Anda di halaman 1dari 15

FPKB FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI


PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)
TAHUN ANGGARAN 2023
BESERTA NOTA KEUANGANNYA

Disampaikan Oleh Juru Bicara FPKB DPR RI:


ELA SITI NURYAMAH, S.Sos.
Anggota Nomor: A-8
Daerah Pemilihan: Lampung II

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Salam Sejahtera untuk kita semua,

Yang Terhormat, Saudara Pimpinan Sidang


Yang Terhormat, Saudara Anggota Dewan
Yang Terhormat, Saudari Menteri Keuangan RI
Yang Terhormat, Saudara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Serta Hadirin sekalian yang berbahagia

Pada kesempatan ini, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
nikmat dan karunia-Nya, kita dapat hadir, baik secara fisik maupun virtual, dalam
Rapat Paripurna DPR RI hari ini untuk mendengarkan penyampaian
Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas Rancangan Undang-Undang Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023 beserta Nota
Keuangannya.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membimbing dan mengajarkan kepada kita bagaimana mengelola dan
mengatur masyarakat, bangsa dan negara, sehingga kita dapat meneladani beliau
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang baldatun toyyibatun wa rabbun
ghafur.

Saudara Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Keuangan, Menteri


PPN/Kepala Bappenas, Serta Hadirin Yang Terhormat,

Mengawali pandangan fraksi ini, FPKB berpendapat bahwa penyusunan dan


perumusan kebijakan fiskal Tahun Anggaran 2023 yang merupakan tahun
konsolidasi fiskal sebagaimana amanat UU Nomor 2 Tahun 2020 harus disusun
untuk dapat merespon terjadinya risiko ekonomi baik dari domestik maupun dari
Kemenko Ekon global. Selain imbas ketegangan geopolitik yang kemungkinan masih terus terjadi
BKF di tahun 2023 nanti, maka munculnya lonjakan dan tekanan inflasi tinggi berupa
naiknya harga komoditas dan pangan, kenaikan suku bunga akibat peningkatan
risiko volatilitas pasar keuangan, serta meningkatnya potensi stagflasi yang
ditandai melemahnya momentum pemulihan perekonomian global perlu dimitigasi
dengan penyediaan fiscal buffer yang memadai dan meningkatkan fleksibilitas
pengelolaan APBN dengan penerapan automatic stabilizer yang bisa
diimplementasikan secara cepat dan akuntabel.

Selanjutnya berdasarkan pilihan tema kebijakan fiskal tahun 2023 yaitu


"Peningkatan Produktivitas Untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan", maka FPKB bertanggungjawab untuk mengawal dan memastikan
arah kebijakan fiskal yang direncanakan dan disusun oleh pemerintah ini bisa
sejalan dengan misi PKB didalam menegakkan keadilan untuk kemaslahatan
seluruh rakyat (tahqiqul 'adli li ishlahi ar-ra'iyyah). Oleh karena itu, untuk
BKF menjaga kesinambungan fiskal maka APBN tetap harus didorong dapat berperan
sebagai shock absorber dalam rangka menjaga agar momentum pemulihan
ekonomi semakin menguat dan melindungi daya beli masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan, menggerakan sektor riil serta meningkatkan daya saing untuk
mendukung pelaksanaan reformasi struktural secara lebih optimal di tahun 2023.

Saudara Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Keuangan, Menteri


PPN/Kepala Bappenas, Serta Hadirin Yang Terhormat,

Berkaitan telah disampaikannya RUU APBN Tahun Anggaran 2023 beserta Nota
Keuangannya oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Agustus 2022 yang lalu,
dimana dalam dokumen tersebut juga menyertakan rencana target Asumsi Dasar
Ekonomi Makro dan Indikator-Indikator Kesejahteraan sebagai tolak ukur
pembangunan ekonomi di tahun 2023. Menanggapi hal tersebut, FPKB telah
mencatat beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian pemerintah antara
lain sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi diproyeksikan sebesar 5,3 persen atau tidak


terlalu jauh dari estimasi yang diberikan oleh beberapa lembaga internasional
yang memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh di angka 5,2 persen. FPKB
berpendapat target pertumbuhan ekonomi ini masih underestimate, apalagi
BKF
Kemenko Ekon jika dilihat dari range awal target pertumbuhan tahun 2023 sebelumnya pada
Bappenas kisaran 5,3-5,9 persen. FPKB sendiri mengusulkan agar target pertumbuhan
bisa dipatok di angka 5,5 persen, dengan cara lebih mengoptimalkan berbagai
kebijakan dan program pemerintah yang mampu menaikkan sumber-sumber
utama penopang pertumbuhan ekonomi nasional, diantaranya adalah:
1. pertama, optimalisasi program perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin dan rentan miskin guna menjaga dan menaikkan tingkat konsumsi
masyarakat. Terlebih wacana kenaikkan BBM bersubsidi yang akan
dilakukan oleh Pemerintah dalam waktu dekat tentu akan sangat
berpengaruh bagi daya beli masyarakat khususnya kelas menengah
kebawah pada tahun ini dan tahun depan.
n. kedua, belanja pemerintah harus diarahkan kepada belanja memiliki
multiplier effect terhadap transformasi ekonomi seperti pada belanja
modal dan barang, disampin itu juga memperbanyak ptogram-progam
padat karya baik pemerintah pusat dan daerah yang akan berdampak pada
sirkulasi ekonomi.
m. ketiga, mendorong kepada pemerintah untuk terus melakukan reformasi
struktural yang mengarah pada kemudahan berusaha dan investasi serta
mengurangi ketimpangan pendapatan antar wilayah. FPKB mendukung
kelanjutan pembangunan infrastruktur prioritas, khususnya pembangunan
infrastruktur pendukung transformasi ekonomi yaitu di bidang energi,
pangan, konektivitas, dan transportasi yang memberikan dampak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tutupnya beberapa bandara
yang baru dibangun dan beroperasi harus menjadi catatan agar
perencanaan pembangunan dan investasi harus memiliki nilai tambah
yang lebih secara ekonomi.
1v. Keempat, melakukan optimalisasi kinerja eksport-import khususnya
dalam peningakatan daya saing produk unggulan eksport melalui hilirisasi
mineral dan kendaraan bermotor beremisi rendah, sekaligus sebagai
perwujudan dari green economy.
v. kelima, melibatkan semaksimal mungkin peran sektor swasta dalam
pemenuhan penyediaan baik barang maupun jasa. Selain untuk menopang
kinerja sektor kontruksi, peran swasta juga akan mendorong penciptaan
lapangan kerja baru yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Terkait dengan target Inflasi sebesar 3,3 persen (yoy). FPKB menilai
kenaikkan harga energi (BBM) dalam negeri dan ketersediaan pasokan pangan
antar wilayah ditengah berkurangnya pasokan pangan global akan sangat
berdampak pada pergerakan inflasi tahun 2023, sehingga bisa memungkinkan
inflasi setidaknya akan mencapai 3,5 persen. Disisi lain persoalan pasokan di
sejumlah sentra produksi hortikultura, akibat permasalahan struktural di
Kementan sektor pertanian, cuaca, serta ketersediaan antar waktu dan antar daerah
KemenESDM menjadi faktor naiknya laju inflasi. FPKB mendesak kepada pemerintah untuk
BKF senantiasa menjaga dan mengamankan pasokan pangan dan energi serta tetap
PNBP SDA &
memberikan subsidi bagi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan
KND
keberlangsungan fiskal secara jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu
guna menjaga dan mengendalikan nilai inflasi tahun 2023 koordinasi antar
otoritas baik moneter maupun fiskal perlu di optimalkan.

3. Nilai tukar rupiah diasumsikan sebesar 14.750 Rupiah per dolar AS.
FPKB berpandangan meskipun melemah dibandingkan dengan tahun 2022,
namun target tersebut masih ada peluang diturunkan menjadi sebesar 14.500
rupiah per barel. Dalam hal ini, pemerintah dituntut lebih memperhatikan
langkah pengetatan moneter yang dilakukan The Fed, baik melalui percepatan
BKF
KSSK
kenaikan suku bunga maupun kontraksi balance sheet, akan menyebabkan
ketatnya likuiditas di pasar keuangan global. Hal itu berdampak pada
terbatasnya aliran modal ke emerging market termasuk Indonesia. Guna
mengantisipasi hal tersebut maka FPKB mendesak kepada pemerintah untuk
senantiasa mengintensifkan koordinasi dengan otoritas moneter (BI), OJK dan
juga LPS baik lewat KSSK maupun forum yang lainnya. Pelemahan nilai tukar
Rupiah akan sangat berdampak pada naik nya biaya import sehingga
mengakibatkan tingginya biaya produksi. Selain itu FPKB juga mendorong
agar pemerintah terus melanjutkan dan mengintensifkan kebijakan TKDN dan
penggunaan komponen dalam negeri serta hilirisasi produk eksport unggulan
guna membantu menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

4. Terhadap penetapan target tingkat Suku Bunga SUN 10 tahun


sebesar 7,9 Persen. Tekanan keuangan global akan membuat investor
cenderung menginvestasikan kepada instrument keuangan yang lebih aman
(safe haven). FPKB mendorong kepada pemerintah untuk terns melakukan
DJPPR penguatan dan pendalaman pasar keuangan domestik guna menjaga stabilitas
BKF obligasi pemerintah sehingga mampu menjaga kepercayaan investor terhadap
obligasi pemerintah. Secara khusus FPKB menilai bahwa penetapan tingkat
suku bunga SUN 10 tahun sebesar 7,9 persen akan sangat membebani
pembiayaan APBN, sehingga harus bisa ditekan lebih rendah lagi kurang lebih
di angka 6,9 persen, dengan mempertimbangkan tingkat hutang yang semakin
melebar.

5. Penetapan harga minyak mentah Indonesia (ICP) oleh pemerintah


KemenESDM sebesar US$ 90 per barel di tahun 2023. FPKB memandang asumsi
BKF tersebut cukup moderat tetapi cenderung optimis, jika mencermati pergerakan
Dit. PNBP
SDA&KND harga minyak yang saat ini saja sudah melebihi harga US$ 100 per barel.
Dalam hal ini FPKB berpandangan bahwa harga minyak dunia masih akan
terus mengalami fluktuasi, ditengah naiknya permintaan dan cenderung
tertahannya tingkat produksi minyak oleh negara-negara produsen. Fluktuasi
harga minyak memang sangat berpengaruh terhadap beban subsidi APBN,
sehingga salah satu persoalan utama APBN tahun 2023 akan terletak pada
harga minyak dunia.

6. Asumsi Lifting minyak bumi dipatok sebesar 660 ribu barel per hari
(bph) dan juga lifting gas bumi sebesar 1.050 ribu barel setara
KemenESDM minyak per hari (bsmph). FPKB meminta kepada pemerintah agar terus
BKF
melakukan akselerasi dan perbaikan regulasi dibidang minyak dan gas guna
mempercepat proyek-proyek migas baru yang on stream. Optimalisasi
pemeliharaan sumur dan penggunaan tekhnologi yang efisien seperti enhanced
oil recovery (EOR) harus terns ditingkatkan sebagai upaya agar target lifting
minyak dan gas bumi dapat tercapai.

7. Lebih lanjut, FPKB juga menyoroti target indikator kesejahteraan dalam


rangka memastikan berjalannya tatanan pembangunan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) ditarget pada kisaran 5,3 - 6,o


Bappenas
Kemenaker persen. FPKB meminta agar pemerintah terus mendorong percepatan
BPS pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga target
BKF
tersebut dapat tercapai. Belanja-belanja modal dan padat karya juga harus
ditingkatkan dan optimalisasi proyek-proyek infarstruktur yang secara
signifikan mampu menyerap tenaga kerja dimana sempat terhenti dimasa
pandemi Covid-19.

11. Angka kemiskinan ditarget pada kisaran 7,5-8,5 persen dan Tingkat
Ketimpangan atau Rasio Gini 0,375-0,378. FPKB menilai penurunan
Bappenas
BPS target kemiskinan yang dipatok oleh pemerintah cukup optimis. Upaya
Kemensos stabilisasi harga kebutuhan pokok dan naiknya harga Bahan bakar minyak
Dit. Abid
PMK
bisa menjadi pemberat tercapainya target tersebut. FPKB mendorong
kepada pemerintah untuk terus memperbaiki dan meng-update data
terpadu kesejateraan sosial agar progam perlinsos dan bantuan sosial
lainnya dapat tepat sasaran. Selain itu juga pemerataan pembanguan juga
menjadi kunci agar ketimpangan yang terjadi tidak semakin melebar.

111. Target Indeks Pembangunan Manusia (1PM) sebesar 73,31-73,49.


Bappenas FPKB meminta agar pemerintah terus meningkatkan produktifitas dan
Kemdikbudristek
pelayanan kepada masyarakat terutama layanan bidang pendidikan, dan
BPS
kesehatan. Meredanya Covid-19 bukan berarti mengendurkan pelayanan
BRIN
SD3 kesehatan terhadap masyarakat, namun sebaliknya harus menjadi motivasi
untuk terus meningkatkan produktifitas yang lebih inovatif. Peningkatan
1PM 2023 harus menjangkau pada pada semua dimensi, baik umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

1v. Terkait dengan target Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar
Nelayan (NTN) tahun 2023 yang ditetapkan oleh pemerintah masing-
Bappenas
Kementan masing berada pada kisaran 105-107 dan 107-108. FPKB menilai
KKP produktifitas basil pertanian dan nelayan perlu untuk ditingkatkan
Bappenas
Dit. Ekontim sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi petani dan nelayan. Untuk
itu, sekali lagi FPKB mendorong agar upaya peningkatan NTP dan NTN ini
juga dibarengi dengan kebijakan-kebijakan afirmatif yang langsung dapat
dirasakan petani dan nelayan melalui ·bantuan subsidi dan penyediaan
infrastruktur.

Saudara Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Keuangan, Menteri


PPN/Kepala Bappenas, Serta Hadirin Yang Terhormat,

Setelah mencermati postur RAPBN tahun anggaran 2023 yang diajukan oleh
pemerintah, maka FPKB memandang perlu memberikan beberapa catatan penting,
yaitu sebagai berikut:

1. Target Pendapatan Negara dalam RAPBN TA 2023 sebesar Rp2,443,6


triliun, terdiri dari Penerimaan Perpajakan yang diperkirakan mencapai
sebesar Rp2.016,9 triliun, dan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) ditargetkan sebesar Rp426,3 triliun, serta Penerimaan Hibah
sebesar Rpo,4 triliun. FPKB memandang bahwa untuk mengoptimalkan
pendapatan negara demi terwujudnya konsolidasi fiskal di tahun 2023 yang
DJP
DJBC
berasal dari penerimaan perpajakan dan PNBP, maka pemerintah harus
BKF memiliki strategi yang jelas dalam menghadapi risiko ketidakpastian global yang
akan berakibat terjadinya volatilitas harga komoditas dan disrupsi rantai pasok
global (supply chain). Terlebih kinerja pendapatan negara selama ini lebih
banyak ditopang oleh penerimaan perpajakan yang meliputi PPh, PPN dan
PPnBM, PBB, Pajak Lainnya, serta Bea dan Cukai yang sangat rentan
terpengaruh oleh kondisi geopolitik global dan moderasi harga komoditas serta
perubahan struktur perekonomian paska pandemi dengan semakin
meningkatnya perkembangan ekonomi digital melalui penggunaan transaksi
elektronik.

Penerimaan pajak pada RAPBN tahun anggaran 2023 diperkirakan


mencapai Rp1.715.1 triliun atau tumbuh sebesar 6,7 persen. Dimana PPh
serta PPN dan PPnBM masih menjadi dua penyumbang terbesar dari
penerimaan perpajakan. Secara total penerimaan PPh tahun 2023
.,
diperkirakan mencapai Rp935.1 triliun atau tumbuh 4,5 persen. Terkait
proyeksi terjadinya kontraksi penerimaan PPh migas pada RA.PEN tahun
DJP anggaran 2023 sebesar 5,0 persen menjadi Rp61.5 triliun perlu menjadi
BKF perhatian khusus. Selain itu juga harus dipastikan bahwa PPh nonmigas
yang diperkirakan akan mencapai Rp873.6 triliun atau tumbuh sekitar 5,2
persen seiring prospek perekonomian domestik bisa terealisasi. Oleh
karena itu sekali lagi FPKB mendesak Pemerintah agar memastikan bahwa
reformasi perpajakan melalui implementasi UU No. 7 Tahun 2021 ten.tang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) beserta aturan turunan
pelaksanaannya dapat mendorong kebijakan penerimaan perpajakan
berjalan dengan efektif untuk meningkatkan kepatuhan sukarela,
memperkuat sistem administrasi pengawasan dan pemungutan
perpajakan, serta memberikan kepastian hukum perpajakan dan dapat
mendukung penguatan konsolidasi fiskal.

11. Kemudian, pada RAPBN tahun anggaran 2023 PPN dan PPnBM
diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,7 persen atau sebesar Rp740.1 triliun.
Sedangkan penerimaan PBB diperkirakan akan tumbuh signifikan
DJP sebesar 49,8 persen atau mencapai Rp31.3 triliun, serta penerimaan
BKF
Pajak Lainnya akan mengalami koritraksi sebesar 23,6 persen yaitu
menjadi sebesar Rp8. 7 triliun. FPKB berpendapat bahwa pencapaian
ketiga jenis penerimaan perpajakan tersebut sangat tergantung pada
kemampuan pemerintah dalam meminimalkan distorsi aktivitas
perekonomian dengan menjaga tingkat konsumsi dan permintaan dalam
negeri yang tetap solid. Selain itu juga ditopang oleh peningkatan objek
pajak di sektor perkebunan, perhutanan, pertambangan, dan sektor
lainnya.

111. FPKB mendesak pemerintah untuk optimalisasi penerimaan pajak tahun


2023 bisa lebih tinggi dari target pertumbuhan sebesar 6,7 persen atau
setidaknya mampu mencapai 9 persen. Selain itu, peningkatan penerimaan
DJP perpajakan harus bisa paralel dengan peningkatan rasio pajak (tax ratio)
BKF yang dalam enam tahun terakhir selalu dibawah target, serta dapat
meningkatkan rasio pertumbuhan penerimaan pajak terhadap
pertumbuhan ekonomi (tax buoyancy) Indonesia menjadi lebih baik.
Termasuk dalam hal ini mengatasi tax gap sektoral di Indonesia yang
relatif masih besar terlihat dari adanya mismatch antara distribusi
penerimaan pajak dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dan tenaga kerja
menurut lapangan usaha atau sektoral. Selain itu, sebagai manifestasi
green party, maka FPKB menilai langkah pemerintah untuk pencapaian
target terciptanya green economy salah satunya melalui pajak karbon
belum bisa diukur. Terlebih implementasi dari pajak karbon sampai
sekarang masih maju mundur. Padahal tujuan pajak karbon ini bukan
untuk penerimaan negara semata, namun lebih jauh diharapkan dapat
mengubah perilaku masyarakat agar beralih pada aktivitas dan investasi
yang rendah emisi, dan juga untuk menegakkan prinsip polluters pay
principle sehingga melindungi masyarakat dari berbagai eksternalitas
negatif yang selama ini tidak diperhitungkan dan pada akhirnya
membebani masyarakat menjadi bisa diperhitungkan serta dapat
dibayarkan oleh pihak-pihak yang mengemisi.

1v. Selanjutnya untuk penerimaan kepabeanan dan cukai dalam RAPBN


tahun anggaran 2023 diperkirakan mencapai Rp301.8 triliun atau
terkontraksi 4,7 persen. Dimana untuk penerimaan cukai diperkirakan
DJBC
mencapai Rp245.5 triliun atau tumbuh 9,5 persen, dan penerimaan bea
BKF
masuk diperkirakan akan tumbuh 8,3 persen atau mencapai Rp47.3
triliun, serta penerimaan bea keluar ditargetkan sebesar Rp9 triliun
atau mengalami kontraksi 81,6 persen dibandingkan dengan outlook tahun
2022. FPKB mendukung bahwa di dalam setiap perumusan kebijakan tarif
cukai hasil tembakau, Pemerintah harus memperhatikan 4 (pilar) Pilar
Kebijakan yaitu aspek kesehatan melalui pengendalian konsumsi, aspek
keberlangsungan industri, aspek penerimaan negara, dan aspek
pengendalian rokok ilegal. Untuk itu melihat tingginya kontribusi cukai
hasil tembakau selama ini, maka seharusnya dapat berbanding lurus
dengan kebijakan pernerintah dalam memperhatikan kesejahteraan petani
tembakau dan serapan tenaga kerja industri tembakau.

v. Sesuai UU Cukai, FPKB dapat memahami rencana Pemerintah untuk


DJBC menggali potensi penerimaan negara terhadap barang kena cukai baru,
BKF termasuk rencana pemungutan cukai berupa plastik dan minuman
berpemanis dalam kemasan. Selanjutnya mengenai optimalisasi
penerimaan dari bea masuk dan bea keluar, FPKB memandang bahwa
kebijakan kepabeanan tahun 2023 yang salah satunya adalah
pengembangan National Logistic Ecosystem (NLE) dalam rangka
mendorong efisiensi waktu dan biaya logistik nasional ini sangat tepat.
Apalagi mengingat biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi
dibandingkan dengan biaya logistik di negara-negara kawasan ASEAN
khususnya.

Vl. Di sisi lain, pada RAPBN tahun anggaran 2023, Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang terdiri atas PNBP SDA, PNBP dari Kekayaan
Negara Dipisahkan (KND), PNBP lainnya, dan pendapatan Badan Layanan
Umum (BLU) diperkirakan mencapai Rp426.3 triliun atau mengalami
kontraksi sebesar 16,6 persen dari outlook tahun 2022. FPKB memandang
bahwa sebagai salah satu komponen utama PNBP maka Pendapatan
KemenESDM SDA yang bersumber dari SDA migas dan SDA nonmigas diharapkan
BKF
Dit. PNBP SDA&KND tidak mengalami kontraksi yang dalam. Sebagaimana diketahui target
Pendapatan SDA diperkirakan mencapai sebesar Rp188. 7 triliun, atau
terkontraksi 13,6 persen akibat prediksi harga komoditas di tahun 2023
yang lebih rendah perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah.
Pendapatan SDA migas ditargetkan sebesar Rp127 triliun atau
terkontraksi 1, 7 persen dari outlook tahun 2022 yang terdiri atas
pendapatan minyak bumi sebesar Rp95.2 triliun dan pendapatan gas bumi
sebesar Rp31.8 triliun. Untuk optimalisasi PNBP SDA Migas FPKB
mendesak Pemerintah bisa mendorong pelaksanaan kontrak bagi hasil
yang menarik investasi sehingga dapat meningkatkan lifting khususnya
dengan percepatan peningkatan regulasi melalui One Door Service Policy
(ODSP) dan mempercepat Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) serta
massive exploration.

VIL Sementara itu untuk pendapatan SDA nonmigas tahun 2023


diperkirakan terkontraksi 30,8 persen dibandingkan outlook tahun 2022
menjadi sebesar Rp61.8 triliun. Lebih rendahnya proyeksi harga batubara
Dit. PNBP K/L
pada tahun 2023 menyebabkan pendapatan pertambangan minerba
Dit. PNBP
SDA&KND akan mengalami kontraksi 36,6 atau diproyeksikan menjadi sebesar Rp51.2
triliun. Untuk memitigasi agar penurunan kontribusi pendapatan
pertambangan minerba tidak semakin dalam, maka FPKB meminta
percepatan perbaikan administrasi pengelolaan PNBP pertambangan
minerba oleh Pemerintah melalui optimalisasi penggunaan aplikasi e-
PNBP minerba yang terintegrasi dengan SIMPONI bagi seluruh
stakeholders dalam pembayaran PNBP, termasuk juga implementasi kerja
sama joint analysis dan integrasi sistem antar K/L melalui Sistem
Informasi Mineral Batubara (SIMBARA) harus terus dikawal dan disertai
evaluasi yang ketat.

VIU. Pendapatan SDA nonmigas selain dari pertambangan minerba, juga


berasal dari kehutanan, perikanan, dan panas bumi. Pada RAPBN tahun
anggaran 2023, pendapatan SDA kehutanan direncanakan sebesar
Dit. PNBP
Rp5.2 trilun atau terkontraksi 1,6 persen, lalu pendapatan SDA
SDA&KND perikanan ditargetkan sebesar Rp3.3 triliun atau tumbuh 92,9 persen,
serta pendapatan SDA Panas Bumi diproyeksikan sebesar Rp2.1 triliun
atau tumbuh 29,8 persen dari outlook tahun 2022. Menyoal pendapatan
SDA Kehutanan tahun 2023 yang diperkirakan mengalami penurunan,
FPKB mendesak Pemerintah upaya perbaikan regulasi dengan
penyederhanaan dan penyesuaian di bidang LHK terkait PNBP bisa cepat
diselesaikan, termasuk dukungan peningkatan kapasitas SDM, dan
peningkatan tertib penatausahaan PNBP berbasis online. Sedangkan
terkait optimalisasi Pendapatan SDA Perikanan, FPKB mendukung
rencana Pemerintah mendorong peningkatan produksi perikanan melalui
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang lebih optimal
dengan mengimplementasikan zona penangkapan ikan terukur di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) berbasis
kuota, serta peningkatan fasilitas pelabuhan perikanan dan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Selain itu, untuk peningkatan
pendapatan SDA Panas Bumi FPKB meminta Pemerintah bisa segera
menyempurnakan beberapa peratuaran atau regulasi panas bumi dan
penyederhanaan perizinan serta sinkronisasi di sektor kehutanan
(konservasi area) bersama Pemerintah Daerah.

1x. FPKB menyambut baik target Pendapatan PNBP dari pengelolaan


Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) tahun anggaran 2023 yang
DJKN
Dit. PNBP diperkirakan mencapai Rp44.1 triliun atau tumbuh 9,1 persen
SDA&KND dibandingkan outlook tahun 2022, berasal dari pendapatan bagian
Pemerintah atas laba BUMN berupa dividen dan pendapatan dari KND
lainnya. Tetapi FPKB juga mengingatkan bahwa meningkatnya setoran
penenmaan dividen BUMN tersebut · telah mempertimbangkan
profitabilitas, kemampuan kas dan likuiditas perusahaan, serta kebutuhan
untuk rencana pengembangan. Terkait PNBP Lainnya terdiri dari PNBP
Kementerian Lembaga (K/L), Penjualan Hasil Tambang (PHT), dan
Domestic Market Obligation (DMO) yang ditargetkan sebesar Rpno-4
triliun atau terkontraksi 25,9 persen, FPKB memandang perlu ada
antisipasi yang konkret dari Pemerintah. Peningkatan PNBP Lainnya
khususnya dari PNBP pelayanan pada K/L di tahun 2023 harus ditopang
dengan peningkatan inovasi dan didukung peningkatan kerja sama/sinergi
dengan instansi/pihak terkait, termasuk juga mendorong optimalisasi
pengelolaan aset BMN agar lebih produktif.

x. Selanjutnya diketahui juga bahwa pendapatan BLU tahun 2023


ditargetkan sebesar Rp83.o triliun atau terkontraksi 19,4 persen. Dalam
DJPB hal ini FPKB berpendapat bahwa Pemerintah harus dapat terus
Dit. PNBP K/L mengoptimalkan pendapatan BLU ini melalui peningkatan kualitas
layanan dan penerapan kebijakan tarif yang tepat untuk meningkatkan dan
memperluas akses keterjangkauan layanan bagi masyarakat. Termasuk
mempercepat dan memperluas digitalisasi layanan dan pemanfaatan big
data pada BLU pendidikan dan kesehatan, melakukan simplifikasi sistem
layanan BLU serta mencari inovasi sumber pendanaan/pembiayaan
(creative financing) dalam rangka modernisasi layanan dan peningkatan
investasi BLU.

x1. Terakhir berkaitan dengan Pendapatan Negara adalah kontribusi dari


DJPPR
penerimaan Hibah yang didalam RAPBN tahun anggaran 2023
diperkirakan mencapai Rpo,4 triliun. Secara umum FPKB mendorong tata
kelola hibah harus dapat memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien
dan efektif, kehati-hatian, tidak disertai ikatan politik, dan tidak memiliki
muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara. Demikian
juga untuk penerimaan hibah dalam bentuk barang dan jasa, FPKB sekali
lagi meminta agar diutamakan barang dalam kondisi baru dan tidak
memerlukan tambahan biaya dari APBN untuk upgrading atau retrofit,
baik itu dari hibah luar negeri yang akan dikelola oleh K/L maupun
diterushibahkan ke daerah.

2. Sesuai dengan tema kebijakan fiskal tahun 2023 yaitu "Peningkatan


Produktivitas Untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan",
Kebijakan Belanja negara pada RAPBN tahun 2023 direncanakan sebesar
BKF
Rp3.041,74 Triliun, yang terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp2.230
Triliun (73,3 persen terhadap belanja negara) dan Transfer ke Daerah (TKD)
sebesar Rp811,7 Triliun (26,7 persen terhadap Belanja Negara). Terhadap porsi
belanja tersebut FPKB mendukung rencana tersebut, dalam rangka kebijakan
countercyclical ditengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu
akibat konflik geopolitik. Namun FPKB meminta agar porsi belanja negara
tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk menjaga masyarakat dari ancaman
penurunan daya beli, pengangguran, dan kemiskinan ekstrim.

1. FPKB memandang alokasi Belanja Pemerintah Pusat yang terdiri dari


Belanja K/L sebesar Rp.993,2 triliun maupun Belanja Non-K/L
.,
sebesar Rp.1.236,9 triliun, dimana besaran Belanja Non-K/L lebih besar
daripada belanja K/L. Secara umum, FPKB melihat bahwa arah kebijakan
belanja K/L oleh pemerintah di tahun 2023 yang diprioritaskan pada
bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, infrastruktur, dan
Dit. Abid Ekontim pangan sudah tepat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat
Dit. Abid PMK
konflik geopolitik. Dan kami berharap kegiatan belanja benar-benar
Dit. Abid
Polhukhankam&B dirancang dengan baik agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan
A BUN produktif, karena sudah banyak projek dan kegiatan yang hasilnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. FPKB juga menyoroti belanja Non-K/L
yang semakin tahun semakin besar. Kami meminta kepada pemerintah
agar dilakukan rasionalisasi kembali besaran belanja Non-K/L sehingga
terdapat ruang fiskal yang lebih besar untuk belanja yang berdampak
terhadap produktifitas masyarakat.

11. Terkait belanja Bidang Pendidikan, Fungsi Pendidikan pada Belanja


K/L direncanakan sebesar sebesar Rp 230,7 Triliun FPKB mendorong
pemanfaatan anggaran Pendidikan yang lebih besar untuk Peningkatan
Kompetensi dan Daya Saing Angkatan Kerja melalui Pelatihan
Vokasi agar dapat menyentuh angkatan kerja baru, terutama lulusan
lembaga pendidikan dan pesantren diseluruh Indonesia. Hal tersebut
Kemendikbudristek sangat mendesak dalam rangka mengejar link and match Angkatan kerja
Kemenag
dengan dunia usaha dan dunia industri. Selain itu, FPKB mendorong
pemerintah agar mengatasi rendahnya literasi dan numerasi pada pelajar,
serta masih tingginya kesenjangan mutu pendidikan antar wilayah. FPKB
juga mengingatkan pemerintah bahwa sesuai dengan ketentuan yang telah
diatur UU nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren, pesantren yang
juga menyelenggarakan fungsi pendidikan wajib diakui sebagai bagian dari
penyelenggaran pendidikan nasional, sehingga mendapat porsi anggaran
yang jelas dari belanja Pemerintah Pusat maupun dari Transfer ke Daerah,
baik untuk peningkatan kompetensi maupun penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang berkualitas.

111. Terkait bidang Kesehatan, FPKB mendukung program peningkatan


pelayanan Kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta. FPKB mencatat
Kemenkes
bahwa sampai hari ini, disparitas kesehatan, terutama antara daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dengan wilayah J awa masih
menjadi permasalahan utama. Masyarakat masih merasakan akses yang
buruk, kualitas perawatan kesehatan dan fasilitas yang tidak memadai,
serta distribusi tenaga kesehatan yang tak merata. Oleh karena itu, FPKB
mendesak kepada pemerintah agar fokus dalam merevitasliasi Puskesmas,
Polindes, dan Posyandu hingga ke tingkat perkampungan agar akses
masyarakat terhadap Kesehatan lebih mudah.

1v. Terkait dengan Belanja Bidang Perlindungan Sosial, FPKB


Kemensos mendukung dengan adanya Perlindungan Sosial Adaptif. Program tersebut
BKF akan menjadikan APBN sebagai bantalan sosial apabila terjadi guncangan
Dit. Abid ekonomi yang berdampak kepada masyarakat. Oleh karena itu, FPKB
PMK
meminta agar pemerintah meninjau kembali dan memperbaiki Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai prasyarat agar perlindungan
sosial adaptif dapat dilakukan dengan cepat, dan tepat sasaran.

v. Terkait dengan Belanja Bidang Infrastruktur, FPKB berpandangan


KemenPUPR bahwa pemerintah harus terus mendorong pembangunan infrastruktur
Dit. Abid untuk menurunkan infrastructure gap dan memperbesar porsi swasta
Ekontim dalam pembangunan infrastruktur, sehingga tidak membebani APBN dan
tercipta ruang APBN yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
sumber daya manusia Indonesia. FPKB meminta agar pemerintah
membuat skema yang menarik untuk swasta agar tercipta kolaborasi anta~
pemerintah dan swasta yang saling menguntungkan.

Vl. Terkait dengan Belanja Bidang Pangan, FPKB memandang bahwa


Kementan Indonesia memiliki potensi terimbas akibat krisis pangan global mengingat
Kemendag pemenuhan pangan di dalam negeri belum sepenuhnya tercukupi secara
Dit. Abid
mandiri. Hingga saat ini pemerintah Indonesia masih melakukan impor
Ekontim
terhadap beberapa produk pangan seperti gandum, daging, dan bawang
putih. Maka dari itu, FPKB meminta agar pemerintah mengoptimalkan
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal
secara bermartabat untuk mewujudkan kemandirian pangan.

VIL Pada Belanja Non-K/L, Terkait dengan belanja subsidi khususnya


belanja subsidi energi, FPKB berpendapat bahwa subsidi energi telah
menggunakan ruang fiskal yang cukup besar dan belum tepat sasaran.
KemenESDM
FPKB mendorong kepada pemerintah untuk mengurangi subsidi energi
BKF
Dit. PNBP dan segera membuat skema yang tepat agar penyaluran subsidi energi
SDA&KND dapat tepat sasaran, tepat waktu dan jumlah guna. Disisi lain FPKB
meminta kepada pemerintah untuk menyiapkan Bantuan Langsung Tunai
(BLT) kepada masyarakat yang terdampak. FPKB sebagai Partai yang
peduli terhadap keberlanjutan lingkungan mendorong agar anggaran
subsidi dapat dialihkan sebagian untuk mempercepat pemanfaatan sumber
energi terbarukan. Sedangkan untuk subsidi nonenergi (Subsidi Pupuk,
Subsidi PSO, Subsidi Pajak Ditanggung Pemerintah (DTP), dan Subsidi
Bunga Kredit Program), FPKB tetap berharap bahwa belanja subsidi
nonenergi tersebut dapat mempercepat pengentasan kemiskinan dan
pengurangan kesenjangan dengan menjaga daya beli masyarakat
khususnya golongan miskin dan rentan, serta menjaga stabilitas harga
barang dan jasa di dalam negeri.

Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan jenisnya, FPKB berpandangan bahwa:

1. Terkait Belanja Pegawai Pada tahun 2023 dialokasikan sebesar Rp 442,5


KemenpanRB triliun. Alokasi ini meningkat 6,22 persen dari outlook 2022 yang sebesar
BKN Rp 416,6 triliun. Alokasi ini sebesar 19,8 persen dari total Belanja
Dit.HPP
Pemerintah Pusat. FPKB memandang bahwa kebijakan reformasi birokrasi
dan peningkatan efektivitas serta efisiensi birokrasi juga harus diikuti
dengan efisiensi anggaran belanja pegawai. Maka dari itu, peningkatan
belanja pegawai harus dirasionalisasi sejalan dengan reformasi birokrasi
dan cara kerja baru yang lebih efisien.
11. Terkait Belanja barang pada tahun 2023 dialokasikan sebesar Rp379,3
triliun. Alokasi ini menurun 6,5 persen dari outlook 2022 yang sebesar
Dit. Abid Ekontim
Dit. Abid PMK Rp406 triliun. Alokasi ini sebesar 17 persen dari total Belanja Pemerintah
Dit. Abid Pusat. FPKB meminta pemerintah agar belanja barang yang diberikan
Polhukhankam & kepada masyarakat dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan
BABUN
kebutuhan dan efektivitasnya agar produktivitas masyarakat dapat
meningkat. Selain itu, FPKB juga meminta peningkatan keterlibatan
UMKM dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah yang masih
didominasi produk-produk impor.

111. Lebih lanjut mengenai belanja modal sebesar Rp 199,1 triliun atau
sebesar 8,9 persen dari Belanja Pemerintah Pusat, masih lebih kecil
Dit. Abid Ekontim daripada belanja pegawai yang sebesar 19,8 persen dan belanja barang
Dit. Abid PMK yang sebesar 17 persen. FPKB menggarisbawahi bahwa alokasi belanja
Dit. Abid Polhukhankam
& BABUN modal pemerintah semakin menyusut. Hal tersebut akan merugikan
masyarakat karena belanja modal digunakan untuk membangun sarana
dan fasilitas publik. Maka dari itu, FPKB meminta belanja modal dapat
ditingkatkan agar belanja negara yang semakin meningkat, manfaatnya
dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, peningkatan belanja modal
juga akan menghasilkan daya ungkit (multiplier effect) yang lebih optimal
terhadap perekonomian yang berkelanjutan, termasuk peningkatan
kesejahteraan rakyat.

1v. Terkair Belanja Pembayaran Bunga Utang pada tahun 2023


dialokasikan sebesar Rp441,4 triliun. Alokasi ini meningkat 9,3 persen dari
DJPPR outlook 2022 yang sebesar Rp403,9 triliun. Alokasi ini sebesar 19,8 persen
dari total Belanja Pemerintah Pusat. Peningkatan yang sangat tajam ini
merupakan konsekuensi logis dari fiskal ekspansif yang diterapkan oleh
Indonesia dan dampaknya adalah ruang fiskal yang semakin menyempit.
Selain itu pemerintah seharusnya terus melakukan kebijakan debt switch
dan buyback serta optimalisasi konversi pinjaman untuk mendapatkan
bunga yang lebih murah dengan risiko yang terkendali agar ruang fiskal
pemerintah terjaga dan tidak mengandalkan utang baru untuk membayar
bunga utang.

Kemendagri Mengenai alokasi anggaran Belanja Transfer ke Daerah yang sudah


DJPK disesuaikan dengan UU Nomor 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD), telah diatur kembali
cakupan Transfer ke Daerah (TKD) yang terdiri dari 6 jenis transfer yaitu
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), Dana Otonomi Khusus (Otsus), Dana Keistimewaan, dan Dana Desa.
Transfer ke Daerah direncanakan sebesar Rp 811,7 triliun, meningkat hanya 1,6
persen dari tahun 2022 yang sebesar Rp 799,1 triliun. Secara umum, FPKB
berpendapat bahwa anggaran Transfer Ke Daerah harus bisa menjadi alat
pemenuhan kebutuhan dasar dari masyarakat dan mampu menciptakan
kesejahteraan masyarakat.
1. Terkait dengan Dana Bagi Hasil yang menurun 4 persen dari tahun 2022
KemenLHK sebesar Rp 142,1 triliun menjadi Rp 136,3 Triliun. FPKB memahami bahwa
DJPK penurunan pagu DBH pada tahun 2023 lebih disebabkan oleh fluktuasi
perubahan harga komoditas. Namun FPKB menyoroti masih tingginya
DBH Dana Reboisasi pada rekening daerah. FPKB meminta kepada
pemerintah agar penggunaan DBH Dana Reboisasi tidak digunakan untuk
bantuan langsung tunai, tetapi tetap diprioritaskan sepenuhnya untuk
reboisasi hutan yang kian lama semakin menyusut.

11. Terkait dengan Dana Alokasi Umum, yang meningkat 4,8 persen dari
DJPK tahun 2022 sebesar Rp 378,0 Triliun menjadi sebesar Rp396 triliun. FPKB
meminta kepada pemerintah agar fokus dari DAU adalah pemerataan
antar daerah sehingga ketimpangan antar daerah dapat dikurangi. Selain
itu, FPKB juga berharap bahwa arah kebijakan DAU dapat menyelesaikan
permasalahan perekrutan guru PPPK di daerah yang beberapa tahun
terakhir terjadi.

m. Terkait dengan Dana Alokasi Khusus Fisik, direncanakan menurun


sebesar 9,21 persen dari Rp 55,51 triliun pada outlook 2022 menjadi Rp
DJPK 50,40 triliun pada RAPBN 2023. Sedangkan untuk Dana Alokasi
Khusus Non-Fisik meningkat sebesar 2,68 persen dari Rp 126,9 triliun
pada outlook 2022 menjadi Rp 130,3 triliun pada RAPBN 2023. FPKB
meminta kepada pemerintah agar penyaluran DAK Fisik berbasis kontrak
bisa dimaksimalkan sehingga bisa menekan idle cash di daerah, dan untuk
DAK Nonfisik diarahkan penguatan fokus pada kegiatan bersifat
penugasan sesuai prioritas nasional yang berdampak langsung pada
pertumbuhan ekonomi, peningkatan capaian output dan outcome serta
mendukung perbaikan kualitas layanan.

1v. Terkait dengan Dana Otonomi Khusus FPKB meminta pemerintah


DJPK
terus memperbaiki kualitas tata kelola Dana Otsus yang masih belum
berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target pembangunan daerah,
maupun peningkatan kualitas pelayanan publik, dan upaya dalam
pengentasan kemiskinan. Demikian juga bagi kebijakan Dana
Keistimewaan DIY, harus didukung oleh sistem aplikasi pengelolaan
Dana Keistimewaan DIY yang terintegrasi mulai dari perencanaan,
penganggaran, dan pelaporan atas pelaksanaannya.

v. Terkait dengan Dana Desa, meningkat sebesar 3 persen dari Rp 68 triliun


Kemendes pada outlook 2022 menjadi Rp 70 triliun pada RAPBN 2023. FPKB
DJPK berpendapat bahwa pasca pandemi ini, desa harus segera melakukan
pembangunan sesuai dengan potensi desanya. Maka dari itu kami meminta
agar earmark nominal penggunaan dana desa dapat dihapuskan sehingga
desa mempunyai ruang fiskal yang cukup untuk mengembangkan potensi
desa, namun tetap dengan kewajiban untuk mengatasi kemiskinan ekstrim.

DJPK VI. Terkait dengan Insentif Fiskal, yang meningkat sebesar 15,2 persen dari
Rp 6,9 triliun pada outlook 2022 menjadi Rp 8 triliun pada RAPBN 2023,
FPKB mendorong kepada pemerintah agar membuat kriteria untuk daerah
yang berhak mendapatkan insentif fiskal salah satunya adalah daerah yang
mendukung swasembada pangan.

3. FPKB memandang bahwa untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dan


penguatan reformasi struktural, maka kebijakan fiscal ekspansif dan kebijakan
DJPPR countercyclical pada tahun 2023 diharapkan bisa berjalan maksimal. Defisit
BKF APBN tahun anggaran 2023 yang direncanakan sebesar Rp598,2 triliun atau
sebesar 2,85 persen terhadap PDB harus dipastikan tetap bisa menjadi shock
absorber untuk menjaga agar momentum pemulihan ekonomi semakin
menguat dan mampu melindungi daya beli masyarakat sehingga kebijakan
konsolidasi fiskal dengan disiplin defisit anggaran di bawah batasan 3 persen
terhadap PDB sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 bisa tercapai. Oleh
sebab itu, pembiayaan anggaran yang terdiri dari Pembiayaan Utang,
Pembiayaan Investasi, Pemberian Pinjaman, Kewajiban Penjaminan serta
Pembiayaan Lainnya harus dikelola secara cermat, terukur dan hati-hati agar
dapat mengurangi risiko pembiayaan dengan cost offund yang tinggi.

1. Pembiayaan utang dalam RAPBN 2023 baik yang berasal dari SBN
maupun pinjaman direncanakan sebesar Rp696.3 triliun atau 8,1 persen
lebih rendah jika dibandingkan dengan outlook 2022. FPKB berpendapat
upaya pemenuhan target pembiayaan utang melalui penerbitan SBN di
DJPPR
pasar domestik perlu dilanjutkan karena sekaligus berfungsi bagi
pendalaman pasar keuangan (financial deepening), namun demikian
pemerintah juga harus mempertimbangkan kemampuannya dalam
melakukan mitigasi terhadap sewaktu-waktu terjadinya risiko crowding
out effect pasar keuangan domestik. FPKB secara khusus mengapresiasi
penerbitan sukuk oleh Pemerintah dengan skema green framework
sebagai komitmen dan kontribusi pemerintah dalam aksi mitigasi
perubahan iklim (climate changes). Sedangkan terkait pembiayaan utang
melalui pinjaman baik Pinjaman Dalam Negeri (PDN) maupun Pinjaman
Luar Negeri (PLN), FPKB secara tegas meminta pemerintah untuk
konsisten memperhatikan besaran biaya (cost) dan risiko (risk) pinjaman
tersebut pada level yang aman dan kredibel sehingga dapat mendukung
keberlangsungan fiskal jangka panjang.

n. Dari sisi postur anggaran, alokasi pembiayaan investasi pada RAPBN


tahun anggaran 2023 direncanakan sebesar o,8 persen terhadap PDB.
Secara umum, pembiayaan investasi meliputi investasi kepada BUMN,
DJKN investasi kepada lembaga/badan lainnya, investasi kepada BLU, dan
BKF investasi kepada organisasi/lembaga keuangan internasional/badan usaha
internasional serta penerimaan kembali investasi. FPKB menyambut baik
di tahun 2023 Pemerintah mengalokasikan Dana Abadi di Bidang
Pendidikan sebagai bagian pembiayaan investasi sebesar Rp20 triliun
dengan rincian alokasi Dana Abadi Penelitian sebesar Rps triliun, Dana
Abadi Kebudayaan sebesar Rp2 triliun, Dana Abadi Perguruan Tinggi
sebesar Rp3 triliun, serta untuk Dana Abadi Pendidikan (termasuk Dana
Abadi Pesantren) sebesar Rp10 triliun, dimana berdasarkan Peraturan
Presiden 111 Tahun 2021 Pasal 13, basil. Pengembangan Dana Abadi
Pendidikan termasuk didalamnya Dana Abadi Pesantren digunakan untuk
program layanan yang meliputi: (a) beasiswa gelar dan nongelar; (b)
peningkatan kompetensi gelar dan nongelar; (c) pendanaan riset; (d)
pendidikan keagamaan dan pendidikan pesantren; dan (e) program
layanan lainnya sesuai arahan Dewan Penyantun.

m. Selanjutnya ditahun 2023, pemberian pinjaman yang berasal dari


APBN dapat berperan sebagai pilihan pinjaman lunak untuk digunakan
dalam capital expenditure pada BUMN dan Pemda, khususnya proyek
DJPPR penugasan pemerintah. Lalu sesuai rencana Pemerintah, kewajiban
DJPB penjaminan tahun 2023 diarahkan untuk meningkatkan kelayakari
BKF proyek infrastruktur atau program penugasan pemerintah dalam rangka
pemberdayaan peran swasta, badan usaha, dan BUMN. Untuk
pembiayaan lainnya diantaranya terdiri atas Hasil Pengelolaan Aset
(HPA) dan Saldo Anggaran Lebih (SAL). FPKB mencatat bahwa
pembiayaan non utang dari pemberian pinjaman dan kewajiban
penjaminan serta pembiayaan lainnya tersebut diatas bisa diarahkan untuk
meningkatkan value creation agar dampak dan spillover effects yang
dihasilkan dari alokasi pembiayaan non utang bisa lebih besar dari cost of
funds untuk pembiayaan penerbitan SBN.

Saudara Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Keuangan, Menteri


PPN/Kepala Bappenas, Serta Hadirin Yang Terhormat,

Demikianlah Pemandangan Umum Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa terhadap ·


RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023
beserta Nota Keuangannya. Selanjutnya dengan mengucapkan
Bismillahirrahmanirrahim, maka Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa
menyatakan persetujuannya agar RUU APBN TA 2023 beserta Nota Keuangannya
ini dapat dibahas pada tahap selanjutnya sesuai dengan prosedur, mekanisme dan
ketentuan yang berlaku.

Atas segala perhatian yang diberikan, maka kami mengucapkan banyak terima
kasih. Mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan keridloannya. Aamiin.

Wallahul Muwaffiq llaa Aqwamith Thoriq,


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 Agustus 2022

PIMPINAN,
FRAKSI PARTAI KEBANG~ BANGSA DPR-RI

,
1s. Parhan .,..,,
BDPR / etaris Fraksi PKB DPR RI

Anda mungkin juga menyukai