Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan
seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan
mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu
dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan
mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang
diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan
begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering
digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.

1.2. Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan Analisis Break Even (Titik Impas)?
 Unsur-unsur pokok yang ada dalam Break Even (Titik Impas) ?
 Bagaimana Keterbatasan Analisis Break Even Point ?
 Bagaimana Asumsi dari Analisis Break Even Point ?
 Apa kegunan Analisis Break Even Point ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penulisan adalah sebagai
berikut :
1. Memahami pengertian dari Analisis Break Even (Titik Impas).
2. Memahami unsur-unsur pokok Analias Break Even (Titik Impas).
3. Memahami keterbatasan Analisa Break Even (Tititk Impas).
4. Memahami  asumsi dari Analisa Break Even (Tititk Impas).

1.4. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini agar pembaca bisa mengetahui dan menambah
wawasan pembaca yang menegenai materi yang telah dibuat. Setelah membaca makalah ini
pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih lagi tentang Analisa Titik
Impas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Break Even Point


Banyak para ahli berpendapat tentang pengertian break even point, dimana pengertian
satu dengan lainnya berbeda tetapi pada prinsipnya mempunyai konsep dasar yang sama.
Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan
dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba dan tidak menderita
rugi (Penghasilan = Total biaya).
Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas adalah suatu keadaan dimana
suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha
dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila
laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja”.
Hansen dan Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total
revenues equal total costs, the point is zero profits”.
Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even
analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales
volume and profitability”.
Tetapi analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan
perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even mampu memberikan
informasi pada pimpinan perusahaan berbagai tingkat volume penjulan serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang dihasilkan.
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan perusahaan mencapai break even
point apabila dalam satu periode kerja tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita
rugi, dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan break even point adalah hubungan antara
volume penjualan, biaya dan tingakat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan
tertentu, sehingga analisis Break Even Point ini sering disebut cost, volume, profit analysis.
Selain itu analisa Break Even Point berguna juga untuk menentukan kebijaksanaan dalam
perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan
perencanaan.

2
2.2. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga
jual serta laba itu sendiri.
Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat.
Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense. Mulyadi (1986:4)
membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: “cost adalah bagian dari
harga perolehan tahun harga beli aktiva yang ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan
dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan”. Sedang expense adalah cost yang
dikorbankan di dalam usaha memperoleh penghasilan.
Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisa Break Even Point adalah
jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas
penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa
harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisa Break
Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan.
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal
dari penghasilan setelah dikurangi biaya.
Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membentuk Break Even Point
adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variabel)”. Kedua variabel tersebut saling
terkait antara satu dengan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yang dimaksud
mengakibatkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

 Harga Jual
Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is
what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya
adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada
pembeli. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli
sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, serta penjual juga menginginkan
sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994:491-493) adalah: (1) survival, (2)
maximum current profit, (3) maximum current revenue, (4) maximum sales growth, (5)
maximum market skimming, (6) product quality leadership.

3
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan
harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut
Kotler (1994:498-506), yaitu:
1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual dengan
menambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada
barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yang didasarkan atas
permintaan.
2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang
dirasakan konsumen terhadap produk.
3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan harga yang
ditetapkan oleh pesaing.
2. Sealed – bid pricing : adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana
perusahaan bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari
harga yang ditetapkan pesaing.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah
kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan
sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen.
Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara
biaya yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan biaya variabel.

 Biaya
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis.
Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat
kelangkaan (scarcity).

Klasifikasi biaya
Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya
lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya

4
masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang
dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya
berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel”.

1. Biaya tetap
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain,
turun naiknya volume produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang
dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti
semakin besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil
demikian juga berlaku sebaliknya.
2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang
dikeluarkan yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume
produksi akan diikuti dengan melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga
sebaliknya. Dengan demikian karakteristik biaya variabel antara lain:
a. Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
b. Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan bertambahnya volume
produksi, tetapi secara keseluruhan total biaya variable berbanding lurus
dengan jumlah produksi, dimana semakin besar total biaya variabel jumlah
produksi semakin besar pula.
3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu biaya yang
merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah
karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan.

2.3. Keterbatasan Analisa Break Even Point


Beberapa ahli mengemukakan tentang keterbatasan penggunaan analisa Break Even
Point, diantaranya menurut Horngren yang mengemukakan sebagai berikut:
1. Biaya dapat diklasifikasikan ke dalam kategori variabel dan kategori tetap. Total biaya variabel
dipengaruhi oleh volume. Total biaya tetap tidak berubah dengan volume.

5
2. Perilaku pendapatan dan pengeluaran secara akurat digambarkan dan linier pada
rentang yang relevan.
3. Efisiensi dan produktivitas tidak akan berubah
4. Bauran penjualan akan konstan

2.4. Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point


Alwi (1994:269) menyatakan bahwa terdapat berbagai cara untuk
menentukanbesarnya Break Even Point, antara lain dengan menggunakan teknik persamaan
dan pendekatan grafik.
1. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Y =Cx−Bx−A
Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap
Berdasar definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah penghasilan sama
dengan jumlah biaya (laba = 0). Berangkat dari rumus persamaan yang telah
diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan rumus yang dimaksud, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
0=Cx−Bx− A
Cx=Bx + A
Berdasar persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian persamaan akan
diperoleh rumus turunan sebagai berikut:
Cx=Bx + A ⇒ Cx−Bx= A ⇒( C−B ) x=A
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai
berikut:
A
x (BEP)=
C−B
Keterangan:

6
Cx=Bx +A ⇒ Hasil penjualan=Biaya
Dengan demikian, rumus Break Even Point yang didapatkan dari berbagai persamaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya Unit
BEP ( unit ) =
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Unit

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi (1994:274) adalah sebagai
berikut:
Biaya Tetap
BEP ( rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Total Penjualan

Contoh Soal Mencari BEP:

Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data
sebagai berikut :

Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.


Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

FixedCost
Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi : Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,-

Total FC : Rp.150.000.000,-

VariableCost
Biaya bahan : Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,-

7
Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,-

Total VC : Rp.250.000.000,-

Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah.

Penyelesaian :

Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.

8
Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-.

2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan dapat juga
digunakan pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis
penghasilan dengan garis biaya di dalam suatu grafik”. Titik pertemuan antara garis
penghasilan dengan garis biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat
menentukan titik break even harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan
volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan penghasilan.

Contoh :

Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp. 3 juta, biaya variabel per unit Rp.
400.000. Harga jual per unit Rp. 1 juta, kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.

Terdapat 2 cara dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam break even point :

a. Dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X

9
b. Dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.

Untuk cara ini, besarnya Contribution Margin (Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya
variabel yang merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutupi
biaya tetap) akan nampak pada gambar break event tersebut

Menurut Hansen dan Mowen (2009) mengatakan bahwa :

“Grafik biaya-volume-laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara


biaya, volume dan laba.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci perlu dibuat grafik dengan dua garis
terpisah, yaitu garis total pendaptan dan garis total biaya”. Tiap-tiap garis itu disajikan
dengan persamaan berikut :

Pendapatan= Harga x Unit


Total biaya = (Biaya variabel per unit x unit) + Biaya tetap

10
Dalam pendekatan grafik, break even point (titik impas) digambarkan dengan titik
perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total.

Biaya total = Biaya tetap total + Biaya variabel total

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan grafik break even point
menurut M. Fuad (2003) yaitu :

 Pertama
Membuat grafik X dan Y , dengan sumbu X menunjukan jumlah unit (output) dan
sumbu Y menunjukan biaya dan permintaan.
 Kedua
Membuat titik pada sumbu Y yang menunjukan nilai Biaya tetap total (Total Fixed
cost = TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X.
 Ketiga
Membuat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dengan jumlah rupiah dari unit
terjual, kemudian menarik garis dari titik 0 melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk
disebut garis penerimaan total (Total Revenue = TR)
 Keempat
Menarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada langkah 2 di
atas) yang menunjukan garis biaya total (TC).

Berikut ini merupakan analisis break even point dengan menggunakan pendekatan grafik.

11
Keterangan:

1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang dapat dinyatakan dalam
satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam rupiah.
3. Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis
biaya. Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu x, akan
diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika dari titik impas
ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan
pendapatan penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan garis
pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih
rendah dari total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas yaitu, bidang
diantara garis pendapatan penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba,
karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.

12
2.5. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah-masalah asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279)
mengemukakan:
Asumsi-asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai berikut:
 Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dengan
golongan biaya tetap.
 Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi / penjualan.
 Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi / penjualan.
 Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
 Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi
lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara
masing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah tetap konstan.

2.6. Kegunaan Analisa Break Even Point


Analisa Break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama bagi
perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. Di samping itu juga dapat digunakan
sebagai alat pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya
suatu periode.
Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even Point
digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan untuk:
 Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan.
 Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang diperlukan untuk
mengambil keputusan dan merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
 Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik
yang mudah dibaca dan dimengerti.
Sedangkan menurut Sigit (1996:3) juga menyatakan tentang berbagai kegunaan
analisa BEP adalah sebagai berikut:
Kegunaan analisa Break Even Point antara lain:

13
 Sebagai alat untuk merencanakan laba.
 Sebagai alat untuk perencanaan budget.
 Sebagai penentu harga jual produk.
 Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
 Sebagai dasar rencana pengembangan.
 Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada
management secara sederhana dan singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil
keputusan terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil
produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam aktivitas utama perusahaan di
masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan
kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk membandingkan
antara realisasi dengan perhitungan berdasarkan analisa break even sebagai alat
pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa
break even dan laba yang ditargetkan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

BEP (Break Even Point) adalah titik dimana ketentuan penerimaan total sama dengan
pengeluaran total. Analisis BEP membutuhkan suatu perkiraan biaya tetap (fixed cost), biaya
variabel (variabel cost) dan penerimaan (revenue).
Apabila perusahaan di dalam kegiatan operasinya menggunakan biaya tetap dan pada
volume penjualan hanya bisa menutup biaya tetap dan biaya variabel saja. Dengan Break
Even Point, manajer perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan
agar tidak menderita kerugian, dan disarankan dapat mengambil langkah-langkahyang tepat
untuk masa akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini,manajer juga dapat mengetahui
sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan tersebut.

3.2. Saran

15
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka
komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah
tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Jadi,Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada saya.
Apabila ada terdapat kesalahan saya mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, terima
kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, dkk. Akuntansi Manajarial . Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2013

http://wordprees.com/2009/09/cara-menentukan-break-even-point.html

http://muhyazin.blogspot.co.id/2013/01/artikel-analisis-titik-impas.html

http://tlbatkpsby.blogspot.co.id/2013/09/sekilas-tentang-break-even-point.html

http://www.menghitung.com/rumus-menghitung-bep/

https://www.dictio.id/t/bagaimana-caranya-menggambarkan-grafik-analisa-break-even-point-
yang-baik/3933/3

17

Anda mungkin juga menyukai