Imbalan Kerja
Imbalan Kerja
TUJUAN PEMBELAJARAN
1
JENIS-JENIS IMBALAN KERJA
Perlakuan akuntansi atas imbalan kerja diatur dalam PSAK 24 (Revisi 2013) Imbalan Kerja.
PSAK 24 (Revisi 2013) berlaku untuk pemberi kerja mencakup:
imbalan kerja jangka pendek (seperti: gaji, bonus, cuti berimbalan);
pesangon;
imbalan pascakerja (seperti: pensiun, THT); dan
imbalan kerja jangka panjang lainnya (seperti: cuti berimbalan jangka panjang, jubilee, imbalan
cacat permanen).
2
CONTOH 19.1 CUTI BERIMBALAN
PT Haritua memiliki 20 orang karyawan di mana setiap karyawan berhak atas 6 hari cuti berimbalan
dalam 1 tahun. Setiap karyawan yang cuti akan mendapatkan imbalan sebesar Rp500.000 per hari.
Pada tahun 2015, 15 karyawan sudah mengambil penuh hak cuti berimbalan, sedangkan 5
karyawan baru mengambil 4 hari. Jika cuti berimbalan tersebut tidak dapat diakumulasikan, maka
pada tahun 2015 PT Haritua akan mengakui beban sebesar Rp55.000.000, yaitu:
15 karyawan × 6 hari = 90 hari
5 karyawan × 4 hari = 20 hari
Jumlah hari = 110 hari
Beban (@Rp500.000) = Rp55.000.000
Jurnal yang dicatat PT Haritua tahun 2015 adalah:
Beban Imbalan Kerja–Cuti Berimbalan 55.000.000
Kas 55.000.000
Jika cuti berimbalan tersebut dapat diakumulasikan, maka pada tahun 2015 PT Haritua akan
mengakui tambahan beban dan liabilitas sebesar Rp5.000.000 [(5 × 2 hari) × Rp500.000],
sehingga beban yang diakui tahun 2015 menjadi Rp60.000.000.
3
PESANGON
Definisi
Pesangon adalah imbalan yang terutang akibat pemutusan kontrak kerja (PKK), baik yang berasal
dari keputusan perusahaan (diberhentikan) ataupun keputusan karyawan atas tawaran perusahaan
(sukarela).
Perlakuan Akuntansi
Perusahaan mengakui pesangon sebagai liabilitas dan beban pada tanggal yang lebih awal di antara:
1. ketika penawaran atas imbalan tersebut tidak dapat ditarik kembali; dan
2. ketika biaya-biaya terkait restrukturisasi telah diakui sesuai PSAK 57 (Revisi 2009)
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Perusahaan dikatakan tidak dapat lagi menarik pesangon yang ditawarkan secara sukarela pada
waktu yang lebih awal antara:
1. ketika pekerja menerima tawaran; dan
2. ketika pembatasan (misalnya: persyaratan hukum, peraturan atau kontrakual atau pembatasan
lainnya) atas kemampuan entitas untuk menarik tawaran berlaku.
Pengukuran nilai pesangon sama dengan imbalan kerja jangka pendek (tak-terdiskonto), kecuali jika
pesangon PKK jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan, maka
diterapkan seperti imbalan kerja jangka panjang lainnya (terdiskonto). Pesangon hanya terkait
dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan, bukan terkait pertukaran jasa di masa depan.
4
CONTOH 19.3 (LANJUTAN)
Jika sudah ada sebagian pesangon yang terealisasi di tahun 2015, maka liabilitas yang diakui
setelah dikurangi jumlah yang telah dibayar. Pada tahun 2016, ketika terjadi realisasi, maka PT
Haritua akan membuat jurnal:
Provisi 620.000.000
Kas 620.000.000
Jika estimasi jumlah karyawan yang secara sukarela berhenti berbeda dengan realisasinya, maka
diterapkan secara prospektif pada tahun 2016, sehingga tidak diperlukan penyesuaian atas bagian
yang sudah diakui pada tahun 2015.
IMBALAN PASCAKERJA
Definisi
Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja yang disediakan perusahaan (selain pesangon) dan akan
diberikan kepada pekerja setelah menyelesaikan masa kerjanya.
Karakteristik
Berdasarkan karakteristiknya, program imbalan pascakerja terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Program Iuran Pasti, yaitu pemberi kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah ditetapkan
kepada Dana Pensiun. Pada program iuran pasti, pemberi kerja tidak memiliki kewajiban hukum
atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki aset
yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan oleh pekerja
pada periode berjalan dan periode sebelumnya.
2. Program Imbalan Pasti, yaitu pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan yang
disepakati akan diterima pekerja saat selesai masa kerja nanti. Oleh karena itu, pemberi kerja
memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana
Pensiun tidak memiliki aset (dana) yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja sebesar nilai
yang telah disepakati.
10
5
GAMBAR 19.1 KARAKTERISTIK IMBALAN PASCAKERJA
Risiko Pemberi
Kerja Risiko Pekerja
Program Pensiunan
Tidak Pasti Aset Program Pasti
Imbalan Kerja
Risiko Pemberi
Kerja
IMBALAN PASCAKERJA
Tabel 19.1 Perbandingan Program Iuran Pasti dengan Program Imbalan Pasti
6
IMBALAN KERJA JANGKA PANJANG LAINNYA
Definisi
Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan pascakerja dan pesangon)
yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasanya.
Perlakuan Akuntansi
Untuk imbalan kerja jangka panjang lainnya, perusahaan menghitung total nilai neto dari jumlah
berikut:
1. biaya jasa;
2. biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto; dan
3. pengukuran kembali dari liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
Nilai neto tersebut diakui di dalam laba rugi (kecuali jika terdapat SAK lain yang mensyaratkan atau
mengizinkan jumlah tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset).
13
14
7
PROGRAM IMBALAN PASTI
Definisi
Program iuran pasti adalah suatu program imbalan pascakerja di mana pemberi kerja wajib
membayar sesuai dengan imbalan yang disepakati bagi perkerja saat selesai masa kerja nanti.
(PSAK 24 Revisi 2010)
Karakterisitik
Pada program imbalan pasti, perusahaan memiliki kewajiban hukum dan konstruktif untuk
memenuhi pembayaran imbalan pada saat pekerja pensiun, yang disebut Kewajiban Imbalan
Pasti. Perusahaan menyisihkan dana yang dibayarkan melalui iuran secara periodik kepada Dana
Pensiun. Dana tersebut diakumulasikan dan diinvestasikan sebagai Aset Program. Program
imbalan pasti yang menyisihkan dana untuk pembayaran imbalan disebut funded, jika sebaliknya
disebut unfunded.
Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi atas program imbalan pasti telah mengalami revisi sesuai ketentuan pada
PSAK 24 (Revisi 2013) yang menggantikan PSAK 24 (Revisi 2010). Akuntansi untuk program
imbalan pasti lebih kompleks karena membutuhkan adanya asumsi aktuaria untuk mengukur
liabilitas dan beban yang harus diakui, serta kemungkinan menimbulkan keuntungan dan kerugian
aktuaria. 15
16
8
GAMBAR 19.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NILAI KINI
KEWAJIBAN IMBALAN PASTI DAN NILAI WAJAR ASET PROGRAM
Biaya Jasa:
• Biaya Jasa Kini
• Biaya Jasa Lalu
• Keuntungan (Kerugian) atas
Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Penyelesaian
Pasti (NKKIP)
Biaya Bunga
Remeasurement (Keuntungan
dan
Kerugian Aktuarial)
Ketika terjadi keuntungan (kerugian) aktuarial, baik atas NKKIP atau NWAP, maka keuntungan
(kerugian) tersebut diakui langsung sebagai penghasilan komprehensif lain (other comprehensif
income). Penghasilan komprehensif lain tersebut tidak dapat diakui (recycled) melalui Laba Rugi.
Berbeda dengan ketentuan dalam PSAK 24 (Revisi 2010) yang masih memperkenankan
menggunakan pendekatan koridor (corridor approach). Pembahasan selanjutnya hanya menggunakan
pendekatan dengan penghasilan komprehensif lain sesuai PSAK 24 (Revisi 2013).
18
9
NILAI LIABILITAS DAN BEBAN YANG DIAKUI
Tujuan dari akuntansi atas program imbalan adalah bagaimana mengakui dan mengukur nilai
liabilitas di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan nilai beban di Laporan Laba Rugi. Berbeda
dengan program iuran pasti, nilai liabilitas yang diakui di Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
bukanlah sejumlah iuran yang terutang pada akhir periode pelaporan, melainkan nilai defisit atau
surplus atas aset terhadap nilai kewajiban pada program imbalan pasti. Nilai yang diakui sebagai
liabilitas di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah sebesar jumlah bersih dari:
1. nilai kini kewajiban imbalan pasti (NKKIP) pada akhir periode pelaporan;
2. dikurangi: nilai wajar aset program (NWAP) pada akhir periode pelaporan.
Jika NKKIP lebih tinggi dari NWAP maka akan menghasilkan defisit (liabilitas), sedangkan jika
sebaliknya akan menghasilkan surplus (aset) di Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Nilai surplus
tersebut disesuaikan dengan dampak batas atas aset (jika ada). Jika mengalami surplus, maka nilai
aset yang diakui di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah terendah antara:
1. nilai surplus; atau
2. batas atas aset.
Nilai beban yang diakui pada Laporan Laba Rugi pada program imbalan pasti bukan sebesar iuran
yang jatuh tempo seperti pada program iuran pasti, tetapi dihitung sebesar nilai bersih dari:
1. biaya jasa;
2. ditambah (dikurang): beban (pendapatan) bunga bersih.
KERTAS KERJA
Kertas kerja terdiri atas dua bagian utama, yaitu jurnal umum dan memo. Jurnal umum berfungsi
sebagai pedoman penjurnalan oleh perusahaan, sedangkan memo merupakan posisi aset dan
liabilitas terkait program yang ada di Dana Pensiun. Perusahaan tidak mencatat aset dan liabilitas
pada kolom memo, melainkan hanya sebagai controlling account dan mengakui selisih bersihnya
saja dalam laporan posisi keuangan.
Untuk keperluan identifikasi, nilai dalam kertas kerja positif berarti saldonya debit, sedangkan
saldo kredit ditulis negatif. Setiap baris harus seimbang antara debit dan kredit, kecuali saldo awal
dan saldo akhir. Perlu diingat bahwa debit atau kredit pada kertas kerja ini bukanlah jurnal. Debit
dan kredit yang harus seimbang merupakan penerapan prinsip sebab-akibat.
20
10
CONTOH 19.4 KERTAS KERJA TAHUN 2015
PT Haritua memiliki program pascakerja imbalan pasti untuk karyawannya. Pada tahun 2015, posisi
saldo terkait program tersebut adalah sebagai berikut.
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Awal 2015 Rp100.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Awal 2015 100.000.000
Kini 15.000.000
Tingkat Diskonto 10%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 12.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 8.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Akhir 2015 125.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Akhir 2015 111.000.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2015 (Tabel 19.3) adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP) dan Nilai Wajar Aset Program (NWAP).
Nilai NKKIP ditulis negatif karena saldo normal kredit, sedangkan NWAP ditulis positif karena saldo normal
debit.
21
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini
nilainya sama (seimbang) yaitu sama-sama Rp100.000.000, maka tidak ada aset atau liabilitas yang diakui
perusahaan di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada awal tahun. Namun, jika saldo kredit pada kolom memo
lebih besar dibandingkan debit (defisit), maka kelebihan saldo defisit akan diakui sebagai liabilitas di Laporan
Posisi Keuangan (Neraca). Sebaliknya, jika saldo debit pada kolom memo lebih besar dibandingkan kredit
(surplus), maka kelebihan saldo surplus akan diakui sebagai aset di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) (kolom
liabilitas bersaldo debit/positif).
3. Masukkan Biaya Jasa Kini pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP (kredit) sebesar Rp15.000.000.
Biaya Jasa Kini merupakan komponen beban dan karena imbalannya belum dibayarkan maka diakui sebagai
NKKIP.
4. Masukkan Biaya Bunga pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP (kredit) sebesar Rp10.000.000.
Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikali posisi NKKIP awal tahun (10% × Rp100.000.000).
Biaya Bunga juga merupakan komponen beban dan karena imbalannya belum dibayarkan maka diakui sebagai
NKKIP.
22
11
CONTOH 19.4 (LANJUTAN)
5. Isilah Pendapatan Bunga pada kolom beban (kredit) dan pada kolom NWAP (debit) sebesar Rp12.000.000.
Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikali posisi NWAP awal tahun (10% × Rp100.000.000). Pendapatan
bunga (kredit) mengurangi beban, sehingga bernilai negatif pada kolom beban. Pendapatan bunga atas
investasi aset program akan diakumulasikan pada aset program sehingga NWAP bertambah (debit).
6. Iuran sebesar Rp12.000.000 dibayar perusahaan, sehingga terjadi kas keluar (kredit). Iuran dibayarkan ke
Dana Pensiun dan diakumulasikan sebagai aset program sehingga NWAP meningkat (debit).
7. Imbalan yang dibayarkan oleh Dana Pensiun tahun ini sejumlah Rp8.000.000. Perlu diingat bahwa
pembayaran dilakukan oleh Dana Pensiun sehingga tidak mengurangi kas perusahaan melainkan diambil dari
aset program (NWAP). Pembayaran imbalan menyebabkan penurunan aset program (NWAP dikedit) dan
kewajiban perusahaan ke pensiunan berkurang (NKKIP didebit).
8. Pada akhir periode, aktuaris akan menyampaikan posisi NKKIP akhir tahun dengan asumsi aktuaria terkini.
Sementara mutasi saldo NKKIP juga sudah dicatat sepanjang tahun sehingga bisa terjadi perbedaan antara
saldo akhir NKKIP menurut pencatatan dengan saldo NKKIP terkini yang dihitung aktuaris. Perbedaan nilai
inilah yang menimbulkan keuntungan (kerugian) aktuarial dalam bentuk penurunan (kenaikan) nilai NKKIP
menuju nilai versi perhitungan terkini dari aktuaris. Berdasarkan pencatatan yang ada, saldo NKKIP akhir
adalah Rp117.000.000 (100.000.000 + 15.000.000 + 10.000.000 – 8.000.000), sedangkan saldo akhir menurut
aktuaria adalah Rp125.000.000. Perbedaan ini menyebabkan peningkatan nilai NKKIP sebesar Rp8.000.000
(kredit) dari Rp117.000.000 menjadi Rp125.000.000. Peningkatan NKKIP ini menimbulkan kerugian aktuarial
karena nilai kewajiban yang meningkat akibat proses pengukuran kembali (remeasurement). Kerugian ini 23
dicatat pada kolom Penghasilan Komprehensif Lain (debit).
12
CONTOH 19.4 (LANJUTAN)
Beban 15.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain 11.000.000
Kas 12.000.000
Liabilitas 14.000.000
Dengan demikian nilai beban yang diakui pada Laporan Laba Rugi PT Haritua tahun 2015 sebesar
Rp15.000.000. Nilai ini berbeda dengan program iuran pasti yang mengakui beban hanya sebesar iuran yang
jatuh tempo, dan liabilitas yang diakui sebesar tunggakan iuran yang sudah jatuh tempo.
12. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun. Pada pembahasan langkah 10 telah dihasilkan
bahwa nilai liabilitas akhir tahun yang diakui perusahaan adalah Rp14.000.000. Nilai ini sama dengan nilai
Liabilitas dalam jurnal pada langkah 11 di atas. Jika nilai liabilitas yang dihasilkan dari defisit pada langkah 10
sama dengan langkah 11, maka nilai beban dan liabilitas yang diakui perusahaan sudah benar. Hasil lengkap
kertas kerja tahun 2015 ada pada Tabel 19.2.
25
Nilai saldo akhir pada kolom memo dan jurnal umum akan menjadi saldo awal pada kertas kerja
tahun 2016.
13
CONTOH 19.5 KERTAS KERJA TAHUN 2016
Pada tahun 2016, PT Haritua memiliki posisi saldo terkait program tersebut adalah sebagai berikut.
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Awal tahun 2016 125.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Awal tahun 2016 111.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain (debit)–Awal tahun 2016 11.000.000
Biaya Jasa Kini 17.000.000
Tingkat Diskonto 11%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 13.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 10.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Akhir 2016 139.750.000
Nilai Wajar Aset Program—Akhir 2016 138.300.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2016 (Tabel 19.4) adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP), Nilai Wajar Aset Program (NWAP), dan
Penghasilan Komprehensif Lain. Nilai tersebut diambil dari saldo akhir pada kertas kerja tahun sebelumnya.
Jangan lupa membedakan tanda positif/negatif untuk membedakan debit/kredit.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini
posisi kredit bernilai Rp125.000.000 dan posisi debit sebesar Rp111.000.000, sehingga kelebihan saldo kredit
sebesar Rp14.000.000 (defisit) akan masuk ke kolom liabilitas. Nilai inilah yang diakui di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) perusahaan pada awal periode.
3. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 3–9 pada contoh tahun 2015 berdasarkan data-data
tahun 2016.
Nilai beban yang diakui pada Laporan Laba Rugi PT Haritua tahun 2016 adalah sebesar Rp18.540.000.
Sementara nilai liabilitas turun dibandingkan posisi tahun lalu menjadi Rp1.450.000.
6. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun. Pada langkah 4 telah dihasilkan bahwa nilai
liabilitas akhir tahun yang diakui perusahaan adalah Rp1.450.000 000 yaitu dari selisih NKKIP dan NWAP
akhir tahun. Nilai ini sama dengan nilai liabilitas dalam jurnal pada langkah 5 di atas. Saldo liabilitas awal
tahun Rp14.000.000 dikurang jurnal tahun berjalan Rp12.550.000 sehingga jumlahnya sama dengan yang
dihasilkan pada langkah 4 di atas. Hasil lengkap kertas kerja tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 19.3. 28
14
CONTOH 19.5 (LANJUTAN)
Tabel 19.3 Kertas Kerja Tahun 2016
29
30
15
CONTOH 19.6 KERTAS KERJA TAHUN 2017
Pada tahun 2017, PT Haritua memiliki posisi saldo terkait program tersebut adalah sebagai berikut.
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Awal tahun 2017 139.750.000
Nilai Wajar Aset Program—Awal tahun 2017 138.300.000
Penghasilan Komprehensif Lain (kredit)—Awal tahun 2017 7.090.000
Biaya Jasa Lalu 60.000.000
Biaya Jasa Kini 16.000.000
Tingkat Diskonto 9%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 30.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 11.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Akhir 2017 225.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Akhir 2017 175.000.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2017 (Tabel 19.5) adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP), Nilai Wajar Aset Program (NWAP),
dan Penghasilan Komprehensif Lain.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus
ini posisi kredit bernilai Rp139.750.000 dan posisi debit sebesar Rp138.300.000, sehingga kelebihan saldo
kredit sebesar Rp1.450.000 (defisit) akan masuk ke kolom liabilitas, dan nilainya akan diakui di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) perusahaan pada awal tahun 2017.
3. Pada tahun 2017, perusahaan mengakui Biaya Jasa Lalu. Dengan asumsi rencana amendemen sudah
terjadi, maka seluruh Biaya Jasa Lalu diakui pada tahun 2017 sebagai beban (debit) dan menambah NKKIP 31
(kredit) senilai Rp60.000.000.
8) Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun. Pada langkah 6 telah dihasilkan bahwa nilai liabilitas
akhir tahun yang diakui perusahaan adalah Rp50.000.000. Nilai ini harus sama dengan nilai dalam penjurnalan
pada langkah 7 di atas dilakukan. Saldo liabilitas awal tahun Rp1.450.000 ditambah jurnal tahun berjalan
Rp48.550.000 sehingga jumlahnya sama dengan yang dihasilkan pada langkah 6 di atas. 32
Hasil lengkap kertas kerja tahun 2017 adalah sebagai berikut.
16
CONTOH 19.6 (LANJUTAN)
Tabel 19.4 Kertas Kerja Tahun 2017
33
Pada imbalan kerja jangka pendek, pesangon, dan imbalan pascakerja iuran pasti yang lebih
sederhana, masalah penyajian dan pengungkapan tidak diatur spesifik karena sudah diatur secara
umum pada PSAK 1 (Revisi 2013) Penyajian Laporan Keuangan. Sementara itu, terkait karyawan
kunci diatur pada PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi. Untuk masalah
ketidakpastian pada Pesangon diatur pada PSAK 57 (Revisi 2009). Bagian berikut membahas
penyajian dan pengungkapan khusus untuk program imbalan pasti.
34
17
PENYAJIAN
Saling Hapus
Pada perusahaan tertentu memiliki lebih dari satu program imbalan pasti, maka aset pada suatu
program dapat saling dihapuskan dengan liabilitas pada program lain jika perusahaan memiliki hak
secara hukum untuk menggunakan surplus suatu program untuk menutupi kewajiban pada
program lain. Selain itu, perusahaan juga bermaksud menyelesaikan kewajiban tersebut dengan
dasar bersih atau merealisasikan surplus suatu program dan menyelesaikan kewajiban program
lain secara bersamaan.
Klasifikasi Aset dan Liabilitas
Aset atau liabilitas yang timbul pada program imbalan pasti tidak diatur penyajiannya apakah
masuk ke aset lancar atau tidak lancar, liabilitas jangka pendek atau jangka panjang. Namun,
karena sifat program yang jangka panjang, sebagian besar perusahaan mengklasifikasikan
sebagai tidak lancar atau jangka panjang.
Komponen Keuangan dari Beban
Beban pada program imbalan pasti terdiri atas berbagai komponen biaya seperti biaya jasa kini,
biaya bunga, dan bahkan pendapatan dari hasil investasi aset program. PSAK 24 (Revisi 2013)
tidak mengatur apakah masing-masing komponen tersebut, khususnya biaya keuangan,
disajikan terpisah dengan komponen lainnya pada Laporan Laba Rugi Komprehensif.
18
PENGUNGKAPAN
Perusahaan harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi sifat program imbalan pasti dan dampak keuangan atas perubahan program
selama periode tersebut. Pengungkapan tersebut di antaranya mencakup: gambaran umum
program, kebijakan akuntansi terkait pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuarial, rekonsiliasi
nilai awal dan akhir atas saldo NKKIP dan NWAP, dan lain-lain. Selain pengungkapan yang
disyaratkan PSAK 24 (Revisi 2013), juga disyaratkan pengungkapan berdasarkan PSAK 7 (Revisi
2009), yaitu mengungkapkan informasi mengenai transaksi pihak-pihak berelasi dengan program
imbalan pascakerja dan imbalan pascakerja untuk personel manajemen kunci. Berikut adalah
contoh pengungkapan pada program imbalan pasti pada bagian kebijakan akuntansi.
37
19
IKHTISAR PEMBELAJARAN
1. Jenis imbalan kerja terdiri atas imbalan kerja jangka pendek, pesangon pemutusan kontrak kerja, imbalan
pascakerja, dan imbalan kerja jangka panjang lainnya.
2. Perlakuan akuntansi atas imbalan kerja jangka pendek sangat sederhana karena tidak memerlukan
perhitungan aktuaria dan tidak didiskontokan.
3. Jika perusahaan melakukan PKK, maka nilai pesangon terkait harus diakui sebagai beban pada tahun yang
lebih awal antara biaya restrukturisasi terkait telah diakui atau pemaparan rencana PKK kepada karyawan yang
terdampak. Apabila perusahaan menawarkan karyawan untuk melakukan pengunduran diri secara sukarela,
pesangon harus diakui pada tahun yang lebih awal antara biaya restrukturisasi terkait telah diakui atau ketika
perusahaan tidak dapat membatalkan PKK. Nilai pesangon diukur berdasarkan jumlah pekerja yang diperkirakan
akan menerima tawaran tersebut.
4. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja yang disediakan perusahaan (selain pesangon) dan akan diberikan
kepada pekerja setelah menyelesaikan masa kerjanya.
5. Program Iuran Pasti adalah program di mana pemberi kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah
ditetapkan kepada Dana Pensiun dan pemberi kerja tidak memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif
untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh
imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan oleh pekerja pada periode berjalan dan periode sebelumnya.
Risiko ketidakpastian atas kecukupan dana ditanggung oleh pekerja.
6. Program Imbalan Pasti adalah suatu program di mana pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan
yang disepakati akan diterima perkerja saat selesai masa kerja nanti. Oleh karena itu, pemberi kerja memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki39
aset (dana) yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja sebesar nilai yang telah disepakati.
IKHTISAR PEMBELAJARAN
7. Perlakuan akuntansi untuk program imbalan pasti lebih kompleks karena membutuhkan adanya asumsi
aktuaria untuk mengukur liabilitas dan beban yang harus diakui.
8. PSAK 24 (Revisi 2013) hanya memperkenankan satu pendekatan dalam pengakuan Keuntungan dan
Kerugian Aktuarial yaitu diakui sebagai Penghasilan Komprehensif Lain.
9. Biaya Jasa Lalu langsung dibebankan pada periode lebih awal antara terjadinya rencana amandemen atau
kurtailmen atau perusahaan telah mengakui biaya restrukturisasi terkait amandemen atau kurtailmen tersebut.
10. Aset suatu program dapat saling dihapuskan dengan liabilitas pada program lain jika perusahaan memiliki
hak secara hukum dan bermaksud untuk saling hapus.
20