PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan
seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan
mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu
dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan
mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang
diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan
begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering
digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.
1.4. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini agar pembaca bisa mengetahui dan menambah
wawasan pembaca yang menegenai materi yang telah dibuat. Setelah membaca makalah ini
pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih lagi tentang Analisa Titik
Impas
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga
jual serta laba itu sendiri.
Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat.
Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense. Mulyadi (1986:4)
membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: “cost adalah bagian dari
harga perolehan tahun harga beli aktiva yang ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan
dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan”. Sedang expense adalah cost yang
dikorbankan di dalam usaha memperoleh penghasilan.
Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisa Break Even Point adalah
jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas
penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa
harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisa Break
Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan.
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal
dari penghasilan setelah dikurangi biaya.
Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membentuk Break Even Point
adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variabel)”. Kedua variabel tersebut saling
terkait antara satu dengan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yang dimaksud
mengakibatkan perubahan besarnya titik Break Even Point.
Harga Jual
Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is
what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya
adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada
pembeli. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli
sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, serta penjual juga menginginkan
sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994:491-493) adalah: (1) survival, (2)
maximum current profit, (3) maximum current revenue, (4) maximum sales growth, (5)
maximum market skimming, (6) product quality leadership.
3
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan
harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut
Kotler (1994:498-506), yaitu:
1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual dengan
menambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada
barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yang didasarkan atas
permintaan.
2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang
dirasakan konsumen terhadap produk.
3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan harga yang
ditetapkan oleh pesaing.
2. Sealed – bid pricing : adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana
perusahaan bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari
harga yang ditetapkan pesaing.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah
kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan
sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen.
Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara
biaya yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan biaya variabel.
Biaya
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis.
Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat
kelangkaan (scarcity).
Klasifikasi biaya
Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya
lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya
4
masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang
dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya
berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel”.
1. Biaya tetap
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain,
turun naiknya volume produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang
dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti
semakin besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil
demikian juga berlaku sebaliknya.
2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang
dikeluarkan yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume
produksi akan diikuti dengan melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga
sebaliknya. Dengan demikian karakteristik biaya variabel antara lain:
a. Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
b. Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan bertambahnya volume
produksi, tetapi secara keseluruhan total biaya variable berbanding lurus
dengan jumlah produksi, dimana semakin besar total biaya variabel jumlah
produksi semakin besar pula.
3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu biaya yang
merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah
karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan.
5
2. Perilaku pendapatan dan pengeluaran secara akurat digambarkan dan linier pada
rentang yang relevan.
3. Efisiensi dan produktivitas tidak akan berubah
4. Bauran penjualan akan konstan
6
Cx=Bx +A ⇒ Hasil penjualan=Biaya
Dengan demikian, rumus Break Even Point yang didapatkan dari berbagai persamaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya Unit
BEP ( unit ) =
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Unit
Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi (1994:274) adalah sebagai
berikut:
Biaya Tetap
BEP ( rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Total Penjualan
Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data
sebagai berikut :
FixedCost
Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,-
Total FC : Rp.150.000.000,-
VariableCost
Biaya bahan : Rp. 70.000.000,-
7
Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,-
Total VC : Rp.250.000.000,-
Penyelesaian :
Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.
Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.
8
Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan dapat juga
digunakan pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis
penghasilan dengan garis biaya di dalam suatu grafik”. Titik pertemuan antara garis
penghasilan dengan garis biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat
menentukan titik break even harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan
volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan penghasilan.
Contoh :
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp. 3 juta, biaya variabel per unit Rp.
400.000. Harga jual per unit Rp. 1 juta, kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Terdapat 2 cara dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam break even point :
a. Dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X
9
b. Dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.
Untuk cara ini, besarnya Contribution Margin (Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya
variabel yang merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutupi
biaya tetap) akan nampak pada gambar break event tersebut
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci perlu dibuat grafik dengan dua garis
terpisah, yaitu garis total pendaptan dan garis total biaya”. Tiap-tiap garis itu disajikan
dengan persamaan berikut :
10
Dalam pendekatan grafik, break even point (titik impas) digambarkan dengan titik
perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan grafik break even point
menurut M. Fuad (2003) yaitu :
Pertama
Membuat grafik X dan Y , dengan sumbu X menunjukan jumlah unit (output) dan
sumbu Y menunjukan biaya dan permintaan.
Kedua
Membuat titik pada sumbu Y yang menunjukan nilai Biaya tetap total (Total Fixed
cost = TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X.
Ketiga
Membuat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dengan jumlah rupiah dari unit
terjual, kemudian menarik garis dari titik 0 melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk
disebut garis penerimaan total (Total Revenue = TR)
Keempat
Menarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada langkah 2 di
atas) yang menunjukan garis biaya total (TC).
Berikut ini merupakan analisis break even point dengan menggunakan pendekatan grafik.
11
Keterangan:
1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang dapat dinyatakan dalam
satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam rupiah.
3. Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis
biaya. Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu x, akan
diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika dari titik impas
ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan
pendapatan penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan garis
pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih
rendah dari total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas yaitu, bidang
diantara garis pendapatan penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba,
karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.
12
2.5. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah-masalah asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279)
mengemukakan:
Asumsi-asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai berikut:
Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dengan
golongan biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi / penjualan.
Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi / penjualan.
Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi
lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara
masing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah tetap konstan.
13
Sebagai alat untuk merencanakan laba.
Sebagai alat untuk perencanaan budget.
Sebagai penentu harga jual produk.
Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
Sebagai dasar rencana pengembangan.
Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada
management secara sederhana dan singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil
keputusan terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil
produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam aktivitas utama perusahaan di
masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan
kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk membandingkan
antara realisasi dengan perhitungan berdasarkan analisa break even sebagai alat
pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa
break even dan laba yang ditargetkan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
BEP (Break Even Point) adalah titik dimana ketentuan penerimaan total sama dengan
pengeluaran total. Analisis BEP membutuhkan suatu perkiraan biaya tetap (fixed cost), biaya
variabel (variabel cost) dan penerimaan (revenue).
Apabila perusahaan di dalam kegiatan operasinya menggunakan biaya tetap dan pada
volume penjualan hanya bisa menutup biaya tetap dan biaya variabel saja. Dengan Break
Even Point, manajer perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan
agar tidak menderita kerugian, dan disarankan dapat mengambil langkah-langkahyang tepat
untuk masa akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini,manajer juga dapat mengetahui
sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan tersebut.
3.2. Saran
15
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka
komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah
tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Jadi,Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada saya.
Apabila ada terdapat kesalahan saya mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, terima
kasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://wordprees.com/2009/09/cara-menentukan-break-even-point.html
http://muhyazin.blogspot.co.id/2013/01/artikel-analisis-titik-impas.html
http://tlbatkpsby.blogspot.co.id/2013/09/sekilas-tentang-break-even-point.html
http://www.menghitung.com/rumus-menghitung-bep/
https://www.dictio.id/t/bagaimana-caranya-menggambarkan-grafik-analisa-break-even-point-
yang-baik/3933/3
17