Laporan Kasus Luka Bakar Derajat Iia 15%
Laporan Kasus Luka Bakar Derajat Iia 15%
Disusun oleh :
Pendamping :
Oleh:
dr. Ucha Anggiani Putri
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Luka Bakar Derajat IIA 15% Pada Dewasa”. Adapun selain untuk
kasus ini ditulis sebagai salah satu syarat refleksi kasus Program Dokter Internsip
Gaung Anak Serka, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Dina Fitria selaku pembimbing
laporan kasus ini. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
2.6.2 Perhitungan Total Luas Luka Bakar atau Total Body Surface Area
(TBSA) ........................................................................................ 15
ii
BAB V SIMPULAN ............................................................................................ 36
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Organization (WHO), mortalitas akibat luka bakar cukup tinggi di negara Asia
berjumlah 195.000 kasus setiap tahun.3 Mekanisme kematian akibat luka bakar
Luka bakar menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Etiologi luka bakar
adalah kontak dengan sumber panas, dingin, listrik, bahan kimia, radiasi, maupun
sinar matahari.1 Kasus luka bakar sebagian besar disebabkan oleh sumber panas
yang dibedakan menjadi sumber panas basah dan kering. Sumber panas basah
adalah luka bakar akibat terkena air panas atau uap panas, sedangkan sumber
panas kering adalah luka bakar akibat api. 4–6 Sebanyak 19,1% kasus luka bakar
Semua pasien luka bakar harus ditangani seperti pasien trauma, yaitu tetap
derajat dan luas area luka bakar. Pada pasien dewasa, penilaian luas luka bakar
Penanganan awal yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar ringan
adalah membasahi area luka bakar dengan air mengalir dengan tetap
pasta gigi, lemon, mentega, bawang, hidrogen peroksida, atau zat lainnya yang
tidak terbukti bermanfaat karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit. 1,9,10
6
Resusitasi cairan diberikan pada pasien luka bakar derajat II atau III dengan luas
>20%. Perhitungan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh berat badan dan luas luka
bakar. Cairan yang direkomendasikan untuk resusitasi pasien luka bakar adalah
Ringer Lactate (RL). Resusitasi cairan dilakukan dalam 24 jam yang dibagi
menjadi 2 tahap pemberian, yaitu 50% dari total kebutuhan cairan diberikan pada
8 jam pertama dihitung dari awal terjadinya luka bakar dan 50% sisanya diberikan
pada 16 jam selanjutnya. Jika cairan hanya diberikan secara oral, maka kebutuhan
cairan dalam 24 jam adalah setara dengan 15% dari berat badan dengan lama
pemberian selama 2 hari. Pemantauan urin output dilakukan untuk menilai cairan
yang adekuat.7
Selain terapi cairan, pemberian antibiotik topikal pada pasien luka bakar
juga direkomendasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3. Antibiotik topikal yang
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien luka bakar adalah kontraktur, jaringan
parut, dan ulkus Marjolin (Marjolin’s ulcer).1,7 Pada kondisi yang parah, pasien
dapat jatuh pada kondisi syok hipovolemik, gagal ginjal, acute respiratory
distress syndrome (ARDS), sepsis, emboli paru akibat imobilasasi jangka panjang,
Prognosis luka bakar tergantung pada tingkat keparahan yang dialami oleh
pasien berdasarkan derajat dan luas luka bakar. Penyembuhan luka bakar pada
kulit tergantung pada tingkat keparahan luka bakar, mekanisme cedera luka bakar,
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kerusakan jaringan kulit akibat kontak dengan sumber panas, dingin, listrik,
Etiologi tersering pada kasus luka bakar adalah kontak dengan sumber
panas. Sumber panas dibedakan menjadi 2, yaitu sumber panas basah dan sumber
panas kering. Sumber panas basah dapat berupa air panas dan uap panas,
Luka bakar juga dapat disebabkan oleh sumber dingin yaitu saat kulit
terpapar dengan suhu dingin yang ekstrim. Kontak dengan sumber listrik, radiasi,
dan sinar matahari juga dapat menjadi etiologi luka bakar pada kulit. 1,4,5,7
Kasus luka bakar pada dewasa sebagian besar disebabkan oleh api, sedangkan
pada anak lebih banyak ditemukan kasus luka bakar akibat tersiram air panas.7
Luka bakar merupakan salah satu jenis cedera tersering nomor 4 di dunia
setelah kecelakaan lalu lintas, cedera akibat terjatuh, dan kekerasan fisik. World
kasus luka bakar di seluruh dunia dengan 180.000 kasus di antaranya berakibat
fatal.9,11
8
Berdasarkan laporan The American Burn Association (ABA) National Burn
Repository 2019, luka bakar akibat api masih menjadi penyebab utama kasus luka
bakar di Amerika Serikat dengan persentase 41%. Penyebab kedua kasus luka
bakar di Amerika Serikat adalah air panas dengan persentase 31%. Kasus luka
bakar lainnya disebabkan oleh zat kimia sebanyak 3,5% dan luka bakar listrik
sebanyak 3,6%. Luka bakar pada anak usia <5 tahun biasanya disebabkan oleh air
panas dan luka bakar akibat api lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan usia
tua.9
laporan WHO, terdapat tingkat mortalitas yang tinggi pada kasus luka bakar di
pada tahun 2012-2016, luka bakar pada dewasa sebagian besar disebabkan oleh
api sedangkan pada anak lebih banyak disebabkan oleh air panas. Kasus luka
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, kasus cedera akibat luka
bakar di Provinsi Riau cukup tinggi dibandingkan dengan jenis cedera lainnya
seperti cedera organ dalam dan cedera pada mata. Cedera akibat luka bakar cukup
Luka bakar diklasifikasikan menjadi 3, yaitu luka bakar ringan, sedang, dan
tanpa mengenai daerah mata, telinga, wajah, tangan, kaki, dan perineum.
<10%.
b. TBSA 10 - 20% pada luka bakar partial thickness pada pasien anak dibawah
10 tahun dan dewasa usia diatas 40 tahun, atau luka bakar full-thickness
<10%.
c. TBSA ≤10% pada luka bakar full-thickness pada anak atau dewasa tanpa
masalah kosmetik atau mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki,
atau perineum.
a. TBSA ≥25%
b. TBSA ≥20% pada anak usia dibawah 10 tahun dan dewasa usia diatas 40
tahun
d. Semua luka bakar yang mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki,
f. Semua luka bakar yang disertai trauma berat atau trauma inhalasi
10
2.5 Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar meskipun sifatnya lokal atau mengenai bagian tubuh tertentu
kemokin, stress hormone, dan melepaskan berbagai growth factor yang akan
memberikan efek pada berbagai organ. Respon tubuh juga dipengaruhi oleh
tingkat keparahan luka bakar, penyebab luka bakar, trauma inhalasi, paparan
toksin, usia, riwayat penyakit kronis, serta lamanya waktu ketika pasien dibawa ke
edema. Edema terjadi dengan cepat dalam 8 jam pertama setelah terkena luka
bakar dan terus terjadi paling lambat setidaknya dalam 18 jam. Kehilangan cairan
intravaskular yang disertai dengan penurunan curah jantung (cardiac output) serta
menggaggu aliran darah, dan menurunkan kontraksi otot jantung. Pada luka bakar
yang berat dapat terjadi gangguan fungsi paru meskipun tanpa riwayat trauma
11
Gambar 2.1 Efek Sistemik Luka Bakar5
Setelah cedera, Douglas Jackson membagi luka bakar menjadi 3 zona yaitu
zona koagulasi, zona stasis, dan zona hiperemia. Zona koagulasi yaitu bagian
yang secara permanen rusak. Zona stasis atau iskemia ditandai dengan penurunan
perfusi yang dapat berubah menjadi zona koagulasi apabila aliran darah tidak
adekuat akibat cairan yang diterima terlalu banyak atau terlalu sedikit. Pada zona
darah dan radikal bebas seperti xantin oksidase akan menyebabkan edema pada
zona ini. Zona hiperemia yaitu bagian terluar luka yang ditandai dengan
peningkatan vasodilatasi inflamasi dan akan kembali menjadi jaringan kulit yang
normal.5,9
Tingkat cedera seluler tergantung pada zona luka bakar yang berlangsung
dalam 24 jam pertama setelah onset. Fase inflamasi secara alami memiliki fungsi
12
dari zona statis atau iskemia menjadi zona koagulasi. 5,9
13
2.6 Diagnosis Luka Bakar
kesehatan, data berat badan, dan informasi mengenai area tubuh yang terkena luka
bakar. Informasi mengenai onset luka bakar dan berat badan sangat diperlukan
prinsip primary survey yang terdiri dari penilaian airway, breathing, circulation,
disability, dan exposure.8 Pada airway dilakukan penilaian patensi jalan napas.
dan penilaian saturasi oksigen. Pada circulation dilakukan penilaian adanya tanda-
tanda syok sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi,
dan capillary refill test (CRT). Pada disability dilakukan penilaian derajat
kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) atau AVPU (alert,
bagian tubuh pasien serta kontrol lingkungan untuk menjaga pasien tetap hangat
14
2.6.2 Perhitungan Total Luas Luka Bakar atau Total Body Surface Area
(TBSA)
Penilaian total luas luka bakar atau Total Body Surface Area (TBSA) pada
dewasa dapat menggunakan Rule of Nines yang membagi beberapa luas area
Pada pasien dengan kasus luka bakar yang tidak luas, perhitungan luas luka
bakar dilakukan dengan menggunakan area palmar yaitu jari dan telapak tangan
pasien yang terhitung sebagai 1% TBSA. Cara perhitungan ini sangat bermanfaat
pada kasus luka bakar kecil dan tersebar pada area badan sehingga Rule of Nines
15
Gambar 2.5 Perhitungan Luas Luka Bakar dengan Palmar10
Pada kasus luka bakar anak, metode Rule of Nines dianggap tidak akurat
karena dipengaruhi oleh proporsi tubuh anak yang berbeda dengan dewasa. Anak-
anak memiliki proporsi paha dan kaki yang lebih kecil namun memiliki proporsi
bahu dan kepala lebih besar. Proporsi ini berbeda jika dibandingkan dengan
proporsi tubuh orang dewasa. Oleh karena itu, untuk menghitung luas bakar pada
anak digunakan metode khusus yang disebut Pediatric Rule of Nines dan
disesuaikan dengan usia anak dengan mengurangi 1% TBSA pada bagian kepala
usia 1 tahun hingga anak berusia ≥8 tahun. Pada saat anak berusia 9 tahun, 1%
Perhitungan luas luka bakar pada anak harus disesuaikan dengan Pediatric
Rule of Nines dan usia hingga batas yang telah ditentukan untuk menghindari
16
Gambar 2.6 Pediatric Rule of Nines10
mid dermal, deep dermal, dan full thickness. Setiap kedalaman luka bakar
memiliki ciri dari warna, bula, capillary refill, sensasi, dan prognosis
kesembuhan.7
17
Gambar 2.8 Kedalaman Luka Bakar pada Kulit10
Ciri-ciri kedalaman luka bakar pada kulit yang dapat ditemukan pada
Refill
Luka bakar dapat membentuk jaringan parut atau scar. Luka bakar
18
superficial dermal biasanya tidak meninggalkan jaringan parut namun dapat
menimbulkan sedikit perubahan warna kulit jika dibandingkan dengan area kulit
yang tidak terkena luka bakar. Pada luka bakar mid dermal, terdapat kemungkinan
luka bakar deep dermal dan full thickness akan terbentuk jaringan parut.10
derajat I, derajat II, derajat III, dan ditemukan pada beberapa literatur
Luka bakar derajat I (superficial burns) adalah luka bakar yang tidak berat
karena hanya mengenai lapisan epidermis kulit. Luka bakar derajat I biasanya
kering, kulit intak, dan tidak terjadi erupsi pada kulit, namun dapat ditemukan
pembengkakan, sedikit nyeri, dan kemerahan pada kulit. Pada luka bakar derajat I
biasanya tidak ada gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Luka bakar derajat I
mengenai epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit. Luka bakar derajat II
dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar derajat IIa (superficial dermal) dan IIb
(deep dermal). Luka bakar derajat IIa mengenai epidermis dan bagian atas lapisan
dermis. Luka berwarna merah atau merah muda, bengkak, sangat nyeri, dan
terdapat bula. Luka bakar derajat IIb mengenai lapisan dermis yang lebih dalam
Luka bakar derajat III (full thickness burn) adalah luka bakar yang mengenai
berwarna putih atau gelap, tidak terasa nyeri, tidak ada bula, dan kulit mengeras
atau tidak elastis lagi. Luka bakar derajat III akan membentuk jaringan
parut.1,4,5,8,13,14
Luka bakar derajat IV (deep full thickness) adalah luka bakar yang
yang lebih dalam seperti otot, tendon, ligament, dan tulang. Pada luka bakar ini
dapat terbentuk gangrene dan kulit tampak hitam seperti arang (karbonisasi).1,4,8,13
darah rutin, analisa gas darah, elektrolit, albumin, SGOT dan SGPT, ureum dan
yang minimal.5 Penatalaksanaan yang tepat dan cepat akan memberikan prognosis
Penatalaksanaan awal yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar sebelum
sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan adalah menutup area luka bakar dengan
pakaian bersih atau jika diperlukan diberikan kompres dingin. Area kulit yang
tidak terkena luka bakar harus dijaga agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermia.1
Resusitasi cairan diberikan secara tepat dan adekuat untuk mencegah syok
hipovolemik. Cairan yang disarankan adalah Ringer Lactate (RL) dengan formula
3 – 4 mL × kgBB × %TBSA
bakar, yaitu tahap pertama diberikan dalam 8 jam yang dihitung sejak awal onset
luka bakar dan tahap kedua diberikan 16 jam selanjutnya. Pemasangan infus
intravena disarankan pada area kulit yang tidak mengalami luka bakar.
rumus cairan rumatan (maintenance) anak yang mengandung NaCl dengan Na+
luas luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak wajib dilakukan
pemasangan kateter urin untuk pemantauan urin output. Urin output yang
Luka bakar berisiko untuk terjadi infeksi, antibiotik topikal diberikan pada
luka bakar derajat II dan III. Silver sulfadiazine merupakan antibiotik topikal
seperti luka bakar akibat terbakar sinar matahari (sunburn). Pemberian antibiotik
topikal dilakukan secara steril dan area luka bakar harus ditutupi dengan antibiotik
topikal setiap saat. Kelemahan dari pemberian silver sulfadiazine adalah dapat
23
Pemberian analgetik pada pasien luka bakar bertujuan untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan kecemasan pasien. Pada luka bakar berat dapat diberikan
analgetik opioid potensi sedang hingga kuat seperti fentanyl, morfin, ketamine,
dll. Pada nyeri ringan hingga sedang dapat diberikan analgetik anti inflamasi non
steroid.1
melekat seperti kassa yang diberi parafin, salep yang mengandung nitrofurazon
0,2%, zinc oxide, atau dimetil isopropilazulen.1 Pada kasus berat, mungkin saja
Komplikasi pada luka bakar dapat berupa kontraktur, jaringan parut, ulkus
Marjolin (Marjolin’s ulcer), hingga kondisi yang berakibat fatal seperti syok
emboli paru akibat imobilasasi jangka panjang, dan squamous cell carcinoma
Adapun kriteria rujuk pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut :
24
d. Luka bakar pada area khusus yaitu wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,
sendi utama, luka bakar yang mengelilingi ekstremitas, serta luka bakar
pada dada.
j. Luka bakar pada usia ekstrim yaitu anak sangat muda dan orang tua
25
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Keluhan Utama : Kulit di bagian perut dan kedua lutut melepuh
26
3.3 Pemeriksaan Fisik
Primay Survey
Airway : clear, gargling (-), stridor (-)
Breathing : napas spontan, frekuensi napas 20x/menit, SpO2 99% tanpa O2
device
Circulation : tekanan darah 138/72 mmHg, nadi 78x/menit, CRT<2 detik, akral
hangat
Disability : GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya
(+/+)
Exposure : tampak luka bakar, eritema (+), bula (+), ekskoriasi (+) pada
regio abdomen, distal femur sinistra hingga genu sinistra, dan
genu dextra hingga proximal cruris sinistra. Suhu 37,2oC.
Secondary Survey
Tanda Vital
Kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
Tekanan darah : 138/72 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,2oC
Thorax (Paru)
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : vocal fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
27
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Thorax (Jantung)
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIK V linea midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1-S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, dilatasi vena (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Status Lokalis
Gambar 3.1 Abdomen dan Toraks. Tampak eritema, sebagian besar kulit intak
dengan sedikit area kulit terkelupas dengan dasar kulit berwarna merah muda
pucat, bula (+), nyeri (+), et regio abdomen. Kesan : luka bakar derajat IIa 9%.
Tampak eritema, kulit intak, bula (+), nyeri (+), et region toraks. Kesan : luka
bakar IIa 3%.
28
Gambar 3.2 Genu Dextra. Tampak eritem, kulit intak, bula (+), nyeri (+), et regio
distal femur sinistra hingga genu dextra. Kesan : luka bakar derajat IIa 2%
.
Gambar 3.3 Proximal Cruris Sinistra. Tampak bula eskoriasi dengan dasar
berwarna merah muda, nyeri (+) et regio medial genu dextra. Tampak bula, nyeri
(+) et regio proximal cruris sinistra. Kesan : luka bakar derajat IIa 1%
29
3.4 Diagnosis
3.5 Penatalaksanaan
- Kompres luka bakar dengan kassa yang dibasahi cairan NaCl 0,9%.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pinang dengan keluhan kulit di bagian perut dan kedua lutut melepuh setelah terkena
air panas mesin kapal sejak sekitar 1 jam sebelum masuk Puskesmas. Setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis luka bakar derajat IIa 15%.
Luka bakar merupakan jenis cedera yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
kulit akibat kontak dengan sumber panas, dingin, listrik, kimiawi, radiasi, sinar matahari,
dll.1,4,5,7 Luka bakar akibat sumber panas merupakan jenis luka bakar yang paling sering
dijumpai. Sumber panas dibedakan menjadi sumber panas basah dan sumber panas
kering. Luka bakar akibat sumber panas basah contohnya terkena air panas.4,5 Pada luka
bakar dewasa, terkena air panas merupakan penyebab terbanyak kedua setelah api.7 Pada
kasus ini, penyebab luka bakar pada pasien adalah akibat berkontak dengan air panas
mesin kapal.
Luka bakar merupakan jenis cedera tersering keempat setelah kecelakaan lalu
lintas, terjatuh dari ketinggian, dan kekerasan fisik.3,11 Luka bakar berisiko menyebabkan
morbiditas dan mortalitas.7 Semua pasien luka bakar yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan dianggap sebagai pasien trauma sehingga dilakukan primary survey yang
terdiri dari penilaian airway, breathing, circulation, disability, dan exposure .7 Pada kasus
ini dilakukan primary survey dan didapatkan semua komponen primary survey dalam
keadaan stabil atau clear. Setelah primary survey dipastikan dalam keadaan stabil, maka
terdiri dari status generalisata dan lokalisata. Pemeriksaan generalisata pada pasien ini
Penilaian status lokalisata dilakukan pada area yang terkena luka bakar yaitu
regio abdomen, toraks, genu sinistra, dan proximal cruris dextra. Pada pemeriksaan regio
31
abdomen didapatkan hasil tampak eritema pada seluruh area kulit abdomen,
sebagian besar kulit masih tampak intak dengan sedikit area kulit terkelupas
dengan dasar berwarna merah muda pucat, ditemukan bula kecil berjumlah
multipel, serta pasien mengeluhkan panas dan nyeri. Pada regio toraks bagian
bawah, kulit tampak eritema namun masih tampak intak, ditemukan bula multipel,
dan terasa nyeri. Pada regio genu sinistra kulit tampak eritema, kulit masih
tampak intak, ditemukan bula berjumlah multipel, pasien mengeluhkan panas dan
nyeri. Pada regio proximal cruris sinistra ditemukan bula eskoriasi dengan dasar
Luas luka bakar pada dewasa dinilai dengan menggunakan Rule of Nines
yang membagi beberapa regio tubuh menjadi 9% kecuali genitalia dan perineum
yaitu 1%.4,7,10 Penilaian luas luka bakar yang kecil dilakukan dengan metode
palmar yaitu sebesar jari dan telapak tangan pasien terhitung sebagai 1% TBSA.7
Pada kasus ini, pasien mengalami luka bakar pada seluruh area abdomen sehingga
terhitung sebagai 9% TBSA, luka bakar pada regio toraks bagian bawah terhitung
3% dengan metode palmar, luka bakar genu dextra terhitung 2% dengan metode
palmar, dan luka bakar pada regio proximal cruris sinistra terhitung sebagai 1%
hingga jaringan yang ada dibawah kulit, sehingga dibedakan menjadi luka bakar
derajat I, derajat II, derajat III, dan derajat IV.1,4,8,13 Luka bakar derajat II (partial
thickness burn) mengenai epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit. Luka bakar
derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar derajat IIa (superficial dermal)
32
dan IIb (deep dermal). Luka bakar derajat IIa mengenai epidermis dan bagian atas
bengkak, terasa nyeri, dan terdapat bula. Luka bakar derajat IIb mengenai lapisan
dermis yang lebih dalam dengan ciri-ciri tidak begitu nyeri, namun bisa
ditemukan bula atau tidak pada pemeriksaan fisik. 1,4,5,8,13,14 Pada kasus ini,
ditemukan luka bakar dengan area kulit kemerahan, dijumpai ekskoriasi dengan
dasar berwarna merah muda pucat, adanya bula multipel, dan pasien mengeluhkan
nyeri. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan, pasien
mengurangi ketidaknyamanan dan kecemasan. Pada luka bakar berat, opioid dapat
digunakan sebagai analgetik. Namun, pada kasus luka bakar nyeri ringan hingga
sedang, obat anti inflamasi non steroid dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi
nyeri.1 Pada kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri dan gelisah, sehingga diberikan
Salah satu penyebab mortalitas pada pasien luka bakar adalah syok
Resusitasi cairan diberikan pada pasien luka bakar derajat II atau III dengan luas
>20% dengan cairan yang disarankan adalah Ringer Lactate (RL). Perhitungan
yang dibagi menjadi 2 tahap pemberian. Sebanyak 50% dari total kebutuhan
cairan diberikan pada 8 jam pertama dihitung dari awal terjadinya luka bakar dan
33
mengatakan bahwa berat badannya saat ini adalah 65 kg. Berdasarkan
pemeriksaan fisik, luas luka bakar pada pasien adalah 15%. Berdasarkan rumus
pemberian, yaitu tahap pertama 1.950 mL diberikan dalam 8 jam pertama dihitung
dari onset luka bakar kemudian 1.950 mL sisanya diberikan dalam 16 jam
selanjutnya.
serta menilai fungsi ginjal. Urin output yang dipertahankan untuk perfusi organ
adalah 0,5 – 1 mL/kgBB/jam pada dewasa.7 Pada kasus ini, pasien dianjurkan
untuk pemasangan kateter urin namun pasien menolak. Pemantauan urin output
tetap dilakukan dengan meminta pasien menampung urin pada botol yang dapat
menampung hingga 1500 mL. Setelah 16 jam, urin output pasien adalah sekitar
1500 mL.
memberikan antibiotik topikal pada luka bakar derajat II dan III. Antibiotik
topikal profilaksis infeksi untuk luka bakar yang direkomendasikan adalah silver
amnion memiliki efek anti inflamasi, anti bakteri, analgetik, dan mempercepat
penyembuhan luka.3
34
Prognosis luka bakar tergantung pada derajat dan luas luka bakar. Respon
tubuh dan penyembuhan luka bakar pada kulit dipengaruhi oleh tingkat keparahan
luka bakar, mekanisme cedera luka bakar, usia, dan riwayat penyakit pasien.1,5,9
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis pasien masih berusia muda yaitu 26 tahun
dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis, berdasarkan pemeriksaan fisik luka
bakar yang dialami pasien adalah luka bakar derajat IIa 15%. Luka bakar derajat
Pasca resusitasi 24 jam pertama setelah terjadi trauma akibat luka bakar,
kasus ini setelah kurang lebih 16 jam perawatan, pasien pulang atas permintaan
sendiri.
35
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan teori, kasus, dan pembahasan yang telah disusun, maka dapat
disimpulkan bahwa :
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartal SP, Altunel CT, Bayramgurler D. Hot topics in burn injuries. In:
Current Oncology. 2018;1(25):3-11.
4. Dewi YRS. Luka bakar: konsep umum dan investigasi berbasis klinis luka
antemortem dan postmortem. E-Jurnal Med Udayana. 2013;2(3):1-6.
6. Rowan MP, Cancio LC, Elster EA, Burmeister DM, Rose LF, et al. Burn
wound healing and treatment: review and advancements. Crit Care.
2015;19(1):1.
8. Noorbakhsh SI, Bonar EM, Polinski R, Amin MS. Educational Case: Burn
Injury—Pathophysiology, Classification, and Treatment. Acad Pathol.
2021;8:3,5.
9. Jeschke MG, van Baar ME, Choudhry MA, Chung KK, Gibran NS, et al.
Burn injury. Nat Rev Dis Prim. 2020;6(1):2-3, 12-3.
37
2-9.
13. Yastı AÇ, Şenel E, Saydam M, Özok G, Çoruh A, et al. Guideline and
treatment algorithm for burn injuries. Ulus Travma ve Acil Cerrahi Derg.
2015;21(2):79.
38