Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam serta nikmat sehat.
Nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam
keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap
sunnahnya selalu kita teladani.
Mengawali khutbah ini khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi, dan kepada para
jama’ah shalat Jum’at, marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban atas perintah-
perintah-Nya dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari
segala apa yang menjadi larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah menciptakan segala sesuatu pada proporsinya. Selain itu, Ia menciptakan dua belas
bulan sebagai bukti sebagai perjalanan manusia di dalam waktu setahun. Sebagaimana hal
tersebut termaktub di dalam QS At-Taubah/9:36:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah
di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan
yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.
Rajab merupakan salah satu asyhurul hurum, bulan yang tidak boleh berperang di dalamnya.
Rajab secara etimologi yaitu bulan yang agung. Adapun di dalam Kitab Mukasyafah Al-
Qulub, Imam Ghazali mengatakan bahwa Rajab ialah nama salah satu nama sungai di surga,
airnya lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu, dan lebih dingin dari salju.
Seseorang tidak akan minum dari sungai tersebut kecuali ia berpuasa pada bulan tersebut.
(Imam Ghazali:2013:301)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Bahkan nabi Muhammad di dalam hadisnya menyatakan bahwa Rajab bulannya Allah,
Sya’ban bulanku (Nabi Muhammad), dan Ramadhan adalah bulan umatku. Melalui makna
rajab secara etimologi dan hadis nabi, maka bulan rajab merupakan bulan yang seharusnya
umat muslim mengunakannya untuk bersyukur kepada nikmat-Nya, beristighfar, dan
berpuasa.
Habib Abdurrahman bin Umar al-Habsyi, Hadramaut (782 H) mengatakan bahwa hakikat
syukur ialah tampak di hatimu senang bersama Allah, dan bahagia bersama nikmat dan
karunia-Nya, kemudian engkau mengimplementasikan dalam bentuk amal kewajiban yang
telah diberikan-Nya, dengan demikian hal tersebut akan terbawa pada kebahagiaan pula pada
seluruh anggota badanmu, hatimu dan juga perkataanmu. Definisi tersebut memberikan kesan
bahwa syukur itu menerima semua pemberian Allah diriingi takwa sehingga tidak ada rasa
mengeluh pada dirinya. Sebagaimana Rasul bersabda: “Sesungguhnya Allah ridha kepada
seorang hamba yang makan makanannya dengan rasa syukur kepada makanan tersebut, dan
seorang hamba yang minum minumannya dengan rasa syukur kepada minuman tersebut".
Bisa disimpulkan bahwa pada bulan Rajab dianjurkan memperbanyak memuji Allah Swt dan
memperbanyak doa. Karena doa yang diijabah oleh Allah yaitu doa yang diawali dengan
pujian terhadap nama-nama terbaiknya. Sebagaimana hal ini termaktub di dalam QS al-A’raf
ayat 180:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Istighfar secara etimologi yaitu meminta ampunan kepada Allah (Syekh Yusuf Muhammad
al-Baqa’i:2006:47). Di dalam Kamus al-Mu’jam al-Wasith, istighfar dimaknai yaitu meminta
ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang dilakukannya. (Iqbal Zaki:2088:680). Adapun
Syekh Ali bin Muhammad as-Sayyid as-Syarif al-Jurjani mengatakan bahwa maghfirah yaitu
pengampunan dosa yang dilakukan oleh Yang Maha Kuasa terhadap kejahatan yang timbul
dari seseorang yang berada di bawah kekuasaan-Nya.
Di dalam al-Quran banyak ayat yang memuat kata pengampunan kepada Allah Ta’ala. Satu
diantara ayat tersebut QS An-Nashr :3: