimiawi menggunakan ...... yang bekerja
dengan cara ................................................................................... Mengapa pengamatan
mitokondria pada praktikum ini tidak menggunakan mikroskop ?

23

Anda mungkin juga menyukai