Anda di halaman 1dari 4

JENIS-JENIS HARTA YANG WAJIB DIZAKATI

Ulama sepakat bahwa jenis-jenis harta yang dikenakan adanya kewajiban zakat. Ibnu Hazm
mengurangi jenis kismis (zaiib) dan tidak memassukkan sebagian jenis yang wajib
dikeluarkan zakat atasnya, sehingga jenis harta itu berjumlah delapan saja.
Berikut ini adalah jenis-jenis harta yang terkena kewajiban zakat;
a. Jenis Nuqud yaitu Emas dan Perak.
b. Jenis al-Naassyiah atau binatang yaitu Unta, Sapi (Lembu), Kambing.
c. Jenis al-Zuruui wa as-Simaar atau tanaman dan buah-buahan, yaitu al-Binto (tepung
dari Gandum), Gandum, Kurma atau kismis.
Para ahli dalam hal ini fuqaha berbeda pandangan tentang jenis-jenis harta yang dikenakan
wajib zakat. Diantara mereka ada yang berpendapat dengan menentukan jenia-jenis yang
telah disebutkan berdasarkan nash dan yang lain tidak membatasi jenis tertentu. Berikut ini
adalah dua pandangan fuqaha seputar penentuan jenis-jenis harta yang dikenakan kewajiban
zakat.
Pertama; Kelompok yang mengatakan bahwa jenis-jenisharta yang wajib dizakati adalah
jenis-jenis yang berdasarkan nash saja (literalis). Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Hazm
dan para pengikutnya. Dasar yang dijadikan argumentasi adalah :
1. Ketentuan nash yang menjamin terpilihnya harta seorang muslim, ketentuan itu
mengatakan bahwa harta seorang muslim tidak dapat diganggu gugat kecuali berdasarkan
ketentuan syara‟ (nash).
2. Kewajiban zakat merupakan taklif syari‟ah dan hal yang tidak ditaklif berdasarkan syara‟
sesuatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dalam agama, tidak diperkenankan
membuat aturan diluar aturan Allah SWT.
Kedua; Kelompok yang berpendapat bahwa kewajiban zakat tidak terbatas pada jenis-jenis
harta sebagaimana disebut din ash. Akan tetapi jenis-jenis lain diluar ketentuan yang disebut
oleh nash juga wajib dizakati, sepanjang harta itu berkembang, bahkan Abu Hanifah (w. 150
H) mengatakan “tidak haru melewati batas nishab”. Kelompok ini mendasarkan pendapatnya
dengan argumentasi sebagai berikut:
1. Mengambil dalil dari keumuman nash-nash al-Qur‟an dan al-sunnah tentang
ketentuan setiap harta yang terdapat didalamnya bagian yang wajib disedekahi atau
dizakati.
2. Bahwasannya setiap orang kaya dan setiap harta menghajatkan pembersihan dan
penyucian akan keberadaannya.
3. Adanya aspek pertumbuh-kembangan dan euntungan, melihat sudut pengembangan
yang mendapatkan keuntungan dapat dianalogikan kesetaraan wujudnya dengan jenis-
jenis harta yang wajib dizakati seperti isyarat al-nash. Misalnya : Asset gedung yang
disewakan, Pabrik memproduksi barang dan lain-lain. Gedung yang disewakan
apalagi bertingkat, demikian pabrik akan memberikan keuntungan besar sebanding
tanah pertanian atau perkebunan. Oleh karenanya pemilik atas aset jenis-jenis
semacam ini justru lebih utama dikenakan atasnya kewajiban zakat.
4. Keberadaan jenis-jenis harta produktif yang dikenakan zakat diluar ketentuan nash
akan menjadi penopang ekonomi kaum lemah (fakir miskin) dan menjadi tumpangan
bagi ekonomi umat Islam umumnya.
Atas dasar empat pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas, maka pendukung
kelompok ini tidak membatasi kewajiban zakat hanya pada jenis harta tertentu, tetapi yang
penting jenis ini produktif. Karena perkembangan masa memaksa generasi yang ada beraksi
aktif dalam “kasab” (usaha). Untuk itu model usaha pun bervariasi dan hanya satu kuncinya
yaitu usaha produktif yang secara substantif serupa dengan jenis yang duperoleh berdasarkan
ketentuan nash, walau berbeda istilah.

Tidak semua harta benda harus dizakati, hanya lima macam harta yang harus dikeluarkan
zakatnya, baik karena sudah mencapai haul dan nishab, atau nishab saja. Kelima macam harta
itu adalah sebagai berikut :
1. (Binatang Ternak)
Tidak semua binatang ternak yang dimiliki harus dizakati, dari sekian banyak
binatang ternak hanya tiga jenis binatang saja yang harus dizakati, Yaitu: unta, sapi,
dan domba/kambing. Ketiga jenis binatang itu dikeluarkan zakatnya apabila
memenuhi 6 (enam) syarat yang diantaranya adalah:
a. Islam;
b. Merdeka;
c. Milik mutlak (sempurna);
d. Nishab ;
e. Haul (genap satu tahun); dan
f. Digembalakan.
2. Mata Uang
Seperti halnya binatang ternak, barang berharga (mata uang) pun tidak semuanya harus
dikeluarkan zakatnya, hanya emas dan perak saja yang wajib dizakati. Emas dan perak
dikeluarkan zakatnya apabila memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:
a. Islam;
b. Merdeka;
c. Milik Mutlak (sempurna)
d. Nishab; dan
e. Haul.
3.Hasil Bumi
Adapun hasil bumi maka wajib zakat padanya dengan tiga syarat, yaitu:
a. Hasil bumi itu termasuk sesuatu yang ditanam manusia;
b. Merupakan makanan pokok yang tahan dsimpan lama; dan
c. Telah cukup satu nishab.
4.Buah-buahan
Dari sekian banyak buah-buahan, hanya dua macam buah yang wajib dizakati, yaitu buah
kurma dan anggur. Itupun, harus memenuhi empat syarat. Keempat syarat tersebut adalah:
a. Islam
b. Merdeka
c. Milik sempurna
d. Genap senishab
5.Barang Dagangan
Seperti halnya emas dan perak, semua harta yang disediakan untuk perdagangan wajib
dizakati dengan ketentuan syarat-syaratnya persis sama seperti zakat emas dan perak. Selain
syarat-syarat tersebut ada pula ketentuan bahwa barang-barang dagangan yang wajib dizakati
itu harus benar-benar barang dagangan yang pada saat pemilikannya diniati untuk
diperdagangkan, dan pemilikan terhadap barang tersebut dengan suatu penukaran. Dengan
demikian, apabila harta milik itu merupakan harta simpanan untuk kepentingan diri sendiri
baik diperoleh melalui warisan, diberi orang lain atau ia beli sendiri, kemudian barang
tersebut ia perdagangkan, maka hukumnya barang-barang tersebut bukan merupakan barang
dagangan.
Harta yang Wajib Dizakati
Tentang harta yang wajib dizakati, maka para ulama sepakat atas beberapa jenis harta dan
berbeda pendapat atas beberapajenis harta lain. Yang para ulama sepakati adalah: dua jenis
logam, yaitu emas dan perak yang bukan untuk perhiasan; tiga jenis hewan (yaitu unta, sapi,
dan kambing), dua jenis tanaman biji (yaitu jagung dan gandum), serta dua Jenis buah-
buahan (yaitu kurma dan anggur). Sedangkan pada tanaman biji yang menghasilkan minyak,
para ulama berbeda pendapat. Mereka juga berbeda pendapat tentang zakat emas yang
dipakai untuk perhiasan:
1.Para ulama fikih dari Hijaz (seperti Malik, Al-Laits dan Syafi) berpendapat bahwa jika
emas digunakan untuk perhiasan dan pakaian,maka tidak wajib untuk dizakatkan.
2.Sedangkan Abu Hanifah dan pendukungnya berpendapat tetap wajib dizakati.
Perbedaan dalam mengategorikan emas perhiasan, apakah hukumnya disamakan dengan
harta benda yang ada manfaatnya atau dengan logam dan perak yang bernilai tinggi. Ulama
yang menyamakan emas perhiasan dengan harta benda tidak mewajibkan zakat, karena emas
perhiasan tidak ada manfaatnya. Sedangkan ulama yang menyamakan emas perhiasan dengan
logam dan perak yang bernilai tinggi mewajibkan zakat emas perhiasan karena ketinggian
nilai ekonominya, walaupun tidak mendatangkan penghasilan tambahan. Sebab lain yang
melatar belakangi perbedaan pendapat tersebut adalah beragamnya hadits Rasulullah SAW:
Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan hadits dari Nabi SAW, bahwa Beliau bersabda,

Anda mungkin juga menyukai