Anda di halaman 1dari 14

Mengidentifikasi hukum bacaaan Q.S At-Tiin ayat 1-8 tentang kejadian manusia.

IPK:
1. Mengidentifikasi hukum bacaaan Q.S At-Tiin ayat 1-8 tentang kejadian manusia.
2. Melafalkan hukum bacaan Q.S At-Tiin ayat 1-8

4.3 Memahami makna kandungan Q.S At-Tiin ayat 1-8.


IPK:
1. Menyebutkan arti perkata dari Q.S At-Tiin ayat 1-8.
2. Menjelaskan isi kandungan Q.S At-Tiin ayat 1-8 tentang kejadian manusia.

Mukaddimah
Surah At- Tiin ini diturunkan di Mekah sebanyak 8 ayat, berbicara tentang rahasia penciptaan
manusia sebagai makhluk yang terbaik yang pernah ada di alam semesta. Hal ini langsung
dikatakan Allah dalam ayat ke 4 surat ini. Masih tersisa beberapa poin penting dalam ayat ini
yang perlu dibuka rahasia kecerdasannya. Misalkan tentang buah tiin, zaitun dan bukit thursina
sebagai perangkat balad al amin ( negeri yang aman ) apa maksud dari ayat tersebut .
Setelah kita membaca dan mengartikannya satu persatu dapat ditarik kesimpulan bahwa QS. At-
Tiin ; 1 – 8 mengandung pelajaran sebagai berikut :
1. At-Tiin di simbolkan kepada makanan ( buah yang dapat dimakan ) dan tempat tinggal
Nabi Nuh, Yaitu Damaskus yang banyak pohon Tiin.
2. Zaitun disimbolkan pada minuman ( buah yang dapat dibuat minyak ) dan zaitun ialah
Baitul Maqdis yang banyak tumbuh Zaitun.
3. Bukit Sinai di simbolkan dengan sesuatu yang kokoh atau kuat dan tempat Nabi Musa
a.s. menerima wahyu dari Tuhannya.
4. Kota Mekkah adalah kota yang aman.
5. Manusia diciptakan dalam dalam bentuk yang paling baik.
6. Siapa yang tidak mensyukuri penciptaannya itu maka akan dimasukkan kedalam neraka.
7. Orang yang terhindar dari api neraka adalah orang-orang yang beriman dan beramal
sholeh.
8. Hari pembalasan itu pasti benar adanya.
9. Allah Swt adalah hakim yang paling adil.

Surah At Tin; Asbabun Nuzul, Terjemahan dan Tafsir


M Resky S16/11/2019
Pecihitam.org – Surah At Tin ( ‫ )الِّتيِن‬termasuk kelompok surah Makkiyah yang terdiri dari 8
Ayat. Surah ini berada pada urutan surah ke-95 dalam Al Qur’an dan diturunkan sesudah surah
Al Buruj.
Asbabun nuzul Surah At Tin adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Al
Aufi yang asalnya dari Ibnu Abbas bahwa suatu waktu beberapa sahabat Nabi SAW bertanya
mengenai perihal bagaimana amalan seseorang saat sudah pikun.
Maka turunlah surah ini untuk memberikan penjelasan bahwa orang yang senantiasa beriman dan
beramal shaleh akan mendapatkan pahala yang tidak putus-putus walau sudah pikun.

Isi, Terjemahan dan Fasir Surah At Tin


Ayat 1
‫َو الِّتيِن َو الَّز ْيُتوِن‬
Terjemahan: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
Tafsir: keduanya adalah nama buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung
yang menumbuhkan kedua buah tersebut, karena mengandung keberkahan dan manfaat yang
amat besar.
Ayat 2
‫َو ُطوِر ِس يِنيَن‬
Terjemahan: dan demi bukit Sinai,
Tafsir: nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal
Siiniina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan
buah.
Ayat 3
‫َو َٰه َذ ا اْلَبَلِد اَأْلِم ِن‬
‫ي‬
Terjemahan: dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
Tafsir: Demi kota Mekkah yang agung, tempat orang yang mengunjunginya bersaksi akan
keagungannya dan tempat yang memberikan rasa aman bagi orang yang memasukinya.
Ayat 4
‫َأ‬
‫َلَقْد َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِفي ْح َس ِن َتْقِو يٍم‬
Terjemahan: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.
Tafsir: Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk dan sifat yang sebaik-baiknya.
Ayat 5
‫ُثَّم َر َدْد َناُه َأْس َفَل َس اِفِليَن‬
Terjemahan: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Tafsir: Kemudian Kami menurunkan derajatnya ke tingkat yang serendah-rendahnya, karena ia
tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Ayat 6
‫و‬‫ُن‬
‫َمْم ٍن‬ ‫ْيُر‬ ‫َغ‬ ‫ٌر‬ ‫ْج‬‫َأ‬ ‫ُه‬ ‫َف‬
‫ِإاَّل اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّص اِلَح اِت ْم‬
‫َل‬

Terjemahan: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Tafsir: Tetapi, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan memperoleh pahala
yang tak terputus-putus.
Ayat 7
‫َفَم ا ُيَك ِّذ ُبَك َبْعُد ِبالِّديِن‬
Terjemahan: Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu?
Tafsir: Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan hari kebangkitan dan hari
pembalasan, setelah jelas kekuasaan Kami untuk melakukan hal itu?
Ayat 8
‫َأَلْيَس ُهَّللا ِبَأْح َك ِم اْلَح اِكِم يَن‬
Terjemahan: Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Tafsir: Bukankah Allah yang telah melakukan apa yang telah kami beritakan itu adalah Zat
Yang paling bijaksana, dalam ciptaan dan aturan-Nya?

Demikianlah penjelasan singkat mengenai Asbabun Nuzul, Terjemahan dan Tafsir Surah
At Tin. Sebuah hadits menyebutkan; “Barang siapa membaca surah At Tin hingga akhir surah,
maka hendaknya sesudah itu ia menjawab, ‘Balaa Wa Anaa ‘Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiina
(tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut).'”
Wallahu a’lam

Terdapat keterangan dalam hadis bahwa ketika kita sampai pada akhir surah at-Tin itu
disunahkan membaca kalimat berikut, baik dalam keadaan shalat ataupun di luar shalat.

‫بلى وأنا على ذلك من الشاهدين‬


Balā wa ana ‘alā dzālika minas syahidin
Iya, benar. Saya menyaksikan bahwa Engkau (Allah) itu Zat yang paling bijaksana.

‫ أنه قال من قرأ والتين والزيتون فقال أليس هللا‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫بأحكم الحاكمين فليقل بلى وأنا على ذلك من الشاهدين رواه أبو داود والترمذي‬
Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang
membaca surah wat tini waz zaitun, dan sampai ayat alaisallahu bi ahkamil hakimin, bacalaha
bala wa ana ‘ala dzalika minas syahidin” (HR Abu Daud dan al-Tirmidzi). Wallahualam

A. MEMAHAMI MAKNA KANDUNGAN QS. AT-TIIN ; 1 – 8


Surah At-Tiin terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah yang di turunkan
sesudah Surah Al-Buruuj. Nama At-Tiin diambil dari kata “At-Tiin” yang terdapat pada ayat
pertama yang artinya buah Tiin.
Ada empat sumpah penuh makna di permulaan Surah ini sebagai mukaddimah dari suatu
pernyataan penting, ayat tersebut mengatakan : Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi
bukit Sinai. Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman.
Kata Tiin, berarti buah Tin. Sedangkan Zaytun berarti buah Zaitun , buah yang merupakan
salah satu sumber dari minyak yang bermanfaat.
Sumpah-sumpah ini dirujukkan pada dua jenis buah-buahan yang masyhur atau pada sesuatu
yang lain. Ada banyak perbedaan pendapat dikalangan mufasir menyangkut kepastian maknanya.
Sebagian mufasir mengatakan dengan tegas, mereka mengartikan dua buah ini sama-sama
mengandung nutrisi yang luar biasa, atau merupakan sesuatu yang menjadi sarana-sarana kreatif.
Sebagian mufasir lain percaya , kedua sebutan itu merujuk pada dua gunung yang diatasnya
terletak dua kota, yaitu Damaskus ( tempat tinggal Nabi Nuh as ) dan Yerussalem ( Baitul
Maqdis ). Karena kedua kota suci ini merupakan negeri-negeri yang telah banyak
membangkitkan para nabi besar Allah. Dua sumpah ini bersesuaian dengan sumpah ketiga dan
keempat yang merujuk pada negeri-negeri suci lainnya . sebagian mufasir lain mengatakan,
bahwa dua gunung itu disebut Tiin dan Zaytun, karena pohon-pohon tin banyak tumbuh
digunung satu dan pohon zaitun tumbuh digunung yang lain.
Lahiriyah ayat, dari pandangan sekilas , menunjuk pada dua buah terkenal dimaksud. Namun
dengan lebih memperhatikan sumpah-sumpah selanjutnya, keduanya cenderung sesuai dengan
makna dua gunung atau dua pusat suci yang dihargai tersebut.
Ada hadits dari Rasulullah SAW yang menyatakan, bahwa Allah memilih empat kota
diantara semua kota, dan Dia menyatakan dalam tiga ayat pertama itu tentang empat kota yang
dimaksud : Demi (buah) Tiin dan (buah) Zaitun, Dan demi bukit Sinai,Dan demi kota (Mekah)
Ini yang aman. Yakni Tiin adalah Madinah, zaytun adalah Yerussalem, Thurisinina adalah
Kufah dan baladal amiin adalah Mekkah.
Maksud penggunaan istilah thurisinina sebagaimana yang diterjemahkan oleh sejumlah
mufasir, tampaknya adalah thurisina, yakni Bukit Sinai, yang disana ditemukan pohon zaitun
yang lebat buahnya.
Sinai ditafsirkan sebagi sebuah bukit yang penuh dengan karunia atau penuh pepohonan atau
penuh keindahan. Ia adalah bukit yang sama di mana Nabi Musa as biasa mengunjunginya guna
melakukan munajat-munajat kepada tuhannya.
Hal lain yang dapat dipastikan dari ayat di atas, bahwa “kota yang aman ini” adalah
Mekkah, sebuah negeri yang dikenal sebagai suatu kawasan yang aman di zaman kaum musyrik
sekalipun. Karakter sucinya senantiasa dihormati dan tidak ada pertempuran yang boleh
dilakukan dikawasan tersebut, bahkan juga pada para penjahat dan pembunuh, maka ketika
mereka sampai di sana mereka akan aman sepenuhnya.
Negeri ini dipandang penting, khususnya dalam Islam, demikian pentingnya sehingga
binatang, pepohonan dan burung-burung yang tinggal di sana berada dalam keadaan aman
sepenuhnya, lebih-lebih untuk manusia.
Sekalipun kita mengembalikan dua sumpah ini tentang tiin dan zaytun pada pengertian
umumnya yang pertama yakni ”buah tiin” dan ” buah zaitun”, keduanya merupakan sumpah-
sumpah yang mengandung makna, karena buah tiin adalah makanan yang sangat baik dan penuh
nutrisi, yang cocok bagi setiap orang dari segala usia, bebas dari kulit, batu atau zat-zat tambahan
komersial lain.
Para ahli ilmu gizi mengatakan, buah tiin dapat digunakan sebagai pemanis alamiah bagi
bayi-bayi. Para olahragawan dan juga mereka yang lemah atau jompo karena usia lanjut, bisa
menjadikan buah tiin sebagai makanan.
Konon, Plato sangat menyukai buah tiin sehingga sebagian orang menyebut buah tersebut
sebagai sahabat para filosof. Socrates pun tahu bahwa buah tiin berfungsi sebagai penyerap
terhadap bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dan juga berfungsi menyaring zat-zat yang
berbahaya.
Para saintis dan ahli ilmu gizi dari masa kemasa mengatakan, buah tiin itu penuh dengan
berbagai vitamin dan gula. Ia bisa disebutkan sebagai buah penawar terhadap sejumlah penyakit,
khususnya ketika buah tiin di campur dengan madu dalam komposisi seimbang dapat bermanfaat
untuk menyembuhkan infeksi perut. Memakan buah tiin yang dikeringkan berguna untuk
memperkuat ingatan. Ringkasnya, karena memiliki banyak unsur mineral yang menyebabkan
keseimbangan pada fungsi ragawi dan darah, buah tiin dikelompokkan sebagai suatu makanan
yang tepat bagi semua orang dan usia dan kondisi apapun.
Adapun, buah zaitun para pakar makanan dan sebagian ilmuan yang telah menghabiskan
sebagian besar kehidupan mereka dengan mempelajari berbagai karakteristik buah-buahan,
menganggap bahwa buah zaitun dan minyaknya memiliki kandungan zat yang luar biasa.
Mereka percaya bahwa orang-orang yang ingin senantiasa sehat hendaklah menggunakannya.
Minyak zaitun adalah kawan dekat hati manusia. Selain itu, untuk menyembuhkan kesulitan-
kesulitan ginjal, hepatitis dan untuk menyembuhkan sembelit, minyak zaitun terbukti berguna
efektif. Minyak zaitun juga mengandung aneka macam vitamin, zat fosfor, sulfur, kalsium, zat
besi, potasium dan mangan. Dengan demikian fungsi dari buah tiin dan buah zaitun sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka sangat pantas sekali Allah SWT, bersumpah atas
nama dua buah ini.
Setelah menyebutkan empat masalah siginifikan ini, ayat selanjutnya merujuk pada apa
sumpah itu ditujukan, yakni :” Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya” .
Istilah taqwim berarti membentuk sesuatu menjadi sebuah rupa yang tepat dalam sebuah aturan
yang seimbang. Keluasan dari pengertian ini merujuk pada suatu fakta bahwa Allah SWT telah
menciptakan manusia secara proposional dari segala asfek, baik secara ragawi maupun secara
spritual dan rasional. Karena Allah SWT telah menetapkan semua kekuatan pada manusia dan
menyiapkannya secara tepat untuk melindungi diri dalam mengarungi jalan besar menuju
perkembangan tertentu. Sekalipun manusia adalah ”microkosmos”, Tuhan telah menata
”makrokosmos” dalam dirinya dan telah mengangkatnya pada posisi yang tinggi seperti yang
dikemukakan dalam QS. Al-isra ayat 70 :”Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak
Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang
Telah kami ciptakan”. Begitu pula dengan penciptaannya, seperti firman Allah SWT :”
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. ( QS. Al-Mu’minuun : 14 ).
Namun, jika seorang manusia, dengan semua keistemewaan yang dimilikinya itu,
menyeleweng dari jalan kebenaran maka ia kan jatuh sedemikian dalam ke ” tempat yang
serendah-rendahnya (neraka)”, dan akan diturunkan pada posisi yang paling rendah. Itulah
sebabnya, dalam ayat ke 5 dikatakan,” Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka)”.
Seperti diketahui, selalu ada lembah-lembah dalam di samping gunung-gunung yang
tinggi. Demikian pula disamping kedudukan mulia manusia sebagai khalifah Allah SWT, ada
pula kedudukan rendah yang menyedihkan. Mengapa tidak ? apabila manusia menggunakan
kekuatannya secara benar dan mengikuti hukum-hukum Allah SWT, ia akan mencapai nasib
yang tinggi dan mulia yang memang dimaksudkan untuknya. Namun, jika ia memberontak
terhadap Allah SWT dan menggunakan semua potensi dan kemampuannya mengikuti
keburukan, maka ia akan jatuh kepada posisi yang rendah, bahkan lebih rendah ketimbang
binatang buas. Hal itu tidak akan terjadi apabila manusia itu taat kepada Allah SWT, sehingga
Allah SWT mengecualikannya dalam ayat berikutnya :” Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Istilah mamnun yang didasarkan pada kata man di sini, arti adalah ” terputus atau
kekurangan”. Dengan demikian, istilah ghairu mamnun diterjemahkan sebagai ” suatu ganjaran
yang tiada terputus tanpa adanya kekurangan”. Yang dimaksud mendapat ganjaran yang tak
putus-putusnya tersebut diberikan kepada manusia yang senantiasa beriman kepada Allah SWT,
yang diiringinya dengan mengerjakan segala amal shaleh, baik dalam beribadah kepada Allah
SWT, maupun berbuat baik terhadap sesamanya atau pun lingkungannya.
Ayat selanjutnya , yang dialamatkan kepada manusia yang tidak bersyukur, yang ceroboh
dalam hal tanda-tanda dan bukti-bukti hari kebangkitan, diungkapkan dalam ayat :” Maka
apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-
keterangan) itu” ?. Pada alam semesta yang fana ini mengisyaratkan bahwa kehidupan didunia
ini bukanlah tujuan final dari penciptaan, masih ada lagi alam yang akan kita jumpai, yakni alam
akhirat kekal abadi, semua itu hanya merupakan mukaddimah bagi dunia yang lebih luas dan
sempurna serta kekal abadi. Hal seperti itulah yang didustakan sebagian manusia, karena
ingkarnya mereka kepada Allah SWT.
Sebagai contoh, setiap tahun tanaman di alam ini dan di hadapan mata kita diperbaharui
dan mengingatkan kita akan fenomena kematian dan kelahiran kembali, begitu secara berulang-
ulang. Setiap tahap yang tiada putus-putusnya selama masa pertumbuhan janin misalnya,
dihitung sebagai suatu kebangkitan dan kehidupan baru. Tapi yang mengherankan, bagaimana
bisa manusia mengingkari hari perhitungan itu ? padahal Allah SWT telah mengutus para nabi
dan rasul-Nya untuk memberikan penjelasan dan keterangan-keterangan tentang kehidupan yang
akan datang yakni hari kemudian ( hari akhirat ). Sehingga menjadi jelas pula, makna objektif
dari kata diin di sini bukanlah ”agama”, tetapi ”hari pembalasan”. Ayat selanjutnya memperkuat
pandangan ini.”Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”?. Dialah Allah yang akan
memberikan balasan yang seadil-adilnya terhadap apa yang telah dilakukan manusia, apakah itu
perbuatan baik ataukah perbuatan jahat, semuanya akan mendapatkan balasan yang seadil-
adilnya.
Inti sari Akhlaq Mulia surah At-tiin yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat pertama surat ini menjelaskan tentang buah tiin dan buah zaitun.
1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.

Yang dimaksud dengan Tiin oleh sebagian ahli tafsir ialah tempat tinggal Nabi Nuh,
Yaitu Damaskus yang banyak pohon Tiin; dan zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh
Zaitun. Namun hal ini belum membimbing pikiran kita untuk mendapatkan penjelasan yang
dapat diterapkan manusia sehari – hari. Bila Tiin dan zaitun sebagai nama kota, tentu sulit bagi
kita untuk mendapatkan petunjuk darinya. Tiin adalah buah yang padat yang bisa dimakan oleh
manusia, berfungsi untuk mengenyangkan perut. Ini adalah fakta bahwa buah tiin adalah buah
padat yang berfungsi sebagai makanan. Sedangkan zaitun lebih dikenal sebagai buah penghasil
minyak, minyak adalah cairan. Cairan adalah minuman yang dibutuhkan oleh manusia. Kalau
begitu zaitun adalah lambang minuman.
Sehingga kita mendapatkan makna dari ayat pertama ini adalah demi Tiin dan buah
zaitun, demi makanan dan minuman. Karena dua hal ini adalah kebutuhan paling utama bagi
manusia untuk dapat hidup dimuka bumi. Maka Allah memberikan penjelasan kepada manusia
tentang dua hal yang paling penting bagi dirinya untuk dapat bertahan hidup dan berperan
sebagai khalifatullah. Tak mungkin kita berperan bila tak hidup. Maka hidup itu adalah syarat
utama untuk bisa berperan.
Ayat kedua dari surat ini berbunyi
2. Dan demi bukit Thursina

Bukit thursina ada di sinai sana, lalu bagaimana hubungannya dengan ayat pertama tadi?.
Tentu saja manusia setelah mendapatkan makanan dan minuman maka ia akan beribadah sebagai
prilaku dirinya yang mengabdi hanya kepada Allah. Thursina adalah bukit, lambang sebuah
kekuatan. Tentu manusia kuat dan tegak bila sudah makan dan minum. Tegaknya diri kita dalam
beribadah kepada Allah adalah lambang thursina. Maka dapat kita ilustrasikan dalam tabel
adalah sebagai berikut.

Buah Tiin Buah Zaitun Bukit Thursina

Makanan Minuman Sehat dan Beribadah

Dengan demikian ayat 1 -2 surat ini benar –benar menjelaskan masalah yang sangat penting
bagi manusia yaitu apa yang dimakan, apa yang diminum adalah dalam rangka untuk beribadah
kepada Allah. Makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menghasilkan tenaga atau energi.
Energi yang kita dapatkan inilah yang akan kita pergunakan untuk berperan dan beribadah dalam
segala segi kehidupan.

Ayat ke tiga ini kemudian menjelaskan tentang negeri yang aman.


3. Dan demi kota (Mekah) ini yang aman

Mengapa pada ayat ke-3 ini Allah tiba – tiba menjelaskan suatu negeri yang aman.
Negeri yang aman itu tentu saja adalah suatu negeri yang didalamnya terdapat kedamaian.
Tidak ada pergolakan yang menghacurkan negeri. Maka syarat untuk menjadikan sebuah
negeri yang aman adalah dengan menyediakan Makanan dan minuman bagi masyarakatnya
dan semua masyarakatnya beribadah kepada Allah sebagai rasa syukur atas makanan dan
minuman yang diberikan-Nya.
Negeri yang aman adalah negeri yang cukup makanan dan minumannya dan
semuanya dari pejabat hingga rakyat beribadah kepada Allah SWT. Inilah jaminan Allah
pada manusia bila ingin negerinya menjadi aman dan sentosa.
Berbicara tentang negeri yang aman, didalam ilmu kenegaraan juga dikenal tentang
ilmu Leadership, management dan administrasi. Semua orang yang paham negara pasti
memahami bahwa untuk menciptakan sistem negara yang aman maka didalam negara
tersebut harus berlangsung satu sistem Leadership, Management dan Administrasi yang baik.
Artinya sebuah negara akan aman dan sejahtera bila berlangsung kepemimpinan yang
baik, management yang efektif dan administrasi yang sistematis. Hal ini berlaku secara
global diberbagai negara. Kekacauan juga akan terjadi bila didalam suatu negara tidak
terjadinya interaksi dan interelasi ketiga hal ini dengan baik.
Bila proyeksi sebuah negara di kaitkan dengan diri kita yang juga merupakan gabungan
berbagai sistem seperti layaknya sebuah negeri. Maka hal ini bisa dikaitkan dengan berbagai
kemampuan pada diri kita yang dapat membuat diri kita aman lahir dan bathin, contohnya
adalah kemampuan mendengar dan melihat akan menghasilkan bicara yang benar.

Buah Tiin Buah Zaitun Bukit Thursina

MELIHAT MENDENGAR BICARA

Bicara yang benar dan berkualitas tentu dihasilkan dari sumber yang baik, yaitu
pendengaran dan penglihatan yang baik pula. Data dari penglihatan dan pendengaran inilah
yang kemudian diolah mejadi kualitas bicara yang baik. Tak mungkin seseorang berbicara
dengan baik bila tidak memiliki data dari apa yang dilihat dan dengar . Bila dikaitkan dengan
lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga kita, maka konsep ini akan menjelma menjadi
berikut.

Buah Tiin Buah Zaitun Bukit Thursina

Ibu yang baik Bapak yang baik Anak yang baik


Keluarga yang baik adalah ibarat negeri yang baik, maka syarat bagi keluarga yang
aman adalah ada Bapak dan Ibu yang baik dan akan menghasilkan anak yang baik. Didalam
hadits juga dikatakan bahwa setiap anak adam akan mati maka terputuslah semua amalnya
kecuali tiga hal yaitu Shadaqah / jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh. Bila
kita ingin aman dari siksa naar maka lakukanlah tiga hal yaitu :

Buah Tiin Buah Zaitun Bukit Thursina


Shadaqah Ilmu yang berguna Anak yang shaleh

Maka semakin jelaslah bagi kita bahwa tafsir Al-Qur’an itu haruslah bersifat universal
dan mencerdaskan serta aplikatif dapat dilakukan oleh setiap manusia. Dari satu ayat yang
sederhana itu saja kita mendapatkan makna yang begitu mendalam.
Pada hakikatnya setiap manusia ingin memiliki diri yang aman. Aman dari kehidupan
dunia dan akhirat, oleh sebab itu Allah memberikan jawabannya melalui surat ini juga yang
dihubungkan dengan Baitullah. Baitullah adalah hadapan dan cerminan kepribadian kita yang
setiap hari kesanalah keperibadian diri ini kita hadapkan. Seperti termaktub dalam surat Al
Baqarah ayat 149.
Artinya :”dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu.
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Baitullah memiliki tiga simbol yang sangat kuat dan menjadi hadapan manusia untuk
mengidentifikasikan diri kedalam kepribadian Baitullah. Yaitu Hajar Aswad, Maqam
Ibrahim, dan Hijir Ismail. Ketiga hal ini mewakili tiga simbol kebaikan yang harus dimiliki
manusia bila ingin hidup ini aman dan damai. Bila kita ilustrasikan akan terlihat seperti
dibawah ini :

Buah Tiin Buah Zaitun Bukit Thursina


Hajar aswad Maqam Ibrahim Hijir Ismail
Al Qur’an Shalat Zakat

Diri ini akan aman apabila kita mau untuk membaca dan mempelajari Al -Qur’an,
menegakkan shalat dan suka untuk berzakat. Hal ini yang akan mengamankan diri kita dari azab
dunia dan akhirat. Berbahagialah manusia yang gemar membaca dan mengkaji AlQur’an,
menegakkan shalat dan suka berzakat. Inilah diri yang aman yang memiliki tiga hal paling
penting dalam hidup manusia.
Di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan yag dimaksud dengan negeri yang aman
adalah negeri Mekkah. Sebagaimana Hadits Marfu’:

‫ُه َو َم َاَكَن ْا لَبْيَت اِذَّل ى ُه َو ُهًد ى ِلْلَع اَلِم َنْي َو َم ْو ُلْو ُد َر ُس ْو ُل هللا َص ىَّل ِهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل‬
‫وَم ْبَع ُثــُه‬
Artinya: yaitu sebuah tempat tinggal (Baitullah) dia sebagai petunjuk bagi sekalian alam
dan Mekkah adalah tempat lahirnya Rasulullah saw dan di utusnya.

Ayat selanjutnya Allah menegaskan tentang sempurnanya diri manusia.

4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya

Maka sebaik – baiknya diri manusia adalah yang memiliki tiga kriteria di atas yang
telah dijelaskan dengan gamblang. Inilah diri manusia yang sebaik – baiknya ciptaan dari
Allah SWT, paling tidak bila diilustrasikan akan berbentuk sebagai berikut :
Qs At Perangkat Amal Baitullah Organisasi Perangkat Keluarga
Tiin diri manusia Concept indra
Tiin Indra Shadaqah Al Management Mata Ibu
Qur’an
Zaitun Otak Ilmu Shalat Leadership Telinga Bapak
bermanfaat
Thursina Hati Anak shaleh Zakat Administrasi Mulut Anak

Proses kejadian manusia menurut Al Qur’an :


Sebaik-baiknya manusia ialah yang memiliki berbagai hal di atas yang telah dijelaskan
dari surat At Tiin ini. Maka apabila manusia tidak menggunakan konsep yang yang telah
sedemikian bagusnya bagi kelangsungan fitrah dirinya. Jatuhlah manusia kemudian menjadi
makhluk yang paling hina. Menjadi asfal…manusia dibawah yang diseret – seret oleh budaya
dan peradaban. Menjadi aspal hitam yang dilindas oleh kendaraan dunia karena mengingkari
kebenaran yang nyata yang datangnya dari Allah Swt.

Menurut di dalam kitab Ruhul Ma’ani disebutkan yang di kehendaki dengan ayat diatas
adalah jenis manusia yang mengandung arti orang yang mukmin bukan dikhususkan dengan
orang kafir .

5. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),


Manusia menjadi mahkluk yang rendah karena tidak menggunakan perangkat Tiin, zaitun
dan Thursina yang telah kita kaji di atas.
Ayat selanjutnya mengingatkan manusia untuk bertobat dan kembali menjalankan perintah
Allah.

6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Yaitu orang–orang yang dengan konsep di atas terus menerus melakukan perbaikan dengan
perbaikan bagi dirinya sehingga dia akan mendapatkan dirinya selalu berkembang dan
berkualitas dari waktu ke waktu .

7. Maka Apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah


(adanya keterangan-keterangan) itu?
Maka jangan lagi kita berdusta setelah mengetahui konsep ini ( diin ), bila kita dustai
maka Allah mengadili diri kita dengan seadil–adilnya atas kelalaian diri kita menyia-nyiakan diri
yang hebat dan penuh sarwa nilai ini.
8. Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?
Mari kita perhatikan lagi diri kita dari konsep tiin, zaitun dan thursina ini, apakah diri kita
ini telah memiliki kriteria sebagai manusia yang sempurna seperi Allah menyempurnakan diri
kita ? kesempurnaan diri kita ini akan lengkap bila kita punya kemauan yang keras untuk tiga hal
yaitu :
1. Membaca dan Mengkaji Al Qur’an
2. Menegakkan Shalat
3. Dan suka menolong orang lain.
Inilah yang akan mengamankan diri kita dari prahara dunia, dan ketiga hal ini jugalah
yang memproyeksikan diri manusia yang sempurna, Insana Fii Ahsani Taqwim. Bila tiga hal ini
diabaikan maka siap–siaplah untuk menjadi orang yang paling buruk dan menjadi aspal,
dipengaruhi budaya dan peradaban artinya tidak fitrah.

Anda mungkin juga menyukai