Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020

MATA UJIAN : HUKUM PENANAMAN MODAL

Nama Lengkap : Putu Anjani Widhi Putri


NRP : 120118253
No. Absen : 62
KP :B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
JUNI 2020
1. Apakah akuisisi yang dilakukan oleh Bangkok Bank terhadap Bank Permata sesuai artikel
diatas adalah suatu bentuk Penamanam Modal Asing?
Pada pasal 1 angka 1 UU no 25 tahun 2007 disebtkan bahwa penanaman modal merupakaan
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun asing
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal asing angka
3 menyatakan bahwa penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usahan di wilayan NKRI yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan
modal asing sepenuhnya maupu patungan dengan penanam modal dalam negeri. Seperti yang
telah diketahui dalam mekanisme penanaman modal asing pada Pasal 5 ayat 3 UU No. 25 Tahun
2007, ada beberapa cara dalam masuknya penanaman modal asing ke dalam PT. Adapun
beberapa cara tersebut adalah :

1. Mengambil bagian saham saat pendirian PT


2. Membeli Saham
3. Cara lain sesuai dengan ketentuan UU.

Dapat dikaji dalam kasus di atas dinyatakan PT Astra International Tbk (Astra) dan Standard
Chartered Bank melepas kepemilikan sahamnya di PT Bank Permata Tbk kepada Bangkok Bank
Public Company Limited. Dalam kasus ini dapat dilihat terdapat Bank asing yaitu Bangkok Bank
Public Company Limited yang mendapatkan saham kepemilikan dari sebuah PT dalam kasus ini
adalah PT Bank Permata Tbk. Hal ini termasuk dengan penamaman modal asing dikarenakan
seperti yang disebutkan pada pasal 5 ayat 3 mengenai mekanisme penanaman modal asing pada
mekanisme membeli saham. Mekanisme ini termasuk dalam penanaman modal asing membeli
sahaam dikarenakan Bangkok Bank Public Company Limited mengakuisisi PT Bank Permata
saat PT Bank Permata telah berdiri, bukan saat PT Bank Permata pertama didirikan.

Pada ketentuan membeli saham, Pasal 1 angka 11 UUPT terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan yaitu dapat mengakuisisi atau hanya membeli saham saja. Semnetara, dapat dilihat
yang dilakukan oleh Bangkok Bank Public Company adalah pembelian saham akuisisi karena
dinyatakan dalam berita bahwa Bangkok Bank Public Company mengakuisisi total 89,12 persen
PT Bank Permata Tbk. Karena hal tersebut merupakan pembelian saham akuisisi, maka terjadi
perubahan pengendaliaan perusahaan dan hal ini juga dijelaskan pada berita bahwa
“Bangkok Bank dengan pengalamannya tentu punya strategi yang sudah teruji. Apalagi
masyarakat Indonesia dan Thailand memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda," sehingga
dari pendapat tersebut diketahui Bangko Bank dapat mengendalikan bagaiaman strategi yang
tepat untuk perkembangan Bank Permata selanjutnya .

2. Manfaat apa saja yang didapatkan oleh pihak pengakuisisi (pihak asing), pihak yang
diakuisisi, dan negara tempat terjadinya akuisisi dengan adanya aktivitas akuisisi yang
terjadi di suatu negara?
Terdapat banyak manfaat yang didapatkan ketika sebuah perusahaan mengakuisisi, diakusisi,
bahkan bagi negara tempat terjadinya akuisisi tersebut. Pengaruh derasnya aliran globalisasi
hingga saat ini tentu tidak menyangkal bahwa Indonesia sebagai negara yang berkembang dapat
hidup sendiri. Begitu pula halnya dengan perusahaan-perusahaan baik di Indonesia maupun di
negara lainnya. Aktivitas akuisisi tidak hanya dapat memberikan manfaat dari kedua belah pihak
(pengakusisi dan perusahaan yang diakusisi), namun dapat memberikan manfaat bagi negara
tempat akuisis itu terjadi. Akuisisi merupakan suatu pengambilalihan kepemilikan oleh suatu
perusahaan terhadap perusahaan lain. Akusisi tidak hanya melakukan pengambilalihan
kepemilikan oleh suatu perusaahaan terhadap perusahaan lain namun juga akuisis merupaka
pengambilalihan kontrol manajemen satu perusahaan terhadap perusahaan lain

Salah satu manfaat yang dapat diterima bagi perusahaan yang diakuisisi adalah perusahaan
tersebut dapat berkembang lebih cepat tanpa harus meraba-raba kembali startegi apa yang
dibutuhkan perusaahan untuk proses perkembangan selanjutnya. Dapat dilihat dalam berita yang
telah disajikan (Kasus Bangkok Bank dan Bank Permata) bahwa “Bangkok Bank dengan
pengalamannya tentu punya strategi yang sudah teruji. Apalagi masyarakat Indonesia dan
Thailand memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.” Hal ini menjelaskan pihak yang
diakuisisi dapat tumbuh dan berkembang dengan startegi yang sudah teruji dari pihak
pengakuisisi sehingga akan memperkecil biaya yang timbul untuk pertumbuhan perusahaan,
meningkat efektivitas perusahaan yang diakusisi.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pihak pengakusisi adalah pihak pengakuisisi (pihak
asing) dapat memasuki pasar baru yang dimana akan dapat memperluas cakupan bisnis yang
pihak asing miliki tidak hanya pada negara mereka saja. Tentunya dengan manfaat masuknya
pihak asing dalam pasar baru ini akan meningkatkan keuntungan yang dimiliki karena cakupan
bisnis mereka terdiversifikasi tidak hanya di satu negara saja dna mengakibatkan bertambahnya
pelanggan dari berbagai negara. Selain itu, apabila perusahaan pengakusisi mengakusisi saham
lebih dari 50% maka pengakusisi dapat menentukan bagaimana selanjutnya strategi perusahaan
sesuai dengan keinginan mereka yang dapat digunakan dengan menganalisa pasar.

Adapun manfaat yang dapat diterima dari proses akuisisi bagi negara adalah dapat
membantu negara untuk meningkatkan perekonomian nasional dan membantu dalam
pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara berkembang, yang tentunya di era
globalisasi saat ini, menuntut Indonesia harus terus berkembang sehingga tidak tertinggal dengan
negara lainnya. Sehingga, dengan adanya akusisi yang terjadi di Indonesia oleh pihak asing maka
menunjukkan bahwa Indonesia telah membuka diri untuk ikut serta dalam era global. Selain itu,
akuisis yang terjadi dapat juga mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

3. Bagaimana mekanisme penyelesaian yang harus ditempuh oleh pihak pengakuisisi dan
pihak yang diakuisisi ketika terjadi sengketa? Jelaskan dengan disertai dasar hukumnya!
Mekanisme yang harus dilaksanakan apabila terjadinya sengketa adalah berdasarkan pasal 32
pada UU no 25 tahun 2007 adalah :

(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan
penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui
musyawarah dan mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,
penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa atau pengecualian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. .
(3) Dalam ha1 terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
pcnanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesakan sengketa tersebut
melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa
melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di
pengadilan.
(4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut rnelalui
arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak

Jadi dapat dikatakan secara garis besar berdasarkan pasal 32 UU No. 25 Tahun 2007
penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal dilakukan dengan melalui cara sebagai
berikut:

1. Musyawarah mufakat;
2. Arbitrase
3. Pengadilan;
4. ADR (Negosiasi,Mediasi dan Konsiliasi)
5. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam
negeri,sengketa diselesaikan melalui arbitrase ataupun pengadilan, dan
6. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing diselesaikan
melalui Arbitrase Internasional yang disepakati.

Jika memilih penyelesaian di luar pengadilan maka Arbitrase merupakan alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan umum yang mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Waktu untuk penyelesaian relatif lebih singkat sehingga pihak yang bersengketa
dapat terhindar dari proses yang memakan waktu juga dana yang disebabkan hal
prosedural dan administratif;
2. Pihak yang bersengketa bebas memilih arbiter yang menurut mereka memiliki ilmu
yang mumpuni serta pengalaman juga latar belakang yang relevan dengan kasus
yang disengketakan;
3. Para pihak bebas memilih hukum apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah;
4. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat.

Terdapat pula International Center for Settlement of International Dispute atau dikenal juga
dengan ICSID didirikan atas dasar Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara
dan Warga Negara Asing mengenai Penanaman Modal. Konvensi ini mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan antara suatu negara dengan perorangan atau perusahaan asing yang
menanam modalnya di negara tersebut dengan jalan damai melalui konsiliasi atau arbitrase. UU
no. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal sendiri merupakan ratifikasi dari Konvensi
Internasional Centre for the Settlement of Investment Desputes between States and Nationals of
other States ICSID.

Sehingga jika nantinya jika terjadi suatu sengketa maka upaya hukum administrasi harus dilewati
terlebih dahulu yang mana diawali dengan pengajuan keberatan ke Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BPKM) terlebih dahulu sebelum di ajukan upaya arbitrase ke ICSID.
Namum apabila upaya administratif gagal, maka pada saat itu dapat mengajukan gugatan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dimana prosedurnya sama dengan prosedur seperti perkara
perdata biasa. Jika belum juga mencapai suatu penyelesaian melalui pengadilan, maka para pihak
yang bersengketa dapat mengajukan gugatan lembaga arbirase ICSID.

Suatu negara dapat pula digugat Arbitrase di ICSID dengan syarat utamanya adalah harus
terdapat sengeketa yang muncul secara langsung oleh penanaman modal asing. Berdasarkan
Pasal 25 ayat (1) Konvensi ICSID dikatakan bahwa “Lembaga ICSID baru mempunyai
yurisdiksi apabila para pihak telah menyetujuinya." Sehingga sebelum gugatan itu dilakukan
para pihak haruslah menyepakati bahwa penyelesaian sengketa akan menggunakan jalur
Arbitrase. Karena Hukum yang digunakan dalam arbitrase ICSID merupakan hukum pilihan para
pihak (choice of law).
REFERENSI
Buku :

Dr. Aminuddin Ilmar, S. M. (2006). Hukum Penanaman Modal Di Indonesia . Jakarta:


KENCANA.

Widjaja, G. (2002). Marger Dalam Prespektif Monopoli. Jakarta: Raja Grafindo Perseda .

Jurnal :

Juli Asril, I. R. (2015). Akuisisi Saham Hubungannya Dengan Investasi Asing Dikaitkan Dengan
Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jurnal Hukum.

Sari, I. M. (2012). Analisis MotivasI Akuisisi Asing dan Domestik Serta Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Dan Struktur Kepemilikan Perusahaan Target. Jurnal Ekonomi.

Peraturan Perundang - undangan :

Undang - undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Undang - undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Anda mungkin juga menyukai