Anda di halaman 1dari 83

ANATOMI DAN FISIOLOGI PALPEBRA

PENDAHULUAN

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot dan jaringan fibrosa yang berfungsi

melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah di gerakkan karena

kulitnya paling tipis di antara kulit di bagian tubuh lain.(1)

Palpebra memiliki fungsi yang vital yaitu melindungi bola mata dari trauma luar,

regulasi banyaknya cahaya yang mencapai bola mata,menyediakan bahan dasar dari film air

mata dan mendistribusikannya secara rata ke permukaan mata dengan cara berkedip serta

pengaliran air mata ke drainase sistem lakrimal.(2)

Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Jarak antara palpebra superior

dan inferior ketika terbuka disebut fissura palpebra. Fissura palpebra pada orang dewasa

normal panjangnya 27 – 30 mm dan lebarnya 8 – 11 mm. Palpebra superior lebih mudah

bergerak daripada palpebra inferior, dan dapat mencapai 15 mm dengan kontraksi M.

Levator Palpebra. Jika Muskulus Frontalis ikut berperan maka lebar fissura palpebra dapat

bertambah sekitar 2 mm.(1,3)


Gbr 1.Struktur Mata bagian luar (3)

EMBRIOLOGI

Karasteristik perkembangan palpebra terbagi atas tiga bagian utama yaitu :

1.Perkembangan awal (Initial Development)

Selama bulan pertama perkembangan embrionik, vesikel optik ditutupi oleh lapisan

tipis dari ektoderm permukaan. Pada bulan kedua, proliferasi selular aktif dari mesoderm

sekitarnya menghasilkan susunan lipatan sirkular dari lapisan mesoderm pada kedua sisi

dari ektoderm. Lipatan ini membentuk palpebra yang rudimenter, secara bertahap

mengelongasi seluruh mata. Bagian mesoderm dari palpebra superior timbul dari proses

nasal frontal, sedangkan palpebra inferior timbul dari proses maxilla. Lapisan penutup

ektoderm menjadi kulit bagian luar dan konjungtiva pada bagian dalam. Lempeng tarsal,

jaringan konektif dan jaringan otot dari palpebra berasal dari mesodermal mata.
Gbr 2. Initial Development (4)

2.Penggabungan (fusion)

Fusi dari epitel palpebra dimulai pada kedua ujung yakni pada minggu ke-8 dan

secepatnya menutupi epitel kornea. Perlekatan sisa palpebra yang satu dengan lainnya

berlangsung hingga akhir bulan ke-5 sampai bulan ke-7.

Gbr 3. Fusi

3.Pemisahan (Final Reopening)

Pemisahan dimulai dari sisi nasal, dan umumnya selesai selama perkembangan

bulan ke-6 atau ke-7. Jarang proses ini tidak selesai pada bayi cukup bulan. Struktur
palpebra yang spesifik berkembang antara minggu ke-8 sampai bulan ke-7, dan selama

masa hamil, palpebra berkembang sepenuhnya diikuti oleh fungsi otot, bulu mata dan

glandula meibom. (4)

Gbr 4. Final Reopening (4)

ANATOMI

Palpebra superior dan inferior membentuk suatu kantong yang disebut saccus

Konjungtiva yang dibatasi di sebelah depan (konjungtiva palpebralis dan konjungtiva

tarsalis), belakang (konjungtiva bulbi superior,inferior dan kornea), sebelah atas

(konjungtiva forniks superior), bawah (konjungtiva forniks inferior).(5)

Pada saat mata membuka akan terbentuk fissura palpebra, yang terbentuk dari

garis tepi palpebra. Dalam keadaan normal, fissura palpebra orang dewasa berada pada

titik tertinggi pada palpebra superior adalah dari nasal ke pusat pupil, sedangkan titik

terendah pada palpebra inferior adalah dari temporal ke pusat pupil.(6)

Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak dibandingkan palpebra

inferior. Palpebra superior dan inferior bertemu di kantus medial dan kantus lateral, saat
mata terbuka kantus lateral membentuk sudut 60º, tapi pada kantus medial berbentuk

bulat. Kantus lateralis adalah pertemuan antara palpebra superior dan palpebra inferior di

sisi lateral, sedangkan pertemuan antara palpebra superior dan palpebra inferior di sisi

medial disebut kantus medial.(7)

Sudut lateral mata berhubungan langsung dengan bola mata, sedangkan sudut

medial letaknya kira-kira 6 mm dari bola mata. Pada sudut medial ini, kedua palpebra

dipisahkan oleh celah kecil berbentuk segitiga, yang disebut lakus lakrimalis. Pada bagian

sentral terdapat penonjolan kecil berwarna merah muda disebut Karunkula lakrimalis.

Sedangkan pada bagian lateral terdapat lipatan semilunar yang disebut Plika semilunaris. (7)

Secara anatomi palpebra terdiri atas lamella anterior dan lamella posterior. Lamella

anterior dibentuk oleh kulit dan otot, dan lamella posterior disusun oleh tarsus dan

konjungtiva. Margo palpebra superior dan inferior terdiri dari beberapa struktur. Barisan

bulu mata merupakan barisan terdepan margo palpebra. Sama halnya dengan fungsi alis,

bulu mata membantu melindungi mata dari debu dan keringat. Terdapat 100 sampai 150

silia pada palpebra superior, dan 50 sampai 75 silia pada palpebra inferior. Bulu mata

berasal dari folikel rambut pada permukaan anterior tarsus dan menonjol keluar,di depan

margo palpebra.
Gbr 5 : Anatomi mata bagian eksternal (7)

Setiap folikel rambut terdiri dari dua glandula zeis. Kelenjar keringat atau glandula

moll,terdapat di dekat silia dan bermuara dekat folikel. Glandula Moll dan Zeis

menghasilkan lipid yang akan dikontribusikan ke lapisan superfisial dari air mata dan

memperlambat penguapan. Posterior ke barisan bulu mata dan anterior ke tarsus terdapat

Gray Line.Gray Line merupakan gambaran dari Muskulus Riolan dan Muskulus Pretarsal

Orbikularis dan juga memisahkan lamella anterior dari lamella posterior.Glandula Meibom

dan tarsus membentuk lapisan dari margo palpebra di belakang gray line dan merupakan

bagian lamella posterior.Glandula Meibom tersusun secara vertikal di dalam tarsus dengan

orifisiumnya pada permukaan margo. Mucocutaneus junction terletak di posterior dari


orifisium glandula meibom. Punktum lakrimale terlihat di dekat sudut kantus medial.

Punktum superior tersembunyi oleh sedikit rotasi kedalam,terletak lebih ke

medial.Punktum inferior dapat terlihat tanpa melakukan eversi. (1,7,8)

Gbr 6. Margo palpebra, Gray Line(3

Ketebalan tiap margo palpebra berkisar 2 mm, dan panjangnya sekitar 30 mm. Pada 5/6

lateral margo palpebra disebut bagian siliar dengan tepi berbentuk segi empat. Pada 1/6

medial margo palpebra disebut bagian lakrimal dengan tepi berbentuk bulat. Sekitar 5 mm

dari sudut medial terdapat elevasi kecil, yaitu papilla lakrimalis.(7)

Pada puncak papilla lakrimalis terdapat lubang kecil disebut Punctum lakrimalis yang

memiliki ukuran bervariasi, diameternya sekitar 0,4 – 0,8 mm. Terdapat dua punktum

lakrimalis, yaitu Punktum lakrimalis superior pada palpebra superior, dan Punktum lakrimalis

inferior pada palpebra inferior.(7)


Dari punctum lakrimalis superior dan punctum lakrimalis inferior, air mata menuju ke

Kanalikuli superior ( sekitar 30 % ), dan Kanalikuli inferior ( sekitar 70 % ), menuju Kanalikuli

komunis, Sakus lakrimal, Duktus nasolakrimal,dan berakhir pada Kavum nasi.(7)

Gbr 7. Sistem Pengaliran Air Mata (9)

Struktur palpebra terdiri dari 7 lapis struktural, yaitu :

1. Kulit dan jaringan subkutan

2. Otot protaktor palpebra

3. Septum orbita

4. Lemak orbita

5. Otot retraktor palpebra

6. Tarsus

7. Konjungtiva (10)
Gbr 8. Lapisan struktural palpebra (1)

KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN

Kulit palpebra merupakan kulit tertipis pada tubuh, tebalnya sekitar < 1 mm. Kulit

palpebra terdiri atas rambut-rambut kecil, dengan kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat,

dan satu-satunya yang tidak mempunyai lapisan lemak subkutaneus.(6,7)

Pada palpebra superior dan palpebra inferior, jaringan pretarsal melekat erat pada

jaringan di bawahnya. Sementara jaringan preseptal melekat secara longgar, sehingga

dapat menimbulkan ruangan potensial untuk terjadinya akumulasi cairan. Lipatan palpebra

superior merupakan perlekatan aponeurosis levator palpebra pada otot orbikularis okuli
dan kulit. Lemak jarang terdapat pada jaringan preseptal dan preorbital kulit, bahkan tidak

terdapat pada jaringan pretarsal kulit.(7,10)

Palpebra dibagi oleh alur horizontal menjadi dua bagian, yaitu sulkus palpebra

superior dan sulkus palpebra inferior. Sulkus palpebra superior dibentuk oleh insersi

superfisial serabut aponeurosis M. levator palpebra superior pada kulit, rata-rata

ukurannya 8-11 mm. Sulkus palpebra inferior dibentuk oleh hubungan antara kulit dan M.

orbicularis oculi. Sulkus palpebra inferior pada anak-anak berkisar dari 3 mm medial ke

garis tepi palpebra inferior sampai 5 mm lateral ke garis tepi palpebra inferior. (1,7)

Pada orang tua terdapat dua sulkus yang dapat dilihat pada bagian bawah dari

margo orbita inferior. Keduanya disebut sebagai sulkus lateral (sulkus malar) dan sulkus

medial (sulkus nasojugal) yang terbentuk oleh kulit yang melekat pada periosteum di

bawahnya.(7)

Gbr 9. Sulkus Palpebra (12)


OTOT PROTRAKTOR PALPEBRA

Muskulus orbikularis okuli adalah lembaran otot yg tipis tersusun konsentris yang

menutupi palpebra dan regio periorbita, merupakan otot protraktor utama dari palpebra,

dan fungsinya adalah mempersempit fissura palpebra dan menutup palpebra, juga

berperan penting dalam sistem pompa lakrimalis. Kontraksi m. orbikularis okuli dipersarafi

oleh nervus cranialis VII.(6,7)

Muskulus orbikularis terbagi atas tiga bagian, yaitu : pretarsal, preseptal, dan

orbital. Bagian pretarsal dan preseptal lebih terlibat dalam gerakan berkedip yang tidak di

sengaja, sedangkan bagian orbital lebih terlibat dalam gerakan menutup palpebra.(10)

Bagian pretarsal palpebra superior dan inferior bersatu pada daerah kantus

lateral membentuk tendo kantus lateral. Pretarsal M.Orbicularis Oculi bagian profunda

berorigo pada Krista lakrimalis posterior dan bagian superficial berorigo pada tendo kantus

medial bagian anterior, selanjutnya berinsersi pada krista lakrimalis anterior. Kaput

profunda bagian pretarsal (m.Horner’s) terdiri atas serabut-serabut pretarsal yang

mengelilingi kanalikuli yang berperan pada drainase airmata.(7,13)

Bagian Preseptal dari M.Orbicularis Oculi bagian profunda berasal dari fascia yang

mengelilingi Sakkus lakrimalis dan Krista lakrimalis posterior. Bagian superfisialnya berasal

dari tendo kantus medial bagian anterior. Pada bagian lateral, M.Orbicularis Oculi preseptal

membentuk Raphe lateral palpebra yang melapisi rima orbita bagian lateral, dan berinsersi

pada fascia muskulus orbital daerah zygoma. (7,13)


Bagian orbital dari M.Orbicularis berasal dari permukaan anterior tendo kantus

medialis dan mengelilingi periosteum dan berinsersi pada tepi orbita superior dan inferior.

Serat-serat ototnya berjalan ke superior bergabung dengan M.Frontalis dan M.Corrugator

supercili, pada bagian lateral menutupi fascia temporalis dan berinsersi pada tendo kantus

lateralis. (7,13)

Gbr 10. Muskulus orbikularis okuli (6)


Ket. Gbr : A. M.frontalis; B. M.korrugator supersiliaris; C. M.proserus; D. M.orbikularis (pars

orbital); E. M.orbikularis (pars preseptal); F. M.orbikularis (pars pretarsal).

SEPTUM ORBITA

Septum orbita merupakan suatu jaringan fibrosa yang tipis, berasal dari

periosteum yang menutupi tepi arkus marginal orbita superior dan inferior. Septum orbita

memisahkan palpebra dari isi rongga orbita. Pada palpebra superior septum orbita bersatu

dengan aponeurosis levator 2-5 mm di atas tepi tarsal superior. Pada palpebra inferior

septum orbita bersatu dengan fascia kapsulopalpebra pada atau tepatnya di bawah tarsal

inferior. Pada bagian lateral septum orbita melekat pada tendo kantus lateral. Pada bagian

nasal septum orbita melekat pada daerah krista lakrimalis posterior.(6,7,9)

Seiring bertambahnya usia septum orbita akan mengalami penipisan dan muskulus

orbikularis akan melemah,keadaan ini akan menyebabkan herniasi anterior lemak orbita ke

dalam palpebra yang menua. (5,7)


Septum orbitae Septum orbitae

M. Levator palpebra
Superior tendo


Tarsus superior

Lig. Palp Med

Lig. Palp Lat.

Septum Orbita

Tarsus superior

Gbr 11. Septum Orbita (6)

LEMAK ORBITA

Lemak orbita berperan sebagai pertahanan mekanik antara orbita dan palpebra

untuk membatasi penyebaran infeksi dan perdarahan. Lemak orbita terletak pada bagian

posterior dari septum orbita dan bagian anterior dari aponeurosis levator ( palpebra

superior ) dan di fascia kapsulopalpebral ( palpebra inferior). Pada palpebra superior

terdapat dua kantung lemak, daerah nasal dan sentral (preaponeurotik). Pada palpebra

inferior,terdapat tiga kantung lemak : nasal,sentral dan temporal. (2,11,13)

Seiring bertambahnya usia, lemak orbita terkadang mengalami herniasi anterior ke

dalam palpebra. Bantalan lemak orbita bagian sentral adalah tanda penting pada operasi

palpebra dan laserasi palpebra, karena lemak orbita terletak langsung di belakang septum

orbita dan di depan aponeurosis levator. (10)


Gbr 12.Lemak orbit

OTOT RETRAKTOR PALPEBRA

Otot retraktor palpebra terdiri atas 2 otot yakni :

1. Otot retraktor palpebra superior adalah muskulus levator palpebra dan

aponeurosisnya, serta muskulus tarsal superior ( muskulus muller).

2. Otot retraktor palpebra inferior adalah fascia kapsulopalpebral dan muskulus

tarsal inferior.(12)

1. Muskulus Levator Palpebra


M. levator palpebra berorigo pada apeks orbita yaitu pada periorbita tulang

spenoidal tepat di atas Annulus Zinni. Komponen otot berukuran 40 mm, sedangkan

aponeurosisnya 14 – 20 mm. Ligamentum tarsal superior (ligamentum Whitnall) adalah

kondensasi serabut elastis selubung M. Levator bagian anterior yang berlokasi pada area

transisi muskulus levator dengan aponeurosis Levator.

Ligamentum Whitnall fungsi utamanya sebagai penunjang palpebra superior dan

jaringan orbita superior. Di medial melekat di sekitar troklea dan tendon M. Obliqus

superior. Di lateral membentuk septum yang berisi stroma kelenjar lakrimalis, kemudian ke

atas melekat pada bagian dalam dinding lateral orbita kira-kira 10 mm diatas tuberkel

orbita. Aponeurosis levator selanjutnya terbagi menjdi bagian anterior yang berinsersi

pada septum antara serat-serat muskulus preseptal orbikularis dan posterior berinsersi

pada permukaan anterior seperdua bagian bawah tarsus. Kornu lateral dari levator

palpebra membagi kelenjar lakrimal menjadi lobus orbital dan lobus palpebral. Kornu

medial melekat pada bagian posterior tendo medial dan posterior krista lakrimal.(13)
Gbr 13. Struktur palpebra bagian dalam(14)

2. Muskulus Muller

M. Muller disebut juga M. Tarsalis Superior. M. Muller berorigo pada permukaan

bawah aponeurosis levator pada level ligamentum Whitnall kira-kira 12 – 14 mm di atas

tepi tarsal superior, dipersarafi oleh saraf simpatis dan berinsersi pada tepi tarsus superior.

Muskulus ini melekat erat pada batas posterior konjungtiva.(13)

3. Fascia Kapsulopalpebral

Fascia kapsulopalpebral inferior analog dengan aponeurosis levator palpebra

superior, berasal dari ujung serat-serat M. Rektus Inferior. Fascia kapsulopalpebral

selanjutnya menyatu dengan pembungkus M. Obliqus Inferior. Di antara M. Obliqus

inferior, dua fascia ini membentuk ligamentum suspensori Lockwood’s. Ligamentum ini
berinsersi pada tepi tarsus inferior dan tepat berada di bawah tarsus selanjutnya bergabung

dengan fascia septum orbita.(13)

4. Muskulus Tarsalis Inferior

M. tarsalis inferior pada palpebra inferior analog dengan M. Muller’s, terletak di

posterior dari fascia kapsulopalpebral dan berasal dari perluasan fascia kapsulopalpebral

pembungkus dari M. Rektus Inferior. M. Tarsalis inferior melekat di atas permukaan fascia

kapsulopalpebral dan melekat di bawah konjungtiva. Pembungkus fascia kapsulopalpebral

dan M. Tarsalis Inferior terbagi dan mengelilingi M. Obliqus Inferior dan bertemu kembali

sebelum berinsersi di anterior tarsus inferior. Serabut dari fascia kapsulopalpebral dan M.

Tarsalis Inferior bersatu dengan septum orbita 4 – 5 mm di bawah tarsus inferior dan

berinsersi di tepi bawah tarsus inferior.(13)

TARSUS

Lempengan tarsal adalah merupakan gabungan jaringan berserabut padat dan

bertanggung jawab terhadap keutuhan rangka palpebra dan termasuk dalam lamella

posterior. Setiap tarsus memiliki panjang sekitar 29 mm, tebalnya kurang lebih 1 mm,

lebarnya 10 mm pada sentral palpebra superior, dan 3,5 – 5 mm pada sentral palpebra

inferior. Tarsus dihubungkan dengan dinding lateral orbita oleh ligamentum tarsalis

eksternus dan internus dan dengan tepi atas dan bawah oleh aponeurosis jaringan ikat

fibrosa yang dikenal sebagai fascia palpebralis. Di dalam tarsus terdapat glandula

meibom,pada palpebra superior tarsus mempunyai sekitar 30 glandula sedangkan pada

palpebra inferior terdapat sekitar 20 glandula. (13)


TARSUS
• KETERANGAN
A
A. Tarsus sup
B B. Gld. tarsalis
C. Angulus okuli lat
D. Angulus okuli med
C D E. Commisura palp
med
F. Commisura palp
lat
E G. Rima palpebralis
F
H. Gld. Tarsalis
I. Tarsus inferior
G H
I

(16)
Gbr 14. Palpebra tampak dari posterior

A.Tarsus superior, B.Glandula tarsalis, C.Angulus okuli lateral, D.Angulus okuli medial,

E.Commisura palpebra medial, F.Commisura palpebra lateral, G.Rima palpebralis,

H.Glandula tarsalis, I.Tarsus inferior

KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah suatu membran mukosa tipis yang transparan ditutupi oleh

berlapis-lapis epithel squamous non keratin membentuk lapisan posterior palpebra.

Konjungtiva membatasi kantung mata mulai dari margo palpebra sampai limbus kornea.

Konjungtiva bulbi melekat secara longgar pada bola mata, sedangkan konjungtiva palpebra

melekat erat dengan palpebra. Konjungtiva berisi sel-sel goblet dan kelenjar asesorius

Krause dan Wolfring dimana secara histologi identik dengan kelenjar lakrimal utama.

Kelenjar ini terletak terutama jaringan subkonjungtival di palpebra superior di antara batas

tarsus superior dan forniks. Beberapa kelenjar ditemukan pada palpebra inferior yaitu pada
forniks inferior. Sel-sel goblet menghasilkan musin yang disebarkan keseluruh konjungtiva

dan ada yang terkumpul di kripte Henle tepat di atas tepi tarsus. Musin merupakan

komponen utama dari lapisan air mata. Pada bagian medial, konjungtiva membentuk

lipatan semilunaris.(6,7)

Gambar 15. Konjungtiva(13)

VASKULARISASI PALPEBRA

Kedua arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna merupakan sumber

vaskularisasi palpebra. Arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang

selanjutnya menjadi arteri supraorbital, arteri supratrochlear, dan arteri dorso nasal di

sebelah medial, dan arteri lakrimal di sebelah lateral. (6,13)

Arteri oftalmika mempercabangkan arteri palpebralis medial yang akan

mensuplai palpebra superior dan inferior. Sedangkan arteri lakrimalis mempercabangkan

dua arteri palpebralis lateralis. Sirkulasi antara kedua sistem ini sangat luas beranastomose

melalui palpebra superior dan inferior. (6,13)


Arteri karotis eksterna mensuplai palpebra melalui cabang arteri facial, arteri

temporalis superfisialis dan arteri infraorbitalis. Arteri facial mempercabangkan arteri

angular yang melalui regio kantus medialis dan beranastomose dengan arteri dorso nasal.

Arteri temporalis superfisialis beranastomose melalui cabang fasial transversa & cabang

zigomatikum.Arteri infraorbitalis beranastomose dengan pembuluh darah di palpebra

inferior. (6,13)

Gbr 16. Arteri palpebra dan periorbita (3)


Aliran darah vena terbagi atas pretarsal dan post tarsal. Bagian pretarsal atau superfisial

mengalirkan ke vena jugularis interna dan eksterna. Bagian post tarsal atau profunda

mengalirkan darah vena ke vena oftalmika dan berakhir di sinus cavernosus. (11)

Gbr 17. system vena palpebra(11)

LIMFATIK

Palpebra dan konjungtiva kaya akan pembuluh limfatik. Drainase limfatik


palpebra sesuai dengan perjalanan vena. Dua kelompok limfatik tersebut adalah :

1.Kelompok medial yang mengalir ke dalam limfonodus submandibula .

2.Kelompok lateral yang mengalir ke dalam limfonodus preaurikuler. (3)

Gbr 18. Kelenjar limfe pada

palpebra(11)

INNERVASI PALPEBRA
Persarafan pada palpebra terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Persarafan sensorik

2. Persarafan motorik

Persarafan sensorik palpebra berasal dari nervus trigeminus (N.V) cabang pertama

dan kedua. Nervus lakrimalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan supra orbitalis,

merupakan cabang dari nervus trigeminus. Nervus supra orbita mempersarafi dahi,

palpebra superior, dan daerah lateral dari palpebra inferior. Nervus infratrochlearis

mempersarafi kulit palpebra inferior pada daerah medial. Nervus infra orbitalis yang

merupakan cabang dari nervus lakrimalis, mempersarafi palpebra inferior dan daerah pipi.

(12,15)

Persarafan motorik palpebra berasal dari nervus fasial (N.VII) yang mempersarafi

m.orbikularis okuli, nervus oculomotorius (N III) yang mensuplai m.levator palpebra

superior dan serabut saraf simpatik yang mempersarafi m.muller.(12,15)


Gbr 19. Innervasi orbita. (13)

Ket. Gambar : (1) N. V; (2) ganglion trigeminalis; (3) N. V1 nervus ofthalmik; (4) N. V2 nervus

maxillaris; (5) N. V3 nervus mandibularis; (6) N. frontalis; (7) nervus supraorbital; (8) Nervus

supratrokhlear; (9) N. infratrokhlear; (10) N. nasociliary; (11) n. ethmoidal posterior; (12) n.

ethmoidal anterior; (13) N. nasal external; (14) N. lacrimalis; (15) N. alveolar superior

posterior; (16) N. zygomatic; (17) N. zygomatico-temporal; (18) N. zygomaticofacial; (19) N.

infraorbital; dan (20) N. alveolar superior anterior. (21) ganglion ciliaris; (22) nervus inferior

oblique; (23) cabang sensorik ganglion ciliaris.

FISIOLOGI PALPEBRA

Palpebra secara keseluruhan berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap

trauma dari luar, baik yang bersifat fisik maupun kimiawi, selain itu juga berfungsi sebagai

celah masuknya cahaya untuk fungsi penglihatan, menyebarkan hasil sekresi kelenjar dan

mendorong corpus alienum keluar. Fungsi ini dilaksanakan oleh tiga unsur pada palpebra

yaitu : fungsi sensasi dan penyaringan dari silia, sekresi kelenjar palpebra, dan gerakan-

gerakan palpebra.(15)

Fungsi proteksi palpebra yang pertama diperankan oleh silia dan alis

mata. Rambut silia yang pendek tumbuh pada tepi palpebra superior dan inferior.

Pada folikel silia dikelilingi oleh plexus saraf yang sangat rendah ambang

rangsangnya. Sehingga bila silia tersentuh akan timbul refleks berkedip. Alis mata

adalah susunan rambut yang tumbuh pada kulit tepi atas orbita. Alis berfungsi

sebagai penghalang obyek yang akan mendekati mata dari arah atas. Gerakan alis
mata ke atas diperankan oleh muskulus frontalis dan gerakan ke bawah digerakkan

oleh muskulus orbikularis okuli pada saat menutup palpebra.(15)

Fungsi proteksi yang kedua dilakukan sekresi kelenjar palpebra. Terdapat lapisan

minyak yang disekresi oleh sekitar 25 kelenjar meibom pada tiap tarsus. Lapisan minyak ini

berfungsi mencegah evaporasi dan tumpahnya air mata dari palpebra. Palpebra juga

mengandung kelenjar lakrimal aksesoris yaitu Krause dan Wolfring.(15)

Fungsi proteksi yang ketiga melibatkan pergerakan dari palpebra,disini akan

dibahas tiga macam gerakan dari palpebra yaitu : gerakan menutup, gerakan membuka,

gerakan berkedip.

Gerakan menutup : yang berperan didalam mekanisme gerakan menutup adalah

m.orbikularis okuli yang terdiri dari pars palpebralis dan pars orbitalis yang dipersarafi oleh

n.fasialis (N VII). Disamping itu juga didukung oleh m.Riolani yang berfungsi untuk memberi

tahanan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola mata. (15)

Gerakan membuka : yang berperan didalam mekanisme gerakan membuka

adalah m.Levator palpebra yang merupakan suatu otot serat melintang yang dipersarafi

oleh n.okulomotorius (N III). Sesuai dengan sifat otot serat lintang yaitu mempunyai

kontraksi yang kuat akan tetapi tidak tahan lama, maka m.levator palpebra hanya bertugas

untuk membuka mata. (15)

Gerakan berkedip : yang bertugas untuk mekanisme kedip dan kerling dari

palpebra adalah m.orbikularis okuli pars palpebralis. Disamping itu juga didukung dengan

adanya silia sebagai bagian yang sensitif, terutama bila ada sentuhan yang mengenai silia.
Fungsi mekanisme berkedip ini selain sebagai pertahanan terhadap masuknya benda asing (

trauma ) dan pemerataan pembasahan bola mata, juga dapat berfungsi sebagai sistem

ekskresi air mata, dimana dengan mekanisme ini air mata disebarkan keseluruh permukaan

bola mata yang kemudian disalurkan melalui punctum lakrimalis sampai ke konka nasalis.

(15)

Gbr 20. Fisiologi dari mekanisme aliran air mata (9)

DAFTAR PUSTAKA

1.Vaughan DG,Asbury T,Paul Riordan-Eva. Anatomy and embryology of the eye In:

General Ophthalmology 16th Edition.Mc Graw-Hill Companies. USA : 2004

2.Dutton JJ,Gayre GS, Proia AD. Anatomy of Eyelids. In : Clinical Anatomy of the

Eyelids.(CD-ROOM). Informa Healthcare.New York : 2008

3.Liesegang TJ,Skuata GL.Cantor LB:Fundamental and principle of ophthalmology


Section 2. American Academy of ophthalmology.San Fransisco.2008 – 2009.

4.Dollfus H, Verloes A. Developmental anomalies of the lids. In : Taylor D,Hoyt CS,

Editors.Pediatric ophthalmology and strabismus.3 rd ed.Philadelphia,USA : Elservier

Saunders,2005;202-4

5.Kelainan palpebra dan adnexanya 2005.Available from :

http://www.unissula.ac.id/kedokteran/ Mata/Palpebra.htm..Acessed :01-05-2005

6.Patel Bhrupeda. Eyelid Anatomy 2006. Available from

http://www.goaggle.co.id.Acessed: 11-04-2006.

7.Snells RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of the eye, second ed, malden USA, Black

Well Science, 1998 ; 92-105.

8.Damrauer SM, Vora SR. Anatomy of the eye. Dalam Emergency Ophtalmology a

Rapid Treatment Guide 2002. 5.

9.Paulsen Friedrich.Atlas of Lacrimal Surgery: Anatomy and Physiology of The

Nasolacrimal Ducts.Springer-Verlag Berlin Heidelberg,Germany : 2007

10.Kresten RC,Codere F,Dailey RA,Garrity JA, Popham JK et al. BCSC : orbit,eyelids,

And lacrimal system.Section 7.San Fransisco,USA:AAO,2004 ; 138-146

11.Eyelid anatomy-Duane’s Clinical Ophthalmology (six volumes).(CD-ROOM),

Lippincott Williams & Wilkins, USA : 2003

12.Cibis GW,Abdel-latief AA,Bron AJ,Chalam KV,Tripathi BJ,Tripathi RC et al BCSC :

Orbit,eyelids,and lacrimal system.Section 7.San Fransisco,USA:AAO,2004;24-34


13.Liesegang TJ,Skuata GL.Cantor LB.Orbital anatomy in: Orbit,Eyelids and Lacrimal

System.Section 7. American Academy of ophthalmology.San Fransisco.2008-2009

14.Putz R.Sobotta Atlas Anatomi Manusia,edisi 20,vol.1.EGC,Jakarta 1997:342-3

15.Kikkawa DO,Lucarelli MJ,Shoplin JP,Cook BE,Lemke BN.Ophthalmic facial Anatomy and


Physiologi.In:Adler’s Physiology of the Eye.10 th Edition.St.louis (USA): Mosby; 2003.

16.Sullivan JH.Palpebra dan Apparatus Lakrimalis.Dalam Ophtalmologi Umum, oleh

Vaughan DG,Widya Medika,Jakarta;81

GANGGUAN INFLAMASI PADA PALPEBRA

ABSES PALPEBRA

Batasan

Terkumpulnya pus dengan inflamasi berat, udem dan fluktuasi dari palpebra

Etiologi
Suatu abses dari palpebra superior dan inferior dapat merupakan hasil dari trauma minor,
sengatan serangga, atau perluasan inflamasi dari sinus paranasalis

Gejala

Inflamasi berat dan udem sering kali membuat mata tidak bisa dibuka secara aktif.
Abses ini dapat berfluktuasi selama perjalanan klinik penyakit. Perforasi spontan
dengan pus dapat terjadi

Treatment

Antibiotik oral atau intravena dan dry heat dapat diberikan. Insisi stab dapat
mengurangi onset fluktuasi.

Prognosis secara umum baik. Selulitis orbita atau thrombosis sinus cavernous
kadang- kadang terjadi sebagai sequel dari abses palpebra, terutama pada sudut
medial mata.

Gambar. Abses palpebra

EDEMA PALPEBRA

Batasan
Pembengkakan dari palpebra akibat akumulasi cairan pada jaringan subkutaneus

Etiologi

Kulit dari palpebra terpapar secara intensif oleh infeksi dan alergi. Kulit palpebra
superior relative tipis dan mempunyai struktur yang longgar pada jaringan
subkutaneusnya, sehingga air dapat dengan mudah berakumulasi dan
menyebabkan edema.

Gejala

Tergantung penyebab, intensitas udem pada palpebra bervariasi tergantung lokasi


dan waktunya, misalnya pada pagi hari sehabis bangun tidur udem lebih intens
dibandingkan malam hari.

Differensial diagnosis

Kriteria Edema inflamasi Edema noninflamasi


Tanda Udem Udem
Merah Kulit pucat
Sensasi panas Kulit dingin
Sangat nyeri Kurang nyeri
Biasanya unilateral Biasanya bilateral

Kemungkinan penyebab
Hordeolum Gangguan sistemik
Abses - Hati
Erysipelas - Ginjal
Eczema - Glandula thyroid
Bersamaan dengan: Alergi seperti edema
- Gangguan sinus Quincke’s
paranasalis
- Selulitis orbita
- Dacryosdenitis
- Dacryocystitis

Gambar. Edema palpebra

HERPES SIMPLEKS PALPEBRA

Batasan

Akut, biasanya unilateral yang disertai dengan vesikel membrane mukosa dan kulit

Etiologi

Infeksi kulit dari palpebra yang dihasilkan oleh virus herpes simpleks latent yang diaktivasi
oleh radiasi ultraviolet. Virus menyebar melalui serat sensoris dari ganglion trigeminal ke
permukaan kulit
Gejala

Erupsi cluster dari vesikel yang sangat nyeri berisi cairan serous yang seringkali terjadi pada
junction dari membrane mucous dan kulit. Selanjutnya terjadi vesicle dry dan krusta.
Penyembuhan lesi biasanya tanpa sikatriks. Gangguan ini biasanya unilateral.

TREATMENT

Dapat digunakan agent virostatic. Pasien sebaiknya menghindari radiasi ultraviolet secara
intense untuk mencegah terjadinya rekurensi

PROGNOSIS

Umumnya baik, tapi sering rekuren

Gambar. Herpes simpleks palpebra

HERPES ZOSTER OPTHAMIKUS

BATASAN

Rash fasial yang disebabkan oleh virus varisella-zoaster yang biasanya mengenai orang tua
yang berumur antara 40 dan 60 tahun

ETIOLOGI
Gangguan ini disebabkan oleh virus varisella-zoster, yang mana manifestasi awalnya seperti
chickenpox. Jika aktivasi atau reinfection terjadi, virus neurotropik latent pada tubuh akan
muncul sebagai syndrome klinik herpes zoster ophthalmikus.

GEJALA

Masa inkubasi 7-18 hari, kemudian memberikan gejala nyeri berat pada area percabangan
nervus trigeminal ( dengan cabang-cabang frontalis, lakrimalis dan nasosiliaris). Gejala
prodromal adalah eritema, udem, photosensetif, dan lakrimasi yang dapat muncul sebelum
vesikel yang berisi cairan muncul. Vesikel akan pecah dan menimbulkan keropeng
kecoklatan, yang kemudian berlubang. Blepharitis juga didapatkan 50-70%. Herpes zoster
biasanya mengenai sistem immune.

Sensitivitas kulit pada ujung hidung sebaiknya dievluasi pada kedua sisinya pada stadium
awal gangguan ini. Penurunan sensitivitas disebabkan oleh karena gangguan cabang
nasosiliaris cabang N.Ophthalmikus, yang dapat menyebabkan inflamasi berat.

TREATMENT

Pemberian agent virostatic dan asiclovir sistemik

KOMPLIKASI. Gangguan pada cabang nasosiliaris nervus opthalmikus yang dapat


menyebabkan inflamasi intraokuler berat

PROGNOSIS. Lesi kulit menyembuh setelah tiga sampai empat minggu. Scar dapat muncul,
seringkali neuralgia dan hipestesia menetap.
Gambar. Herpes zoster opthalmikus

BLEFARITIS

BATASAN :

Adalah infeksi kronik pada margo palpebra (pinggir kelopak mata ), yang biasanya terdapat
bilateral. Ada 2 macam blefaritis yaitu :

BLEFARITIS ANTERIOR

Terdapat dua jenis utama yaitu : Blefaritis ulceratif dan Blefaritis Seborhoik, sering kali
dijumpai bersamaan.

ETIOLOGI : Stafilokokkus aureus atau Stafilokokkus epidermidis

GAMBARAN KLINIS :

 Gejala utama iritasi, perasaan seperti terbakar dan gatal pada margo palpebra dan
palpebra merah.
 Di jumpai keratinisasi epitel yang mengelupas disekitar bulu mata.
 Adanya exudasi fibrin pada pangkal bulu mata.
 Di jumpai sisik berminyak atau ketombe melekat pada bulu mata.
 Dapat dijumpai trikiasis.
 Dapat terjadi nekrosis folikel, hilangnya bulu mata, dan parut.
PEMERIKSAAN : Kerokan palpebra terdapat leukosit polimorphonuklear dan kokkus gram-
positif dan pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN

1. Kulit kepala, alis mata, dan tepian palpebra harus selalu dibersihkan terutama
pada blefaritis jenis seborhoik, dengan memakai sabun dan shampoo.
2. Sisik harus dibersihkan dari tepian palpebra dengan kain basah dan shampoo
bayi setiap hari.
3. Blefaritis ulseratif diobati dengan antibiotika (salep sulfonamid).

Blepharitis seborrhoik

Blepharitis seborrhoik dapat berdiri sendiri atau bersama-sama dengan blepharitis


staphylokokkal atau MGD. Inflamasi secara primer terjadi pada pinggir palpebra anterior;
ditemukan berbagai variable krusta yang tampak berminyak atau berlemak yang dapat
ditemukan pada palpebra, silia, suprasilia, dan kulit kepala. Pasien dengan blepharitis
seborrhoik sering terlihat peningkatan sekresi glandula meibom yang tampak keruh ketika
ditekan. Tanda dan gejala meliputi kronik eyelid redness, rasa panas, dan kadang-kadang
sensasi benda asing. Suatu presentase kecil (sekitar 15%) berkembang disertai keratitis atau
konjungtivitis. Keratitis ditandai dengan erosi epithelial punctuate dan didistribusikan pada
lebih sepertiga inferior kornea. Sekitar sepertiga pasien dengan blepharitis seborhoik
disertai dengan aqueous tear deficiency.
Gambar. Blepharitis seborrhoik

Management. Pengobatan utama blepharitis seborrhoik adalah hygiene palpebra.


Treatment kulit kepala dapat dilakukan (coal tar-based shampoo). Jika ada inflamasi yang
prominent pada blepharitis dapat diberikan steroid topikal pada margo palpebra. Jika
blepharitis meliputi margo palpebra posterior (misalnya MGD), antibiotic sistemik seperti
doxyciclin merupakan pengobatan utama. Blepharitis yang disebabkan oleh bakteri
(misalnya staphylokokkus) sering berespon terhadap antibiotic topikal salep seperti
bacitracin atau bacitracin-polimyksin B.

Blepharitis staphylokokkal

Blepharitis dapat terjadi karena infeksi atau inflamasi; penyebab paling umum blepharitis
adalah infeksi staphylokokkal (biasanya disebabkan staphylokkus aureus tapi dapat juga
oleh spesies yang lain ) dan iritasi dari minyak yang disekresikan oleh glandula meibom.
Tanda, gejala dan treatment dari blepharokonjuntivitis staphylokkal dan MGD sering
overlap.
1. Blefaritis Posterior
Adalah peradangan palpebra, karena disfungsi kelenjar Meibom biasanya bilateral.
GAMBARAN KLINIS:
a. Peradangan muara meibom (meibomitis)
b. Sumbatan muara oleh secret yang kental
c. Pelebaran kelenjar meibom dalam tarsus
d. Timbulnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar
dipencet
e. Dapat juga timbul hordeolum dan kalasion
f. Hiperemis dan telangektasis pada margo palpebra.

TERAPI:

1. Antibiotik sistemik dosis rendah jangka panjang (Tetrasiklin 250 mg ) dua kali
sehari atau erythromycin 250 mg tiga kali sehari, tergantung hasil biakan
bakteri dari tepi palpebra.
2. Terapi jangka pendek dengan steroid (Prednisolone 0,12 % 2 kali sehari)

HORDEOLUM

BATASAN : Adalah peradangan akut dari kelenjar meibom (hordeolum internum) dan
kelenjar Zeis dan Moll (Hordeolum eksternum).

ETIOLOGI : Stafilokokkus, Moraxella


Gambar. Hordeolum

GAMBARAN KLINIS :

Hordeolum eksterna :
Benjolan warna kemerahan dengan puncak atau penonjolan kearah kulit palpebra,
mengenai kelenjar Zeis dan Moll.

Hordeolum interna :
Benjolan warna kemerahan dengan penonjolan kearah konjungtiva Tarsalis, mengenai
kelenjar meibom.

PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN :

1. Kompres air hangat selama 10-15 menit 3-4 kali perhari.


2. Antibiotika topikal : Obat terpilih/pengganti
g. Kloramfenikol 1%
h. Gentamisin 0,3 % salep mata 3-4 kali sehari
i. Neomisin selama 6-7 hari
j. Polimiksin B
3. Bila perlu dapat ditambahkan antibiotika oral.
4. Tindakan bedah : insisi dilakukan bila 2 kali 24 jam dengan terapi konservatif tidak
ada perbaikan.

PATHOFISIOLOGI HORDEOLUM

Sangat sering, yang terjadi dari inspissations dan infeksi sekunder dari glandula
sebacea. Jika ini terjadi pada palpebra anterior dari glandula Zeiss atau folikel silia
disebut hordeolum eksternum atau styes. Hordeolum yang terjadi pada palpebra
posterior dari glandula meibom disebut hordeolum internum. Tipe ini dikaitkan
dengan abses purulent terlokaliser, biasanya disebabkan oleh S.aureus.
Gambaran klinis. Hordeolum menimbulkan nyeri, tegang, massa noduler merah
dekat pinggir palpebra. Hordeolum bisa rupture, mengeluarkan cairan purulent.
Hordeolum secara umum sembuh sendiri, secara spontan setelah perjalanan
penyakit 1-2 minggu. Hordeolum internal dapat berkembang menjadi kalazion yang
merupakan nodule granulomatous kronik yang berada di sentral biasanya
mengenai glandula meibom.
Evaluasi laboratorium dan management. Kultur tidak diindikasikan untuk isolasi,
pada kasus hordeolum tanpa komplikasi. Kompres hangat dengan pijatan ringan
diatas lesi akan mempermudah drainage. Antibiotik topikal secara umum tidak
efektif, sehingga tidak diindikasikan jika tidak disertai dengan infeksi
blepharokonjungtivitis. Antibiotik sistemik secara umum diindikasikan hanya pada
kasus jarang yang merupakan sekunder celulitis palpebra. Jika pasien prominent
dan kronik dengan celulitis palpebra, doksisiklin mungkin diperlukan. Untuk lesi
yang besar atau persistent, insisi dan drainage dapat dilakukan.
KALAZION

BATASAN :
Peradangan kronis dari kelenjar meibom dan atau peradangan granulomatous
steril dari kelenjar meibom.

ETIOLOGI :
Tidak diketahui tapi diduga karena infeksi bakteri.

Gambar. Kalazion

GAMBARAN KLINIS:
Benjolan dengan konsistensi agak keras, daerah sekitarnya tenang (tanda radang
tidak ada), kelopak mata agak tebal dan bengkak (edem).

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI :
1. Reaksi granulomatous terhadap lemak di dalam kelenjar.
2. Sel-sel raksasa, sel-sel epitel, sel limfosit dan sel plasma kadang ditemukan
kristaloid, asteroid dan badan schauman.

PENGOBATAN :

 Kompres hangat
 Tindakan sbedah : Insisi dan kuretase
 Antibiotika topikal (sama dengan terapi hordeolum)

Gambar.Eksisi kalazion

PHATOFISIOLOGI KALAZION

Kalazion adalah suatu inflamasi lipogranulomatous terlokaliser yang mengenai glandula


meibom atau glandula zeis. Ini biasanya berkembang spontan yang merupakan hasil dari
obstruksi satu atau lebih glandula. Nodule berkembang lambat dan kurang nyeri. Kulit
diatas lesi erythematous. Lesi bertahan selama beberapa minggu sampai beberapa bulan,
sampai akhirnya isinya keluar disebelah luar melalui kulit palpebra atau sebelah dalam
melewati tarsus, atau lipid akan diphagosit dan granuloma menghilang. Suatu jaringan ikat
kecil akan ditinggalkan. Kadang-kadang pasien dengan kalazion mempunyai pengalaman
penglihatan kabur sekunder karena astigmatisme yang diinduksi oleh tekanannya terhadap
bola mata.
Pathogenesis dan evaluasi laboratorium. Material sebaceous akan terperangkap dalam
kelenjar zeis atau meibom yang tersumbat dan menonjol ke jaringan yang berbatasan
dengannya, yang mana ini akan merangsang terjadinya inflamasi granulomatous kronik.
Suatu zona respon inflamasi granulomatous ditengah dikelilingi oleh lipid yang dapat dilihat
secara histologis. Dapat ditemukan berbagai tipe sel granuloma, sel epitheloid adalah
prominent. Juga tampak campuran sel-sel lain meliputi lymphocytes, macrophages,
neutrophil, plasma sel dan giant sel. Ini harus dibedakan dengan basal cell, squamous cell,
dan sebaceous cell carcinoma yang dapat menyerupai kalazion. Pemeriksaan histopatologis
pada kalazion yang persistent, recurrent, atau atypical adalah perlu dilakukan.

Management. Karena paling banyak kalazion adalah steril, maka terapi antibiotic topikal
adalah kecil atau tidak sama sekali. Kalazion dapat diterapi dengan kompres hangat dan
diupayakan agar inflamasi dari glandula meibom terekspressi. Lesi yang gagal diterapi
dengan dengan terapi konservatif dapat diterapi dengan injeksi steroid intralesi (0,1 – 0,2
ml triamcinolon 10mg/ml), incision dan drainage, atau kombinasi. Secara umum injeksi
steroid intralesi palingbaik dilakukan dengan kalazion kecil, kalazion pada margo palpebra
dan dengan multiple kalazion. Suatu injeksi steroid intralesi pada pasien berkulit gelap akan
meninggalkan depigmentasi pada kulit palpebra.

Kalazion yang lebih besar lebih baik diterapi dengan surgical drainage dan kuretase.
Kalazion internal dapat diberikan insisi vertical melalui konjungtiva tarsal sepanjang
glandula meibom untuk drainage dan menghidari scar horizontal pada tarsus. Surgical
drainage biasanya dengan anestesi perilesional. Kalazion recurrent sebaiknya dibiopsi untuk
melihat kemungkinan adanya carcinoma glandula meibom. Tetracycline bermanfaat untuk
pasien yangdisertai rosacea.

MOLLUSCUM CONTAGIOSUM

Penyakit ini merupakan infeksi virus pada pada palpebra. Umumnya mengenai anak-anak .
penyakit ini disebabkan oleh poxvirus. Lesi yang dibentuk adalah multiple, pucat, waxy,
umblicated swelling, terletak diatas kulit dekat margo palpebra. Penyakit ini bisa
berkomplikasi menjadi konjungtivitis folikuler khronik dan keratitis superficial.
Gambar.moluskum kontagiosum

Pengobatan. Lesi kulit sebaiknya diinsisi dan di kauter dengan menggunakan tincture iodine
atau carbolic acid.

KELAINAN POSISI DARI SILIA DAN MARGO PALPEBRA

TRICHIASIS

Batasan

Suatu kelainan pertumbuhan silia dimana terjadi pertumbuhan ke dalam ( ujung silia
menyentuh bola mata) dengan margo palpebra dalam posisi normal. Suatu pertumbuhan
kedalam suatu silia dengan margo yang terlipat kedalam(entropion) disebut
pseudotrichiasis.

Etiologi

Penyebab umum dari trichiasis adalah : sikatriks kornea, blepharitis lcerative, konjungtivitis
membranous, hordeolum eksternum, trauma mekanik, luka bakar, dan scar operatif pada
margo palpebra.

Gambar. Trikhiasis

Gejala

Sensasi benda asing dan photophobia, pasien merasa iritasi troublesome, nyeri dan
lakrimasi.

Tanda

Pada pemeriksaan didapatkan satu atau lebih silia salah tumbuh menyentuh kornea.
Blepharospasme dan photophobia terjadi jika kornea abrasi. Konjungtiva dapat kongesti.
Tanda dari penyakit penyebab adalah trachoma, blepharitis dan lain-lain mungkin ada.

Komplikasi

Meliputi abrasi kornea rekuren, kekeruhan kornea superficial, vaskularisasi kornea, ulkus
kornea non-healing.
Treatment.

1. Epilasi ( pencabutan silia dengan forceps); ini adalah metode temporer, rekurensi
terjadi 3-4 minggu.
2. Elektrolisis
3. Cryoepilasi
4. Koreksi dengan bedah

ENTROPION

Batasan

Margo palpebra terlipat kedalam

Tipe entropion

1. Entropion kongenital. Merupakan kondisi yang jarang, terlihat sejak lahir. Ini bisa
disertai dengan mikrophtalmus. Kondisi ini dapat terjadi karena kelainan
perkembangan karena dysgenesis retractor palpebra inferior, adanya defek pada
tarsal plate dan pemendekan relative dari lamella posterior. Tarsal kink adalah
bentuk yang tidak biasa dari entropion congenital yang mengenai palpebra
superior.

Gambar. Tarsal kink syndrome


2. Entropion sikatriks. Umumnya bervariasi yang biasanya mengenai palpebra
superior. Ini diakibatkan oleh kontraksi dari sikatriks konjungtiva palpebra, dengan
atau tanpa distorsi tarsal plate. Penyebabnya umumnya adalah trachoma,
konjungtivitis membranous, trauma kimia, pemphigus, dan Steven-Johson
syndrome.
3. Entropion spastic. Ini terjadi karena adanya spasme muskulus orbicularis pada
pasien dengan kornea iritatif kronik atau pada verban mata yang sangat ketat. Ini
umumnya terjadi pada orang tua dan biasanya mengenai palpebra inferior.
4. Entropion senile (involusional). Ini umumnya terjadi dan hanya mengenai palpebra
inferior pada orang tua. Faktor penyebab yang berperan dalam perkembangan
entropion ini adalah :
a. Kelemahan atau dehiscence fascia kapsulopalpebra (retractor palpebra inferior)
b. Degenerasi jaringan konektif palpebra sehingga terpisahdari serat musculus
orbicularis dan kemudian diikuti terpisahnya serat preseptal dengan pretarsal.
c. Elastisitas horizontal dari palpebra
d. Entropion mekanik. Ini terjadi karena hilangnya sokongan bola mata terhadap
palpebra. Oleh karena itu terjadi pada pasien dengan phthisis bulbi, enopthalmus
dan setelah operasi eviserasi dan enukleasi.
Gambar. entropion

GAMBARAN KLINIK
Gejala : terjadi karena gesekan cilia terhadap konjungtiva dan kornea dan sama
dengan trichiasis. Gejala tersebut antara lain adalah sensasi benda asing, iritasi,
lakrimasi, dan photophobia.
Tanda : Pada pemeriksaan, margo palpebra ditemukan terlipat kedalam.
Tergantung derajat terlipatnya dapat dibagi dalam tiga grade. Grade I , hanya
margo palpebra posterior yang terlipat kedalam. Grade II, inter marginal strip
terlipat. Grade III semua margo palpebra termasuk margo palpebra anterior
terlipat.
KOMPLIKASI. Sama dengan trichiasis.

TREATMENT
1. Entropion kongenital. Dilakukan bedah plastic rekontruksi pada lid crease.
Entropion congenital dapat diperbaiki melalui pengangkatan sejumlah kecil
kulit dan orbikularis sepanjang daerah subsiliaris dari palpebra. Untuk
konjungtion dengan suatu jahitan dilakukan dengan melekatkan retractor
palpebra inferior ke tarsus. Untuk tarsal kink dapat diperbaiki dengan
melakukan insisi pada kink dikombinasi dengan rotasi marginal.
2. Entropion spastic. Diterapi penyebab blepharospasme seperti membuka
bandage atau terapi hal –hal yang mengenenai kornea. Adhesive plaster dapat
digunakan untuk menarik palpebra inferior yang bisa menolong selama spasme
akut. Injeksio toksin botulinum pada muskulus orbikularis dapat dilakukan
untuk mengurangi spasme. Dapat juga dilakukan terapi bedah sama dengan
entropion involusional (senile) yang dapat dikerjakan jika terapi diatas tidak
dapat mengurangi spasme.
3. Entropion sikatriks. Ini diterapi dengan operasi plastic, yang didasarkan pada
prinsip-prinsip: 1. Mengubah posisi silia; 2. Transplantasi silia ; 3. Meluruskan
distrorsi tarsus.
Tehnik bedah yang digunakan dalam mengoreksi entropion sikatriks :
a. Reseksi kulit dan otot . ini adalah operasi sederhana untuk mengkoreksi
derajat ringan dari entropion. Pada operasi ini suatu potongan eliptikal dari
kulit dan musculus orbicularis adalah dengan melakukan reseksi 3 mm dari
margo palpebra.
b. Reseksi pada kulit, otot dan tarsus. Ini dilakukan untuk koreksi derajat
sedang dari entropion yang disertai dengan atrofi tarsus. Pada operasi ini
dilakukan reseksi elliptical dari kulit dan otot, pengangkatan tarsal plate
juga dilakukan
c. Operasi modifikasi Burrow’s. Dilakukan suatu insisi horizontal sepanjang
palpebra, meliputi konjungtiva dan tarsal plate (tapi tidak mengenai kulit),
pada region sulcus subtarsalis (2-3 mm diatas margo palpebra). Ujung
temporal dari strip akan diinsisi fullthickness secara vertical. Bandage
dilakukan dengan menjauhkan pinggir palpebra agar tetap tereversi selama
penyembuhan. Setelah sembuh silia akan bertumbuh keluar.
d. Operasi Jaesche-Arlt’s. Dibuat potongan sepanjang gray line sampai
kedalaman 3-4 mm dari kantus luar lateral dari punctum. Kemudian dibuat
potongan crescentric dari kulit dibuat 3 mm di atas margo palpebra.
Setelah insisi kulit dijahit, garis silia akan ditinggikan. Celah pada level gray
line akan diisi dengan graft mukosa yang diambil dari mukosa bibir.
e. Operasi modifikasi Ketssey’s (transposisi dari tarsokonjungtival). Suatu
insisi horizontal dibuat sepanjang sulcus subtarsalis (2-3 mm diatas margo
palpebra) meliputi konjungtiva dan tarsal plate. Bagian bawah dari tarsal
plate diundermind sampai margo palpebra. Jahitan matras dibuat melalui
ujung atas tarsal plate dan muncul 1 mm diatas margo palpebra. Ketika
jahitan ini diperketat entropion akan terkoreksi oleh transposisi
tarsokonjungtiva.
4. Entropion senile. Paling umum digunakan teknik surgical sebagai berikut:
a. Operasi modifikasi Wheeler’s.
b. Prosedure Bick’s dengan modifikasi Reeh’s. Ini menolong pasien yang
disertai dengan elastisitas dari palpebra horizontal. Yang dibuat adalah
potongan pentagonal full thickness pada jaringan palpebra.
c. Operasi Weiss. Suatu insisi yang meliputi kulit, musculus orbicularis, dan
tarsal plate yang dibuat 3 mm dibawah margo palpebra,sepanjang margo
palpebra. Jahitan matras dibuat melalui ujung bawah dari tarsus dan
tembus kekulit 1 mm dibawah margo palpebra. Setelah jahitan dikuatkan
entropion akan terkoreksi oleh transposisi dari tarsus.
d. Lipatan dari retractor palpebra inferior. (operasi Jones, Reeh, dan Wobig):
ini dilakukan pada kasus berat atau kejadian rekuren setelah operasi-
operasi diatas dilakukan. Pada operasi ini retractor palpebra inferior oleh
regangan dari prosedur lipatan atau placation.

EKTROPION

Batasan

Berputarnya margo palpebra keluar

Type

1. Ektopion senile. Ini merupakan variasi paling umum dan mengenai hanya palpebra
inferior. Ini terjadi karena elastisitas jaringan karena ketuaan dari palpebra dan
hilangnya kekuatan dari musculus orbicularis.
2. Ektropion sikatriks. Ini terjadi karena adanya sikatriks pada kulit dan dapat
melibatkan kedua palpebra. Penyebab utama dari jaringan sikatriks ini adalah:
trauma bakar. Tarauma bakar kimia, trauma laserasi dan ulkus kulit.
3. Ektropion paralisis. Ini terjadi karena paralisis dari nervus VII. Umumnya terjadi
pada palpebra inferior. Penyebab umum facial nerve palsy : Bell’s palsy, trauma
kepala, dan infeksi telingah tengah.
4. Ektropion mekanik. Ini terjadi pada kondisi dimana palpebra inferior tertarik
kebawah (seperti pada sutau tumor) atau mendorong kebawah dan keluar ( seperti
pada proptosis dan kemosis yang nyata pada konjungtiva).
5. Ektropion Spastik. Ini jarang terjadi, terlihat pada anak-anak dan orang muda yang
terjadi karena spasme musculus orbicularis.

Gambar .Ektropion

GAMBARAN KLINIK

GEJALA

Epifora adalah gejala utama dari ektropion pada palpebra inferior. Gejala yang lain
dikaitkan konjungtivitis kronik meliputi: iritasi, rasa tidak enak dan photofobia ringan.
TANDA

Margo palpebra terlipat keluar. Tergantung derajat terlipatnya margo. Pada grade I hanya
punctum yang tereversi. Grade II margo palpebra terlipat dan konjungtiva palpebra visible,
sedangkan grade III forniks juga visible.

Tanda dari kondisi penyebab juga terlihat seperti scar kulit pada ektropion sikatriks dan
kelumpuhan NVII pada ektropion paralitic juga terlihat.

KOMPLIKASI

Eksposure yang lama menyebakan kekeringan dan bertambah tebalnya konjungtiva dan
dapat terjadi ulkus kornea (keratitis eksposure), Eksema dan dermatitis dapat terjadi karena
epifora yang lama.

TERAPI

1. Ektropion senile. Tergantung beratnya. Ada tiga jenis operasi yang dapat dilakukan:
i. Konjungtivoplasty medial.Ini berguna pada kasus yang ringan dimana
ektropion melibatkan area punctum. Pada operasi ini dilakukan eksisi
dengan potongan berbetuk spindle pada konjungtiva dan jaringan
subkonjungtiva dibawah punctal area.
ii. Pemendekan palpebra horizontal. Disini silakukan eksisi bentuk pentagonal
secara fullthickness pada pasien dengan ektropion derajat sedang
iii. Operasi Byron Smith’s modifikasi Kuhnt-Szymanowski. Jenis operasi ini
dilakukan pada ektropion yang berat dimana melibatkan lebih dari
seperdua lateral palpebra. Disini dibuat eksisi berbentuk pentagonal secara
full thickness dari sepertiga lateral palpebra dan dikombinasikan dengan
eksisi triangular dari kulit dari lateralnya samapai lateral kantus samapai
palpebra terelevasi.
2. Ektropion paralitik. Ini dapat dikoreksi dengan tarsoraphy lateral atau operasi sling
palpebra, dimana suatu sling fascia lata pada suatu lapisan subkutaneus melingkari
margo palpebra.
3. Ektropion Sikatriks. Tergantung pada derajatnya, dapat dikoreksi dengan operasi-
operasi dibawah ini:
I. V-Y operation.Ini diindikasikan untuk ektropion d.
pola bentuk Y.
II. Z-plasty (operasi Elschnig’s. Ini digunakan pada ektropion derajat ringan
sampai sedang.
III. Eksisi jaringan scar dan graft kulit full thickness. Ini dilakukan pada kasus
berat. Graft kulit dapat diambil dari bibir atas , di belakang telinga, atau
bagian dalam lengan atas
4. Ektropion mekanik. Dikoreksi sesuai penyebab.
5. Ektropion spastic. Diterapi penyebab dari blepharospasme.

SYMBLEPHARON

Batasan

Suatu kondisi palpebra melekat dengan bola mata karena adanya adhesi antara konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbi.

Etiologi

Ini dihasilkan sebagi hasil dari penyembuhan yang kissing antara dua permukaan, yaitu
antaran konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Penyebabnya umumnya thermal atu
chemical burn, konjungtivitis membranous, trauma, ulkus konjungtiva pemphigus okuler
dan Steven-Johnson syndrome.

Gambaran klinik

Di tandai dengan sukarnya palpebra digerakkan, diplopia ( akibat berkurangnya motilitas


okuler) , ketidak mampuan menutup palpebra (lagophthalmus dan gangguan kosmetik.

Adhesi fibrous antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi dan/ atau kornea. Bila
hanya tampak pada bagian anterior (anterior symblepharon), atau forniks (posterior
symblepharon) atau semua palpebra ( total aymblepharon).
KOMPLIKASI

Ini meliputi mata kering, penebalan dan keratinisasi dari konjungtiva karena lemanya
eksposure dan ulkus kornea (keratitis eksposure).

TREATMENT

1. Profilaksis. Selama status penyembuhan kulit yang terbuka. Adhesi dapat dicegah
dengan pengusapan dengan memakai suatu glass rod dibungkus lubricant
mengitari forniks beberapa kali sehari. Pada ukuran luas kontak lensa juga dapat
menolong mencegah adhesi.
2. Kuratif. Dapat dilakukan suatu symblepharectomy. Area yang terbuka dibungkus
dengan daerah sekitar konjungtiva pada kasus ringan. Pada kasus berat dapat
dipakai graft konjungtiva atau graft mukosa bukkal.

ANKYLOBLEPHARON

Batasan

Adhesi antara pinggir palpebra superior dan palpebra inferior. Dapat terjadi sebagai
anomaly congenital atau hasil dari penyembuhan luka dari chemical burns, thermal burns,
ulkus dan luka traumatic pada margo palpebra. Ankyloblepharon bisa komplit atau tidak
komplit. Ini biasanya disertai dengan symblepharon.

Treatment
Kedua palpebra sebaiknya dipisahkan dengan eksisi adhesi antara margo palpebra dan
sebaiknya dipisahkan selama proses penyembuhan. Ketika adhesi terjadi sampai disudut,
graft epithelial diberikan untuk mencegah rekurent.

EPIBLEPHARON

Suatu keadaan dimana musculus pretarsal palpebra inferior dan kulit berjalan diatas margo
palpebra inferior dan membentuk lipatan horizontal yang menyebabkan silia dalam posisi
vertical. Margo palpebra , dalam keadaan normal jauh dari bola mata . epiblepharon paling
umum terdapat pada anak-anak asian.

Cilia sering tidak menyentuh kornea kecuali saat melihat kebawah, oleh karena itu
epiblepharon sering tidak memerlukan terapi bedah karena semuanya bisa dikurangi
dengan maturasi dari tulang wajah, dan silia jarang menyebabkan corneal staining.
Bagaimanapun kadang-kadang epiblepharon dapat menyebabkan keratitis, pada kasus ini
kelebihan kulit dan lipatan otot dieksisi hanya di inferior dari margo palpebra dan pinggir
kulit diangkat.

DISTICHIASIS KONGENITAL

Merupakan suatu kondisi yang jarang, kadang-kadang merupakan kondisi herediter dengan
suatu susunan silia tambahan yang berada pada tempat dari orificium dari glandula
meibom. Distichiasis congenital terjadi ketika pilosebaceus embrionik gagal berdiferensiasi
menjadi folikel rambut.
Terapi pada kondisi ini diindikasikan jika pada pasien ada gejala atau terbukti ada iritasi
kornea. Lubrikan dan soft kontak lensa bisa diberikan, tetapi elektrolisis, epilation dengan
radiofrekuensi, atau cryoepilation atau bedah untuk mengangkat folikel abnormal dengan
tetap mempertahankan silia normal.

KOLOBOMA KONGENITAL

Koloboma adalah celah embrionik yang biasanya suatu anomali perkembangan yang terjadi
medial palpebra superior. Jika ditemukan pada palpebra inferior, maka koloboma sering
disertai dengan kondisi congenital lain seperti celah facial (misalnya syndrome Golden hard)
dan deformitas lakrimal. Suatu koloboma sejati merupakan suatu defek pada margo
palpebra.

Defek full-thickness terdapat pada sepertiga dari palpebra yang biasanya diperbaiki melalui
suatu pembuatan luka berbentuk rectangular antara garis eyelid crease dan margo
palpebra. Pemotongan pinggir dari tarsus yang kemudian dilanjutkan sepanjang garis eyelid
crease dan kemudian ditutup langsung. Kantolisis lateral dapat diberikan untuk
menambah relaksasi horizontal. Hampir semua defek yang besar dapat diperbaiki dengan
menggunakan variasi flap semisirkular kantus lateral.

Suatu prosedur eyelid-sharing yang menutup visual axis pada anak-anak sebaiknya
dihindari karena pada keadaan ini dapat terjadi amblyopia deprivation.
SYNDROME FLOPPY EYELID

Syndrome ini ditandai dengan konjungtivitis papillary kronik, mudah eversi, flaccid palpebra
superior, dan gejala iritatif nonspesifik. Hal –hal yang biasa terkait dengan hal ini adalah
obesitas, keratoconus, palpebra elastic atau tekanan mekanik , hiperglikemia dan sleep
apnea. Suatu penurunan nyata dari jumlah serat elastin pada tarsus telah dilaporkan.
Seringkali pasien ada kecenderungan selalu mengantuk, dapat terjadi eversi mekanik dari
kontak dengan bantal atau perlengkapan tidur. Terapi konservatif awal dapat dengan
viscous lubricant dan bebat atau pelindung palpebra dapat menolong. Seringkali, terapi
bedah dapat dilkukan dengan indikasi (memperketat secara horizontal dari palpebra).
Sebagai tambahan dapat dilkukan pemeriksaan keadaan tidur untuk mengesampingkan
sleep apnea.

Syndome imbrications eyelid. secara patofisiologi sama dengan syndrome floppy eyelid
dimana lax palpebra superior tampak pada kedua syndrome. Tapi bagaimanapun pada
syndrome imbrications eyelid, palpebra superior tidak mudah dieversi dan tarsus plate
normal. Margo palpebra superior menggeser margo palpebra inferior selama palpebra
tertutup, sehingga menghasilkan konjungtivitis kronik. Terapi dengan lubrication topikal
untuk kasus ringan, pada kasus yang berat dilakukan pengetatan palpebra superior secara
horizontal.
BLEPHAROPHIMOSIS

Batasan

Suatu kondisi dimana luas fissure palpebralis menyempit. Terjadi karena kontraktur pada
daerah kantus.

Etiologi

Dapat terjadi secara kongenital atau didapat. Terjadi karena formasi suatu lipatan kulit
vertical pada kantus lateral (epicanthus lateralis) yang terjadikarena kontraksi eczematous.

Treatment

Biasanya tidak ada treatment yang dapat diberikan. Pada kasus yang berat, canthoplasty
dapat dilakukan

BLEPHAROPHIMOSIS SYNDROME

Merupakan syndrome pada palpebra yang diturunkan secara autosom dominan, biasanya
ditandai dengan telekantus ( jarak interkantus berjauhan), epikantus inversus (lipatan kulit
yang meluas dari palpebra inferior ke palpebra superior), dan ptosis berat. Kadang
didapatkan gejala tambahan berupa ektropion sekunder pada palpebra inferior bagian
lateral, defisiensi palpebra vertical tidak berkembangnya nasal bridge, hipoplasia rima
orbita superior, telinga miring dan hypertelorisme.
Untuk bedah modifikasi pada kelainan ini dapat dilakukan pada satu bedah atau multiple
bedah. Waktu untuk perbaikan didasarkan pada fungsi dari palpebra dan kemudian
penampilan dari palpebra. Gangguan visual oleh ptosis adalah juga indikasi. Perfome
secara simultant dengan repair ptosis atau bagian dari bedah keseluruhan, dilakukan
reposisi kantus medial dengan melakukan traksi pada pada palpebra superior dan secara
potensial akan memperbesar ptosis. Multiple Z-plasty atau Y-V-plasty, kadang-kadang
dikombinasi dengan transnasal wiring dengan elongasi dari tendon kantus medial dilakukan
untuk modifikasi telekantus dan epikantus. Procedure tambahan kadang dilakukan untuk
mengkoreksi problem tambahan seperti ektropion dan hipoplasia rima orbita.

EPIKANTUS

Epikantus adalah lipatan kantus medial karena penulangan midfacial immature atau suatu
lipatan kulit dan jaringan subkutaneus. Kondisi ini biasanya bilateral. Pengaruhnya pada
anak biasanya kelihatan esotropia yang disebabkan kurangnya ekposure pada sclera bagian
nasal (pseudostrabismus) . secara klasik ada 4 type epikantus yaitu:

 Epikantus tarsalis lipatan paling banyak pada palpebra superior


 Epikantus inversus lipatan paling banyak pada palpebra inferior
 Epikantus palpebralis lipatan terdistribusi seimbang antara palpebra superior dan
inferior.
 Epikantus supraciliaris lipatan berasal dari daerah alis ke sakkus lakrimalis.

Epikantus tarsalis dapat merupakan variasi normal dari palpebra asian , sedangkan
epikantus inversus seringkali menyertai blepharofimosis syndrome.

Bentuk paling banyak, epikantus dapat kembali normal seiring dengan perkembangan
tulang wajah. Jika tidak disertai kelainan palpebra, treatment sebaiknya ditunggu sampai
wajah berkembang matur. Epikantus inversus, bagaimanapun jarang tampak dengan
berkembangnya wajah. Paling banyak kasus memberikan respon baik dengan revisi linear
seperti Z-plasty atau Y-V-plasty. Epikantus tarsalis pada pasien dapat dieliminasi dengan Y-
V-plasty dengan atau tanpa kontruksi pada lipatan palpebra superior

LAGOPHTHALMOS

Batasan

Suatu kondisi yang ditandai ketidakmampuan secara sadar untuk menutup


palpebra.

Etiologi

Ini terjadi pada pasien dengan paralisis musculus orbicularis okuli, kontraksi sikatriks dari
palpebra, symblepharone, ektropion berat, proptosis, over-resection dari musculus levator
karena ptosis, dan pada pasien dengan koma. Secara fisiologis ada beberapa orang tidur
dengan mata terbuka (nocturnal lagophthalmos)
Gambar. lagopthalmus

Gambaran klinik

Di tandai dengan penutupan tidak sempurna fisura palpebralis disertai dengan tanda-tanda
penyakit penyebab.

Komplikasi

Meliputi xerosis konjungtiva dan xerosis kornea dan keratitis eksposure

Treatment

Untuk mencegah keratitis eksposure, artificial tear drops sebaiknya diberikan sesering
mungkin dan fissure palpebra yang terbuka dapat diberikan salep antibiotic selama tidur
dan pada pasien yang koma. Soft bandage contact lens dapat digunakan untuk mencegah
keratitis eksposure.

Tarsoraphy dapat diberikan untuk menutup kornea jika memungkinkan. Sebaiknya


treatment juga diberikan pada penyebab lagophthalmos, jika memungkinkan.

TARSORAPHY

Merupakan operasi adhesi yang bertujuan menyempitkan palpebra atau hampir menutup
palpebra.

Ada dua type :temporer dan permanen


1. Tarsoraphy temporer

Indikasi : untuk memproteksi kornea akibat kelumpuhan N.VII yang diharapkan


recover, Untuk membantu penyembuhan ulkus kornea indolent, Untuk membantu
penyembuhan skin graft palpebra pada operasi koreksi position.

Tehnik bedah. Disini dapat digunakan tarsoraphy median dan paramedian

a. Insisi. Untuk tarsoraphy paramedian. Insisi Sekitar 5 mm pada marker yang


dibuat margo palpebra superior dan inferior, 3 mm pada midline, insisi 2mm
yang dalam pada gray line pada tempat marker dan epitel marginal , dibuat
dengan tanpa merusak garis silia bagian anterior dan margo palpebra posterior.
b. Jahitan. Permukaan yang terbuka ditutup dengan menyatukan margo palpebra
dengan benang 6-0 silk melalui suatu rubber bolster.
2. Tarsoraphy permanen
Indikasi : dibuat pada kelumpuhan NVII dimana tidak ada recovery; dan untuk kasus
keratitis neuroparalitikdengan gangguan sensasi kornea yang berat.
Tehnik bedah. Dibuat pada kantus lateral untuk membuat perlekatan permanen.
Palpebra akan overlap setelah eksisi flap segitiga dari kulit dan orbikularis dari
palpebra inferior dan dikaitkan dengan flap tarso-konjungtiva bentuk segitiga dari
palpebra superior.

BLEPHAROSPASME

DEFINISI

Suatu keadaan yang tidak disadari, tidak tertahan dan sangat kuat menutup
palpebra

Etiologi

Dapat terjadi dalam dua bentuk:


1. Blepharospasme essensial (spontaneous). Ini merupakan kondisi idiopatik yang
jarang terjadi. Mengenai pasien yang berumur antara 45 dan 65 tahun.
2. Refleks blepharospasme. Ini biasanya terjadi karena stimulasi reflex sensori melalui
cabang nervus lima, pada berbagai kondisi seperti : keratitis phlyctenularis, keratitis
interstitial, corneal foreign body, ulkus kornean dan iridosiklitis. Ini juga terlihat
pada stimulasi retina luas oleh cahaya yangmenyilaukan, stimulasi nervus facialis
central dan pada beberapa pasien histeris.

Gambar. Blepharospasme
GAMBARAN KLINIK

Persistent epifora yang disebabkan oleh penutupan spasmodic dari kanalikuli yang bisa
menyebabkan eksema pada palpebra inferior. Udema pada palpebra sering terjadi.
Entropion spastic (pada orang yang lebih tua) dan ektropion spastic (pada anak-anak dan
orang muda) bisa berkembang pada kasus yang lama. Blepharophimosis bisa dihasilkan
oleh kontraksi kulit yang menyertai eczema

TREATMENT

Pada blepharospasme esensial dapat diberikan toxin botulinum dengan injeksi subkutaneus
diatas musculus orbicularis, blok neuromuscular junction dan mengurangi spasme. Facial
denervation dapat dilakukan pada kasus berat.

Pada reflex blepharospasme, penyebabnya diterapi untuk mencegah rekuren. Komplikasi


yang menyertai juga di terapi.

PTOSIS

Suatu keadaan terkulainya palpebra superior. Normalnya palpebra superior


menutupi seperenam dari kornea sekitar 2 mm. ptosis menutupi lebih dari 2 mm.

Type dan etiologi

1. Ptosis congenital
Ini dapat terjadi karena kelemahan congenital dari levator palpebra superior.
Keadaan ini didapatkan dalam beberapa bentuk :
a. Ptosis congenital simple (tidak disertai anomaly yang lain)
b. Ptosis congenital yang disertai dengan kelemahan musculus rectus superior.
c. Merupakan bagian dari syndrome blepharofimosis yang mana terdiri dari ptosis
congenital, blepharofimosis, telekantus, inversus epikantus.
d. Ptosis congenital synkinetic (ptosis Marcus Gunn jaw-winking). Pada kondisi ini
terjadi retraksi ptotik palpebra dengan pergerakan mandibula yang diakibatkan
oleh stimulasi musculus pterygoid ipsilateral.

Gambar. Marcus Gunn jaw-winking

2. Ptosis didapat
a. Ptosis neurogenik. Disebabkan oleh gangguan innervasional seperti
kelumpuhan N.III, Horner’s syndrome, migraine ophthalmoplegic, dan multiple
sclerosis.
b. Ptosis Myogenic. Merupakan gangguan didapat pada musculus levator
palpebra superior atau pada myoneural junction. Ini dapat terlihat pada pasien

Gambar. Ptosis Aquired

dengan myasthenia gravis, dystrophia myotonica, ocular myopathy, dystrophy


muscular okulo-pharyngeal dan trauma pada musculus levator palpebra
superior.
c. Ptosis aponeurotik. Terjadi karena adanya defect aponeurosis levator palpebra
pada fungsi musculus normal. Ini meliputi ptosis senile, ptosis postoperatif
( jarang terjadi setelah operasi katarak bedah retinal detachment). Ptosis yang
disebabkan kelemahan aponeurotik yang diserai blepharokalasis, dan
kelemahan traumatic dan disinsersi dari aponeurosis.
Gambar.Blepharokalasis

Gambar. Dermatokalasis

d. Ptosis mekanik. Ini bisa dihasilkan oleh beban berat pada palpebra superior
seperti yang terlihat pada tumor palpebra, kalazion multiple dan udem
palpebra. Ini juga bisa terjadi pada palpebra dengan sikatriks (ptosis sikatriks)
dapat terjadi pada pasien dengan okuler pemphigoid dan trachoma.

EVALUASI KLINIK

1. Anamnesa. Meliput umur saat terkena, riwayat keluarga, riwayat trauma, riwayat
operasi mata dan derajat proptosis.
2. Pemeriksaan:
a. Mengeluarkan psudoptosis pada saat infeksi seperti : mikrophthalmus,
anophthalmos, enophthalmos dan pthisis bulbi.
b. Memperhatikan hal-hal berikut:
- Apakah ptosisnya unilateral atau bilateral
- Fungsi musculus orbicularis okuli
- Eyelid crease ada atu tidak
- Jaw-Winking phenomenon ada atau tidak
- Disertai kelemahan otot ekstraokuler
- Bell’s phenomenon ada atau tidak.
3. Pengukuran derajat ptosis.
Pada kasus unilateral, perbedaan ukuran vertical fissure palpebra kedua mata
menentukan derajat ptosis. Pada kasus bilateral dapat ditentukan dengan melihat
seberapa besar kornea yang tertutup oleh palpebra superior (normalnya tertutup 2
mm). jadi hasil pengukuran dikurangi 2 mm.
- Mild 2mm
- Moderate 3mm
- Severe 4 mm

4. Pengukuran fungsi levator.


Pasien diperintahkan untuk melihat kebawah, dan ibu jari menekan alis untuk
memblok aksi musculus frontalis. Kemudian pasien disuruh melihat keatas dan
diukur besarnya jarak pengankatan palpebra dari waktu melihat kebawah dengan
mistar.
Derajat levator function:
 Normal 15 mm
 Good 8mm atau lebih
 Fair 5-7mm
 Poor 4mm atau kurang
5. Special investigasi.
Dapat dilakukan pada pasien dengan ptosis didapat :
 Test tensilon. Dilakukan pada pasien yang diduga myasthenia. Dengan tes
ini dapat terjadi peningkatan ptosis dengan injeksi IV edroponium (tensilon)
pada myasthenia.
 Test phenylephrine. Dilakukan pada pasien yang diduga Horner’s
syndrome.
 Pemeriksaan neurologis. Ini bisa dilakukan pada pasien dengan ptosis
neurogenik

TREATMENT

1. Ptosis congenital. Hampir selalu dibutuhkan bedah koreksi. Pada ptosis berat
sebaiknya dilakukan sangat awal untuk mencegah terjadinya ambliopia deprivation.
Pada ptosis ringan dan sedang operasi dapat dilakukan sampai umur 3 – 4 tahun,
jika akurasi pengukuran baik. Ptosis congenital dapat diterapi dengan operasi
dibawah ini :
A. Operasi Fasanella-servat . ini dapat dilakukan pada ptosis ringan (1,5 –
2mm) dan fungsi levator baik. Palpebra superior dieversi dan sepanjang
tarsal superior dilekatkan dengan muskulus Muller’s dan konjungtiva
direseksi.
B. Reseksi Levator. Operasi yang sangat umum digunakan untuk ptosis
sedang dan berat. Kontraindikasi untuk pasien ptosis berat dengan levator
function yang buruk.
Ukuran levator yang direseksi. Paling umum ahli bedah mengaitkan margo
palpebra dengan kornea selama operasi. Susunan penilaian sebagai
berikut:
 Ptosis sedang
Banyaknya levator palpebra superior yang direseksi

Good 16-17 mm (minimal)


Fair 18-22 mm (moderate)

Poor 23-24 mm (maximum)

 Ptosis berat
Fair levator 23-24 mm (maksimum Fungtion LPS direseksi)

TEHNIK RESEKSI : Musculus levator dapat direseksi melalui pendekatan

Konjungtiva dan kulit.

 Pendekatan konjungtiva (Blaskowics’ operation). Tehnik ini mudah tapi


tidak cocok untuk untuk reseksi yang sangat besar. Pada tehnik
musculus LPS diekspose dengan insisi yang dibuat melalui konjungtiva
dekat pinggir tarsus, setelah palpebra superior dieversi dengan suatu
desmarre’s retractor palpebra.
 Pendekatan kulit (Everbusch’s operation). Tehnik ini seringkali dipakai.
Ini dipakai lebih baik dalam mengekposure musculus LPS melalui insisi
kulit sepanjang garis lipatan palpebra.
C. Frontalis sling operation (Brow suspension): ini dilakukan pada pasien
dengan ptosis berat dengan tidak ada levator function. Pada operasi ini
palpebra digantung kemusculus frontalis via sling. Fascia lata atau
beberapa material non-absorbable (misalnya supramide suture) bisa
digunakan
2. Ptosis didapat

Upaya untuk menemukan penyebabnya harus dilakukan dan kalau perlu terapi
penyebabnya. Pada ptosis neurogenik treatment konservatif sebaiknya diberikan
dan surgery diberikan setelah kurang lebih 6 bulan. Prosedur bedah adalah esensial
sama dengan ptosis congenital. Bagaimanapun ukuran levator resection selalu lebih
kecil daripada ptosis congenital dalam derajat yang sama. Lebih jauh paling banyak
kasus, simple Fasanella-servat adalah procedure yang adekuat.

CRYPTOPHTHALMOS
Merupakan suatu kondisi yang jarang dimana tidak terdapatnya secara parsial atau komplit
dari alis, fissure palpebra, silia dan konjungtiva. Perkembangan secara parsial dimana
adnexa berpusi dengan segmen anterior bola mata. Cryptophthalmos dapat unilateral atau
bilateral. Secara histology levator, orbicularis, tarsus, konjungtiva dan glandula meibom
adalah menyusut atau tidak ada. Rekonstruksi dalam hal ini sukar . Defek okuler berat
dapat terjadi dibawah mata.

NEOPLASMA PALPEBRA

Beberapa neoplasma kutaneus maligna dan benigna dapat tumbuh pada kulit periokuler,
berasal dari epidermis, dermis atau struktur adnexa palpebra. Bagaimanapun paling banyak
lesi , apakah benigna atau maligna berkembang dari epidermis, bertumbuh dengan cepat
pada lapisan superficial kulit. Meskipun beberapa lesi dapat tumbuh diberbagai tempat
ditubuh, penampakan mereka dan keberadaannya pada palpebra adalah unik terutama
karena karakteristik kulit palpebra dan terutama elemen adnexa. Lesi malignan yang paling
sering berpengaruh pada palpebra adalah basal sel karsinoma, squamous sel karsinoma,
sebaceous sel karsinoma, dan melanoma. Karena hasil klinik tidak jelas maka diagnosis
patologi, pemeriksaan histopatologi dari neoplasma cutaneus yang diduga malignan
dianjurkan dilakukan.

TUMOR JINAK PALPEBRA


PAPILLOMAS

Ini adalah tumor jinak yang paling banyak yang berasal dari epitel permukaan terdapat
dalam dua bentuk:

 Squamous papillomas: terjadi pada orang dewasa, pertumbuhan sangat lambat


atau stasionaer, raspberry –like growths atau sebagai suatu lesi pedunkulated,
biasanya meliputi pinggir palpebra. Diterapi dengan simple eksision.

 Seboroik keratosis : terjadi pada umur pertengahan dan pasien lebih tua.
Permukaan tumor ini rapuh, verukosa dan pigmentasi.

HAEMANGIOMA

Haemangioma pada palpebra adalah tumor yang umum. Terdapat dalam 3 bentuk :

A. Capillary haemangioma
Merupakan bentuk yang paling umum yang mana biasanya terlihat sesaat setelah
lahir tapi paling sering tidak nyata saat lahir dan baru terlihat setelah minggu
pertama atau bulan pertama , seringkali bertumbuh dengan cepat dan pada
beberapa pasien dapat terjadi resolusi spontan sampai umur 7 tahun. Disini dapat
terlihat superficial dan warna merah terang (Strawberry naevus) atau dalam dan
berwarna kebiruan atau violet. Tumor ini terdiri dari proliferasi kapiler dan sel
endotel.
Tumor ini sering dikaitkan dengan tingginya amblyopia, sehingga treatment
direkomendasikan terhadap pasien oklusi visual axis, anisometropia, atau
strabismus. Ukuran dari tumor ini meningkat sampai umur 1 tahun kemudian
menurun setelah 4-5 tahun
Gambar. Hemangioma kapiler

Treatment.
Kecuali kalau ukurannya sangat besar tumor ini dapat dibiarka sampai umur 7
tahun (karena pada banyak kasus dapat terjadi resolusi spontan. Treatment yang
dapat dilakukan meliputi :
 EKSISI : Ini dapat dilakukan pada tumor yang kecil dengan batas yang jelas
 Injeksi steroid intralesi (triamsinolone), efektif untuk tumor yang kecil
sampai medium dan pada lesi yang terbatas pada palpebra. Tehnik ini
relative aman, mudah dan dapat diulang meskipun jarang dapat terjadi
nekrosis palpebra, oklusi emboli retinakl vaskuler dan supresi adrenal
systemic setelah injeksi pertama.
 Therapi steroid dosis tinggi (Alternate day) dapat diberikan pada tumor
besar diffuse. Pada terapi ini meningkatkan resiko efek samping sistemik.
 Topikal steroid seperti clobetasol propionate dilaporkan sukses
menyusutkan hemangioma palpebra
 Radioterapi superficial diberikan untuk tumor yang besar
B. Naevus flammeus (port wine stain). Ini lebih umum terjadi pada syndrome Sturge-
Weber. Terdiri dari dilatasi vaskuler dan tidak bertumbuh atau regresi seperti
hemangioma kapiler.

C. Haemangioma cavernosus. Berkembang dan biasanya terjadi pada decade pertama


kehidupan. Ini ditandai dengan endotel pembuluh darah yang luas dan biasanya
tidak menunjukkan tanda-tanda regresi. Treatment sama dengan haemangioma
kapiler
Gambar. Haemangioma kavernosa

XANTHELASMA

DEFINISI

Suatu gangguan metabolism lemak local yang menyebabkan adanya deposit


lipoprotein. Biasanya bilateral pada kantus medial. Penyakit ini mungkin dikaitkan
dengan diabetes mellitus dan level kortikosteroid tinggi. Lipid deposit terdapat pada
histiosit pada dermis palpebra. Biasanya mengenai wanita usia pertengahan

TREATMENT

Eksisi dapat dilakukan untuk alasan kosmetik tapi umumnya rekuren


Gambar.Xanthelasma

NEUROFIBROMA

Palpebra dan orbita paling umum terkena neurofibroma (von Recklinghausen


disease). Tumor biasanya type plexiform.

DEFINISI

Suatu defek perkembangan congenital dari neurosektoderm yang memberikan


gambaran tumor neural dan pigmen spot (café au lait apots). Neurofibromatosis
yang lebih dikenal sebagai phacomatosis (gangguan perkembangan meliputi
perubahan secara simultan dari kulit system saraf pusat dan ektodermal dari mata)

Tanda dan pertimbangan diagnosa

Bentuk tumor soft dengan dasar yang luas atau pediculate, dan terjadi pada kulit
atau pada jaringan subkutaneus biasanya pada sekitar palpebra superior. Pada
tumor ini dapat ditemukan ukuran yang sangat besar sekali dan tampak sebagai
elephantiasis dari palpebra.

Treatment
Pada fibroma yang lebih kecil dapat dengan mudah diangkat dengan bedah. Pada
tumor yang besar mempunyai resiko perdarahan dan rekurensi. Jika mengenai
seluruhnya sukar untuk diterapi.

Gambar. Neurofibroma

Keratoachantoma

Suatu tumor yang akan bertumbuh cepat dengan suatu massa keratin sentral yang
terbuka kekulit yang kadang-kadang diekspresikan keluar. Tumor dapat regresi
spontan, membentuk suatu small sunken scar.
Differential diagnosisnya adalah basal cell carcinoma; pinggir keratoakntoma
biasanya avascular. Seperti squamous cell carcinoma dapat dieksclude dengan
biopsy.

Gambar.Keratoakantoma

NEVUS
KUTANEUS HORN

Suatu prostrusion kutaneus berwarna coklat kekuningan yang terdiri dari keratin.
Pasien yang terkena biasanya orang tua. Kutaneus horn dapat diangkat tapi 25%
dari kasus dapat berkembang menjadi squamous cell karsinoma beberapa tahun
kemudian.

Gambar.Kutaneus Horn

TUMOR GANAS PALPEBRA

BASAL CELL KARSINOMA


Ini adalah tumor malignant yang paling umum pada palpebra, 90% terdapat pada pasien
dewasa. Lokalisasi malignant paling umum pada palpebra inferior (50%), diikuti oleh
kantus medial (25%), palpebra superior (10-15%) dan kantus lateral (5-10%.

GAMBARAN KLINIK

Terdapat dalam 4 bentuk :

a. Nodule ulcerative. Merupakan bentuk yang paling umum. Dimulai dengan nodule
kecil dan diikuti oleh ulkus sentral dengan pinggir melingkar seperti mutiara. Tumor
tumbuh dengan membentuk liang dan merusak jaringan local seperti binatang
pengerat sehingga namanya ulkus rodent.
b. Nodule non-ulceratif
c. Sclerosing or morphea type
d. Pigmented

Nodule type Ulceratif type


PIGMENTED TYPE MORPHEA TYPE

GAMBARAN HISTOLOGI

Paling umum pola gambarannya adalah solid basal sel carcinoma dimana pada dermis ada
invasi massa ireguler dari sel basaloid dengan karakteristik palisade perifer.

TREATMENT

 Bedah.Eksisi bedah local dari tumor ukuran 3 mm dari area normal kulit dan
selanjutnya dibuat repair primer adalah pilihan treatment.
 Radiotheraphy dan cryotheraphy. Hanya untuk kasus inoperable untuk paliatif.

SKUAMOUS CELL CARCINOMA

Ini merupakan kasus tumor ganas terbanyak kedua dari palpebra. Insidensnya (5%) lebih
sedikit dari basal cell carcinoma. Paling banyak berasal dari margo palpebra (mukokutaneus
junction) pada pasien dewasa. Pengaruhnya pada palpebra superior dan inferior sama.

GAMBARAN KLINIK

Terdapat dalam dua bentuk :

1. Ulceratif. Suatu pertumbuhan ulserasi dengan elevasi dan pinggir indurasi adalah
bentuk paling banyak.
2. Fungating atau polipoid verrukosa tanpa ulcerasi. Jarang
Gambar. Karsinoma sel skuamosa

Metastasis

Dapat bermetastasis pada kelenjar limfe preauriculer dan submandibula.

GAMBARAN HISTOLOGIS.

Ditandai dengan proliferasi irregular yang menurun dari sel epidermis ke dermis. pada
Bentuk diferensiasi baik, sel ganas mempunyai susunan berbentuk pusaran membentuk
mutiara-mutiara epitel yang mengandung material keratin pada pusatnya.

TREATMENT

Sama dengan basal sel carcinoma

KARSINOMA GLANDULA SEBASEUS


Ini adalah tumor yang jarang yang berkembang dari glandula meibom. Secara klinik
biasanya tampak sebagai nodule (kadang-kadang sulit dibedakan dengan kalazion). Yang
mana kemudian membentuk tumor yang besar. Pada kasus yang jarang suatu tumor diffuse
sepanjang margo palpebra yang susah dibedakan dengan blepharitis khronik. Eksisi adalah
pilihan terapi yang diikuti oleh rekontruksi. Pada umumnya rekurent.

Gambar . Karsinoma glandula sebaseus

MELANOMA MALIGNA (MELANOCARCINOMA)

Merupakan tumor yang jarang dari palpebra. Ini bisa berkembang dari nevus, tapi biasanya
berkembang secara de novo dari melanosit yang ada pada kulit.

GAMBARAN KLINIK

Sering tampak flat atau elevasi nevus yang nyata dengan pigmen yang bervariasi dan
pinggir yang ireguler. Bisa terjadi ulserasi dan berdarah.

METASTASIS.

Dapat bermetastasis secara local maupun jauh melalui aliran lymphatic dan pembuluh
darah.

TREATMENT
Merupakan tumor radio resisten. Selanjutnya eksisi dengan rekonstruksi dari palpebra
merupakan terapi pilihan.

Anda mungkin juga menyukai