Anda di halaman 1dari 8

Berkurban Perspektif Hadis

Muhamad Jajang Komarudin1, Wahyudin Darmalaksana2


1
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2
Pak Dekan: Jurusan Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati

Mhmmddly5@gmail.com

Abstract
This study aims to discuss the hadith about sacrifice. Theoretically, this research is
useful as a review of hadith science. Practically, the research is useful as knowledge
about sacrificing according to the hadith. This research belongs to the type of
qualitative research by applying the descriptive-analytical method. The data sources
of this research include primary sources and secondary sources. The primary data
source of this research is from Encyclopedia of hadith. While secondary data sources
are literature related to the topic of this research including journal articles, books, and
theses. Data collection is done through literature studies. While data analysis was
pursued through takhrij hadith and hadith commentary. After tracking the hadith with
the keyboard “Sacrifice” in the encyclopedia of hadith kitab 9 imam, imam bukhari
hadith’s hadith No. 5120 was found and is relevant to be used as motivation.
Creativity, innovation, and development about sacrifice.
Keywords: Sacrifice; Hadith; Syllabus; Takhrij.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hadis tentang berkurban. Secara teoritis,
penelitian ini bermanfaat sebagai tinjauan ilmu hadis. Secara praktis, penelitian
bermanfaat sebagai pengetahuan seputar berkurban menurut hadis. Penelitian ini
termasuk pada jenis penelitian kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-
analitis. Sumber data penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber data primer dari penelitian ini yaitu dari ensiklopedia hadis. Sedangkan
sumber data sekunder merupakan literatur yang terkait dengan topik penelitian ini
diantaranya dari artikel jurnal, buku, dan skripsi. Pengumpulan data dengan melalui
penelitian kepustakaan. Sedangkan analisis data ditempuh melalui takhrij hadis dan
syarah hadits. Setelah dilakukan pelacakan hadis dengan kata kunci “Kurban” pada
Ensiklopedia Hadis Kitab 9 Imam, maka ditemukan hadis Imam Bukhari No. 5120
dan relevan digunakan sebagai motivasi, kreativitas, inovasi dan pengembangan
tentang berkurban.
Kata kunci : Berkurban; Hadis; Syarah; Takhrij

1
Pendahuluan
Nabi Muhammad SAW memberikan khotbah pada hari Nahr (penyembelihan
kurban) tentang waktu pelaksanaan kurban, kemudian ada seseorang dari kalangan
biasa yaitu Abu Burdah bin Niyar, berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah
menyembelih hewan kurban sebelum aku salat, namun aku masih memiliki anak
kambing yang lebih baik dari anak kambing kambing yang telah berumur dua tahun.
“Maka beliau pun bersabda, “Jadikanlah ia sebagai pengganti (dari apa yang telah
kamu sembelih sebelum salat). (HR. Bukhari No. 915).
Dari hadis diatas bisa kita simpulkan bahwa waktu pelaksanaan berkurban
atau menyembelih hewan kurban yaitu setelah solat idul adha. “Maka barangsiapa
yang melaksanakan penyembelihan setelah salat idul adha berarti mereka telah sesuai
dengan sunnah Rasulullah SAW, dan barangsiapa yang melaksanakan penyembelihan
hewan kurban sebelum salat, maka itu hanyalah sesuatu yang dipersembahkan untuk
keluarganya dan tidak ada sedikitpun termasuk dari ibadah kita ini” (HR. Bukhari No.
913).
Penduduk indonesia yang mayoritas muslim, sering sekali terjadi perbedaan
dalam waktu pelaksanaan berkurban seperti pada hari raya Idul Adha 1435 H, antara
Majlis Tarjih Muhammadiyah dengan Pemerintah Republik Indonesia. Majlis Tarjih
Muhammadiyah menetapkan hari raya idul adha pada Sabtu tanggal 4 Oktober 2014
sedangkan Pemerintah Republik Indonesia menetapkan pada hari Minggu tanggal 5
Oktober 2014 (Sulfinadia, 2014). Perbedaan hari raya ini , menyebabkan berbeda pula
persepsi masyarakat dalam menanggapi. Ada yang berlebaran di hari sabtu dan juga
ada yang di hari minggu. Oleh karena itu, penelitian ini tertarik untuk membahas
berkurban perspektif hadis dengan menekankan pada waktu pelaksanaan berkurban.
Hasil Penelitian Terdahulu telah disajikan oleh peneliti terkait Berkurban.
(Sulfinadia, 2014) , “Perbedaan Penetapan Idul Adha Dan Implikasinya Terhadap
Pelaksanaan Kurban”, Jurnal Fitrah. Metode penelitian ini bersifat kualitatif melalui
studi pustaka dengan pendekatan tafsir berdimensi sosial kemasyarakatan. Penelitian
ini menggunakan teori agama dan kebudayaan masyarakat. Hasil dan pembahasan
penelitian ini meliputi alasan mengapa terjadi perbedaan dalam penetapan Idul adha,
siapakah yang mempunyai otoritas dalam menentukan hari raya idul adha, bagaimana
implikasi yang dirasakan oleh masyarakat dalam penetapan hari raya idul adha.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi perbedaan dalam
penetapan hari raya adalah karena keragaman perbedaan metode yang digunakan dan
membaginya menjadi empat metode yaitu: metode rukyah al-hilal, hisab, inkam al-
rukyah dan Rukyat Global (Sulfinadia, 2014).
Penelitian sekarang dan penelitian terdahulu memiliki kesamaan yaitu
membahas berkurban. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara penelitian sekarang dan
penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu membahas “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam berkurban” dan “perbedaan penetapan
idul adha dan implikasinya terhadap pelaksanaan kurban”. Sedangkan penelitian
sekarang membahas takhrij dan syarah hadis tentang berkurban.
Kerangka berpikir ini perlu disusun sebagai alur dari penelitian. Adapun bagan
kerangka berpikir dibawah ini:

2
Bagan 1. Kerangka Teori

01 02

Pengertian Kurban Sejarah menyembelih kurban

03 04

Berkurban perspektif hadis Penutup

Kata “Kurban” berasal dari kata Qurb atau qurbân dari bahasa Arab, yaitu
bentuk mashdar dari kata Qaraba, Yaqrabu, Qurban. Qurban berarti “dekat” dengan
imbuhan ân (alif dan nun) yang mengandung arti “kesempurnaan”, sehingga qurbân
yang diindonesiakan dengan “kurban” berarti “kedekatan yang sempurna”. Sedangkan
menurut istilah qurban merupakan suatu pemotongan hewan ternak yang di
kerjakan/dilakukan pada hari besar Islam yakni Idul Adha dan hari Tasyriq bertujuan
sebagai pendekatan diri terhadap Allah SWT. Kata Qurbân berulang tiga kali dalam
al-Qur’an, yaitu pada Q.S. Ali Imran: 183, al-Ma’idah: 27, dan al-Ahqaf: 28. Jadi,
qurban adalah penyembelihan binatang tertentu yang dilakukan pada hari Idul Adha
dan tiga hari sesudahnya (hari tasyrik), yakni pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah
yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Qurban (kurban) adalah
hewan tertentu yang disembelih bagi manusia untuk menjadi lebih dekat dengan kasih
sayang Allah SWT. Dalam ilmu fiqh, qurban juga disebut udhḫiah (karena
dilaksanakan dalam suasana Idul Adha) juga berasal dari kata dahwah atau duhaa
(waktu matahari sedang naik di pagi hari), karena biasanya penyembelihan hewan
qurban dilaksanakan pada waktu Dhuha. Dari kata dahwah atau dhuhaa tersebut
diambil kata daahiyah yang bentuk jamaknya udhḫiah. qurban disebut “udhiyya” yang
berarti hewan yang disembelih saat Idul Adha. Oleh karena itu qurban adalah salah
satu ibadah yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah SWT
(Simanjuntak, 2019)
. Menurut sayyid sabiq, qurban berasal dari kata Al-Udhiyyah dan
AdhDhahiyyah adalah nama binatang sembelihan seperti; unta, sapi, kambing yang
akan disembelih pada hari raya idul adha dan hari-hari Tasyriq sebagai taqarrub
kepada allah swt. Menurut hamdan rasyid, Qurban menurut pandangan syari’ah islam
adalah mendekatkan diri kepada allah Swt dengan menyembelih hewan ternak serta
membagi-bagikan dagingnya kepada faqir miskin sebagai manifestasi dari rasa syukur
untuk mensyiarkan agama islam (Caniago & Ganesha, 2019).
Menurut Tuangku Kaidir, sejarah dari mimpi yang datang kepada Nabi
Ibrahim as. untuk menyuruh menyembelih Nabi Ismail as. dan mimpi itu datang
sampai tiga kali, sehingga Nabi Ibrahim as. meyakini merupakan sebuah perintah
(wahyu) dari Allah Swt. yang wajib dilaksanakan. Setelah berdisikusi dan meminta

3
pendapat dari Nabi Ismail as. dan Siti Hajar, maka mereka ridho dan ikhlas
melaksanakan perintah dari Allah Swt. Selanjutnya, pada esok harinya Nabi Ibrahim
as. dan Siti Hajar mempersiapkan upacara pengorbanan Nabi Ismail as. yang akan
diberikan kepada Allah Swt. Sebelum Nabi Ismail as. mengikuti upacara
penyembelihan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri, maka Siti Hajar mempersiapkan
prosesi untuk penyembelihan Nabi Ismail as., seperti : Nabi Ismail dimandikan,
dihiasi dan dipakaikan pakaian yang bagus, dengan tujuan Nabi Ismail as. akan
disembahkan kepada Allah Swt., karena segala sesuatu yang diberikan dan
disembahkan pada Allah, maka harus yang baik dan bagus. Setelah dibersihkan dan
hiasi Nabi Ismail as., maka Nabi Ibrahim as. membawa Nabi Ismail as. ke tempat
penyembelihan. Pada saat Nabi Ibrahim as. menyembelih leher dari Nabi Ismail as.,
maka Allah memerintahkan kepada Malaikat untuk menggantinya dengan seekor
kibas, ketika itu bergantilah Nabi Ismail as. dengan seekor kibas dan yang disembelih
itu adalah leher seekor kibas dan bukan lehernya Nabi Ismail as.
Landasan teori dibutuhkan untuk pondasi teoritis dalam melakukan
pembahasan. Penelitian ini menggunakan teori takhrij hadis dan syarah hadis dari
Mahmud al-Thahhan. Menurut Mahmud al-Thahhan, mendefinisikan takhrij sebagai
penelusuran atas lokasi hadis dalam sumber-sumbernya yang asli yang menyebutkan
hadis beserta sanadnya, untuk kemudian dikaji kualitas hadisnya (Rahman, 2017).
Adapun Syarah hadis merupakan kekayaan khazanah Islam yang terus
mengalami perkembangan. Menurut Muhtador kata syarah dalam bahasa Arab berarti
menjelaskan, menafsirkan, dan membeberkan. Kata syarah berkenaan dengan hadis
Nabi, adalah usaha menjelaskan makna yang terdapat dibalik teks hadis
(Darmalaksana, 2020a)
Permasalahan Utama penelitian ini adalah terdapat hadis tentang berkurban.
Rumusan masalah penelitian ini ialah bagaimana hadis tentang berkurban. Penelitian
ini bertujuan untuk membahas hadis terkait waktu penyembelihan berkurban. Secara
teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai tinjauan ilmu hadis. Secara praktis,
penelitian bermanfaat sebagai pengetahuan seputar berkurban menurut hadis.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif dengan menerapkan
metode deskriptif-analitis. Sumber data penelitian ini meliputi sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini yaitu dari ensiklopedia hadis.
Sedangkan sumber data sekunder merupakan literatur yang terkait dengan topik
penelitian ini diantaranya dari artikel jurnal, buku, dan skripsi. Pengumpulan data
dengan melalui studi kepustakaan. Sedangkan analisis data ditempuh melalui takhrij
hadis dan syarah hadis (Darmalaksana, 2020b).
Hasil dan Pembahasan
1. Teks Hadis
Tahapan takhrij hadis mensyaratkan untuk mengeluarkan hadis dari kitab
hadis yang kemudian diteliti kesahihannya. Setelah dilakukan pelacakan hadis
dengan kata kunci “Kurban” pada Ensiklopedia Hadis Kitab 9 Imam, maka
ditemukan hadis Imam Bukhari No. 5120. Adapun redaksi teks haid di bawah
ini:

4
‫َح َّد َثَنا ُم َس َّدٌد َح َّد َثَنا ِإْس َم اِع يُل َعْن َأُّيوَب َعْن ُم َح َّم ٍد َعْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َقاَل‬
‫الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َذ َبَح َقْبَل الَّص اَل ِة َفِإَّنَم ا َذ َبَح ِلَنْفِسِه َو َم ْن َذ َبَح َبْعَد الَّص اَل ِة َفَقْد َتَّم‬
‫ُنُس ُك ُه َو َأَص اَب ُس َّنَة اْلُم ْسِلِم يَن‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami
Isma'il dari Ayyub dari Muhammad dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, dia
berkata, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa yang menyembelih (hewan kurban)
sebelum salat (ied), maka itu hanyalah sembelihan untuk dirinya sendiri, dan
barang siapa yang menyembelih setelah salat (ied), maka ibadah kurbannya telah
sempurna dan sesuai dengan sunnah kaum muslimin” (H.R Bukhari No.5120).
2. Takhrij Hadis
Tahap berikutnya, penilaian para rawi dan ketersambungan sanad
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 1 Rawi dan Sanad
No Rawi-Sanad Lahir/Wafat Negeri Kuniyah Komentar Ulama Kalangan
L W - +
1. Anas bin Malik - 91 H Bashrah Abu - Ibnu Hajar Shahabat
bin An Nadlir bin Hamzah al’asqalani
Dlamdlom bin
Zaid bin Haram
2. Muhammad bin - 110 H Bashrah Abu Bakar - Ahmad bin Tabi’in
Sirin, maulana hambal:Tsiqa kalangan
Anas bin Malik h; Al ‘Ajli: pertengahan
Tsiqah;
Muhammad
bin sa’d:
Tsiqah
ma’mun; Ibnu
hibban:
Hafizh; Ibnu
hajar
al’asqalani:
Tsiqah tsabat;
Adz dzahabi
3. Ayyub bin Abi - 131 H Bashrah Abu Bakar - Yahya bin Tabi’in
Tamima Kaysan ma’in: Tsiqah; kalangan
An-nasa’i: biasa
Tsiqah
Tsabat;
Muhammad
bin sa’d:
Tsiqah
Tsabat; Adz
dzahabi:
imam;
4. Isma’il bin - 193 H Bashrah Abu Bisyir As saji: Perlu Syu’bah: Tabi’ut
ibrahim bin dikoreksi ulang; Sayyidul Tabi’in
musqim Ibnu hajar al Muhadditsin; kalangan
‘asqalani: Dlaif; Yahya bin pertengahan
Adz dzahabi: ma’in: Tsiqah
Dlaif ma’mun;
Muhammad
bin sa’d:
Tsiqah tsabat
hujjah;
Abdurrahman
bin mahdi:
Dia lebih kuat
dari husyai;

5
Yahya bin
ma’in: Tsiqah
ma’mun; Abu
daud: tidak
ada seorang
muhaddits
kecuali
melakukan
kesalahan,
kecuali ibnu
‘ulaiyah dan
bisyr bin al
mufadldlal;
Yahya bin
said: lebih
kuat daripada
wuhaib; An
nasa’i: Tsiqah
tsabat
5. Musaddad bin - 228 H Bashrah Abu Al - Yahya bin Tabi’ul
Musarhad bin Hasan ma’in: Atba’
Musarbal bin Shaquuq;
mustawrad Ahmad bin
hambal:
Shaduuq; Aan
nasa’i:
Tsiqah; Al
‘ajli: Tsiqah;
Abu hatim:
Tsiqah; Ibnu
hibban:
Disebutkan
dalam ‘ats
tsiqaat; Ibnu
hajar al
‘asqalani:
Tsiqoh hafidz;
Adz dzahabi:
hafidz

Tabel 1 menunjukkan bahwa hadis bukhari No.5120 diriwayatkan oleh lima


periwayat. Seluruh periwayat hanya diketahui wafatnya saja. Para ulama
memberikan komentar positif, kecuali terhadap satu periwayat. Isma’il bin
ibrahim bin musqim di hadisnya perlu di koreksi ulang menurut As-saji, dlaif
menurut ibnu hajar al-‘asqalani, dan dlaif menurut Adz-dzahabi.
Menurut teori ilmu hadis, rawi pertama berarti sanad terakhir dan sanad
pertama berarti rawi terakhir (Soetari, 2015).
Awal sanad atau permulaan sanad yaitu di tempat orang yang berada sebelum
nabi Saw., yaitu Anas bin malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin zaid bin haram
seorang shahabat pada nomor urut satu (1) di Tabel 1 Hadis diatas termasuk
mustahil (bersambung) dilihat dari persambungan sanad. Syarat persambungan
sanad adalah liqa (bertemu) antara guru yang menyampaikan dengan hadis dan
murid yang menerima hadis (Soetari, 2015). Liqa dapat dilihat dari keberadaan
mereka sezaman, satu profesi, dan berada di satu wilayah. Dilihat dari negeri,
mereka berada di wilayah yang berdekatan. Guru dan murid dapat dikatakan
sezaman walaupun kebanyakan mereka tidak diketauhi tahun lahirnya. Menurut
teori ilmu hadis, para periwayat hadis dapat diasumsikan usia mereka berkisar 90
tahun (Darmalaksana, 2020b). Sehingga diprediksi para periwayat dalam mata

6
rantai sanad tersebut kemungkinan bertemu antara guru dan murid. Matan hadis
di atas tidak janggal dan tidak cacat. Tidak janggal dalam arti tidak bertentangan
dengan al-qur’an, hadis yang lebih kuat, sedangkan tidak cacat dalam arti tidak
ada sisipan, pengurangan dan perubahan (Soetari, 2015).

3. Syarah Hadis Tentang Berkurban


“Dan telah menceritakan kepada kami Abu bakar bin Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash Sallam bin Sulaim dari Al Aswad bin
Qais dari Jundab bin Sufyan dia berkata, “Saya pernah ikut salat idul adha
bersama Rasulullah SAW, Setelah beliau salat bersama orang-orang, beliau
melihat ada seekor kambing yang telah disembelih lantas beliau bersabda,
“Barang siapa menyembelih sebelum salat, hendaknya ia mengulangi
sembelihannya lagi sebagai pengganti. Dan barang siapa belum menyembelih
hendaknya menyembelih dengan nama Allah.” Dan telah menceritakan kepada
kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abu ‘awanah” (HR.
Muslim No.3622).
Berdasarkan hadis diatas penyembelihan harus dilaksanakan setelah salat ied
sesuai dengan anjuran dari Nabi SAW, untuk mendapatkan pahala sunnah maka
sudah semestinya kita mengikuti apa yang Rasulullah SAW ajarkan.
Waktu penyembelihan kurban juga dijelaskan dalam kitab Sahih Bukhari, bab
sunnah al udhiyyah, hadis riwayat bukhari no. 5546 “Telah bercerita kepada kami
Musaddad, telah bercerita ismail, dari ayyub, dari Muhammad, dari Anas Ibn
Malik, dia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang menyembelih
kurban sebelum shalat (Idul Adha), maka ia berarti menyembelih untuk dirinya
sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelihnya setelat shalat (Idul Adha), maka
ia telah menyempurnakan manasiknya, dan ia telah melaksanakan sunnah kaum
muslimin” (Faridah dkk., 2016).
Waktu kurban dilaksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah dan setelah shalat ied
melihat hadis riwayat bukhari no. 5120, dan kurban juga bisa dilaksanakan pada
hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan akhir waktu penyembelihan tanggal 13
dzulhijjah. (Anwar, 2021).

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa status kesahihan hadis riwayat Bukhari
No.5120 mengenai waktu pelaksanaan kurban dinilai shahih sehingga bisa dijadikan
hujjah pengamalan islam. Pembahasan penelitian ini menjelaskan bahwa hadis
riwayat Bukhari No.5120 bersifat maqbul ma’muh bih untuk digunakan sebagai
motivasi, inovasi dan pengembangan tentang berkurban. Penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai pengayaan khazanah pengetahuan seputar berkurban menurut
hadis. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam melakukan syarah hadis tanpa
menyertakan tinjauan sebab wurud serta analisis mendalam, sehingga hal ini
menjadi peluang dan rekomendasi terhadap peneliti selanjutnya dalam menerapkan
analisis yang lebih komprehensif.

7
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2021). MAKNA QUR’BAN.

Caniago, F., & Ganesha, P. P. (2019). Upaya Takmir Masjid Al-Muhajirin Dalam Meningkatkan
Semangat Berkurban Di Masyarakat. 6.
Darmalaksana, W. (2020a). Penelitian Hadis Metode Syarah Pendekatan Kontemporer: Sebuah
Panduan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jurnal Studi Ilmu Hadis, 5(1), 59–68.
Darmalaksana, W. (2020b). Prosiding Proses Bisnis Validitas Hadis untuk Perancangan Aplikasi
Metode Tahrij. Ushuluddin.
Faridah, D., Program, A., & Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, S. (2016). Metamorfosis Ibadah Kurban
Dalam Al-Qur’an.
Rahman, A. (2017). Pengenalan Atas Takhrij Hadis.
Simanjuntak, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Dalam Berkurban. Al-Maqasid, 5, 258–270.
Soetari, E. (2015). Syarah dan Kritik Hadis dengan Metode Tahrij: Teori dan Aplikasi. Yayasan
Amal Bakti Gombong Layang.
Sulfinadia, H. (2014). Perbedaan Penetapan Idul Adha Dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan
Kurban.

Anda mungkin juga menyukai