Abstrak. Kuliah sambil bekerja dapat menimbulkan perubahan dalam aktivitas belajar
mahasiswa. Hal ini dapat berisiko terhadap aktivitas perkuliahannya. Setiap keputusan yang
diambil pasti mengandung risiko. Ketidakpastian dari sebuah keputusan membuat sebagian
individu tertarik untuk mengambil risiko. Individu yang mengambil risiko bertujuan mencapai
hasil yang diinginkan tanpa menghiraukan risiko yang diperoleh dari keputusan yang diambil.
Ketakutan akan kegagalan membuat individu enggan untuk mengambil risiko. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengambilan risiko pada mahasiswa yang
bekerja. Desain penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian terdiri dari 100 mahasiswa yang bekerja,
minimal semester 5 dan berusia 18 – 25 tahun. Metode pengambilan data menggunakan skala
Pengambilan Risiko dengan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengambilan
risiko pada mahasiswa bekerja pada kategori sedang sebesar 75%, yang berarti bahwa
mahasiswa yang bekerja cenderung memilih pekerjaan yang memiliki kesulitan sedang dan
telah memperhitungkan risiko yang akan diperoleh, sehingga keputusan yang dipilih dapat
terselesaikan secara maksimal.
Kata Kunci: mahasiswa yang bekerja, pengambilan risiko, risiko
Abstract. Lecture while working can cause changes in student learning activities. It can be risky
for the lecture activities. Every decision taken must contain risks. The uncertainty of a decision
makes some individuals interested in taking risks. Individuals who take risk aim to achieve the
desired results regardless of the risk obtained from the decisions taken. Fear of failure makes
individuals reluctant to take risks. The purpose of this study was to determine the picture of risk
taking on working students. The design of this research was quantitative descriptive. The sampling
technique was used in this study was a purposive sampling. The subjects were 100 working
students, minimum of five semester, from 18 – 25 years old. The data collection method used
was a Risk Taking scale with descriptive analysis. The results of the analysis shows that risk
taking on working students in the medium category by 75%, which means that working students
tend to choose jobs that have moderate difficulties and have calculated the risks to be obtained,
so that the decisions chosen can be resolved maximally.
Keywords: risk, risk taking, working students
111
Anggun Tri Utami
biro di tingkat universitas, unit pelaksanaan dan bekerja, kelelahan, penurunan prestasi
teknis, pusat studi, hingga unit-unit bisnis yang akademik, keterlambatan kelulusan, dan yang
dimiliki UMM. Menurut Biro Kemahasiswaan paling parah yaitu dikeluarkan dari studi yang
UMM, terdapat 310 mahasiswa yang diterima di tempuh (Jawabri, 2017; Watanabe, 2005).
untuk kerja paruh waktu dengan kontrak kerja Dampak negatif dari kuliah sambil
enam bulan dan ditambah opsi perpanjangan bekerja merupakan risiko yang harus dihadapi
maksimal satu tahun bagi mereka yang oleh mahasiswa yang bekerja. Setiap keputusan
prestasinya dianggap bagus (HUMAS UMM, yang diambil pasti mengandung risiko, baik
2014). risiko positif maupun negatif. Risiko
Beragam alasan yang melatarbelakangi merupakan situasi yang memungkinkan
mahasiswa kuliah sambil bekerja, di antaranya munculnya konsekuensi negatif lebih besar
menunjukkan bahwa mahasiswa memutuskan dibanding konsekuensi positif (Gullone &
untuk kuliah sambil bekerja agar memperoleh Moore, 2000). Ketidakpastian dalam
penghasilan yang digunakan untuk membayar menghadapi situasi membuat sebagian individu
pendidikan dan meringankan beban keluarga, lebih bersemangat dalam mengambil risiko dan
mengisi waktu luang setelah jadwal perkuliahan sebagian tidak. Perbedaan individu dalam
yang tidak padat, belajar hidup mandiri dan tidak pengambilan risiko dikarenakan pengambilan
tergantung dengan orang tua, mencari risiko muncul secara alami dari dalam individu.
pengalaman, dan menyalurkan hobi (Daulany, Sementara perilaku berhati-hati merupakan
2009). Kuliah sambil bekerja merupakan upaya perasaan alami dari kewaspadaan pencegaahan
mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja yang individu dalam menghadapi situasi (Hamstra et
sebenarnya (Dananjaya, 2005; Fazriyati, 2013). al., 2011). Individu yang berani mengambil
Bekerja akan mematangkan pola pikir individu, risiko pada dasarnya bertujuan untuk mencapai
menumbuhkan kemandirian, dan menjadi cara hasil yang diinginkan tanpa mengetahui risiko
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh yang akan ditanggung (Gothnian et al., 2013).
selama perkuliahan dengan kondisi yang ada di Low (2009) menyatakan bahwa
dunia kerja. Mahasiswa yang kuliah sambil karakter individu dalam mengambil keputusan
bekerja merasakan dampak positif dan negatif. dibedakan menjadi dua, yaitu individu yang
Dengan kuliah sambil bekerja, dampak positif bersifat mengambil risiko (risk taking) dan
yang diperoleh yaitu melatih kemandirian dan menghindari risiko (risk averse). Individu yang
memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan berkarakter mengambil risiko merupakan
pribadi dan kuliah. Di sisi lain, dampak negatif individu yang lebih berani dalam mengambil
yang diperoleh mahasiswa yaitu kesulitan keputusan pada situasi apapun. Individu dengan
membagi waktu dan konsentrasi antara kuliah karakter mengambil risiko biasanya memiliki
dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, dapat disimpulkan secara langsung dari satu
kompensasi, posisi, kesejahteraan, dan situasi. Sebaliknya, pengambilan risiko
kewenangan yang lebih tinggi (MacCrimmon & dipengaruhi oleh karakteristik pembuat
Wehrung, 1990). Individu yang berani keputusan, misalnya usia dan gender, situasi
mengambil risiko merupakan pelopor dalam pengambilan keputusan, dan interaksi antara
memecahkan aturan yang konvesional untuk situasi dan krakteristik pembuat keputusan
mencapai hasil yang diinginkan. Pengambilan (Weber, 2011). Menurut Gullone dan Moore
risiko (risk taking) sering dikaitkan dengan (2000), usia dan jenis kelamin memengaruhi
kegiatan yang memiliki kesuksesan yang besar pengambilan risiko. Remaja cenderung akan
dengan risiko tinggi, seperti pada kegiatan berkarakter mengambil risiko dibanding pada
olahraga ekstrim, kewirausahaan, atau dewasa, dan pria cenderung akan menjadi
perdagangan saham. Karena pada bidang pengambil risiko dibanding wanita. Hal ini
tersebut memungkinkan pengambil risiko sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
untuk memperoleh kepuasan bekerja dan menyebutkan bahwa faktor demografi seperti
pengalaman stres kerja yang ringan untuk jenis kelamin (gender), usia (age), jenis
memperoleh kesuksesan. Seorang pengambil pekerjaan (self employment), pendapatan
risiko (risk taker) menghindari pekerjaan yang (income), dan pendidikan terakhir (education),
aman dan lebih memilih pekerjaan yang berpengaruh signifikan terhadap
memiliki risiko tinggi (Zhang et al., 2018). kecenderungan mengambil risiko (Reniers et
Sementara individu yang menghindari (risk al., 2016; Tallo et al., 2015; Widodo, 2013).
averse) merupakan individu yang tidak Menjadi mahasiswa bekerja berarti
menyukai risiko dan kurang berani dalam menjalankan peran ganda sekaligus, yaitu
mengambil keputusan, sehingga ia akan menjadi mahasiswa dan pekerja dalam waktu
memilih risiko yang lebih rendah (Low, 2009). bersamaan. Kuliah sambil bekerja juga termasuk
Pengambilan risiko merupakan sikap pengambilan risiko yang dianggap dapat
terhadap risiko berdasarkan perilaku secara diterima secara sosial. Tidak semua perilaku
langsung atau melalui fungsi-fungsi yang berisiko itu negatif, karena terdapat juga
diturunkan dari pilihan-pilihan berisiko melalui pengambilan risiko yang dianggap positif,
aspek spesifik yang direfleksi dari suatu sikap misalnya dalam kegiatan olahraga (Gonzalez et
yang stabil atau sifat individu yang al., 1994; Siegel et al., 1994). Sejalan dengan hal
menghasilkan sesuatu yang merugikan (Weber tersebut, Essau (2004) menjelaskan bahwa
et al., 2002). Pengambilan risiko bukan pengambilan risiko merupakan perilaku yang
merupakan ekspresi dari sifat kepribadian, tidak hanya mencakup perilaku maladaptif
sehingga sikap berisiko setiap individu tidak seperti merokok, penggunaan narkoba, dan
seks bebas; tetapi juga perilaku berisiko yang terdapat koefisien positif antara pengambilan
dapat diterima secara sosial seperti olahraga risiko dan intensi berwirausaha. Ada hubungan
yang berbahaya, pengambilan keputusan yang searah bahwa semakin tinggi pengambilan
berwirausaha, dan bekerja (Bosson et al., 2012; risiko, maka akan semakin tinggi pula intensi
Spencer, 2013; Zimmermann, 2010). berwirausaha.
Individu yang berani mengambil risiko Skaar (2009) menyatakan bahwa perilaku
ini menganggap dirinya mampu mengelola pengambilan risiko (risk taking behavior)
segala risiko yang akan diterimanya dan tidak dibutuhkan untuk mengatasi perkembangan
membutuhkan rasa aman. Sementara individu sosial dan akademis individu. Risiko-risiko
yang tidak berani mengambil risiko biasanya tersebut termasuk pada pilihan individu untuk
cenderung menghindar dari risiko dan memilih berpartisipasi dalam menghadapi tantangan-
berada di zona aman. Hal tersebut didukung tantangan akademis, mengikuti kegiatan
oleh penelitian sebelumnya terhadap ekstrakulikuler yang tidak umum, dan
wirausahawan kota Malang (Romadhanif, menemukan teman-teman baru. Pengambilan
2016) yang menunjukkan bahwa ada hubungan risiko penting bagi mahasiswa khususnya di
antara pengambilan risiko dan intensi bidang akademik yaitu: (1) Pengambilan risiko
menabung dengan arah korelasi negatif. dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri
Sumbangan efektif pengambilan risiko individu, di mana kepercayaan diri inilah yang
terhadap intensi menabung sebesar 12.25%. menjadi motivasi individu dalam menyelesaikan
Artinya, individu yang memiliki pengambilan tugasnya; dan (2) Pengambilan risiko ini dapat
risiko yang tinggi akan memiliki intensi meningkatkan kreativitas seseorang, di mana
menabung lemah dan individu yang memiliki pendidikan terhadap pengambilan risiko ini
pengambilan risiko rendah akan memiliki dapat meningkatkan berbagai tingkatan kriteria
intensi menabung yang kuat, karena seseorang dalam pengambilan risiko (Pierre, 2015).
yang menabung membutuhkan rasa aman dari Pengambilan risiko pada mahasiswa di
sebuah risiko yang muncul nantinya. Di sisi lain, lingkungan perguruan tinggi memiliki peran
orang yang berani mengambil risiko yaitu orang penting karena pengambilan risiko merupakan
yang tidak takut pada segala konsekuesi yang cara individu untuk meninggalkan zona nyaman
akan diterimanya. Individu yang memiliki menuju situasi kepercayaan dan nilai-nilai yang
pengambilan risiko yang tinggi juga memiliki sesuai dengan diri mahasiswa (Reio, 2013)
intesitas berwirausaha atau bekerja. Ini sesuai Pengambilan risiko: pengertian, aspek,
dengan penelitian Nisa (2018) tentang dan tipenya
mahasiswa aktif UIN Sunan Ampel Surabaya Risiko atau risk didefinisikan sebagai
yang berwirausaha, menunjukkan bahwa ketidakpastian terhadap sesuatu yang
berdampak positif dan negatif (Hillson & yang telah diperhitungkan dan mampu
Murray, 2005). Yates dan Stone (1992) menyelesaikan tantangan yang dihadapi (Jain
menyebutkan bahwa risiko itu subjektif, & Ali, 2013).
dikarenakan setiap individu mempunyai Berdasarkan penjelasan-penjelasan
persepsi yang berbeda terhadap risiko. Lebih tersebut dapat disimpulkan bahwa,
lanjut, Slovic dan Weber (2002) menjelaskan pengambilan risiko merupakan sikap individu
bahwa risiko merupakan konsekuensi yang terhadap risiko yang dihadapi secara langsung
muncul dari pilihan berisiko, seperti tingkat terhadap pilihan berisiko melalui aspek spesifik
kematian atau kerugian finansial yang dapat dari suatu sikap atau sifat yang menghasilkan
memberikan dampak pada kehidupannya. sesuatu yang merugikan namun telah
Selain itu, Gullone dan Moore (2000) diperhitungkan, sehingga individu mampu
menjelaskan bahwa risiko merupakan akibat menyelesaikan tantangan yang dihadapi.
tidak pasti dari suatu tingkah laku yang Pengambilan risiko diperlukan dalam
diasosiasikan dengan kemungkinan terjadinya pengambilan keputusan. Pengambilan risiko
konsekuensi negatif serta kemungkinan mendorong individu untuk memperoleh
terjadinya konsekuensi positif. Konsekuensi kesuksesan yang besar dengan mengabaikan
negatif yang berlebih terhadap konsekuensi risiko yang akan dihadapi setelahnya. Individu
positif disebut dengan pengambilan risiko dengan pengambilan risiko yang tinggi akan
(Weber, 2011). cenderung kurang puas dengan kegiatan yang
Pengambilan risiko merupakan sikap memiliki risiko yang rendah dan menarik diri
terhadap risiko berdasarkan perilaku secara dari kegiatan yang aman karena seorang
langsung yang diturunkan dari pilihan-pilihan pengambil risiko membutuhkan kesuksesan
berisiko melalui aspek spesifik yang direfleksi dalam hidupnya tanpa memedulikan risiko yang
dari suatu sikap yang stabil atau sifat individu dihadapi.
yang meghasilkan sesuatu yang merugikan Menurut Weber et al. (2002), terdapat
(Weber et al., 2002). Pengambilan risiko bukan aspek-aspek pengambilan risiko, yaitu: (1) Etis,
merupakan ekspresi dari sifat kepribadian, meliputi kecenderungan seseorang terhadap
sehingga sikap berisiko setiap individu tidak etika-etika yang berlaku di lingkungannya, baik
dapat disimpulkan secara langsung dari satu di keluarga maupun di sekolah atau tempat
situasi. Sebaliknya, pengambilan risiko kerjanya, misalnya mencontek saat ujian; (2)
dipengaruhi oleh karakteristik pembuat Finansial (investasi/gambling), meliputi
(Weber, 2011). Pengambilan risiko merupakan kecenderungan seseorang untuk menggunakan
variabel psikologis yang mencerminkan uangnya pada suatu aktivitas yang
kemampuan individu dalam mengambil risiko kemungkinan untung atau ruginya kecil; (3)
yang intens dan diasosiasiakan dengan perasaan Menurut Weber (2011), pengambilan
naiknya kadar adrenalin dalam tubuh yang risiko dapat dipengaruhi oleh tiga faktor: (1)
merupakan perilaku mencari tantangan yang Karakteristik situasi, atau situasi yang dihadapi
mampu diterima secara sosial; (2) Perilaku dalam risiko berkaitan dengan keputusan dan
berbahaya, yaitu perilaku mencari tantangan pengaruh perasaan dibanding pemahaman akan
dengan kadar risiko yang lebih tinggi karena akibat risiko; (2) Pembuat keputusan, yakni individu
yang ditimbulkan dipersepsikan negatif oleh yang mengambil keputusan dari sebuah risiko
masyarakat luas; (3) Perilaku memberontak, yang dihadapi, yang dipengaruhi oleh usia dan
yaitu perilaku mencari tantangan dengan jenis kelamin individu tersebut; dan (3)
melanggar aturan-aturan yang ada di masyarakat; Interaksi antara situasi dan pembuat keputusan,
dan (4) Perilaku antisosial, yaitu tingkah laku yang atau gabungan antara pengambilan keputusan
paling rendah konsekuensi negatifnya secara berdasarkan situasi risiko dan pembuat
langsung, namun sama-sama tidak disukai, baik keputusan. Terdapat empat faktor lain yang
di kalangan dewasa maupun remaja. memengaruhi pengambilan risiko: (1) Tingkat
Hilson dan Murray (2005) menjelaskan potensi kerugian; (2) Konsekuensi yang tidak
bahwa individu dapat dibedakan menjadi empat dikenal atau asing; (3) Tingkat risiko yang tidak
tipe pengambilan risiko. Pertama, pencari risiko dapat diramalkan; (4) Adanya sifat dasar
(risk seeking), merupakan individu yang individu yang muncul tanpa sengaja ketika
individu tersebut berhadapan dengan risiko; Desrichard (2020), bahwa ada hubungan sebab-
serta (5) Persepsi individu atas situasi berisiko akibat antara kebutuhan untuk unik dan
(Wulandari & Nawangsih, 2016). pengambilan risiko.
Lebih lanjut, menurut Gullone dan Moore Pengambilan risiko dapat juga
(2000), faktor-faktor yang memengaruhi dipengaruhi oleh karakteristik situasi dalam
pengambilan risiko meliputi keyakinan, jenis pegambilan keputusan. Terdapat empat
kelamin, usia, dan kepribadian. Keyakinan kategori situasi yang mengandung risiko: (a)
(belief) tentang risiko merupakan penentu melibatkan kegiatan fisik, (b) permainan dan
individu dalam melakukan pengambilan risiko lotre, (c) pilihan kehidupan sehari-hari, dan (d)
atau tidak. Ketika individu mempersepsikan situasi bisnis. Masing-masing situasi memiliki
suatu tindakan berisiko, maka semakin besar tingkat pengambilan risiko dan penilaian yang
kecenderungannya untuk tidak melakukan berbeda pada risiko yang diambil (Maccrimmon
tindakan tersebut. Jenis kelamin memengaruhi et al., 1988; Moscovici & Doise, 2004).
keterlibatan individu dalam pengambilan risiko
Mahasiswa bekerja dan faktor pendorong
secara signifikan. Hal ini dikarenakan wanita
lebih cenderung mempunyai persepsi bahwa Mahasiswa merupakan kalangan muda
suatu tindakan dapat berisiko tinggi, dibanding yang berusia 19-28 tahun yang mengalami masa
pria yang memersepsikan bahwa diri mereka peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.
istimewa, unik, dan kebal terhadap risiko. Usia Mahasiswa erat kaitannya dengan nuansa
memberikan pengaruh yang cukup besar, kedinamisan dan sikap ilmuwan yang dimiliki
memersepsikan risiko dari suatu tingkah laku, objektif, sistematis, dan rasional (Susantoro,
individu yang berusia muda atau remaja, lebih 2003). Morgan dan King (1986) mengatakan
sering terlibat dalam pengambilan risiko bahwa masa menjadi mahasiswa (youth) adalah
daripada yang berusia dewasa. Kepribadian suatu periode yang disebut dengan masa belajar
merupakan faktor yang memengaruhi (studenthood), di mana masa ini terjadi hanya
pengambilan risiko seseorang, seperti adanya pada individu yang memasuki pendidikan pasca
hubungan positif antara perilaku mencari sekolah menengah (post secondary education)
tantangan (thrill seeking behavior) dan dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang
memiliki sifat pencari sensasi (sensation (1985), antara lain: (1) Mempunyai
seeking) yang tinggi. Faktor-faktor personal ini kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
ditegaskan oleh temuan Cantarella dan perguruan tinggi; (2) Bertindak sebagai
pemimpin yang mampu dan terampil; (3) diharapkan dalam bekerja: (a) kebutuhan
Merupakan daya penggerak yang dinamis bagi fisiologis, (c) kebutuhan sosial, dan (d)
proses modernisasi; dan (4) Sebagai tenaga kebutuhan egoistis. Kebutuan fisiologis dasar
yang berkualitas dan profesional di dunia kerja. merupakan kebutuhan yang menyangkut
Pada kegiatan sehari-hari mahasiswa kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan,
tidak pernah lepas dari aktivitasnya masing- minum, tempat tinggal, dan kebutuhan lain yang
masing. Setiap aktivitas yang dilaksanakan sejenis. Kebutuhan sosial merupakan
mempunyai tujuan yang bersifat komersial kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan
maupun bersifat kesenangan, termasuk di dalam bersosial, tidak hanya memberikan
dalamnya bekerja. As’ad (1998) mengatakan persahabatan, tetapi juga memberikan rasa
bahwa seseorang melakukan aktivitas bekerja identitas dan rasa memiliki, serta diperhatikan.
karena dengan bekerja akan membawa pada Kebutuhan egoistik merupakan kebutuhan dari
masa depan yang lebih memuaskan dari keadaan dalam diri individu yang berdasarkan pada
sekarang. Bekerja merupakan proses fisik prestasi, otonomi, dan pengetahuan. Prestasi
maupun mental individu dalam mencapai merupakan kebutuhan individu untuk merasa
tujuan. Demikian pula Martoyo (1998) bahwa ia melakukan sesuatu pekerjaan penting.
menerangkan bahwa kerja adalah keseluruhan Otonomi adalah kebebasan, kreativitas, dan
pelaksanaan aktivitas baik jasmani atau rohani variasi di dalam menjalankan pekerjaan. Lebih
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu lanjut, pengetahuan merupakan dorongan dasar
yang berhubungan dengan kelangsungan pada setiap manusia. Dengan adanya
hidupnya (Kurniawati, 2005). pengetahuan, seseorang dapat memperkirakan
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
disimpulkan bahwa mahasiswa bekerja adalah Berdasarkan uraian di atas, peneliti
individu yang memiliki kemampuan dan tertarik untuk meneliti pengambilan risiko pada
kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja
dan juga memiliki aktivitas bekerja di luar jam dengan menggunakan metode survei. Adapun
perkuliahan untuk memenuhi segala kebutuhan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
baik bersifat fisik maupun biologis, mencapai memberikan gambaran mengenai pengambilan
status sosial, dan meningkatkan harga dirinya, risiko pada mahasiswa bekerja. Penelitian
sehingga menimbulkan ikatan sosial dalam survei ini menarik karena menggambarkan
kelompok yang pada akhirnya menimbulkan pengambilan risiko pada mahasiswa bekerja, di
kepuasan pada diri individu yang bersangkutan. mana penelitian tentang masalah ini masih
Menurut Anoraga (2009), terdapat minim dilakukan. Penelitian survei penting
beberapa kebutuhan yang ingin dipenuhi dan digunakan untuk memahami bagaimana
yang direfleksi dari suatu sikap yang stabil atau penelitian. Subjek penelitian yang terlibat
sifat individu yang menghasilkan sesuatu yang pada saat uji coba ialah: (a) mahasiswa aktif
merugikan (Weber et al., 2002). Pada penelitian minimal semester lima, (b) berkuliah sambil
ini, instrumen yang digunakan berupa bekerja, (c) berusia 18 – 25 tahun, dan (d)
kuesioner dengan menggunakan skala berjumlah sebanyak 60 subjek,
Pengambilan Risiko yang dibuat berdasarkan menghasilkan taraf kesalahan sebesar 5%. Uji
aspek dari Weber et al. (2002). Skala ini coba dilakukan dengan menggunakan Google
berjumlah 25 butir yang terdiri dari 10 butir Form.
favorable dan 15 butir unfavorable. Skala ini Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan
menggunakan penilaian 4 poin, yaitu dimulai penelitian. Pada tahap ini, sama halnya dengan
dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 4 (sangat dengan tahap uji coba, penelitian juga dilakukan
setuju). pada subjek dengan kriteria: (a) mahasiswa
Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk aktif minimal semester lima, (b) berkuliah
skala Pengambilan Risiko dengan jumlah butir sambil bekerja, dan (c) berusia 18 – 25 tahun.
sebanyak 32 butir menunjukkan bahwa 25 Penelitian ini melibatkan sebanyak 100 subjek,
butir valid dan 7 butir gugur. Indeks validitas dan menghasilkan taraf kesalahan sebesar 5%.
berkisar dari rentang .213 – .572 yang dilihat Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan
berdasarkan nilai r tabel dan angka reliabilitas Google Form.
sebesar .841. Tahap ketiga adalah tahap analisis data
out). Pada saat uji coba, pengambilan subjek Berdasarkan hasil analisis data statistik
atau responden didasarkan pada karakteristik penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
yang tidak jauh berbeda dengan subjek hasil sebagai berikut.
Tabel 1
Deskripsi Subjek Penelitian
Kategori n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 35 35
Perempuan 65 65
Usia
20 8 8
21 25 25
22 48 48
23 13 13
24 6 6
Jenis Pekerjaan
Paruh waktu 42 42
Wiraswasta 27 27
Karyawan 24 24
Guru 7 7
Lama Bekerja
6 bulan 43 43
1 tahun 30 30
2 tahun 17 17
4 tahun 10 10
N 100 100
Pada penelitian ini, subjek terbanyak adalah orang, dan lama bekerja subjek terbanyak adalah
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 65 enam bulan, yaitu sebanyak 43 orang.
orang. Kategori usia subjek yang berpartisipasi Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
terbanyak ada pada usia 22 tahun, yaitu sebanyak bahwa pengambilan risiko mahasiswa bekerja
48 orang. Sementara jenis pekerjaan yang berada pada kategori sedang dengan jumlah
mendominasi yaitu paruh waktu sebanyak 42 persentase sebanyak 75%.
Tabel 2
Pengambilan Risiko Mahasiswa Secara Umum
Variabel M SD Kategori n %
Pengambilan risiko
Rendah 57.79 10.29 47.50 15 15
Sedang 47.5 – 68.08 75 75
Tinggi 68.08 10 10
N 100 100
Tabel 3
Pengambilan Risiko Mahasiswa berdasarkan Aspek Pengambilan Risiko
Aspek Jenis Kelamin Kategori n %
Etis Rendah 12 34.30
Laki-laki Sedang 19 54.30
Tinggi 4 11.40
N 35 100
Rendah 21 32.30
Perempuan Sedang 36 55.40
Tinggi 8 12.30
N 65 100
Finansial Rendah 10 28.60
Laki-laki Sedang 15 42.90
Tinggi 10 28.60
N 35 100
Rendah 11 16.90
Perempuan Sedang 43 62.20
Tinggi 11 16.90
N 65 100
Kesehatan/keamanan Rendah 5 14.30
Laki-laki Sedang 29 82.90
Tinggi 1 2.90
N 35 100
Rendah 11 16.90
Perempuan Sedang 51 78.50
Tinggi 3 4.60
N 65 100
Rekreasional Rendah 7 20
Laki-laki Sedang 25 71.40
Tinggi 3 8.60
N 35 100
Rendah 13 20
Perempuan Sedang 43 66.20
Tinggi 9 13.80
N 65 100
Sosial Rendah 7 20
Laki-laki Sedang 25 71.40
Tinggi 3 8.60
N 35 100
Rendah 12 18.50
Perempuan Sedang 47 72.30
Tinggi 6 9.20
N 65 100
sebanyak 82.90%. Selanjutnya, pada aspek signifikan dalam aspek sosial. Berdasarkan hasil
rekreasional, pengambilan risiko laki-laki di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek
termasuk dalam kategori sedang sebanyak perempuan cenderung memiliki pengambilan
71.40%. Pada aspek sosial, laki-laki memiliki risiko pada aspek etis dan finansial, sedangkan
pengambilan risiko dalam kategori sedang subjek laki-laki cenderung memiliki
sebanyak 71.40%, dan perempuan memiliki pengambilan risiko pada aspek kesehatan/
pengambilan risiko sedang sebanyak 72.30%. keamanan dan rekreasional. Pada aspek sosial,
Hal tersebut menunjukkan bahwa, pada kedua antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki
jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang perbedaan yang signifikan.
Tabel 4
Pengambilan Risiko Mahasiswa berdasarkan Jenis Pekerjaan
Paruh waktu Wiraswasta Karyawan Guru
Kategori
n % n % n % n %
Rendah 5 11.90 5 18.60 3 12.50 1 14.29
Sedang 32 76.20 20 74 19 79.17 5 71.43
Tinggi 5 11.90 2 7.40 2 8.33 1 14.29
N 42 100 27 100 24 100 7 100
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui berada pada kategori sedang dengan persentase
perbandingan tingkat pengambilan risiko sebesar 79.17%; dan pekerjaan guru berada pada
berdasarkan jenis pekerjaan. Pekerjaan kategori tinggi dengan persentase sebesar 14.29%.
wiraswata berada pada kategori rendah dengan Hal ini berarti, pengambilan risiko pada jenis
persentase sebesar 18.60%; pekerjaan karyawan pekerjaan berada pada kategori sedang.
Tabel 5
Pengambilan Risiko berdasarkan Lama Bekerja
6 Bulan 1 Tahun 2 Tahun 4 Tahun
Kategori
n % n % n % n %
Rendah 5 11.63 5 16.67 3 17.65 2 20
Sedang 31 72 22 73.33 14 82.35 8 80
Tinggi 7 16.28 3 10
N 43 100 27 100 17 100 10 100
82.35%. Sementara pengambilan risiko pada Temuan penelitian ini sejalan dengan
lama bekerja empat tahun berada pada kategori penelitian sebelumnya yang menyebutkan
rendah dengan persentase sebesar 20%. Hal ini bahwa alasan utama mahasiswa memilih untuk
berarti dapat disimpulkan bahwa berdasarkan menggabungkan antara kuliah dan bekerja
lama bekerja, pengambilan risiko berada pada adalah untuk memperoleh penghasilan yang
kategori sedang. dapat meningkatkan kepuasan terhadap
pengambilan risiko pada kategori sedang dengan menghasilkan sesuatu yang merugikan (Weber
persentase sebesar 75%. Hal ini berarti bahwa et al, 2002). Pengambilan risiko bukan
mahasiswa bekerja dalam penelitian ini merupakan ekspresi dari sifat kepribadian,
memiliki karakter untuk mempertimbangkan sehingga sikap berisiko setiap individu tidak
terlebih dahulu risiko yang akan dihadapinya dapat disimpulkan secara langsung dari satu
sebelum memulai pekerjaan dan cenderung situasi. Sebaliknya, pengambilan risiko
lebih menyukai permasalahan yang memiliki dipengaruhi oleh karakteristik pembuat
kesukaran pada tingkat sedang, menantang keputusan, misalnya usia dan gender, situasi
namun memungkinkan untuk diselesaikan pengambilan keputusan, dan interaksi antara
(McClelland & David, 1961). Penelitian situasi dan krakteristik pembuat keputusan
sebelumnya juga menjelaskan bahwa (Weber, 2011).
pengambilan risiko dipahami sebagai sifat Berdasarkan aspek pengambilan risiko,
dengan stabillitas sedang. Artinya, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa laki-
kecenderungan individu dalam mengambil laki cenderung memiliki pengambilan risiko
risiko akan menurun sesuai bertambahnya usia pada aspek kesehatan/keamanan dan
(Josef et al., 2016). Menurut Suryana (2003), rekreasional, sedangkan perempuan cenderung
individu yang melakukan dua kegiatan harus memiliki pengambilan risiko pada etis dan
mampu mengambil risiko moderat atau sedang, finansial. Selain itu, pada aspek sosial tidak ada
yang artinya, risiko yang diambil tidak terlalu perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
tinggi dan tidak terlalu rendah, namun dapat perempuan. Menurut penelitian Harris et al.
menyelesaikan tantangan yang diambil. (2006), perbedaan pengambilan risiko antara
Penelitiaan sebelumnya menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan ini dikarenakan
skor tinggi dalam refleksi kognitif cenderung persepsi perempuan terhadap hasil negatif yang
mengambil risiko rendah, dan kebalikannya, akan diperoleh dari suatu keputusan, sehingga
jika subjek memiliki skor rendah pada relfeksi perempuan cenderung lebih rendah dalam aspek
kognitif, maka tingkat pengambilan risiko kesehatan/keamanan dan rekreasional. Namun
tinggi, terutama pengambilan risiko finansial. jenis kelamin tidak membedakan
Hal ini dikarenakan refleksi kognitif merupakan kecenderungan untuk mengambil risiko sosial.
prediktor dalam berpikir rasional (Czerwonka, Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa
2019). perempuan cenderung memiliki pengambilan
Pengambilan risiko merupakan sikap risiko pada aspek finansial sejalan dengan
terhadap risiko berdasarkan perilaku secara bertambahnya usia (Rolison et al., 2014). Hal
langsung dari pilihan berisiko melalui aspek ini ditegaskan oleh penelitian Li et al. (2015)
spesifik yang direfleksi dari suatu sikap yang tentang peran moderasi gender dalam hubungan
antara regulasi emosi dan pengambilan risiko Hasil penelitian ini juga menunjukkan
keuangan, bahwa penekanan berfungsi secara bahwa pengambilan risiko dengan lama bekerja
berbeda dalam pengambilan risiko keuangan enam bulan berada pada kategori tinggi dengan
untuk pria dan wanita. persentase sebesar 16.28%; pada lama bekerja
Penelitian ini juga membandingkan skor dua tahun berada pada kategori sedang dengan
pengambilan risiko berdasarkan jenis pekerjaan persentase sebesar 82.35%; dan pada lama
yang dimiliki mahasiswa. Jenis pekerjaan bekerja empat tahun berada pada kategori
wiraswata berada pada kategori rendah dengan rendah dengan persentase sebesar 20%. Lama
persentase sebesar 18.60%; pekerjaan karyawan bekerja dapat memengaruhi sikap pengambilan
berada pada kategori sedang dengan persentase risiko individu. Hal tersebut sesuai dengan
sebesar 79.17%; lalu pada pekerjaan guru berada penelitian Haas et al. (2019) yang menunjukkan
pada kategori tinggi dengan persentase sebesar bahwa pekerja dengan pengalaman bekerja
14.29%. Perbedaan kategori pengambilan risiko yang lebih lama memiliki tingkat keterampilan
pada jenis pekerjaan yang berbeda ini dipengaruhi kesehatan dan keamanan yang lebih tinggi
oleh organisasi dan peran pekerjaan yang diambil. terhadap pengambilan risiko, sehingga risiko
Hal tersebut sejalan dengan penelitian kecelakaan bekerja pada suatu pekerjaan
sebelumnya yang menyebutkan bahwa individu berkurang.
yang bekerja dalam peran komunikasi, pelayanan, Berdasarkan uraian di atas, pengambilan
dan keuangan berada pada pengambilan risiko risiko yang diambil oleh individu akan berbeda
yang lebih rendah daripada individu yang bekerja bergantung pada jenis kelamin, pekerjaan, dan
di fungsi lain. Konsultan dan wirausaha lama bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
merupakan pengambil risiko terbesar dengan pengambilan risiko merupakan sikap yang
pengecualian aspek kesehatan. Selain itu, para diambil oleh individu berdasarkan situasi yang
pekerja seni dan media dinilai sebagai pengambil dihadapi serta persepsi pengambilan risiko pada
risiko tinggi pada aspek kesehatan, begitu juga masing-masing individu.
dengan pekerja di bidang keuangan yang Keterbatasan penelitian ini adalah tidak
merupakan pengambil risiko tinggi di dalam membedakan atau membandingkan antara
bidang keuangan Nicholson et al. (2005). Selain mahasiswa dari universitas negeri dan
itu penelitian lain juga menyebutkan bahwa universitas swasta. Sehingga, penelitian ini
persepsi pengambilan risiko karyawan berperan belum mengetahui pengaruh latar belakang
penting dalam menentukan kemampuan situasi sosial ekonomi para subjek terhadap
pengaturan pengambilan risiko untuk pengambilan risiko mereka. Sebagaimana
menciptakan inovasi dalam bekerja pada suatu hasil penelitian Yurtkorua et al. (2014) yang
perusahaan (Liopis et al., 2013). menyatakan bahwa minat kewirausahaan
bervariasi di universitas negeri dan swasta. Implikasi penelitian ini adalah bagi
Mahasiswa swasta memil iki kehebatan mahasiswa bekerja, agar dapat memiliki
kewirausahaan lebih dari yang lain. Di antara pengambilan risiko dalam tingkatan sedang,
dimensi dari kemauan untuk mengambil artinya, mahasiswa disarankan dapat memilih
risiko, perilaku penghindaran risiko pekerjaan dengan kesulitan sedang, namun
ditemukan lebih sedikit pada mahasiswa memungkinkan untuk diselesaikan. Sehingga,
universitas negeri. Ini menunjukkan tetap memungkinkan bagi mahasiswa
mahasiswa universitas negeri lebih berani menjalankan dua kegiatan secara bersamaan,
mengambil risiko daripada mahasiswa yaitu kuliah dan bekerja. Selain itu, pengambilan
swasta, tetapi dalam konteks kehebatan risiko juga memberikan manfaat bagi
kewirausahaan, mereka tetap tertinggal dari mahasiswa, yaitu dapat meningkatkan
kalangan mahasiswa swasta. kepercayaan diri dan kreativitas. Bagi peneliti
selanjutnya, disarankan untuk dapat melakukan
Simpulan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
yang memengaruhi pengambilan risiko pada
dapat disimpulkan bahwa pengambilan risiko
mahasiswa bekerja, terutama faktor
mahasiswa berada pada kategori sedang, yang
keyakinan, kepribadian, tingkat risiko tidak
berarti bahwa mahasiswa cenderung memilih
dikenal/tidak bisa diramalkan, dan faktor
pekerjaan yang memiliki kesulitan sedang,
karakteristik situasi-situasi individual dalam
namun dapat terselesaikan secara maksimal
mengambil keputusan. Dengan demikian dapat
dan sudah diperhitungkan. Pengambilan risiko
diketahui lebih mendalam bagaimana
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
pengambilan risiko pada mahasiswa bekerja itu
bahwa laki-laki lebih memiliki kemampuan
muncul. Selain itu, harapannya, penelitian ini
pengambilan risiko pada aspek kesehatan/
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
keamanan dan rekreasional, sedangkan
mengenai pengambilan risiko di kalangan
perempuan lebih memiliki kemampuan
mahasiswa yang bekerja.
pengambilan risiko pada aspek etis dan
finansial. Selain itu, tidak ada perbedaan Referensi
pengambilan risiko yang signifikan pada aspek Anoraga, P. (2009). Psikologi kerja. Rineka
Cipta.
sosial antara laki-laki dan perempuan. Jenis
Arikunto, P. D. (2010). Manajemen penelitian.
pekerjaan dan lama bekerja, juga Rineka Cipta.
memengaruhi pengambilan risiko pada
As’ad. (1998). Psikologi industri (Edisi 4).
mahasiswa bekerja. Liberti.
Baert, S., Rotsaert, O., Verhaest, D., & Omey, E. Fazriyati, W. (2013). “Update” ilmu sambil
(2016). Student Employment and Later mengejar karier. Kompas.Com.
labour Masrket Success: No Evidance Fo
Higher employment chances. KYKLOS, Gonzalez, J., Field, T., Yando, R., Gonzalez, K.,
69(3), 401–425. https://doi.org/https:/ Lasko, D., & Bendell, D. (1994). Adolescent
/doi.org/10.1111/kykl.12115 perceptions of their risk-taking behavior.
Adolescence, 29(115), 701–709.
Bosson, M., Maggiori, C., Gygax, P. M., & Gay, C.
(2012). Smoking and adolescence: Gothnian, S., Tojari, F., & Ganjoyi, F. A. (2013).
exploring tobacco consumption and Study of risk – taking behaviour as
related attitudes in three different performance predictor. Journal of Social
adolescent groups in Switzerland. Journal and Behavioral Sciences, 82, 351–354.
of Youth Studies, 15(2), 225–240. https:/ h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /
/ d o i . o r g / 1 0 . 1 0 8 0 / j.sbspro.2013.06.273
13676261.2011.635195 Gullone, E., & Moore, S. (2000). Adolescent risk-
Cantarella, M., & Desrichard, O. (2020). The taking and the five-factor model of
uniqueness of risk: The link between personality. Journal of Adolescence,
need for uniqueness and risktaking. 23(4), 393–407. https://doi.org/
Personality and Individual Differences, 10.1006/jado.2000.0327
159, 1–12. https://doi.org/https:// Haas, E. J., Eiter, B., Hoebbel, C., & Ryan, M. E.
doi.org/10.1016/j.paid.2020.109885 (2019). The impact of Job, Site, The
Czerwonka, M. (2019). Cultural, cognitive and Healthy and safety worker. Safety, 5(1),
personality traits in risk- taking 1–20. https://doi.org/https://doi.org/
behaviour: evidence from Poland and the 10.3390/safety5010016
United States of America. Economic Hamstra, M. R., Bolderdijk, J. I., & Veldstra, J. L.
Research-Ekonomska Istraživanja, (2011). Everyday risk taking as a
32(1), 894–908. https://doi.org/ function of regulatory focus. Journal of
10.1080/1331677X.2019.1588766 Research in Personality, 45(1), 134–137.
Dananjaya, U. (2005). Sekolah gratis: Esai-esai h t tp s : / /do i . org / h t tp s : / /do i . org /
pendidikan yang membebaskan. 10.1016/j.jrp.2010.11.017
Paramadina. Harris, C. R., Jenkins, M., & Glaser, D. (2006).
Daulany, S. F. (2009). Perbedaan Self Regulated Gender differences in risk assessment:
Learning antara Mahasiswa yang Why do women take fewer risks than
Bekerja dan yang Tidak Bekerja. http:// men? Judgment and Decision Making,
r e p o s i t o r y. u s u . a c . i d / h a n d le / 1(1), 48–63.
123456789/30413 Havighurst, R. J. (1953). Human development
Desmita. (2014). Perkembangan peserta didik. and education. Longmans, Green.
Remaja Rosdakarya. Hillson, D. A., & Murray-Webster, R. (2005).
Dirmantoro, M. (2015). Motivasi mahasiswa Understanding and managing risk
kuliah sambil bekerja. Fakultas Psikologi attitude. Gower Publishing.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik HUMAS UMM. (2014). Sambil skripsi,
Ibrahim Malang. mahasiswa UMM bisa kerja paruh waktu.
Essau, C. A. (2004). Risk taking Behaviour Berita UMM. www.umm.ac.id
among German Adolescents. Journal of Hurlock, E. B. (2010). Psikologi perkembangan
Youth Studies, 7(4), 499–512. https:// suatu pendekatan sepanjang rentang
d o i . o r g / 1 0 . 1 0 8 0 / kehidupan (Ali Bhasa Istiwidayanti dkk)
1367626042000315248 (Edisi Keli). Erlangga.
Jain, R., & Ali, S. W. (2013). A review of karyawan di restaurant Sari Utama
facilitators, barries and gateway to Jember. Universitas Kristen Petra
enterpreneurship: Diretions for future Surabaya.
reserch. South Asian Journal of
Management, 20, 122-163. Li, Z., Sang, Z., & Zhang, Z. (2015). Expressive
suppression and financial risk taking: A
Jawabri, A. (2017). Exploration of internship mediated moderation model. Personality
experience and satisfaction leading to and Individual Differences, 72, 35–40.
better career prospects among business https://doi.org/http://dx.doi.org/
students in UAE. American Journal of 10.1016/j.paid.2014.08.005.
Educational Research, 5(10), 1065–
1079. https://doi.org/10.12691/ Liopis, O., Granero, A. G., Mesa, A. F., & Alegre,
education-5-10-8 J. (2013). Manages Risk Taking
propensity and Innovation in
Josef, A. K., Richter, D., Samanez-Larkin, G. R., Organization/ : the Mediating
Wagner, G. G., Hertwig, R., & Mata, R. Influence of Employee Percived Risk
(2016). Stability and change in risk-taking Taking Climate. 35th DRUID
propensity across the adult life span. Celebration Conference, 1–32.
Journal of Personality and Social
Psychology, 111(3), 430–450. https:// Low, A. (2009). Managerial risk-taking behavior
doi.org/10.1037/pspp0000090 and equity-based compensation. Journal
of Financial Economics, 92(3), 470–490.
Junaidy, D., & Surjaningrum, E. (2014). h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /
Perbedaan kualitas hidup pada dewasa j.jfineco.2008.05.004
awal yang bekerja dan yang tidak bekerja.
Jurnal Psikologi Industri Dan Organisasi, MacCrimmon, K. R., & Wehrung, D. A. (1990).
3(2), 102–107. http:// Characteristics of Risk Taking
journal.unair.ac.id/JPIO@perbedaan- Executives. Management Science, 36(4),
kualitas-hidup-pada-dewasa-awal-yang- 422–435. https://econpapers.repec.org/
bekerja-dan-yang-tidak-bekerja-article- RePEc:inm:ormnsc:v:36:y:1990:i:4:p:422-
8903-media-50-category-10.html 435
Kartono, K. (1985). Peranan keluarga Maccrimmon, K. R., Wehrung, D., & Stanbury,
memandu anak. Rajawali. http:// W. T. (1988). Taking risks: The
l i b c a t. u i n - m a la n g . a c . i d / / management of uncertainty. Simon and
index.php?p=show_detail&id=8308 Schuster.
Krosnick, J. A. (1999). Survey research. In Mardelina, E., & Muhson, A. (2017). Mahasiswa
Annual Review of Psychology (Vol. 50, pp. bekerja dan dampaknya pada aktivitas
537–567). Annual Reviews. https:// dan prestasi akademik. Jurnal Economia,
d o i . o r g / 1 0 . 1 1 4 6 / 13(2), 201. https://doi.org/10.21831/
annurev.psych.50.1.537 economia.v13i2.13239
Krosnick, J. A., Lavrakas, P. J., & Kim, N. (2014). Martoyo, S. (1998). Manajemen sumber daya
Survey research. In C. M. Judd & H. T. Reis manusia (Edisi 3). Penerbit BPFE.
(Eds.), Handbook of Research Methods McClelland, & David, C. (1961). The achieving
in Social and Personality Psychology society. D. Van Nostrand Company.
(2nd ed., pp. 404–442). Cambridge
University Press. https://doi.org/DOI: Meer, P., & Wielers, R. (2001). The increased
10.1017/CBO9780511996481.020 labour market participation of Dutch
students. Work Employment and Society
Kurniawati, D. (2005). Pengaruh budaya - WORK EMPLOY SOC, 15(1), 55–71.
organisasi, kepemimpinan dan motivasi h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 1 7 7 /
kerja terhadap kepuasan kerja 09500170122118779