Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN MAL, IJAROH, DAN TIJAROH

A. Maal/Harta 1. Pengertian Maal/Harta - Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya - Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll. 2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati a. Milik Penuh (Almilkuttam) Yaitu : harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya. 1

b. Berkembang Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.

c.

Cukup Nishab Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai

dengan ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah) Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb. e. Bebas Dari hutang Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat. f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul) Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul. 3. Harta(maal) yang Wajib di Zakati

a.

Binatang Ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan

kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). b. Emas Dan Perak Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain. Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak. Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut. c. Harta Perniagaan Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dsb.

d.

Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang

bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buahbuahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. e. Ma-din dan Kekayaan Laut Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll. f. Rikaz Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

B. Ijaroh Ijaroh yaitu Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

()
Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Dawud bin Sufyan dari Yahya bin Hasan dari Sulayman bin Musa Abu Dawud dari dari Jafar bin Saad bin Samuroh bin Jundub dari Khubayb bin Sulayman dari ayahnya yaitu Sulayman dari Samuroh bin Jundub berkata: Amma badu, maka sesungguhnya Nabi shollallohu alayhi wa sallam menyuruh kami agar kami mengeluarkan zakat dari apa-apa yang kami siapkan untuk perdagangan. [Sunan Abi Dawud] Nishab zakat tijaroh, yaitu batas minimal barang dagangan yang wajib dizakati, sama dengan nishab emas, yaitu 84 gram emas. Jika nilai barang dagangan itu sama atau lebih besar dari nilai 84 gram emas, dan barang dagangan itu tetap di atas nishab selama 1 tahun, maka ia wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Menurut Imam Syafii, jika nilai totalnya telah mencapai nishab, maka tinggal menunggu haul (1 tahun). Tetapi jika belum sampai haul, kemudian nila totalnya turun hingga di bawah nishab, maka barang dagangan itu tak wajib dizakati. Jika kemudian nilai totalnya naik lagi hingga mencukupi nishab, maka penghitungan dimulai lagi saat itu hingga genap 1 tahun. Adapun menurut Imam Abu Hanifah, ketika nilai totalnya telah sampai nishab, maka penghitungan di mulai. Jika telah sampai 1 tahun dari sampainya nishab, maka nilai total dihitung kembali. Jika di akhir haul itu nilai totalnya di atas nishab, maka dikeluarkan zakatnya walau ketika di tengahnya sempat kurang dari nishab. Jika pada akhir haul itu nilainya berkurang hingga di bawah nishab, barulah ia tak wajib dizakati. Dan penghitungan dimulai lagi ketika nilai total telah mencapai nishab kembali. Jika telah mencapai nishab kembali, barulah ditunggu haulnya sejak saat itu. Al-Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti AlIwadhu atau berarti ganti. Dalam Bahasa Arab, Al-Ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang. Definisi mengenai prinsip Ijarah juga 5

telah diatuir dalam hukum positif Indonesia yakni dalam Pasal 1 ayat 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 yang mengartikan prinsip ijarah sebagai transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu usaha jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.

Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan syariah masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki persamaan dengan pembiayaan ijarah, keduanya termasuk dalam kategori Natural certainty contracts, dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yang diperjualbelikan tersebut, dalam pembiayaan murabahah, yang menjadi objek transaksi adalah barang, misalnya rumah, mobil dan sebagainya. sedangkan dalam pembiayaan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja. Jika dengan pembiayaan murabahah, Bank syariah hanya dapat melayani kebutuhan nasabah untuk memiliki barang, sedangkan nasabah yang membutuhkan jasa tidak dapat dilayani. Dengan skim Ijarah, bank syariah dapat pula melayani nasabah yang hanya membutuhkan jasa. Pada dasarnya ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui Ijarah dibedakan menjadi dua yaitu : 1.Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya sewa peralatan. Peralatan itu disewa selama masa tanam hingga panen. Dalam perbankan Islam dikenal sebagai 6

Operating Ijarah. 2.Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di beberapa negara menyebutkan sebagai Ijarah Wa Iqtina yang artinya sama juga yaitu sama juga yaitu menyewa dan setelah itu diakuisisi oleh penyewa ( finance lease ).10 Oleh karena Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang menyamaratakan ijarah dengan leasing. Hal ini disebabkan karena kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal ihwal sewa-menyewa. Karena aktivitas perbankan umum tidak diperbolehkan melakukan leasing, maka perbankan Syariah hanya mengambil Ijarah Muntahiyyah BitTamlik yang artinya perjanjian untuk memanfaatkan ( sewa ) barang antara Bank dengan nasabah dan pada akhir masa sewa, maka nasabah wajib membeli barang yang telah disewanya. Jenis Barang Ijarah Muntahiyyah Bittamlik Barang yang disewakan kepada nasabah umumnya berjenis aktiva tetap atau fixed assets seperti : gedung-gedung (buildings), kantor, mesin, rumah-rumah petak (tenements), atau barang bergerak yang memiliki specific fixed.11

Rukun dan Syarat Ijarah Muntahiyyah Bittamlik 1.Rukun a.Penyewa (musta jir) b.Pemilik barang (muajjir) c.Barang atau obyek sewaan (majur) d.Harga sewa/manfaat sewa (ajran/ujran) e.Ijab Qabul 2.Syarat a.Pihak yang saling telibat harus saling ridha b.Ma jur (Barang atau obyek sewa) c.Manfaat tersebut dibenarkan agama atau halal. 7

d.Manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur atau diperhitungkan. e.Manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa f.Ma jur wajib dibeli musta jir. C. Tijaroh Akad menurut bahasa adalah ikatan, sedangkan secara syari adalah ikatan ijab (penyerahan) dan qobul (penerimaan) sesuai dengan ketentuan syara dan memberikan dampak sesuai dengan pembentukannya. Akad diklasifikasikan menurut tujuan dan keabsahannya. Menurut tujuannya akad dibedakan menjadi dua yaitu :1) Tijarah yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapat keuntungan. Akad tijarah biasa digunakan dalam kegiatan jual beli. 2)Tabarru yang dimaksudkan untuk menolong dan sematasemata murni untuk mendapat pahala dan ridho dari Allah SWT, akad tabarru merupakan akad dalam memindahkan kepemilikan harta/dana seseorang kepada orang lain melalui cara hibah/derma/shadaqah. Akad tijarah digunakan dalam transaksi yang sifatnya komersial/profit motif, sehingga boleh mengambil keuntungan. Contoh transaksi seperti ini adalah jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah kerjasama usaha atau bagi hasil.2 Akad tijarah terbagi lagi menjadi dua yaitu :1) Natural certainty contract yang terdiri dari bai ( jual beli ) dan ijarah. 2) Natural Uncertainty Contract yang terdiri dari musyarakah, muzaraah (benih dari pemilik lahan), mukhabarah (benih dari penggarap) dan musaqah (tanaman tahunan). Prinsip jual beli dalam akad tijarah adalah 1) Cara pengambilan keuntungan ada empat yaitu: musawwamah dimana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatkannya, murabahah yang merupakan kebalikan dari musawwamah, muwadhaah yaitu dengan prinsip diskon, tauliah yaitu dengan pemberian komisi kepada pembeli. 2) Jenis barang pengganti yaitu: muqayyadah yaitu kewenangan terbatas atas pembeli untuk menentukan jenis barang pengganti, mutlaqah yaitu kewenangan penuh atas pembeli untuk menentukan jenis barang pengganti,yang terakhir adalah sharf. 3) Cara pembayaran/waktu penyerahan yaitu

naqdan dan ghoiru naqdan.Untuk ghairu naqdan ada tiga yaitu muajjal dimana barang diserahkan secara bertahap, salam dimana uang dibayarkan lebih dahulu baru kemudian barang diserahkan, istishna dimana uang dibayar lebih dahulu secara bertahap baru kemudian barang diserahkan.3 Akad tijarah yang berlandaskan fee based (berdasarkan biaya) adalah seperti pada fee based income dalam dunia perbankan. Salah satu sumber pendapatan semacam ini dalam dunia perbankan adalah cash management. Cash management dapat diartikan sebagai mengelola orang dan dana nasabah dengan seefisien dan seefektif mungkin. Cash management pada hakikatnya merupakan diferensiasi produk yang bertujuan untuk mengurang waktu penyerahan atau waktu kerja yang diperlukan.4Jasa Cash Management mencakup penanganan pembayaran dan

penerimaan valuta asing,pelaksanaan pembelian atau penjualan sekuritas atau bertindak sebagai kustodi, aktivitas dana (account structure),sebagai sarana penagihan (collection), sarana investasi dan sarana pembiayaan jangka pendek.Setiap jasa yang diberikan bank dari Cash Management selalu ada fee atau biaya yang kemudian disebut dengan fee based income. Begitu juga dengan fee based pada akad tijarah, ketika pihak penjual menawarkan atau memberikan jasa kepada pembeli akan ada fee atau biaya yang dipungut penjual sebagai imbal balik atas jasa tersebut. Jasa-jasa yang ditawarkan itu adalah yang tidak tercantum dalam akad misalnya, jasa pengantaran barang sampai ke rumah pembeli,jasa penitipan barang untuk kurun waktu tertentu. Jasa-jasa tersebut akan menimbulkan akad lagi.Untuk jasa penitipan barang akad yang digunakan adalah wadiah yad al-amanah, dimana pihak yang dititipi barang tidak berhak menggunakan atau memakai barang titipan tersebut dan barang titipan harus ada setiap saat pemilik ingin mengambilnya. Pihak yang dititipi barang tidak berhak atas kerusakan atau hal-hal buruk yang terjadi pada barang titipan itu.

Anda mungkin juga menyukai