Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BARONGKO

DOSEN :
Abd. Hamid, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:
Nama : Nur Azmah A (45222049)

Kelas : 1B D4 Administrasi Bisnis

Mata Kuliah : Komunikasi Bisnis Dasar

PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI BISNIS


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Barongko" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abd. Hamid,
S.E., M.Si. selaku dosen mata kuliah Komumunikasi Bisnis Dasar, tugas yang telah di
berikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaimana rasa
keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena in
diharapkan kritik dan saran untuk makalah ini dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Makassar, 11 Mei 2023

Nur Azmah A

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................I

DAFTAR ISI.......................................................................................................................II

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II :PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Sejarah Barongko...............................................................................................2

B. Bahan..................................................................................................................3

C. Pembuatan...........................................................................................................4

D. Waktu Penyajian.................................................................................................4

E. Makna Simbolis..................................................................................................4

F. Penetapan sebagai Warisan Budaya....................................................................5

BAB III : PENUTUP...........................................................................................................6

A. Kesimpulan.........................................................................................................6

B. Saran...................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................7

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi masyarakat Bugis-Makassar, kue Barongko memiliki makna filosofis


yang tinggi. Karena itu, barongko selalu dijadikan salah satu hidangan utama di setiap
acara untuk menjamu tamu-tamu kehormatan.

Kue barongko yang terbuat dari pisang, kemudian dibungkus juga


menggunakan daun pisang adalah perlambang dari nilai budaya dan prinsip hidup
yang agung.

Melansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kata


Barongko adalah singkatan dari “barangku mua udoko”. Artinya, barangku sendiri
yang kubungkus. Ini melambangkan nilai “siri” (harga diri) yang tinggi bagi
masyarakat Bugis-Makassar. Jadi membungkus dan menjaga harga diri merupakan
aplikasi dari budaya “siri” untuk menjaga harkat dan martabat.

Selain itu, bahan pisang yang dibungkus dengan daun pisang juga
melambangkan makna kejujuran, yakni apa yang tampak dari luar sama dengan yang
ada di dalam. Ini melambangkan antara hati, pikiran dan tindakan haruslah selaras.

Sementara dalam hubungan perkawinan atau rumah tangga, hal ini juga
menjadi landasan awal untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Kedua
mempelai akan harmonis, jika keduanya memiliki hati dan perilaku yang sama
baiknya.

B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud barongko?
 Bagaimana cara pembuatan barongko?
 Apa saja yang dibutuhkan saat membuat barongko?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Barongko

Barongko merupakan makanan khas di Sulawesi Selatan khususnya bagi suku


Bugis dan suku Makassar. Barongko artinya singkatan dari barangku mua udoko
(bahasa Bugis), yang artinya barangku sendiri yang kubungkus. Maksudnya, adonan
yang bahan bakunya adalah pisang, juga dibungkus dengan daun pisang . Bahan
adonan untuk membuat barongko terdiri dari pisang kepok yang dihaluskan, telur,
santan, gula pasir, dan garam. Sedangkan bahan pembungkus adonan barongko adalah
daun pandan dan daun pisang. Barongko dibuat melalui pengukusan.

Pada masa kerajaan-kerajaan suku Bugis dan suku Makassar, barongko hanya
disajikan untuk para raja. Penyajiannya kemudian meluas ke masyarakat suku Bugis
dan suku Makassar. Barongko disajikan sebagai camilan dalam upacara perkawinan
adat dan upacara adat lainnya.

Barongko memiliki makna filosofis berkaitan dengan hubungan antara adonan


dan pembungkusnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan barongko sebagai salah
satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

2
B. Bahan
1. Adonan

Bahan utama pembuatan barongko adalah pisang kepok yang telah dihaluskan.
Pisang kepok kemudian dicampur dengan gula, santan dan telur.[1] Di masyarakat
Kabupaten Bone, adonan barongko ditambahkan dengan irisan dari buah nangka yang
sudah matang. Bahan tambahan ini disebut dengan nama panasa.

Adonan untuk porsi sebanayak 20 bungkus barongko memerlukan 18 buah


pisang kepok yang sudah matang. Kemudian ditambah dengan 500 ml santan. Santan
dapat diperoleh dari sebutir kelapa. Adonan barongko untuk porsi ini juga
memerlukan empat butir telur ayam, 190 ml susu kental manis, setengah sendok teh
garam, dan 125 gram gula pasir.

2. Pembungkus

Bahan lain yang disediakan adalah daun pandan sebanyak lima lembar yang
dipotong seukuran 5 cm. Adonan barongko dibungkus menggunakan daun pisang.
Setelah terbungkus, adonan lalu dikukus.

3
C. Pembuatan
Pembuatan barongko untuk 20 bungkus memerlukan 6 buah pisang kepok.
Pisang dipotong-potong seukuran dadu kecil. Setelah itu, pisang disisihkan.
Sementara sisanya dipotong-potong dan dicampur dengan santan, telur, susu kental
manis, garam dan gula pasir. Adonan ini kemudian dilumat hingga halus. Setelah
halus, adonan dicampurkan dengan pisang kepok yang sudah dipotong-potong lalu
diaduk rata.

Dua lembar daun pisang digunakan untuk membungkus adonan barongko


sebanyak 50 ml. Kemudian bagian luarnya ditambahkan daun pandan dan dibungkus
dengan bentuk tum. Setelah itu, adonan yang terbungkus dikukus sekitar 30 menit
sampai matang dan terasa padat. Setelah dikukus, barongko diangkat dan didinginkan.

D. Waktu Penyajian
Penyajian barongko berfungsi sebagai camilan. Barongko pada awalnya
merupakan sajian khusus bagi para raja pada masa kerajaan-kerajaan dari suku Bugis
dan suku Makassar. Penyajiannya juga dilakukan pada pesta-pesta adat.

Sebelum atau saat pesta perkawinan adat dimulai, barongko biasanya disajikan
dalam bosara. Penyajiannya bersama dengan kue tradisional lainnya. Masyarakat
suku Bugis dan suku Makassar menjadikan barongko sebagai kue utama dalam
upacara perkawinan adat. Barongko disajikan sebagai salah satu kue utama dalam
tradisi mappanre temme di masyarakat suku Bugis.

E. Makna Simbolis
Penggunaan daun pisang untuk membungkus adonan pisang memiliki makna
filosofis. Ini bermakna bahwa yang terlihat di luar haruslah sama dengan yang terlihat
di dalam. Istilah ini dalam pepatah Bugis disebut barakkumua udoko. Makna lainnya
yaitu bahwa kebaikan akan tampak melalui perilaku yang baik pula.

Penambahan irisan nangka (panasa) di dalam adonan barongko merupakan


simbol pengharapan akan kelanggengan rumah tangga dari mempelai. Pemaknaan ini
didasarkan kepada pepatah suku Bugis yaitu iyyana kuala sappo unganna panasae na
belo kalukue. Pepatah ini berarti kuambil kejujuran dan kesucian sebagai pagar diri
dalam rumah tangga.
4

F. Penetapan sebagai Warisan Budaya


Barongko merupakan salah satu camilan asli Indonesia. Pemerintah Indonesia
telah menetapkan barongko sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Penetapannya melalui Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 60128/MPK.E/KB/2017.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disebutkan bahwa barongko dulunya adalah makanan yang istimewa. Kue ini
hanya disajikan bagi kaum bangsawan dari kerajaan-kerajaan Bugis. Kudapan ini
disajikan pada waktu-waktu tertentu seperti pesta pernikahan, keagamaan atau
upacara adat. Oleh raja-raja bugis, kue barongko biasanya dijadikan sebagai
hidangan penutup. Namun seiring perkembangan waktu, kue barongko menjadi
kian populer di kalangan masyarakat Bugis. Masyarakat pun bisa membuat dan
menikmati hidangan ini kapan pun mereka mau.
Meski begitu, pembuatan barongko tetap diutamakan dan tidak bisa
sembarangan. Orang-orang yang membuat barongko haruslah mereka yang sudah
berpengalaman demi menjaga cita rasa barongko yang khas.

B. Saran
Barongko merupakan salah satu makanan tradisional yang dapat anda sajikan
atau menjadi salah satu ppilihan jamuan untuk taamu anda.
6
Daftar Pustaka

Asis, A., Raodah dan Suryaningsih, T. (2019). Kila, S., Amir, M., dan Iriani,
ed. Kuliner Tradisional pada Upacara Adat di Sulawesi Selatan (PDF). Makassar:
UPT UNHAS Press. ISBN 978-979-530-226-1.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Barongko#:~:text=Barongko%20pada
%20awalnya%20merupakan%20sajian,bersama%20dengan%20kue
%20tradisional%20lainnya.
7

Anda mungkin juga menyukai