Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“PENGEMBANGAN KURIKULUM”
“Inovasi Dalam Perancangan Dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan Standar Kurikulum Yang Berlaku Dijenjang Sekolah Dasar
(Standard Isi Kurikulum, Pembelajaran Abad 21)”

Dosen Pengampuh :
1. Dr. Zoya F Lumampow, M.Pd

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
1. Shelomita Masihor (22105006)
2. Giranda Fiolin Kalundas (22105052)
3. Anastasya Linoghi (22105040)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat


Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya
yang
dianugerahkan. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penelitian
Dalam Lingkup
Bidang Konseling”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih
terhadap pihak bantuan dari
pihak
yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Penulis juga
berharap agar makalah ini bisa
dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penulis merasa bahwa
masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah
ini,
karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman
dari penulis sehingga
penulis
mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat
membngun demi terciptanya
masalah
selanjutnya yang lebih banyak
lagi.
Cilacap , 6 Oktober 2022
Penyusun
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya
yang
dianugerahkan. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penelitian
Dalam Lingkup
Bidang Konseling”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih
terhadap pihak bantuan dari
pihak
yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Penulis juga
berharap agar makalah ini bisa
dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penulis merasa bahwa
masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah
ini,
karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman
dari penulis sehingga
penulis
mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat
membngun demi terciptanya
masalah
selanjutnya yang lebih banyak
lagi.
Cilacap , 6 Oktober 2022
Penyusun
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya
yang
dianugerahkan. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penelitian
Dalam Lingkup
Bidang Konseling”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih
terhadap pihak bantuan dari
pihak
yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Penulis juga
berharap agar makalah ini bisa
dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penulis merasa bahwa
masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah
ini,
karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman
dari penulis sehingga
penulis
mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat
membngun demi terciptanya
masalah
selanjutnya yang lebih banyak
lagi.
Cilacap , 6 Oktober 2022
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya
yang
dianugerahkan. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penelitian
Dalam Lingkup
Bidang Konseling”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih
terhadap pihak bantuan dari
pihak
yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya
yang
dianugerahkan. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penelitian
Dalam Lingkup
Bidang Konseling”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih
terhadap pihak bantuan dari
pihak
yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Penulis juga
berharap agar makalah ini bisa
dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang
dianugerahkan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengembangan
Kurikulum” yang berjudul “Inovasi dalam perancangan dan pengembangan perangkat
pembelajaran berdasarkan standar kurikulum yang berlaku jenjang Sekolah Dasar (Standard
isi kurikulum, Pembelajaran abad 21)”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih terhadap pihak bantuan dari anggota kelompok 8
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Kami
sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami
juga berharap agar makalah ini bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penulis sehingga penulis mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya masalah selanjutnya yang lebih banyak
lagi.

Tomohon, 14 November 2023

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penyusunan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penyusunan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kurikulum
Hakikat adalah intisari atau dasar; kenyataan yang sebenarnya (KBBI: 383). Secara
etimologi kurikulum memiliki asal usul katadari “Kurikulum < curese < currerre (jumlah
yang ditempuh)”Dalam bahasa latin berarti: Berlari cepat, Tergesa-gesa, Menjalani.
Pengertian kurikulum dalam arti luas adalah kegiatan belajar-mengajar yang
mencakup di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan Pengertian kurikulum dalam arti
sempit yaitu kegiatan belajar-mengajar yang hanya ada di dalam kelas saja.

a) Pengertian secara tradisional


William B. Ragan (Modern Elementary Curriculum) menyatakan bahwa:
“The curriculum has meant the subject taught in school, or course of study”dapat
diartikan bahwa “Kurikulum adalah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh
siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah.”
b) Pengertian secara modern
Saylor J. Gallen & William N. Alexander menyatakan bahwa, “Keseluruhan
usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar, baik berlangsung di kelas, di halaman,
maupun di luar sekolah”.
Soedijarto menyatakan bahwa, “Segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisiasi untuk diatasi oleh para siswa/mahasiswa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Sarimuda Nasution menyatakan bahwa, “Usaha-usaha perbaikan dalam
bidang pendidikan dan administrasi pendidikan” (gabungan definisi saylor Alexander
& William B. Ragan).
Assocoation for Supervision Curriculum Development A Department of the
national Education Association yang artinya, “semua kesempatan belajar yang
diberikan oleh sekolah sebagai bantuan demi pengembangan pelajar yang seimbang”.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai
pengertian kurikulum, maka secara teoretis kita agak sulit menentukan satu
pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
a) Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan;
b) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenamya merupakan perwujudan
dari kurikulum sebagai suatu ide;
c) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoretis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis; dan
d) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia
pendidikan dan persekolahan di negara kita, yaitu kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
rumusan pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam Undang undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada
pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
a) Peningkatan iman dan takwa;
b) Peningkatan akhlak mulia;
c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) Tuntutan dunia kerja;
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) Agama;
i) Dinamika perkembangan global;
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Dapat disimpulkan bahwa Hakikat kurikulum ialah kegiatan yang mencakup


berbagai rencana kegiatan peserta didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran
strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan
hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang
diinginkan.

B. Substansi Kurikulum
1. Substansi Kurikulum
Menurut KBBI Substansi berarti Inti, pokok, atau hal yang membentuk sesuatu.
Istilah-istilah lain dari substansi Kurikulum adalah Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), silabus, kurikulum maksimal, kurikulum tercetak, printed
curriculum, kurikulum yang diharapkan intended curriculu. Substansi kurikulum
sendiri berisikan:
a) Tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari proses
pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran berarti juga sesuatu yang
diharapkan muncul pada siswa setelah proses pembelajaran, misalnya
mengidentifikasi, menjelaskan, menunjukan, dan kata operasional lainnya.
b) Isi
Isi mencakup semua yang terlibat di dalam pembelajaran, seperti guru, murid,
materi pelajaran dan bahkan pengalaman belajar dari murid itu sendiri.
c) Strategi
Strategi sendiri merupakan siasat yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d) Evaluasi.
Evalusi merupakan penilaian untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut sudah
berjalan dengan baik ataukah belum. Evaluasi juga digunakan untuk menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan (tyler, 1949 dalam Padmono, 2010:2).

2. Subtansi perubahan Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka adalah sebuah inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada pendidik dalam menciptakan pembelajaran
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.
Berikut adalah beberapa subtansi perubahan yang terkandung dalam Kurikulum
Merdeka:
1) Fokus pada Materi Esensial: Kurikulum Merdeka mengarah pada materi yang
esensial, relevan, dan mendalam. Hal ini memungkinkan waktu yang cukup bagi
peserta didik untuk membangun kreativitas dan inovasi serta mencapai kompetensi
dasar seperti literasi dan numerasi.
2) Pembelajaran yang Fleksibel: Guru memiliki keleluasaan untuk menyesuaikan
pembelajaran dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta
didik. Konteks dan muatan lokal juga dapat diperhitungkan.
3) Pengembangan Soft Skills dan Karakter: Kurikulum Merdeka menekankan
pengembangan soft skills dan karakter melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Peserta didik akan mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan
keterampilan, dan menguatkan enam dimensi profil pelajar Pancasila.
4) Mengurangi Beban Materi dan Tugas Menghafal: Dalam Kurikulum Merdeka,
jumlah materi yang diberikan dan tugas yang mengharuskan siswa untuk
menghafal dikurangi. Fokus lebih pada pengembangan karakter, kompetensi, serta
minat dan bakat peserta didik sejak dini.

Tujuan kurikulum Merdeka Belajar meliputi tiga aspek utama:


1) Pengetahuan: Kemampuan untuk memahami dan menerapkan konsep, prinsip, dan
prosedur. Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai cara, seperti membaca,
mendengarkan, melihat, dan melakukan.
2) Keterampilan: Kemampuan untuk melakukan sesuatu secara efektif dan efisien.
Keterampilan dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman.
3) Sikap: Pembentukan karakter dan nilai-nilai positif yang mencakup etika,
tanggung jawab, kerjasama, dan semangat belajar

C. Prinsip dan Pengembangan Kurikulum


Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan berbagai hal yang harus dijadikan
patokan dalam menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum,
terlebih dalam fase perencanaan kurikulum.
Sejumlah prinsip yang dianggap penting dan menjadi pedoman pada saat ini pada
umumnya:
1) Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapa
masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam
kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat, relevansi tersebut ialah:
a) Relevansi Internal
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian
antara komponen-komponennya, yaitu keserasian yang harus dicapai, isi, materi
atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang
digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi ini
menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
b) Relevansi Eksternal
Relevansi Eksternal, berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi dan proses
belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal yaitu :
1. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa proses
pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di
perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota
2. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang
akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi
yang sedang berkembang. Misalkan untuk kehidupan yang akan datang,
penggunaan computer dan internet menjadi salah satu kebutuhan, maka
dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan computer dan bagaimana
cara mendapatkan informasi dari internet sudah harus diperkenalkan kepada
siswa.
3. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan
di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah kejuruan
contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana
agar siswa mampu menggunakan komputer.

2) Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh
kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang
rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Maka
kurikulum harus bersifat lentur dan fleksibel.Artinya, kurikulum itu harus bisa
dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak
fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :
a. Fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru
untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang
diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi
telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang
sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran
tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

4. Prinsip Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat
dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi
efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum yaitu :
a. Efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Contoh, apabila guru
menetapkan dalam satu senmester harus menyelesaikan 12 program
pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka
waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
b. Efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Maksudnya
sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan
jangka waktu tertentu. Contoh, apabila ditetapkan dalam satu semester siswa
harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian
saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelejaran
siswa tidak efektif.

5. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki
tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu
yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia mengikuti prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang berbeda, namun sasaran yang hendak dicapai adalah
sama , yaitu dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada
umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya dengan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Pengembangan kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia antara lain:
a) Kurikulum 1975; mengacu pada prinsip pengembangan:
1) Fleksibelitas
2) Efesiensi dan efektivitas,
3) Berorientasi pada tujuan,
4) Kontinuitas,
5) Pendidikan seumur hidup,
b) Kurikulum 1984; mengacu pada prinsip :
1) Relevansi,
2) Pendekatan pengembangan,
3) Pendidikan seumur hidup,
4) Keluwesan.
c) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); mengacu pada:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
2) Beragam dan terpadu,
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
5) Menyeluruh dan berkesinambungan,
6) Belajar sepanjang hayat,
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah,
d) Kurikulum 2013, mengacu pada :
1) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran,
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
2) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun
maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran.
e) Kurikulum Merdeka, mengacu pada :
1) Pengembangan soft skills dan karakter melalui project penguatan profil
pelajar Pancasila
2) Fokus pada Materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga ada waktu
cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam
mencapai kompetisi dasar seperti literasi dan numerasi
3) Pembelajaran yang Fleksibel, keleluasaan bagi guru untuk melakukan
pembeklajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-
masing peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
4) Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik.
 Mengekplorasi ilmu pengetahuan
 Mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting, sepert
gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya,
wirausaha, teknologi dan kehidupan berdemokrasi.
 Melakukan aksi nyata sebagau respon terhadap isu-isu tersebut sesuai
dengan perkembangan dan tahapan belajar

C. Pembelajaran Abad 21 berdampak bagi Kurikulum


1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari submodul ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep
pembelajaran abad 21, peran dan karakter guru dalam pembelajaran Abad 2, dan
mendeskripsikan model pembelajaran dalam pembelajaran Abad 21.
2. Aktivitas Pembelajaran
Sebagai ciri khas era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru
yang mempunyai karakter. Bangsa yang masyarakatnya tidak siap hampir bias
dipastikan akan jatuh oleh dahsyatnya perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era
globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki
kemampuan yang dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman. Pembelajaran abad
21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan
menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred
menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta
didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut
antara lain kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi.
a) Konsep pembelajaran abad 21 menggunakan 4C yakni :
1) Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan
Masalah)
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir
kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi.
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis
bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain . Berpikir kritis secara
esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara
mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan informasi
yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang lain
Dalam konsep ini peserta didik belajar memecahkan masalah yang ada dan
mampu menjelaskan, menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu
maupun masyarakat. Peran peserta didik dalam penerapan pembelajaran abad
21 adalah; belajar secara kolaboratif, belajar berbasis masalah, memiliki
kemampuan high order thinking, serta belajar mengajukan pertanyaan.
2) Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi)
Creativity tidak selalu identik dengan anak yang pintar menggambar atau
merangkai kata dalam tulisan. Namun, kreativitas juga dapat dimaknai
sebagai kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi aturan yang
cenderung mengikat. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu
berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif.
Hasilnya, mereka akan berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan
masalah. Pada konsep ini peserta didik akan diajak untuk bisa membiasakan
diri dalam melakukan dan menjelaskan setiap ide yang dipikirkannya. Ide ini
akan dipresentasikan kepada teman kelas secara terbuka sehingga nantinya
akan menimbulkan reaksi dari teman kelas. Aktivitas ini bisa menjadikan
sudut pandang peserta didik menjadi luas dan terbuka dengan setiap
pandangan yang ada.
3) Collaboration (Kerjasama)
Collaboration adalah aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa
orang dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.
Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak
mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya
mendatang. Saat berkolaborasi bersama orang lain, anak akan terlatih untuk
mengembangkan solusi terbaik yang bisa diterima oleh semua orang dalam
kelompoknya. Konsep kerjasama akan mengajak peserta didik untuk belajar
membuat kelompok, menyesuaikan dan kepemimpinan. Tujuan kerjasama ini
agar peserta didik mampu bekerja lebih efektif dengan orang lain,
meningkatkan empati dan bersedia menerima pendapat yang berbeda.
Manfaat lain dari kerjasama ini untuk melatihpeserta didik agar bisa
bertanggung jawab, mudah beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat, dan
bisa menentukan target yang tinggi untuk kelompok dan individu.
4) Communication (Komunikasi)
Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan
ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Keterampilan ini terdiri
dari sejumlah sub-skill, seperti kemampuan berbahasa yang tepat sasaran,
kemampuan memahami konteks, serta kemampuan membaca pendengar
(audience) untuk memastikan pesannya tersampaikan. Dalam hal ini peserta
didik diminta untuk bisa menguasai, mengatur, dan membangun komunikasi
yang baik dan benar bail secara tulisan, lisan, maupun multimedia. Peserta
didik diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan
kemampuan komunikasi untuk berhubungan seperti menyampaikan gagasan,
berdiskusi hingga memecahkan masalah yang ada.
b. Karakteritik Guru Abad 21
1) Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus
pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar
lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan
pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date
agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka.
2) Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan
inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk
menyusun kegiatan di dalam kelas.
3) Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21
adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan
penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi
bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib.
4) Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan
penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang
reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk
membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak
pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa pendekatannya
tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi
pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa, bukan malah terus
menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran.
5) Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru
dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual
respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan.
Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui
komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak.
6) Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam
pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif
dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk
diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara
guru dan siswa.
7) Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini,
guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan
siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam
melakukan penilaian guru menerapkan formative assessment dengan menilai
siswa secara berkala berdasarkan performanya (tak hanya tes tulis). Tak
hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi
lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran.
c. Model Pembelajaran Abad 21
Peran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat krusial untuk bisa menjalankan
pendekatan STEM pada pembelajaran. Maka dari itu, guru abad 21 harus bisa
lebih kreatif dan juga inovatif dalam mengembangkan suatu metode belajar.
Metode-metode berikut ini kemudian banyak digunakan oleh guru pada praktik
pembelajaran:
1) Student Centered
Pembelajaran dipusatkan pada siswa. Pembelajaran akan mengikuti karakter
siswa. Baik itu minat maupun kemampuan belajar siswa. Guru cenderung
berperan sebagai fasilitator.
2) Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa
untuk bisa menemukan pengetahuan secara mandiri. Siswa akan diarahkan
untuk bisa belajar secara aktif dan mandiri (self learning). Memanfaatkan
source yang ada untuk menggali, menyelidiki, hingga akhirnya menemukan
suatu konsep pengetahuan. Metode ini juga berguna untuk merangsang critical
thinking dan problem solving. Peserta didik juga akan terdorong untuk bisa
menjalankan life-long learning.
3) Flipped Classroom
Ide dasar dari metode ini adalah membalik pendekatan pada suatu kegiatan
pembelajaran. Siswa akan diberikan suatu akses terhadap materi
pembelajaran. Materi tersebut bisa diakses di rumah yang kemudian bisa
dipelajari para siswa sebelum pertemuan di kelas. Kemudian, ruang kelas
berperan sebagai wahana diskusi untuk mengatasi masalah, mengembangkan
suatu konsep, dan juga wadah untuk kolaborasi.
4) Project Based Learning
Metode ini “menceburkan” siswa pada suatu proyek. Melalui proyek tersebut,
siswa bisa leluasa melakukan eksplorasi hingga akhirnya bisa menemukan
suatu hasil pembelajaran. Metode ini bisa mendorong siswa untuk lebih
kreatif.
5) Collaborative Learning
Salah satu ciri industri 4.0 yaitu menekankan budaya kerja yang kolaboratif.
Metode ini akan mempersiapkan siswa supaya terbiasa menjalankan budaya
kerja kolaboratif. Metode ini juga bisa merangsang kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial.
6) Blended Learning
Blended learning mengkolaborasikan metode pembelajaran online dan tatap
muka. Metode ini bisa mengatasi keterbatasan jarak dalam pembelajaran.
Dengan mengolaborasikan 2 metode pembelajaran, pencapaian pembelajaran
bisa dioptimalkan.

E. Merancang Pembelajaran yang Kreatif dan Inovatif


Setiap guru merancang pembelajaran dengan tujuan untuk dapat menyampaikan
materi/tujuan pembelajaran dengan baik, guru berusahan menuangan strategi dan
pendekatan pembelajaran guna menarik minat dan motivasi untuk mau belajar dikelas.
Namun apakah stragi pembelajaran sudah cukup efektif untuk meyainkan peserta didik
belajar agar tidak cenderum monoton dan membosankan.

1. Perancangan pembelajaran inovatif


Rancangan pembelajaran inovatif dalam hal ini dimaknai sebagai aktivitas persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan unsur-unsur pembelajaran terbaru di
abad 21 dan terintegrasi dalam komponen maupun tahapan pembelajaran yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Guru perlu memperhatikan berbabagi unsur dalam merancang pembelajaran, oleh
karenanya ada beberapa aspek untuk membuat pembelajaran yang inovatif
diantaranya :
1) Unsur-unsur pembelajaran yang dimaksud, antara lain;
TPACK (technological, pedagogical, content knowledge) sebagai kerangka
dasar integrasi teknologi dalam proses pembelajaran, pembelajaran berbasis
Neuroscience, pendekatan pembelajaran
2) STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics),
3) HOTS (Higher Order Thinking Skills),
4) Tuntutan Kompetensi Abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration,
Critical Thinking,Creativity),
5) kemampuan literasi, dan unsur-unsur lain
Kelima unsur yang terintegrasi dalam komponen maupun tahapan rencana
pembelajarannya
2. Merancang Pembelajaran STEAM
Merancang Pembelajaran dengan STEAM menerapkan segala kegiatan persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan unsur-unsur pendekatan STEAM baik
secara tertanam (embedded) maupun terpadu (integrated) dalam komponen maupun
tahapan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpul

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai