Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

LUKA BAKAR DERAJAT IIA 15% PADA DEWASA

Disusun oleh :

dr. Ucha Anggiani Putri

Pendamping :

dr. Dina Fitria

UPT PUSKESMAS TELUK PINANG


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI
RIAU
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan program dokter internsip
UPT Puskesmas Teluk Pinang
Komite Internsip Dokter Indonesia
dengan judul:

Luka Bakar Derajat IIA 15% Pada Dewasa

Hari, tanggal : 21 Agustus 2023

Oleh:
dr. Ucha Anggiani Putri

Mengetahui dan menyetujui,


Pendamping

dr. Dina Fitria


NIP : 19940908 202012 2 009

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Luka Bakar Derajat IIA 15% Pada Dewasa”. Adapun selain untuk

memperluas pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai luka bakar, laporan

kasus ini ditulis sebagai salah satu syarat refleksi kasus Program Dokter Internsip

periode IV tahun 2022 – 2023 di UPT Puskesmas Teluk Pinang, Kecamatan

Gaung Anak Serka, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Dina Fitria selaku pembimbing

sekaligus pendamping yang telah memberikan arahan dalam proses penyelesaian

laporan kasus ini. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya.

Tembilahan, 21 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii

DAFTAR TABEL................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

2.1 Definisi Luka Bakar .............................................................................. 8

2.2 Jenis Luka Bakar ................................................................................... 8

2.3 Epidemiologi Luka Bakar ..................................................................... 8

2.4 Klasifikasi Luka Bakar .......................................................................... 9

2.5 Patofisiologi Luka Bakar ....................................................................... 11

2.6 Diagnosis Luka Bakar ........................................................................... 14

2.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik .............................................. 14

2.6.2 Perhitungan Total Luas Luka Bakar atau Total Body Surface Area

(TBSA) ........................................................................................ 15

2.6.3 Kedalaman Luka Bakar ............................................................... 17

2.6.4 Derajat Luka Bakar ...................................................................... 20

2.6.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 22

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar ................................................................. 22

2.8 Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar ................................................. 24

2.9 Kriteria Rujuk Luka Bakar .................................................................... 24

BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................. 26

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 31

ii
BAB V SIMPULAN ............................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 37

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Sistemik Luka Bakar................................................................. 12


Gambar 2.2 Gambaran Klinis Zona Luka Bakar .................................................. 13
Gambar 2.3 Proses Penyembuhan Luka................................................................ 13
Gambar 2.4 Rule of Nines pada Dewasa ............................................................... 15
Gambar 2.5 Perhitungan Luas Luka Bakar dengan Palmar .................................. 16
Gambar 2.6 Pediatric Rule of Nines ..................................................................... 17
Gambar 2.7 Pediatric Rule of Nines Berdasarkan Usia ........................................ 17
Gambar 2.8 Kedalaman Luka Bakar pada Kulit ................................................... 18
Gambar 2.9 Luka Bakar Epidermal ...................................................................... 19
Gambar 2.10 Luka Bakar Superficial Dermal ...................................................... 19
Gambar 2.11 Luka Bakar Mid Dermal ................................................................. 19
Gambar 2.12 Luka Bakar Deep Dermal ............................................................... 20
Gambar 2.13 Luka Bakar Full Thickness.............................................................. 20
Gambar 2.14 Derajat Luka Bakar pada Lapisan Kulit .......................................... 21
Gambar 3.1 Abdomen dan Toraks ........................................................................ 28
Gambar 3.2 Genu Dextra ...................................................................................... 29
Gambar 3.3 Proximal Cruris Sinistra .................................................................... 29

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kedalaman Luka Bakar ......................................................................... 18

v
BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di

seluruh dunia terutama di negara berkembang. 1–3 Menurut World Health

Organization (WHO), mortalitas akibat luka bakar cukup tinggi di negara Asia

Tenggara dan kasus kematian akibat luka bakar di Indonesia diperkirakan

berjumlah 195.000 kasus setiap tahun.3 Mekanisme kematian akibat luka bakar

dapat disebabkan oleh syok hipovolemik dan syok neurogenik. 4

Luka bakar menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Etiologi luka bakar

adalah kontak dengan sumber panas, dingin, listrik, bahan kimia, radiasi, maupun

sinar matahari.1 Kasus luka bakar sebagian besar disebabkan oleh sumber panas

yang dibedakan menjadi sumber panas basah dan kering. Sumber panas basah

adalah luka bakar akibat terkena air panas atau uap panas, sedangkan sumber

panas kering adalah luka bakar akibat api. 4–6 Sebanyak 19,1% kasus luka bakar

pada dewasa disebabkan oleh air panas.7

Semua pasien luka bakar harus ditangani seperti pasien trauma, yaitu tetap

melakukan prinsip primary survey.8 Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan

derajat dan luas area luka bakar. Pada pasien dewasa, penilaian luas luka bakar

dapat ditentukan dengan menggunakan Rule of Nine.4,7

Penanganan awal yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar ringan

adalah membasahi area luka bakar dengan air mengalir dengan tetap

memperhatikan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Hindari mengoleskan

pasta gigi, lemon, mentega, bawang, hidrogen peroksida, atau zat lainnya yang

tidak terbukti bermanfaat karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit. 1,9,10

6
Resusitasi cairan diberikan pada pasien luka bakar derajat II atau III dengan luas

>20%. Perhitungan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh berat badan dan luas luka

bakar. Cairan yang direkomendasikan untuk resusitasi pasien luka bakar adalah

Ringer Lactate (RL). Resusitasi cairan dilakukan dalam 24 jam yang dibagi

menjadi 2 tahap pemberian, yaitu 50% dari total kebutuhan cairan diberikan pada

8 jam pertama dihitung dari awal terjadinya luka bakar dan 50% sisanya diberikan

pada 16 jam selanjutnya. Jika cairan hanya diberikan secara oral, maka kebutuhan

cairan dalam 24 jam adalah setara dengan 15% dari berat badan dengan lama

pemberian selama 2 hari. Pemantauan urin output dilakukan untuk menilai cairan

yang adekuat.7

Selain terapi cairan, pemberian antibiotik topikal pada pasien luka bakar

juga direkomendasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3. Antibiotik topikal yang

diberikan adalah jenis antibiotik spektrum luas (broad spectrum).7

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien luka bakar adalah kontraktur, jaringan

parut, dan ulkus Marjolin (Marjolin’s ulcer).1,7 Pada kondisi yang parah, pasien

dapat jatuh pada kondisi syok hipovolemik, gagal ginjal, acute respiratory

distress syndrome (ARDS), sepsis, emboli paru akibat imobilasasi jangka panjang,

dan squamous cell carcinoma pada bekas luka bakar.1,4,9

Prognosis luka bakar tergantung pada tingkat keparahan yang dialami oleh

pasien berdasarkan derajat dan luas luka bakar. Penyembuhan luka bakar pada

kulit tergantung pada tingkat keparahan luka bakar, mekanisme cedera luka bakar,

dan riwayat penyakit pasien.1

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar pada kulit adalah cedera yang dikarakteristikkan sebagai

kerusakan jaringan kulit akibat kontak dengan sumber panas, dingin, listrik,

kimia, radiasi, dan sinar matahari.1,4

2.2 Etiologi Luka Bakar

Etiologi tersering pada kasus luka bakar adalah kontak dengan sumber

panas. Sumber panas dibedakan menjadi 2, yaitu sumber panas basah dan sumber

panas kering. Sumber panas basah dapat berupa air panas dan uap panas,

sedangkan sumber panas kering berupa luka bakar akibat api.5–7

Luka bakar juga dapat disebabkan oleh sumber dingin yaitu saat kulit

terpapar dengan suhu dingin yang ekstrim. Kontak dengan sumber listrik, radiasi,

dan sinar matahari juga dapat menjadi etiologi luka bakar pada kulit. 1,4,5,7

Kasus luka bakar pada dewasa sebagian besar disebabkan oleh api, sedangkan

pada anak lebih banyak ditemukan kasus luka bakar akibat tersiram air panas.7

2.3 Epidemiologi Luka Bakar

Luka bakar merupakan salah satu jenis cedera tersering nomor 4 di dunia

setelah kecelakaan lalu lintas, cedera akibat terjatuh, dan kekerasan fisik. World

Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 11.000.000

kasus luka bakar di seluruh dunia dengan 180.000 kasus di antaranya berakibat

fatal.9,11

8
Berdasarkan laporan The American Burn Association (ABA) National Burn

Repository 2019, luka bakar akibat api masih menjadi penyebab utama kasus luka

bakar di Amerika Serikat dengan persentase 41%. Penyebab kedua kasus luka

bakar di Amerika Serikat adalah air panas dengan persentase 31%. Kasus luka

bakar lainnya disebabkan oleh zat kimia sebanyak 3,5% dan luka bakar listrik

sebanyak 3,6%. Luka bakar pada anak usia <5 tahun biasanya disebabkan oleh air

panas dan luka bakar akibat api lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan usia

tua.9

Kasus luka bakar lebih sering ditemukan di negara berkembang. Menurut

laporan WHO, terdapat tingkat mortalitas yang tinggi pada kasus luka bakar di

negara Asia Tenggara.3

Menurut data pasien luka bakar yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo

pada tahun 2012-2016, luka bakar pada dewasa sebagian besar disebabkan oleh

api sedangkan pada anak lebih banyak disebabkan oleh air panas. Kasus luka

bakar yang ditemukan pada umumnya dapat dicegah. 7

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, kasus cedera akibat luka

bakar di Provinsi Riau cukup tinggi dibandingkan dengan jenis cedera lainnya

seperti cedera organ dalam dan cedera pada mata. Cedera akibat luka bakar cukup

banyak ditemukan pada rentang usia 5 – 34 tahun.12

2.4 Klasifikasi Luka Bakar

Luka bakar diklasifikasikan menjadi 3, yaitu luka bakar ringan, sedang, dan

berat. Adapun kriteria luka bakar ringan adalah sebagai berikut :7

a. Total Body Surface Area (TBSA) ≤15% pada dewasa

b. TBSA ≤10% pada anak


9
c. Luka bakar full-thickness dengan TBSA ≤2% pada anak maupun dewasa

tanpa mengenai daerah mata, telinga, wajah, tangan, kaki, dan perineum.

Adapun kriteria luka bakar sedang adalah sebagai berikut :7

a. TBSA 15 – 25% pada dewasa dengan kedalaman luka bakar full-thickness

<10%.

b. TBSA 10 - 20% pada luka bakar partial thickness pada pasien anak dibawah

10 tahun dan dewasa usia diatas 40 tahun, atau luka bakar full-thickness

<10%.

c. TBSA ≤10% pada luka bakar full-thickness pada anak atau dewasa tanpa

masalah kosmetik atau mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki,

atau perineum.

Adapun kriteria luka bakar berat adalah sebagai berikut :7

a. TBSA ≥25%

b. TBSA ≥20% pada anak usia dibawah 10 tahun dan dewasa usia diatas 40

tahun

c. TBSA ≥10% pada luka bakar full-thickness

d. Semua luka bakar yang mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki,

atau perineum yang dapat menyebabkan gangguan fungsi atau kosmetik.

e. Semua luka bakar listrik

f. Semua luka bakar yang disertai trauma berat atau trauma inhalasi

g. Semua pasien luka bakar dengan kondisi buruk

10
2.5 Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar meskipun sifatnya lokal atau mengenai bagian tubuh tertentu

akan mencetuskan respon inflamasi sistemik dengan mengaktivasikan sitokin,

kemokin, stress hormone, dan melepaskan berbagai growth factor yang akan

memberikan efek pada berbagai organ. Respon tubuh juga dipengaruhi oleh

tingkat keparahan luka bakar, penyebab luka bakar, trauma inhalasi, paparan

toksin, usia, riwayat penyakit kronis, serta lamanya waktu ketika pasien dibawa ke

fasilitas pelayanan kesehatan.1,5,9

Aktivasi sitokin akibat kerusakan jaringan ini menyebabkan terjadinya

peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi plasma yang menyebabkan

edema. Edema terjadi dengan cepat dalam 8 jam pertama setelah terkena luka

bakar dan terus terjadi paling lambat setidaknya dalam 18 jam. Kehilangan cairan

intravaskular yang disertai dengan penurunan curah jantung (cardiac output) serta

peningkatan resistensi pembuluh darah perifer (peripheral vascular resistance)

menyebabkan hipoperfusi organ. Respon inflamasi sistemik juga menyebabkan

dehidrasi dan syok hipovolemik yang mempengaruhi transfer oksigen ke sel,

menggaggu aliran darah, dan menurunkan kontraksi otot jantung. Pada luka bakar

yang berat dapat terjadi gangguan fungsi paru meskipun tanpa riwayat trauma

inhalasi yang berasal dari bronkokonstriksi yang disebabkan oleh histamin,

serotonin, dan tromboksan A2.1,6,9

11
Gambar 2.1 Efek Sistemik Luka Bakar5

Setelah cedera, Douglas Jackson membagi luka bakar menjadi 3 zona yaitu

zona koagulasi, zona stasis, dan zona hiperemia. Zona koagulasi yaitu bagian

yang secara permanen rusak. Zona stasis atau iskemia ditandai dengan penurunan

perfusi yang dapat berubah menjadi zona koagulasi apabila aliran darah tidak

adekuat akibat cairan yang diterima terlalu banyak atau terlalu sedikit. Pada zona

statis terdapat beberapa mediator inflamasi dan mediator vasoaktif seperti

prostaglandin, histamin, dan bradikinin. Peningkatan permeabilitas pembuluh

darah dan radikal bebas seperti xantin oksidase akan menyebabkan edema pada

zona ini. Zona hiperemia yaitu bagian terluar luka yang ditandai dengan

peningkatan vasodilatasi inflamasi dan akan kembali menjadi jaringan kulit yang

normal.5,9

Tingkat cedera seluler tergantung pada zona luka bakar yang berlangsung

dalam 24 jam pertama setelah onset. Fase inflamasi secara alami memiliki fungsi

untuk menurunkan jaringan nekrotik dan memberikan sinyal untuk kaskade

penyembuhan luka. Tujuan penyembuhan luka adalah untuk mencegah perubahan

12
dari zona statis atau iskemia menjadi zona koagulasi. 5,9

Gambar 2.2 Gambaran Klinis Zona Luka Bakar5

Gambar 2.3 Proses Penyembuhan Luka5

13
2.6 Diagnosis Luka Bakar

2.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Diagnosis luka bakar dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dapat diperoleh informasi mengenai onset,

etiologi, tindakan yang dilakukan sebelum pasien di bawa ke fasilitas pelayanan

kesehatan, data berat badan, dan informasi mengenai area tubuh yang terkena luka

bakar. Informasi mengenai onset luka bakar dan berat badan sangat diperlukan

jika ada indikasi pemberian resusitasi cairan.

Pasien luka bakar dianggap seperti pasien trauma sehingga dilakukan

prinsip primary survey yang terdiri dari penilaian airway, breathing, circulation,

disability, dan exposure.8 Pada airway dilakukan penilaian patensi jalan napas.

Pada breathing dilakukan penilaian adanya tanda-tanda hipoksia, hipoventilasi,

atau hiperventilasi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan thorax, frekuensi napas,

dan penilaian saturasi oksigen. Pada circulation dilakukan penilaian adanya tanda-

tanda syok sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi,

dan capillary refill test (CRT). Pada disability dilakukan penilaian derajat

kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) atau AVPU (alert,

verbal, pain, unresponsive). Pada exposure dilakukan penilaian terhadap seluruh

bagian tubuh pasien serta kontrol lingkungan untuk menjaga pasien tetap hangat

dan mencegah terjadinya hipotermi.7

Setelah primary survey dipastikan stabil, pemeriksaan dilanjutkan dengan

secondary survey yang terdiri dari status generalisata dan lokalisata.

14
2.6.2 Perhitungan Total Luas Luka Bakar atau Total Body Surface Area

(TBSA)

Penilaian total luas luka bakar atau Total Body Surface Area (TBSA) pada

dewasa dapat menggunakan Rule of Nines yang membagi beberapa luas area

permukaan tubuh menjadi 9% kecuali genitalia dan perineum yaitu 1%. 7

Gambar 2.4 Rule of Nines pada Dewasa10

Pada pasien dengan kasus luka bakar yang tidak luas, perhitungan luas luka

bakar dilakukan dengan menggunakan area palmar yaitu jari dan telapak tangan

pasien yang terhitung sebagai 1% TBSA. Cara perhitungan ini sangat bermanfaat

pada kasus luka bakar kecil dan tersebar pada area badan sehingga Rule of Nines

tidak dapat digunakan.7,10

15
Gambar 2.5 Perhitungan Luas Luka Bakar dengan Palmar10

Pada kasus luka bakar anak, metode Rule of Nines dianggap tidak akurat

karena dipengaruhi oleh proporsi tubuh anak yang berbeda dengan dewasa. Anak-

anak memiliki proporsi paha dan kaki yang lebih kecil namun memiliki proporsi

bahu dan kepala lebih besar. Proporsi ini berbeda jika dibandingkan dengan

proporsi tubuh orang dewasa. Oleh karena itu, untuk menghitung luas bakar pada

anak digunakan metode khusus yang disebut Pediatric Rule of Nines dan

disesuaikan dengan usia anak dengan mengurangi 1% TBSA pada bagian kepala

dan menambahkan ½% TBSA pada masing-masing tungkai setiap penambahan

usia 1 tahun hingga anak berusia ≥8 tahun. Pada saat anak berusia 9 tahun, 1%

TBSA ditambahkan untuk area perineum. Selanjutnya TBSA dan penghitungan

luas luka bakar dianggap sama dengan dewasa.7,10

Perhitungan luas luka bakar pada anak harus disesuaikan dengan Pediatric

Rule of Nines dan usia hingga batas yang telah ditentukan untuk menghindari

pemberian resusitasi cairan yang tidak akurat.7

16
Gambar 2.6 Pediatric Rule of Nines10

Gambar 2.7 Pediatric Rule of Nines Berdasarkan Usia10

2.6.3 Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman luka bakar dibedakan menjadi epidermal, superficial dermal,

mid dermal, deep dermal, dan full thickness. Setiap kedalaman luka bakar

memiliki ciri dari warna, bula, capillary refill, sensasi, dan prognosis

kesembuhan.7

17
Gambar 2.8 Kedalaman Luka Bakar pada Kulit10

Ciri-ciri kedalaman luka bakar pada kulit yang dapat ditemukan pada

anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Kedalaman Warna Bula Capillary Sensasi Kesembuhan

Refill

Epidermal Merah (-) Cepat Ada 7 hari


(1-2 detik)
Superficial Merah/merah Kecil Cepat Nyeri 14 hari
Dermal mudah pucat (1-2 detik)
Mid Dermal Merah muda (+) Lambat (+)/(-) 2 – 3 minggu dan
gelap (>2 detik) mungkin
memerlukan
grafting
Deep Dermal Bercak (+)/(-) Lambat (-) Memerlukan
merah/putih (>2 detik) grafting
atau (-)
Full Putih/coklat/ (-) (-) (-) Memerlukan
Thickness hitam/ grafting
merah tua

Tabel 2.1 Kedalaman Luka Bakar7,10

Luka bakar dapat membentuk jaringan parut atau scar. Luka bakar

epidermal dapat sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Luka bakar

18
superficial dermal biasanya tidak meninggalkan jaringan parut namun dapat

menimbulkan sedikit perubahan warna kulit jika dibandingkan dengan area kulit

yang tidak terkena luka bakar. Pada luka bakar mid dermal, terdapat kemungkinan

pembentukan jaringan parut apabila penyembuhan berlangsung >3 minggu. Pada

luka bakar deep dermal dan full thickness akan terbentuk jaringan parut.10

Gambar 2.9 Luka Bakar Epidermal10

Gambar 2.10 Luka Bakar Superficial Dermal10

Gambar 2.11 Luka Bakar Mid Dermal10


19
Gambar 2.12 Luka Bakar Deep Dermal10

Gambar 2.13 Luka Bakar Full Thickness10

2.6.4 Derajat Luka Bakar

Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dibedakan menjadi luka bakar

derajat I, derajat II, derajat III, dan ditemukan pada beberapa literatur

menyebutkan hingga derajat IV.1,4,8,13

Luka bakar derajat I (superficial burns) adalah luka bakar yang tidak berat

karena hanya mengenai lapisan epidermis kulit. Luka bakar derajat I biasanya

kering, kulit intak, dan tidak terjadi erupsi pada kulit, namun dapat ditemukan

pembengkakan, sedikit nyeri, dan kemerahan pada kulit. Pada luka bakar derajat I

biasanya tidak ada gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Luka bakar derajat I

biasanya disebabkan karena terbakar sinar matahari atau terkena uap.1,4,5,8,13,14


20
Luka bakar derajat II (partial thickness burn) adalah luka bakar yang

mengenai epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit. Luka bakar derajat II

dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar derajat IIa (superficial dermal) dan IIb

(deep dermal). Luka bakar derajat IIa mengenai epidermis dan bagian atas lapisan

dermis. Luka berwarna merah atau merah muda, bengkak, sangat nyeri, dan

terdapat bula. Luka bakar derajat IIb mengenai lapisan dermis yang lebih dalam

namun tidak begitu nyeri, bula bisa ditemukan atau tidak.1,4,5,8,13,14

Luka bakar derajat III (full thickness burn) adalah luka bakar yang mengenai

epidermis, seluruh lapisan dermis, hingga jaringan subkutan. Luka biasanya

berwarna putih atau gelap, tidak terasa nyeri, tidak ada bula, dan kulit mengeras

atau tidak elastis lagi. Luka bakar derajat III akan membentuk jaringan

parut.1,4,5,8,13,14

Luka bakar derajat IV (deep full thickness) adalah luka bakar yang

mengenai epidermis, seluruh lapisan dermis, jaringan subkutan, hingga struktur

yang lebih dalam seperti otot, tendon, ligament, dan tulang. Pada luka bakar ini

dapat terbentuk gangrene dan kulit tampak hitam seperti arang (karbonisasi).1,4,8,13

Gambar 2.14 Derajat Luka Bakar pada Lapisan Kulit9


21
2.6.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien luka bakar adalah

darah rutin, analisa gas darah, elektrolit, albumin, SGOT dan SGPT, ureum dan

kreatinin, glukosa darah, urinalisa, dan foto toraks.7

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar

Tujuan penatalaksanaan luka bakar adalah untuk mengurangi mortalitas dan

morbiditas, mencegah kerusakan organ akibat luka bakar, mencegah infeksi,

mempercepat penyembuhan luka dengan jaringan parut dan pigmentasi abnormal

yang minimal.5 Penatalaksanaan yang tepat dan cepat akan memberikan prognosis

yang lebih baik untuk pasien luka bakar.1

Penatalaksanaan awal yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar sebelum

sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan adalah menutup area luka bakar dengan

pakaian bersih atau jika diperlukan diberikan kompres dingin. Area kulit yang

tidak terkena luka bakar harus dijaga agar tetap hangat untuk mencegah

hipotermia.1

Resusitasi cairan diberikan secara tepat dan adekuat untuk mencegah syok

hipovolemik. Cairan yang disarankan adalah Ringer Lactate (RL) dengan formula

resusitasi Parkland yaitu :1,7

3 – 4 mL × kgBB × %TBSA

Pemberian cairan diberikan 2 tahap dalam 24 jam pertama trauma luka

bakar, yaitu tahap pertama diberikan dalam 8 jam yang dihitung sejak awal onset

luka bakar dan tahap kedua diberikan 16 jam selanjutnya. Pemasangan infus

intravena disarankan pada area kulit yang tidak mengalami luka bakar.

Selanjutnya setelah 24 jam pasca resusitasi, dilakukan pemberian cairan rumatan


22
(maintenance) dewasa yaitu :7

(1500 × TBSA) + ((25 +%LB) × TBSA)

Resusitasi pada pasien anak juga menggunakan formula Parkland ditambah

rumus cairan rumatan (maintenance) anak yang mengandung NaCl dengan Na+

1 – 2 mEq/kgBB/24 jam dan glukosa 4 – 5 mg/kgBB/menit. Rumus cairan

rumatan pada anak menggunakan Holiday Segar yaitu :7

100 mL/kgBB untuk 10 kg pertama

50 mL/kgBB untuk 10 kg kedua

10 mL/kgBB untuk 10 kg selanjutnya

Selanjutnya setelah 24 jam pasca resusitasi, sama seperti pasien dewasa,

dilakukan pemberian cairan rumatan (maintenance) pada pasien anak.7

Pemantauan cairan dilakukan dengan pemasangan kateter urin. Pada kasus

luas luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak wajib dilakukan

pemasangan kateter urin untuk pemantauan urin output. Urin output yang

dipertahankan dan dipantau untuk mempertahankan perfusi organ adalah 0,5 – 1

mL/kgBB/jam pada dewasa dan 1 – 1,5 mL/kgBB/jam pada anak.7

Luka bakar berisiko untuk terjadi infeksi, antibiotik topikal diberikan pada

luka bakar derajat II dan III. Silver sulfadiazine merupakan antibiotik topikal

profilaksis infeksi, namun tidak direkomendasikan untuk luka bakar superfisial

seperti luka bakar akibat terbakar sinar matahari (sunburn). Pemberian antibiotik

topikal dilakukan secara steril dan area luka bakar harus ditutupi dengan antibiotik

topikal setiap saat. Kelemahan dari pemberian silver sulfadiazine adalah dapat

memperlambat proses penyembuhan luka, sehingga penggunaannya disarankan

hanya pada hari pertama.1,5

23
Pemberian analgetik pada pasien luka bakar bertujuan untuk mengurangi

ketidaknyamanan dan kecemasan pasien. Pada luka bakar berat dapat diberikan

analgetik opioid potensi sedang hingga kuat seperti fentanyl, morfin, ketamine,

dll. Pada nyeri ringan hingga sedang dapat diberikan analgetik anti inflamasi non

steroid.1

Selanjutnya luka ditutup (dressing) dengan menggunakan bahan yang tidak

melekat seperti kassa yang diberi parafin, salep yang mengandung nitrofurazon

0,2%, zinc oxide, atau dimetil isopropilazulen.1 Pada kasus berat, mungkin saja

diperlukan tindakan operasi dan skin graft.5

2.8 Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar

Komplikasi pada luka bakar dapat berupa kontraktur, jaringan parut, ulkus

Marjolin (Marjolin’s ulcer), hingga kondisi yang berakibat fatal seperti syok

hipovolemik, gagal ginjal, acute respiratory distress syndrome (ARDS), sepsis,

emboli paru akibat imobilasasi jangka panjang, dan squamous cell carcinoma

pada bekas luka bakar.1,4,7,9

Kontraktur merupakan komplikasi patologis jaringan parut pada proses

penyembuhan luka bakar. Jika berlanjut, kontraktur dapat menyebabkan

deformitas dan mengganggu aktivitas sehari-hari.7

2.9 Kriteria Rujuk Luka Bakar

Adapun kriteria rujuk pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut :

a. Luka bakar ≥10% TBSA

b. Luka bakar ≥5% TBSA pada anak

c. Luka bakar full-thickness ≥5% TBSA

24
d. Luka bakar pada area khusus yaitu wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,

sendi utama, luka bakar yang mengelilingi ekstremitas, serta luka bakar

pada dada.

e. Luka bakar dengan trauma inhalasi

f. Luka bakar listrik

g. Luka bakar karena zat kimiawi

h. Luka bakar dengan penyakit yang menyertai sebelumnya

i. Luka bakar yang disertai trauma mayor

j. Luka bakar pada usia ekstrim yaitu anak sangat muda dan orang tua

k. Luka bakar pada wanita hamil

l. Luka bakar bukan karena kecelakaan

25
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. F
Jenis kelamin : Laki – laki
Usia : 26 tahun
Alamat : Pulau Palas
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 30 Juni 2023, pukul 18.30 WIB

3.2 Keluhan Utama : Kulit di bagian perut dan kedua lutut melepuh

3.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Teluk Pinang dengan keluhan kulit di bagian
perut dan kedua lutut melepuh setelah terkena air panas mesin kapal sejak sekitar
1 jam sebelum masuk Puskesmas. Pasien mengatakan bahwa sebelum kejadian,
pasien sedang berada di sekitar selang air panas dengan kondisi tidak
menggunakan pakaian atas dan hanya menggunakan celana pendek. Tidak lama
kemudian, tiba-tiba selang air terlepas dan menyemburkan air panas sehingga
mengenai perut dan kedua lutut pasien. Pasien mengaku air panas tidak mengenai
area wajah dan area kemaluan. Pasien mengaku tidak ada mengoleskan zat apapun
pada kulit yang melepuh. Pasien mengeluhkan area kulit yang melepuh terasa
panas dan sangat nyeri. Pasien mengatakan berat badannya saat ini adalah 65 kg.

3.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit paru.

3.2.2 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit paru.

26
3.3 Pemeriksaan Fisik
Primay Survey
Airway : clear, gargling (-), stridor (-)
Breathing : napas spontan, frekuensi napas 20x/menit, SpO2 99% tanpa O2
device
Circulation : tekanan darah 138/72 mmHg, nadi 78x/menit, CRT<2 detik, akral
hangat
Disability : GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya
(+/+)
Exposure : tampak luka bakar, eritema (+), bula (+), ekskoriasi (+) pada
regio abdomen, distal femur sinistra hingga genu sinistra, dan
genu dextra hingga proximal cruris sinistra. Suhu 37,2oC.

Secondary Survey
Tanda Vital
Kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
Tekanan darah : 138/72 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,2oC

Pemeriksaan Fisik Generalisata


Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya (+/+)
Hidung : rinorea (-), konka hiperemis (-), udem konka (-)
Mulut : sianosis (-/-), pucat (-)
Leher : JVP 5+2 cmH2O, limfadenopati (-)

Thorax (Paru)
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : vocal fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru

27
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Thorax (Jantung)
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIK V linea midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1-S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, dilatasi vena (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Status Lokalis

Gambar 3.1 Abdomen dan Toraks. Tampak eritema, sebagian besar kulit intak
dengan sedikit area kulit terkelupas dengan dasar kulit berwarna merah muda
pucat, bula (+), nyeri (+), et regio abdomen. Kesan : luka bakar derajat IIa 9%.
Tampak eritema, kulit intak, bula (+), nyeri (+), et region toraks. Kesan : luka
bakar IIa 3%.

28
Gambar 3.2 Genu Dextra. Tampak eritem, kulit intak, bula (+), nyeri (+), et regio
distal femur sinistra hingga genu dextra. Kesan : luka bakar derajat IIa 2%

.
Gambar 3.3 Proximal Cruris Sinistra. Tampak bula eskoriasi dengan dasar
berwarna merah muda, nyeri (+) et regio medial genu dextra. Tampak bula, nyeri
(+) et regio proximal cruris sinistra. Kesan : luka bakar derajat IIa 1%

29
3.4 Diagnosis

- Luka bakar derajat IIa 15%

3.5 Penatalaksanaan

- Kompres luka bakar dengan kassa yang dibasahi cairan NaCl 0,9%.

- IVFD RL 1.950 cc habis dalam 8 jam pertama, selanjutnya 1.950 cc

habis dalam 16 jam selanjutnya.

- Injeksi ketorolac 30 mg (extra IGD), selanjutnya injeksi ketorolac 30

mg/8 jam jika nyeri.

- Injeksi ranitidine 25 mg (extra IGD)

- Bioplacenton zalf 3 – 4 kali sehari

- Pantau tanda – tanda vital

- Pantau urin output dengan pemasangan kateter urin  pasien menolak,

anjuran menampung urin sendiri setiap buang air kecil.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien laki-laki berusia 26 tahun datang ke IGD Puskesmas Teluk

Pinang dengan keluhan kulit di bagian perut dan kedua lutut melepuh setelah terkena

air panas mesin kapal sejak sekitar 1 jam sebelum masuk Puskesmas. Setelah dilakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis luka bakar derajat IIa 15%.

Luka bakar merupakan jenis cedera yang menyebabkan kerusakan pada jaringan

kulit akibat kontak dengan sumber panas, dingin, listrik, kimiawi, radiasi, sinar matahari,

dll.1,4,5,7 Luka bakar akibat sumber panas merupakan jenis luka bakar yang paling sering

dijumpai. Sumber panas dibedakan menjadi sumber panas basah dan sumber panas

kering. Luka bakar akibat sumber panas basah contohnya terkena air panas.4,5 Pada luka

bakar dewasa, terkena air panas merupakan penyebab terbanyak kedua setelah api.7 Pada

kasus ini, penyebab luka bakar pada pasien adalah akibat berkontak dengan air panas

mesin kapal.

Luka bakar merupakan jenis cedera tersering keempat setelah kecelakaan lalu

lintas, terjatuh dari ketinggian, dan kekerasan fisik.3,11 Luka bakar berisiko menyebabkan

morbiditas dan mortalitas.7 Semua pasien luka bakar yang datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan dianggap sebagai pasien trauma sehingga dilakukan primary survey yang

terdiri dari penilaian airway, breathing, circulation, disability, dan exposure .7 Pada kasus

ini dilakukan primary survey dan didapatkan semua komponen primary survey dalam

keadaan stabil atau clear. Setelah primary survey dipastikan dalam keadaan stabil, maka

selanjutnya dilakukan secondary survey yaitu pemeriksaan secara menyeluruh yang

terdiri dari status generalisata dan lokalisata. Pemeriksaan generalisata pada pasien ini

dalam batas normal.

Penilaian status lokalisata dilakukan pada area yang terkena luka bakar yaitu

regio abdomen, toraks, genu sinistra, dan proximal cruris dextra. Pada pemeriksaan regio
31
abdomen didapatkan hasil tampak eritema pada seluruh area kulit abdomen,

sebagian besar kulit masih tampak intak dengan sedikit area kulit terkelupas

dengan dasar berwarna merah muda pucat, ditemukan bula kecil berjumlah

multipel, serta pasien mengeluhkan panas dan nyeri. Pada regio toraks bagian

bawah, kulit tampak eritema namun masih tampak intak, ditemukan bula multipel,

dan terasa nyeri. Pada regio genu sinistra kulit tampak eritema, kulit masih

tampak intak, ditemukan bula berjumlah multipel, pasien mengeluhkan panas dan

nyeri. Pada regio proximal cruris sinistra ditemukan bula eskoriasi dengan dasar

berwarna merah muda pucat dan terasa nyeri.

Luas luka bakar pada dewasa dinilai dengan menggunakan Rule of Nines

yang membagi beberapa regio tubuh menjadi 9% kecuali genitalia dan perineum

yaitu 1%.4,7,10 Penilaian luas luka bakar yang kecil dilakukan dengan metode

palmar yaitu sebesar jari dan telapak tangan pasien terhitung sebagai 1% TBSA.7

Pada kasus ini, pasien mengalami luka bakar pada seluruh area abdomen sehingga

terhitung sebagai 9% TBSA, luka bakar pada regio toraks bagian bawah terhitung

3% dengan metode palmar, luka bakar genu dextra terhitung 2% dengan metode

palmar, dan luka bakar pada regio proximal cruris sinistra terhitung sebagai 1%

TBSA dengan menggunakan metode palmar. Berdasarkan perhitungan tersebut

maka pasien didiagnosis luka bakar dengan luas 15%.

Derajat luka bakar dinilai berdasarkan kedalamannya mengenai lapisan kulit

hingga jaringan yang ada dibawah kulit, sehingga dibedakan menjadi luka bakar

derajat I, derajat II, derajat III, dan derajat IV.1,4,8,13 Luka bakar derajat II (partial

thickness burn) mengenai epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit. Luka bakar

derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar derajat IIa (superficial dermal)

32
dan IIb (deep dermal). Luka bakar derajat IIa mengenai epidermis dan bagian atas

lapisan dermis dengan ciri-ciri berwarna merah/merah muda/merah muda pucat,

bengkak, terasa nyeri, dan terdapat bula. Luka bakar derajat IIb mengenai lapisan

dermis yang lebih dalam dengan ciri-ciri tidak begitu nyeri, namun bisa

ditemukan bula atau tidak pada pemeriksaan fisik. 1,4,5,8,13,14 Pada kasus ini,

ditemukan luka bakar dengan area kulit kemerahan, dijumpai ekskoriasi dengan

dasar berwarna merah muda pucat, adanya bula multipel, dan pasien mengeluhkan

nyeri. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan, pasien

didiagnosis mengalami luka bakar derajat IIa.

Manajemen nyeri sangat diperlukan pada pasien luka bakar untuk

mengurangi ketidaknyamanan dan kecemasan. Pada luka bakar berat, opioid dapat

digunakan sebagai analgetik. Namun, pada kasus luka bakar nyeri ringan hingga

sedang, obat anti inflamasi non steroid dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi

nyeri.1 Pada kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri dan gelisah, sehingga diberikan

injeksi ketorolac 30 mg. Setelah mendapatkan analgetik, pasien mengaku nyeri

yang dirasakan berkurang dan pasien menjadi lebih tenang.

Salah satu penyebab mortalitas pada pasien luka bakar adalah syok

hipovolemik, sehingga resusitasi cairan perlu diberikan sesuai dengan indikasi.1

Resusitasi cairan diberikan pada pasien luka bakar derajat II atau III dengan luas

>20% dengan cairan yang disarankan adalah Ringer Lactate (RL). Perhitungan

kebutuhan cairan menggunakan formula Parkland dan dilakukan dalam 24 jam

yang dibagi menjadi 2 tahap pemberian. Sebanyak 50% dari total kebutuhan

cairan diberikan pada 8 jam pertama dihitung dari awal terjadinya luka bakar dan

50% sisanya diberikan pada 16 jam selanjutnya.7 Berdasarkan anamnesis, pasien

33
mengatakan bahwa berat badannya saat ini adalah 65 kg. Berdasarkan

pemeriksaan fisik, luas luka bakar pada pasien adalah 15%. Berdasarkan rumus

Parkland yaitu 3 – 4 mL × kgBB × TBSA, maka total kebutuhan cairan pasien

untuk 24 jam pertama adalah 3.900 mL RL dengan mengambil patokan 4

mL/kgBB. Selanjutnya kebutuhan cairan ini akan dibagi menjadi 2 tahap

pemberian, yaitu tahap pertama 1.950 mL diberikan dalam 8 jam pertama dihitung

dari onset luka bakar kemudian 1.950 mL sisanya diberikan dalam 16 jam

selanjutnya.

Pemasangan kateter urin dilakukan untuk pemantauan cairan yang adekuat

serta menilai fungsi ginjal. Urin output yang dipertahankan untuk perfusi organ

adalah 0,5 – 1 mL/kgBB/jam pada dewasa.7 Pada kasus ini, pasien dianjurkan

untuk pemasangan kateter urin namun pasien menolak. Pemantauan urin output

tetap dilakukan dengan meminta pasien menampung urin pada botol yang dapat

menampung hingga 1500 mL. Setelah 16 jam, urin output pasien adalah sekitar

1500 mL.

Luka bakar berisiko untuk terjadi infeksi sehingga disarankan untuk

memberikan antibiotik topikal pada luka bakar derajat II dan III. Antibiotik

topikal profilaksis infeksi untuk luka bakar yang direkomendasikan adalah silver

sulfadiazine.1,5 Pada kasus ini, pasien menggunakan bioplacenton yang

mengandung placenta extract dan neomycin sulphate 3 – 4 kali sehari. Alasan

penggunaan bioplacenton adalah karena silver sulfadiazine tidak tersedia dan

hanya bioplacenton yang dimiliki oleh pasien. Berdasarkan penelitian, membran

amnion memiliki efek anti inflamasi, anti bakteri, analgetik, dan mempercepat

penyembuhan luka.3

34
Prognosis luka bakar tergantung pada derajat dan luas luka bakar. Respon

tubuh dan penyembuhan luka bakar pada kulit dipengaruhi oleh tingkat keparahan

luka bakar, mekanisme cedera luka bakar, usia, dan riwayat penyakit pasien.1,5,9

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis pasien masih berusia muda yaitu 26 tahun

dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis, berdasarkan pemeriksaan fisik luka

bakar yang dialami pasien adalah luka bakar derajat IIa 15%. Luka bakar derajat

IIa (superficial dermal) pada umumnya sembuh dalam 14 hari.10

Pasca resusitasi 24 jam pertama setelah terjadi trauma akibat luka bakar,

selanjutnya pasien akan diberikan cairan rumatan (maintenance).7 Namun, pada

kasus ini setelah kurang lebih 16 jam perawatan, pasien pulang atas permintaan

sendiri.

35
BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan teori, kasus, dan pembahasan yang telah disusun, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Luka bakar merupakan cedera yang ditandai dengan kerusakan jaringan


kulit akibat sumber panas, dingin, listrik, kimia, radiasi, dan sinar matahari.
Diagnosis luka bakar dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Penatalaksanaan luka bakar disesuaikan dengan derajat dan luas luka
bakar.
2. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien kasus, maka
dapat ditegakkan diagnosis luka bakar derajat IIa 15%.
3. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah resusitasi cairan dengan
formula Parkland, antibiotik topikal, kompres dengan cairan fisiologis NaCl
0,9% dan pemantauan urin output.
4. Prognosis luka bakar tergantung pada derajat dan luas luka bakar.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Kartal SP, Altunel CT, Bayramgurler D. Hot topics in burn injuries. In:
Current Oncology. 2018;1(25):3-11.

2. Utami AM, Elfiah U, Wisudanti DD. Assessments of quality of life in burn


patients after hospital treatment in Jember. J Kedokt dan Kesehat Indones.
2020;11(2):158.

3. Prawoto AN, Dachlan I. Use of amniotic membrane for wound healing in


burn injuries. J Rekonstruksi dan Estet. 2022;7(2):64-5.

4. Dewi YRS. Luka bakar: konsep umum dan investigasi berbasis klinis luka
antemortem dan postmortem. E-Jurnal Med Udayana. 2013;2(3):1-6.

5. Bunman S, Dumavibhat N, Chatthanawaree W, Intalapaporn S,


Thuwachaosuan T, et al. Burn Wound Healing: Pathophysiology and
Current Management of Burn Injury. Bangkok Med J. 2017;13(02):91-6.

6. Rowan MP, Cancio LC, Elster EA, Burmeister DM, Rose LF, et al. Burn
wound healing and treatment: review and advancements. Crit Care.
2015;19(1):1.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional


pelayanan kedokteran tatalaksana luka bakar. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2019;2(1):5-7, 12-6, 21-2, 28, 33-6, 45, 48.

8. Noorbakhsh SI, Bonar EM, Polinski R, Amin MS. Educational Case: Burn
Injury—Pathophysiology, Classification, and Treatment. Acad Pathol.
2021;8:3,5.

9. Jeschke MG, van Baar ME, Choudhry MA, Chung KK, Gibran NS, et al.
Burn injury. Nat Rev Dis Prim. 2020;6(1):2-3, 12-3.

10. Agency for Clinical Inovation. Clinical Guidelines: Burn Patient


Management. 4th ed. State of New South Wales: NSW Government. 2019;

37
2-9.

11. Markiewicz-Gospodarek A, Kozioł M, Tobiasz M, Baj J, Radzikowska-


Büchner E, et al. Burn Wound Healing: Clinical Complications, Medical
Care, Treatment, and Dressing Types: The Current State of Knowledge for
Clinical Practice. Int J Environ Res Public Health. 2022;19(3):1-2.

12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional


Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:
2018:259-60.

13. Yastı AÇ, Şenel E, Saydam M, Özok G, Çoruh A, et al. Guideline and
treatment algorithm for burn injuries. Ulus Travma ve Acil Cerrahi Derg.
2015;21(2):79.

14. Anam K, Dachlan I. Prognostic factors affecting the mortality of burn


injuries patients in Dr. Sardjito general hospital, Yogyakarta, Indonesia.
Acta Interna J Intern Med. 2011;1(2):203-4.

38

Anda mungkin juga menyukai