Anda di halaman 1dari 3

KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN Hadirin rahimakumullah

Segala puji milik Allah swt, Dzat yang memberikan kita ruh, sehingga bisa hidup di
bumi-Nya dan menghirup udara-Nya. Karena dengan kehendak-Nya juga lah kita
semua bisa melangkahkan kaki dari rumah masing-masing untuk berkumpul di masjid
yang mulia ini.
Shalawat beserta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang
dipilih oleh Allah dan diutus ke muka bumi untuk seluruh umat manusia. Dengan
perantara Rasulullah saw, Allah swt memperbaiki iman dan akhlak manusia menjadi
baik dan sempurna.

Jamaah Jumat rahimakumullah Hadirin rahimakumullah


Pada bulan Sya'ban yang mulia ini, dan di hari yang juga mulia ini, sayyidul ayyam, Secara bahasa, Sya'ban berasal dari kata syi'ab yang artinya jalan di atas gunung.
Jumat yang penuh berkah, khatib selalu mengingatkan kepada jamaah Jumat Makna ini selaras dengan posisi bulan Sya’ban yang menyongsong bulan Ramadhan.
sekalian dan khususnya kepada diri khatib pribadi untuk selalu meningkatkan takwa Hal ini merupakan kiasan bahwa bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah tersebut
kepada Allah swt, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi merupakan momen tepat untuk menapaki jalan kebaikan secara lebih intensif, guna
segala larangan-Nya. mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan.
Karena sebaik-baik manusia di sisi Allah adalah karena takwanya. Sebagaimana Posisi bulan Sya'ban merupakan tengah-tengah diantara Rajab dan Ramadhan,
yang telah difirmankan oleh Allah swt dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13: sehingga menjadi jembatang penghubung mata rantai kemuliaan menuju Ramadhan.

Maka dari itu, bulan Sya'ban juga menjadi gerbang dari masuknya menuju
Ramadhan. Sehingga sebaiknya kita juga menyiapkan jiwa dan raga kita untuk
memasuki bulan suci tersebut, mulai dari materi, ilmu dan mental.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku Jamaah rahimakumullah
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di Bulan Sya'ban yang merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah swt
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Allah Maha memiliki beberapa peristiwa yang penting. Dan peristiwa tersebut juga menandakan
Mengetahui lagi Maha Mengenal bahwa Allah swt memuliakan bulan tersebut, diantara sebagai berikut:
(QS Al Hujurat: 13). Pertama, Allah swt menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad
saw.
Peristiwa penting ini telah difirmankan oleh Allah swt, sebagaimana yang telah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang sangat menganjurkan umat Islam untuk
tercantum dalam Al-Qur'an surat al-Ahzab ayat 56: memperbanyak shalawat di bulan Sya’ban ini.

Selain memperbanyak shalawat kepada Nabi, Syekh Abdul Qadir juga menganjurkan
Artinya: Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang- umat Islam untuk selalu bergegas membersihkan diri dan bertaubat dari kesalahan-
orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam kesalahan yang sudah lewat, dengan tujuan menyambut bulan suci Ramadhan.
penghormatan kepadanya (QS Al-Ahzab: 56). Karena menyambut Ramadhan harus dilakukan dengan hati yang bersih dan suci.

Mayoritas ulama, khususnya dari kalangan mufassir, sepakat bahwa ayat ini turun di Hadirin rahimakumullah
bulan Sya’ban. Peristiwa kedua, Allah swt menurunkan kewajiban berpuasa bagi umat Islam.
Kewajiban puasa yang dimaksud merupakan puasa Ramadhan bagi seluruh umat
Dalam ayat di atas ada tiga bentuk shalawat kepada nabi Muhammad saw, yakni manusia. Karena dengan puasa ini, umat Islam dilatih jiwa dan raganya, sehingga
shalawat yang disampaikan Allah, shalawat yang disampaikan malaikat, dan menjadi pribadi yang sempurna dan matang spiritualnya.
(perintah) shalawat yang disampaikan kepada umat Rasulullah saw.
Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû‘ Syarah Muhadzdzab menjelaskan
Akan tetapi makna bershalawat pada ayat tersebut memiliki makna yang berbeda- bahwa Rasululah menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama
beda, sesuai dengan siapa yang bershalawat. hidup, dimulai dari tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun
pada bulan Sya'ban.
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ia mengutip pernyataan Imam Bukhari yang
menjelaskan bahwa kata “Allah bershalawat” bermakna Dia memuji Nabi, “Malaikat Hadirin rahimakumullah
bershalawat” berarti mereka sedang berdoa, sementara “manusia bershalawat” Kemudian peristiwa ketiga di bulan Sya'ban, dimulainya Ka’bah menjadi kiblat umat
selaras dengan pengertian mengharap berkah dan syafaat. Islam yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha.

Oleh itu, kedudukan Rasulullah saw sangat mulia di alam semesta ini, bahkan beliau Peristiwa yang terjadi pada bulan Sya'ban ini menjadi sejarah penting bagi umat
menjadi Sulthanul Anbiya (Rajanya para Rasul) dan sekaligus Khatamul Ambiya Islam, karena menjadi penentu arah, kemana umat Islam menghadap ketika
(penutup para Nabi). melakukan shalat 5 waktu. Dengan beralihnya kiblat dari Masjid Aqsa ke Ka'bah di
Maka, sudah sepantasnya kita sebagai umatnya Rasul yang masih dipertemukan Masjidil Haram, juga menjadi penanda bahwa kedua masjid tersebut merupakan
dengan bulan Sya'ban yang mulia ini, untuk memperbanyak membaca shalawat pusat tauhid umat manusia.
kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini senada dengan pernyataan Sulthanul Aulia,
Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan turunnya ayat 144 dalam Al-Qur'an surat
al-Baqarah:

Artinya: Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram (QS Al-Baqarah: 144).

Saat menafsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkâmil Qur’an dengan
mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan
Rasulullah saw untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang
bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.

Kiblat merupakan bentuk persatuan bagi umat Islam dan tidak menandakan bahwa
Allah bertempat pada suatu tempat, karena Allah ada di mana-mana dan tidak
kemana-mana.

Karena sesungguhnya umat Islam di seluruh dunia tidak menyembah Ka'bah


(makhluk) melainkan hanya bersatu dalam bertauhid.

Hadirin rahimakumullah
Demikianlah khutbah kali ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang
membaca maupun yang mendengarkannya. Dan semoga Allah memberikan
keberkahan umur kepada kita, sehingga kita bisa berjumpa dengan bulan suci
Ramadhan.

Anda mungkin juga menyukai