Anda di halaman 1dari 5

TOR Live IG Kesehatan Reproduksi Untuk Perempuan Pekerja

I. Pengenalan

A. Menjelaskan tentang Latar Belakang pentingnya kesehatan

reproduksi khususnya bagi perempuan pekerja

II. Kesehatan Reproduksi Perempuan Pekerja

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi

B. Tantangan Kesehatan Reproduksi di Kalangan Perempuan Pekerja

Stres Kerja,Waktu Kerja yang Panjang, & Dampak Fisik dan Mental

C. Pentingnya Perhatian Terhadap Kesehatan Reproduksi

III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

A. Gaya Hidup: Pola Makan Sehat, Olahraga Teratur, & Manajemen Stres

B. Faktor Lingkungan Kerja: Evaluasi Risiko Lingkungan Kerja, Keamanan Pekerjaan, & Waktu Istirahat

IV. Program Kesehatan Reproduksi di Tempat Kerja

A. Penyuluhan dan Pendidikan

1. Workshop Kesehatan Reproduksi

2. Materi Edukasi

B. Fasilitas Kesehatan di Tempat Kerja

1. Konsultasi Medis

2. Pemeriksaan Rutin ( medical check up )

V. Peran Perusahaan

B. Tanggung Jawab Perusahaan

1. Membuat Lingkungan Kerja yang Aman

2. Membuat Program Kesehatan kepada Karyawan


VI. Rekomendasi

A. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi Kesehatan Reproduksi

B. Kolaborasi penyelenggara layanan perusahaan dengan perusahaan

VII. Kesimpulan

A. Poin Utama

B. Harapan untuk Masa Depan

KESEHATAN REPRODUKSI BAGI WANITA PEKERJA

Assalammualaikum wr wb, selamat sore semuanya, apa kabar semuanya? Salam sehat untuk kita semua.

Perkenalkan saya dr Rizky Novianty, dokter umum di Klinik Fakhira, pada kali ini saya akan membahas
seputar Kesehatan reproduksi khususnya bagi Wanita pekerja. Bicara soal Kesehatan repdoksi itu
cakupannya sangat luas ya, terlebih Kesehatan reproduksi itu sangat penting tidak hanya bagi kaum
Perempuan tetapi tak kalah penting juga untuk kaum laki-laki.

Sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Kesehatan
reproduksi merupakan salah satu penyerlenggaraan Upaya Kesehatan. Apasih yang dimaksud dengan
Kesehatan reproduksi ? Kesehatan Reproduksi iitu sendiri adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak hanya semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan Reproduksi


mencakup 5 (lima) komponen atau program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program
Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia
Lanjut.

Faktor2

Faktor Demografi –

Ekonomi Faktor ekonomi yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan reproduksi adalah tingkat
kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi.

Sedangkan faktor demografi yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi adalah akses pelayanan
kesehatan, proporsi remaja putus sekolah, dan tempat tinggal yang terpencil. 2

Faktor budaya dan lingkungan Faktor budaya dan lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap
kesehatan reproduksi seperti kepercayaan bahwa banyak anak yang beruntung, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan bagaimana mereka bersosialisasi, persepsi
masyarakat tentang fungsi reproduksi individu, hak dan tanggung jawab. 3

Faktor psikologis Faktor psikologis seperti kekerasan di rumah/lingkungan terdekat, depresi, dan
perasaan tidak berharga perempuan terhadap laki-laki yang membeli kebebasan materi.

4. Faktor biologis Faktor biologis meliputi pada cacat organ reproduksi dan cacat sistem reproduksi
setelah penyakit menular seksual ( jangan lupa bahas penyakit menular seks  factor biologis ( missal
kanker serviks )

Apasih gangguan kespro pada Wanita ??

Gangguan reproduksi yang sering terjadi adalah gangguan menstruasi, gangguan kesuburan, dan
gangguan pada kehamilan (6)(7)

Wanita pekerja?

Kehidupan dan pekerjaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Bagi manusia, bekerja
merupakan suatu kebutuhan dasar untuk pemenuhan kebutuhan maupun keinginan, baik bagi pria
maupun wanita. Semakin banyak terbukanya peluang kerja yang saat ini terjadi, tidak menutup
kemungkinan masuknya kaum wanita ke dalam dunia kerja

Seiring dengan perkembangan dunia industri tersebut pekerja perempuan maupun laki-laki sering
terpajan dengan berbagai faktor risiko yang berpotensi mengancam kesehatannya termasuk
kesehatan reproduksi (4)(5

Kita fokuskan kepada Wanita pekerja  factor psikologis  stress. Salah satu factor yang
mempengaruhi kespro pada para oekerja adalah aktor risiko okupasi yaitu faktor yang muncul dari
proses pekerjaan dan lingkungan kerja. Bekerja pada tempat kerja dengan menggunakan alat kerja
yang tidak sesuai dan lingkungan kerja yang kurang baik menyebabkan perempuan menjadi lebih
rentan untuk terkena gangguan kesehatan akibat kerja. Lemak tubuh yang lebih banyak pada
perempuan mengakibatkan toleransi terhadap suhu lingkungan yang panas menjadi lebih rendah (9).
Depkes RI. Pedoman Kesehatan Reproduksi di Tempat Kerja. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan
Kerja.; 2019.

Keadaan suhu ruangan yang tidak optimum akan memicu kerja otak yang lamban dan sering
terjadinya gangguan stress kerja karena pekerja wanita merasa kurang nyaman dengan tempat kerja
dan kontrol emosi menjadi lemah. Akibat lain dari keadaan suhu ruangan tempat kerja yang tidak
optimum pada tenaga kerja wanita adalah adanya gangguan fungsi reproduksi seperti siklus
menstruasi yang tidak teratur, menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil, dan keguguran serta stres
pada janin (10).

. Darlami, Sugiharto. Kebisingan dan gangguan psikologis pekerja weaving loom dan inspection pt.
Primatexco Indonesia. J Heal Educ JHE.( mengenai kebisingan )

Berbagai penelitian :

Penelitian yang dilakukan oleh Nohara, dkk (2010), mengenai siklus menstruasi dan masalah
gangguan menstruasi dan faktor risiko yang beresiko pada pekerja wanita di Jepang, didapatkan
bahwa terdapat hubungan antara nyeri saat menstruasi dengan stres, suhu yang panas atau
tinggi, umur, IMT, dan jumlah partus (12)N ohara M, Momoeda M, Kubota T. & Nakabayashi M.
Menstrual cycle and menstrual pain problems and related risk factors among Japanese female
workers. Ind Heal. 2011;49(2):228–.

Berbagai penelitian telah menyebutkan kondisi stress, suhu yangpanas, umur, IMD ( status gizi 
mempengaruhi menstruasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soyameh, dkk (2014), mengenai gangguan menstruasi dan
perubahan hormonal pada pekerja wanita yang terpapar dengan campuran pelarut organik di
perusahaan farmasi, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara paparan pelarut organik
dengan peningkatan gangguan menstruasi dan perubahan hormon pada tenaga kerja Wanita (8).
S, Namvar, G M, Mirsaeed, G M, Seyedmehdi, et al. Menstrual Disturbance and Hormonal
Changes in Woman Workers Exposed to Mixture of Organic Solvens in a Pharmaceutical
Company. Med J Islam Repub Iran (MJIRI). 2014;28(156):1-.\

Aspek kesehatan reproduksi sangat luas, karena kesehatan reproduksi menyangkut seluruh
siklus kehidupan manusia, yaitu mulai dari kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja,
dewasa sampai dengan masa usia lanjut..

Upaya apa saja yang dapat dilakukan

Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan
Produktif (GP2SP) merupakan upaya dari pemerintah, masyarakat, maupun pemberi kerja dan
serikat pekerja/serikat buruh untuk menggalang dan berperan serta guna meningkatkan
kepedulian dan mewujudkan upaya memperbaiki kesehatan pekerja/buruh perempuan sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
GP2SP ini terdiri dari program jaminan pemenuhan hak kesehatan pekerja perempuan meliputi
pelayanan kesehatan reproduksi pekerja perempuan yang hamil, deteksi dini penyakit tidak
menular, pemenuhan kecukupan gizi pekerja perempuan yang hamil dan menyusui, peningkatan
pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan bagi pekerja
perempuan berisiko

Saran Perusahaan

menambahkan peredam suara pada mesinmesin produksi untuk mengurangi kebisingan dan PT. X dapat
memperbaiki sistem sirkulasi udara seperti menambahkan exhaust fan atau menambahkan pendingin
udara untuk mengoptimalkan suhu lingkungan kerja. Selain itu Perusahaan dapat menyediakan alat
pelindung diri (APD) berupa ear plug bagi pekerja yang terpapar kebisingan.

Berdasarkan hasil tersebut, disarankan perusahaan dapat memberikan penyuluhan kesehatan


terkait pentingnya menjaga kesehatan reproduksi bagi pekerja wanita, perusahaan melakukan
pengendalian risiko dengan cara rekayasa teknik, menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi
pekerja yang terpapar kebisingan, dan menyesuaikan tupoksi pekerja dengan latar belakang
pendidikannya.

Sama cari tentang shifting

Anda mungkin juga menyukai