com/penyakit-kulit/perawatan-kulit/kesalahan-
menggunakan-sunscreen/
Bibir kering dan pecah-pecah adalah kondisi yang umum terjadi. Penyebab bibir kering yang dialami
terkadang diakibatkan oleh kebiasaan yang disepelekan. Namun, Anda yang memiliki kulit kering
bisa lebih sering mengalami bibir kering dan pecah-pecah. Ketahui apa saja penyebab bibir kering
dalam penjelasan berikut. Penyebab bibir kering Bibir memiliki lapisan kulit yang sangat tipis dan
transparan di bagian […]
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro• seminggu yang lalu
Rata-rata produk skincare cukup awet disimpan dalam waktu lama. Namun, beberapa produk
mungkin tak mencantumkan masa pakainya secara jelas. Anda yang ingin menghabiskan skincare
lama mungkin jadi khawatir dengan efeknya jika sudah tak layak pakai. Bagaimana ciri-ciri skincare
kedaluwarsa? Ciri-ciri skincare kedaluwarsa Untuk memastikan skincare kedaluwarsa atau expired,
Anda bisa memperhatikan ciri-ciri berikut. 1. Warna berubah Sebaiknya, buang produk […]
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro• 05/10/2022
“Di mana suhunya lebih dari 40 derajat Celcius, sehingga tubuh kita tidak
dapat melalukan konvensasi mendinginkan suhu tersebut. Dan terjadi
komplikasi yang dinamakan Heatstroke,” jelas Dokter Dedi saat dihubungi
Indoraya, Kamis (4/5/2023).
Pasalnya, cairan berkurang drastis di dalam tubuh dan nadinya cepat serta
tekanan darah menurun.
“Dan apabila suhunya lebih dari 40 derajat Celcius bisa terjadi kesadaran
menurun hingga kejang,” kata dia.
“Selain itu, segera panggil tim kesehatan atau ke rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut,” beber Dedi.
Lalu apa saja hal-hal yang diperhatikan saat cuaca panas seperti di Kota
Semarang? Berikut tipsnya:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230930135519-4-476696/ri-
panas-mendidih-bmkg-akhirnya-buka-suara-warning-ini
RI Panas Mendidih! BMKG Akhirnya Buka Suara, Warning Ini
NEWS - Verda Nano, CNBC Indonesia
30 September 2023 14:00
Baca:
Waspada Panas Kering di Wilayah RI, BRIN Beberkan Fakta
Dimana suhu maksimum tertinggi selama periode tersebut ada yang
mencapai hingga 38.0 °C yang terukur di Kantor Stasiun Klimatologi
Semarang - Jawa Tengah pada 25 dan 29 September 2023, serta di Stasiun
Meteorologi Kertajati, Majalengka-Jawa Barat pada 28 September 2023.
"Sementara itu suhu maksimum terukur di wilayah Jabodetabek berada pada
kisaran 35.0 - 37.5 °C, dimana suhu maksimum hingga 37.5 °C terukur di
wilayah Tangerang Selatan pada tanggal 29 September 2023," tulis BMKG
dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/9/2023).
BMKG menjelaskan, secara umum fenomena suhu panas terik tersebut terjadi
karena dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer sebagai berikut:
Pertama, saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama
di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh
kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan
terutama pada siang hari.
Baca:
BRIN Kasih Peringatan, Cuaca Panas Mendidih RI Sampai Kapan?
Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam
mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di
permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan,
dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga
terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di
beberapa wilayah Indonesia.
Ilustrasi manfaat penggunaan sunscreen untuk kulit saat cuaca panas ekstrem. (Atlascompany on Freepik)
SUARAMERDEKA.COM – Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bisa ditebak, karena saat pagi
sampai siang sangat terasa panas sekali namun malam harinya tiba tiba turun hujan.
Kondisi cuaca ekstrem ini, utamanya saat panas, sangat perlu diperhatikan bersama apalagi
bagi kesehatan kulit.
Jika kita memiliki alergi, pancaran sinar panas dari matahari bisa menyebabkan kulit mnejadi
kemerahan bahkan bisa sampai melepuh terbaka.
Maka dari itu dalam cuaca panas ekstrem ini, sangat penting untuk
menggunakan sunscreen atau tabir surya untuk melindungi kulit.
Utamanya, sinar UV yang dapat beresiko membuat kulit terbakar, penuaan dini dan bahkan
parahnya bisa menyebabkan kanker kulit.
Lalu apa saja pentingnya untuk menggunakan sunscreen bagi kulit saat musim panas seperti s
ekarang ini?
Sebagian orang memiliki kondisi kulit yang memiliki warna yang kurang merata.
Utamanya, pada bagian bagian tubuh yang sering terkena sinar matahari langsung.
Hal itu yang membuat terkadang warna kulit pada tubuh kita menjadi belang dan tidak merata.
Untuk mencegah hal tersebut bisa menggunakan sunscreen guna mencegah timbulnya
warna kulit yang belang.
Manfaat rutin menggunakan sunscreen terut ama pada area sekitar wajah, bisa
mencegah penuaan dini yang terlalu cepat.
Karena manfaat sunscreen bisa melindungi kulit dari paparan sinar UV.
Jika terkena langsung dan secara terus menerus, sinar UV bisa memberikan
efek kulit menjadi lebih gelap.
Lalu, muncul noda hitam dan juga penuaan dini serta warna kulit yang menjadi
belang.
Sering beraktivitas di bawah sinar matahari secara langsung bisa berdampak buruk
pada kondisi kulit kita.
Radiasi UVB atau sunburn bisa menyebabkan kerusakan DNA pada sel kulit.
Hal ini meningkatkan risiko terkena kanker kulit yang tentunya sangat berbahaya.
Gejala rosacea adalahkondisi kulit yang menjadi berwarna kemerahan dan muncul
urat pada kulit kita.
Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui seminggu yang lalu
PERAWATAN KULIT
Risiko Sinar UV, Tetaplah Pakai Sunscreen di Rumah
Penggunaan sunscreen ditujukan untuk melindungi kulit Anda dari paparan sinar UV. Tak hanya di
luar, Anda juga perlu pakai sunscreen di rumah agar terhindar dari masalah kulit akibat bahaya sinar
matahari. Perlukah pakai sunscreen di rumah? Meskipun berada di dalam ruangan, Anda tetap
dianjurkan untuk pakai sunscreen. Hal ini dikarenakan sinar UVA dan UVB tetap bisa masuk ke […]
4. Ketahanan proteksi
Ketiga jenis tabir surya ini sama-sama perlu diaplikasikan berulang selama
beberapa jam, terutama ketika Anda menggunakannya saat berolahraga
atau berenang.
Namun, physical sunscreen biasanya bisa langsung bekerja untuk
melindungi kulit setelah diaplikasikan.
Berbeda halnya dengan chemical sunscreen yang biasanya membutuhkan
waktu sekitar 20 menit hingga bahannya menyerap di kulit dan bekerja.
Meski memberikan proteksi ganda, para ahli menduga formulasi tabir surya
ini bisa menurunkan durasi ketahanannya dalam perlindungan kulit.
Hybrid sunscreen mungkin perlu diaplikasikan lebih sering dibandingkan
jenis tabir surya lainnya ketika Anda beraktivitas di luar ruangan.
5. Tipe kulit
Physical sunscreen biasanya dapat digunakan oleh berbagai tipe kulit,
termasuk untuk kulit sensitif dan berjerawat.
Hal ini karena jenis sunscreen ini tidak menyerap di kulit dan hanya melapisi
kulit terluar untuk melindungi dari paparan sinar UV.
Sementara itu, chemical sunscreen kurang cocok digunakan oleh kulit yang
sensitif karena mengandung berbagai bahan kimia yang mungkin dapat
menimbulkan reaksi alergi bagi sebagian orang.
Karena bisa memberikan lapisan pelindung tambahan dan teksturnya tetap
ringan, hybrid sunscreen mudah diaplikasikan dan cukup aman untuk
semua jenis kulit.
Fokus
Chemical, physical, dan hybrid sunscreen,
mana yang lebih baik?
Sunscreen kimia, mineral, dan hybrid memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Namun, dari segi risiko dan ketahanan, mineral sunscreen lebih
baik dibandingkan dengan chemical sunscreen ataupun hybrid sunscreen.
Menurut FDA, kandungan titanium dioxide and zinc oxide yang terdapat
dalam tabir surya mineral merupakan bahan kimia yang aman untuk
kosmetik.
Sementara itu, studi dalam jurnal Jama Network menunjukkan oxybenzone
dan homosalate yang ada dalam chemical sunscreen dapat menetap di
darah hingga 3 minggu, melebihi batas aman yang direkomendasikan oleh
FDA.
Walaupun demikian, bukan berarti semua sunscreen berbahan kimia
dikategorikan sebagai produk yang tidak aman.
Alangkah baiknya untuk menghindari sunscreen yang mengandung
oxybenzone. Masih ada kemungkinan bahan kimia ini dapat menimbulkan
reaksi bagi sebagian orang.
Dari segi ketahanan, temuan dalam penelitian Photochemical &
Photobiological Sciences menunjukkan formula hybrid sunscreen tidak
begitu stabil dalam memproteksi kulit dari sinar UV.
Jika Anda khawatir akan risiko alergi atau menginginkan perlindungan
tahan lama, pilihlah sunscreen mineral.
Meski begitu, pilihan tabir surya terbaik tetaplah produk yang sesuaikan
dengan kebutuhan kulit Anda.
Kesimpulan
Perbedaan mendasar antara chemical, physical, dan hybrid sunscreen terletak pada cara kerjanya.
Chemical susncreen bekerja dengan menyerap dan melepaskan sinar UV, sedangkan physical susncreen
membentuk lapisan pelindung. Teknologi hybrid menggabungkan kedua fungsi tersebut.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-5-kandungan-dalam-sunscreen-yang-
sebaiknya-dihindari
Perawatan Kulit
4 menit
Ditinjau oleh dr. Fadhli Rizal Makarim 20 Juni 2023
“Sebagai warga yang tinggal di negara tropis, menggunakan sunscreen wajib agar kulit
senantiasa sehat. Namun, memilih sunscreen juga harus selektif, karena ada bahan yang
berpotensi menyebabkan efek negatif jangka panjang.”
Halodoc, Jakarta – Menggunakan sunscreen merupakan tahapan dalam skincare yang tidak
bisa kamu lewatkan. Seperti yang kamu tahu, sunscreen dapat melindungi kulit dari serangan
sinar UVA dan UVB, sehingga menjaga penampakan kulit agar tetap awet muda.
Meski begitu, memilih sunscreen juga tidak bisa sembarangan. Sebab, ada berbagai bahan di
luar sana yang dapat berpotensi mengiritasi kulit. Nah, sebelum
membeli sunscreen, sebaiknya simak informasi berikut untuk mengetahui bahan apa yang
sebaiknya kamu hindari.
1. Oxybenzone
Oxybenzone merupakan salah satu kandungan yang sering terdapat dalam tabir surya dengan
spektrum luas. Kandungan ini sangat efektif melindungi kulit dari paparan sinar UV.
Menurut penelitian oleh Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat, sekitar 97
persen orang Amerika memiliki bahan kimia ini yang beredar dalam tubuhnya.
Ada pula kekurangan lainnya yaitu, oxybenzone dapat menyebabkan pemutihan pada
terumbu karang, sehingga menggunakan sunscreen dengan kandungan ini juga dapat
berbahaya bagi lingkungan.
2. Avobenzone
Umumnya, avobenzone lebih sering terdapat dalam chemical sunscreen. Akan tetapi,
avobenzone sebenarnya kurang stabil dalam melindungi kulit ketika terpapar cahaya
matahari.
Jadi, avobenzone sering digabungkan dengan bahan lain agar dapat melindungi kulit dari
radiasi UV dengan maksimal. Bagi beberapa orang yang sensitif, avobenzone mungkin dapat
menyebabkan alergi dermatitis dan iritasi mata.
Karena itu berhati-hatilah jika menggunakan sunscreen dengan kandungan ini dan ketahui
juga “Cara Memilih Sunscreen yang Tepat sesuai Jenis Kulit.”
3. Retinyl palmitate
Retinyl palmitate merupakan turunan dari vitamin A (retinol) yang memiliki antioksidan
yang kuat. Karena inilah, retinyl palmitate terdapat dalam sunscreen.
Namun di sisi lain, ketika kandungan ini terkena paparan sinar matahari, senyawa retinol
akan terurai dan menghasilkan radikal bebas beracun. Nah, hal ini berpotensi menyebabkan
kanker kulit.
Menurut Food and Drug Administration (FDA) ibu hamil sebaiknya menghindari dulu
pemakaian sunscreen yang mengandung komposisi ini.
Sebab, ada kekhawatiran bahwa, mengaplikasikan krim yang mengandung vitamin A setiap
hari, dapat meningkatkan kadar vitamin A yang cukup tinggi dalam tubuh, sehingga
kemungkinan beracun bagi janin yang sedang berkembang.
4. Paraben
Selain sunscreen, paraben juga sering terdapat pada produk perawatan lainnya seperti sampo,
losion, dan produk kosmetik. Umumnya, paraben mampu mencegah pertumbuhan bakteri dan
jamur pada suatu produk.
Bahan ini dapat meniru hormon estrogen yang berkontribusi dalam memicu kanker payudara,
dan juga meniru hormon lainnya dalam tubuh.
Selain itu, paraben juga berisiko meningkatkan toksisitas reproduksi yang lebih tinggi. Kabar
baiknya, kini sudah semakin banyak produk sunscreen yang memiliki label “bebas paraben”.
Jadi, semakin mudah bagi kamu untuk memilih sunscreen dengan komposisi yang aman.
5. 4-Methylbenzylidene camphor
Nah, belum lama ini kandungan 4-Methylbenzylidene camphor atau 4-MBC sedang ramai
dibicarakan di media sosial. Pasalnya, 4-MBC ternyata sudah tidak dikategorikan aman
menurut EU Commission dan Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS). Kedua
lembaga ini bisa dibilang bertindak seperti BPOM di Indonesia.
Menurut SCCS ada cukup bukti bahwa 4-MBC dapat berpotensi mengganggu endokrin dan
memiliki efek pada sistem tiroid dan estrogen. Namun, di sisi lain, informasi mengenai
potensi genotoksisitas dari 4-MBC juga masih belum cukup.
Nah, karena kedua lembaga tersebut sangat berhati-hati, maka demi menjaga keamanan, 4-
MBC akhirnya dikategorikan tidak aman. Akan tetapi, kamu tidak perlu panik jika
menemukan komposisi ini pada sunscreen.
Sebab, penggunaan maksimum 4-MBC adalah 4 persen. Sementara itu, umumnya kandungan
yang terdapat dalam sunscreen jauh dari persentase maksimum.
Selain itu, BPOM juga masih mengkategorikan bahan ini sebagai bahan yang aman. Namun
untuk berjaga-jaga, sebaiknya pantau terus informasi terbaru mengenai topik ini, dan
perhatikan dengan detail komposisi sunscreen yang kamu pakai.
Nah, jika kamu ingin tahu produk tabur surya yang direkomendasikan, kamu bisa baca artikel
ini: Rekomendasi Sunscreen Terbaik yang Cocok untuk Semua Jenis Kulit.
Untuk mendapatkan sunscreen dengan praktis dan cepat, kini kamu bisa gunakan layanan
toko kesehatan dari Halodoc.
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20160427002556-317-126781/
proses-fotosintesis-dalam-tubuh-manusia
Proses Fotosintesis dalam Tubuh Manusia
Ida Ayu Padma Saraswati | CNN Indonesia
Rabu, 27 Apr 2016 14:10 WIB
Bagikan:
Ilustrasi (Thinkstock/Alliance)
Jakarta, CNN Indonesia -- Fotosintesis biasanya dikaitkan dengan
tumbuhan. Tapi dalam tubuh manusia ada juga lho proses yang seperti itu.
Tetapi proses ini dapat terhalang oleh beberapa faktor, seperti: polusi,
terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, dan tinggal di
daerah perkotaan di mana matahari terhalang oleh gedung-gedung.
Maka dari itu, perlu juga sumber vitamin D selain dari matahari. Hal itu
dapat diperoleh melalui makanan seperti salmon, sardin, kuning telur, dan
udang. Selain itu, dapat juga diperoleh melalui suplemen vitamin D.
Bahan aktiflah yang membuat tabir surya dapat bekerja melindungi kulit dari sinar
matahari. Bahan aktif tersebut terbagi menjadi dua jenis: Penyerap UV dan
reflektor (pemantul) UV.
Zat kimia peredam UV juga dapat disebut “organik”, karena berisikan atom
karbon, yang merupakan dasar dari semua bahan organik.
Beberapa menyerap bagian dari spektrum UVB, yang diketahui sebagai penyebab
kulit terbakar dan meningkatkan risiko kanker kulit. Sedangkan bagian lainnya
menyerap bagian spektrum UVA. Sejumlah penelitian membuktikan, semakin
panjang gelombang UVA tidak hanya dapat menembus lapisan kulit yang lebih
dalam tetapi berkontribusi terhadap kanker kulit dengan mengorbankan respons
imun terhadap kerusakan DNA.
Untuk itu, tabir surya yang memiliki label “broad spectrum” lebih dianjurkan
karena menawarkan perlindungan terbaik.
Reflektor UV sebagian besar terdiri dari beberapa oksida, seperti zinc oxide (seng
oksida) dan titanium dioksida, yang dapat menyerap dan menyebarkan radiasi UV.
Pada umumnya tabir surya memiliki lebih dari satu bahan aktif dan bisa bertambah
hingga enam atau lebih di dalamnya.
Emulsi—seperti, losion, susu, krim, minyak, busa atau gel—merupakan bahan
yang membawa zat aktif. Biasanya ini dibuat dari beberapa kombinasi antara
minyak dan air, ditambah bahan lainnya. Gunanya agar produk itu awet di rak atau
di lemari kita.
Emulsi juga membantu agar tabir surya anti air, mempengaruhi rasa dan aroma
tabir surya, dan seberapa baik menempel pada kulit.
Tabir surya dengan SPF 30 bukan berarti memberikan perlindungan yang lebih rendah dibandingkan SPF
50. Mike Mozart/Flickr, CC BY
SPF dapat diartikan sebagai “sun protection factor”. Ini digunakan untuk mengukur
seberapa banyak UV dapat melewati pelindung. Semakin tinggi angkanya, semakin
rendah UV yang dapat melewati pelindung itu.
SPF 30 memungkinkan satu per tigapuluh atau 3,3% dari UV dapat mencapai kulit.
Ini berarti losion tersebut dapat menyaring hingga 96,7% UV. Bandingkan dengan
SPF 50, yang dapat menyaring 98% UV (dan membiarkan satu per limapuluh atau
2% dari UV melewati pelindung).
Perbedaan antara SPF 30 dan SPF 50 sepertinya besar (selisih 20 angka), padahal
sesungguhnya tidak demikian. Mereka hanya berbeda 1,3%.
Jika kulit Anda dapat bertahan selama 10 menit tanpa perlindungan hingga muncul
tanda-tanda terbakar, maka dengan tabir surya SPF 30 tingkat kemunculan itu akan
muncul 30 kali lebih lama, atau total hingga 300 menit. SPF 15 dapat melindungi
hingga 150 menit, sedangkan SPF 50, 500 menit.
Tapi jangan senang dulu. Jika Anda berlama-lama di bawah matahari hingga 500
menit (delapan jam) hanya dengan mengandalkan tabir surya, Anda kemungkinan
besar masih akan terbakar!