Anda di halaman 1dari 9

CASE BASED DISSCUSION

MODUL 5

PROSEDUR PEMASANGAN DENTAL IMPLAN

(NAMA)

(NIM)

KBK 15

Pembimbing: drg. (NAMA)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta
2024
A. Pendahuluan

Implan telah digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang sejak jaman dahulu,
semenjak abad ke 19, secara historis; implan yang digunakan terbuat dari berbagai
macam bahan, seperti kayu ivory, tulang, logam, dan batu mulia; yang dibentuk
serupa dengan bentuk gigi.1 Pada masa kini, implan dental telah digunakan secara
umum untuk menjadi perawatan alternatif dari gigi tiruan konvensional untuk
kasus kehilangan gigi secara menyeluruh maupun parsial.

Menurut Branemark2, agar implan dapat berfungsi dengan normal pada


penggunaanya, suatu implan harus tertanam dan terintegrasi pada tulang rahang,
baik secara mekanis maupun biologis, hal ini disebut dengan osseointegrasi, yang
berarti penyatuan suatu hal pada tulang. Pada kondisi yang sehat, proses
osseointegrasi dapat memakan waktu beberapa minggu; dimana proses tersebut
dimulai saat implan ditanam pada tulang rahang.

Terdapat berbagai macam sistem dental implan, tetapi prosedur pembedahan yang
terlibat untuk menanam implan kedalam tulang secara garis besar tetap sama.
Teknik pembedahan dapat dibagi menjadi 2 protokol, yaitu one-stage atau two-
stage protocol:

1. Two – Stage Protocol


Two – Step protocol melibatkan dua prosedur untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan. Pada tahap awal pembedahan, implan ditanam ke dalam tulang
rahang dan diberikan waktu 2-3 bulan untuk terjadinya osseointegrasi. Tingkat
keberhasilan implan gigi sebesar 98% dikarenakan tidak adanya tekanan, gaya
menggigit, atau beban yang diberikan pada implan. Setelah terjadi osseointegrasi,
dapat dilanjutkan ke tahap kedua, yang meliputi eksposur implan dan pemasangan
abutment. Keuntungannya adalah lebih nyaman dan biasanya tidak terjadi
inflamasi yang berlebih dibandingkan One – stage.3
2. One – Stage Protocol

One – Stage Protocol melibatkan hanya 1 pembedahan dan membiarkan abutment


menonjol dari gusi, sehingga memungkinkan penempatan crown pada abutment.
Pembedahan ini menawarkan keuntungan berupa perbaikan penampilan yang
cepat, Namun demikian, prosedur One – stage mungkin tidak selalu dapat
dilakukan. Pada kasus tulang alveolar yang tidak ideal, lebih baik melakukan
prosedur two – stage, dikarenakan penggunaan torque yang lebih sedikit
dibanding one - stage. Adapun kekurangannya adalah pasien harus berhati – hati
dalam menggigit, agar tidak terjadi beban berlebih yang dapat mengganggu
osseointegrasi.3

B. Prosedur Pemasangan Implan4,5


1. Refleksi Jaringan Lunak

Attached ginggiva di-insisi diatas kres tulang alveolar, dan kemudian direfleksi
untuk menunjukkan tulang alveolar dibawahnya, atau dapat dengan cara flapless,
dimana hanya sedikit jaringan yang diambil untuk pemasangan implant.
Gambar 1. Teknik Flap dan Flapless.

2. Drilling pada kecepatan tinggi

Setelah dilakukan pembedahan, precision drill digunakan untuk membuat pilot


hole. Kecepatan drill tidak boleh terlalu cepat sehingga tidak menghasilkan panas
yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan sekitar. Surgical guide dapat
digunakan untuk memaksimalkan akurasi (Gambar 3).

Gambar 2. Pilot holes.5

Gambar 3. Surgical Guide.6

3. Drilling dengan kecepatan rendah

Lubang implan dibuat menjadi lebih besar secara perlahan dengan sequence
drilling, yang dilakukan secara bertahap dengan beberapa ukuran drill yang
membesar. Dokter harus tetap berhati – hati terhadap overheating karena dapat
merusak osteoblast, hal ini dapat dicegah dengan penggunaan air untuk menjaga
temperatur.

Gambar 4. Contoh Sequence drilling.7

4. Penempatan implan

Sekrup implan dimasukkan ke dalam tulang yang telah disiapkan. Sekrup tersebut
dapat ditanam tanpa atau dengan analog nya. Kunci yang sesuai digunakan untuk
memasang implan pada tempatnya dengan torsi yang presisi. Hal ini mencegah
kelebihan beban pada tulang di sekitarnya, yang dapat menyebabkan
osteonekrosis dan kegagalan implan.

Gambar 5. Penggunaan wrench untuk mengencangkan implan.5


5. Adaptasi jaringan ginggiva

Gingiva disesuaikan di sekitar seluruh implan untuk menciptakan jaringan sehat


dan cukup tebal di sekitar abutment. Hal ini mendorong penyembuhan dan
integrasi implan yang tepat.

Gambar 6. Contoh ginggiva yang sehat setelah pemasangan abutment.8

C. Waktu Penempatan Implan Setelah Ekstraksi Gigi

Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam penempatan implan gigi


setelah pencabutan gigi. Pendekatannya adalah immediate post-extraction implant
placement (segera setelah pencabutan), delayed immediate post- extraction
implant placement (dua minggu hingga tiga bulan setelah pencabutan) dan late
implantation (tiga bulan atau lebih setelah pencabutan gigi). cabut gigi). Tren
yang dilakukan saat ini adalah pemasangan secara immediate post-extraction
implant placement, dimana implan dipasangkan segera setelah pencabutan; pada
soket gigi. Di satu sisi, hal ini akan sangat mempersingkat waktu perawatan dan
dapat meningkatkan estetika karena jaringan lunak tetap terjaga, tetapi di sisi lain,
implan mungkin memiliki tingkat kegagalan awal yang sedikit lebih tinggi.
Namun, topik ini masih diperdebatkan secara ilmiah sampai saat ini.9
D. Kesimpulan

Tujuan dari kedokteran gigi modern adalah mengembalikan pasien ke profil,


fungsi, kenyamanan, estetika, bicara, dan kesehatan normal tanpa memperhatikan
atrofi, penyakit, atau cedera pada sistem stomatognatik. Implan dental semakin
banyak digunakan untuk menggantikan gigi tunggal, terutama di bagian posterior.
Tren saat ini untuk memperluas penggunaan implan dental akan terus berlanjut
sebagai salah satu pilihan utama untuk semua kasus kehilangan gigi.
DAFTAR PUSTAKA

1 Alghamdi HS, Jansen JA. The development and future of dental implants. Dent
Mater J 2020; 39: 167–172.

2 Brånemark R, Brånemark PI, Rydevik B, Myers RR. Osseointegration in


skeletal reconstruction and rehabilitation: a review. J Rehabil Res Dev 2001;
38: 175–181.

3 Kamel S. One-stage vs two-stage implant placement: A systematic review and


meta-analysis. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 2018; 56:
e25.

4 Alfaer AS, Alharbi NY, Alsulami AA et al. A comparative review one-stage and
two-stage dental implants. International Journal Of Community Medicine And
Public Health 2023; 10: 3387–3391.

5 Beldar A, Bhongade M, Byakod G, Buregoni C. Early Loading of Single-Piece


Implant for Partially Edentulous Posterior Arch: A Prospective One-Year Case
Report. Case reports in dentistry 2013; 2013: 854062.

6 Guided surgery with drill guides | FOR.org.


https://www.for.org/en/treat/treatment-guidelines/edentulous/treatment-
procedures/surgical/surgical-considerations/guided-surgery-drill-guides
(accessed 1 Apr2024).

7 Kim HM, Cho J-Y, Ryu J. Evaluation of implant stability using different
implant drilling sequences. J Dent Sci 2019; 14: 152–156.

8 Kutkut A, Abu-Hammad O, Frazer R. A Simplified Technique for Implant-


Abutment Level Impression after Soft Tissue Adaptation around Provisional
Restoration. Dentistry Journal 2016; 4: 14.

9 Aiquel LL, Pitta J, Antonoglou GN, Mischak I, Sailer I, Payer M. Does the
timing of implant placement and loading influence biological outcomes of
implant‐supported multiple‐unit fixed dental prosthesis—A systematic review
with meta‐analyses. Clin Oral Implants Res 2021; 32: 5–27.

Anda mungkin juga menyukai