Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Zakat itu adalah mensyukuri nikmat harta. Ibadat-ibadat badaniyah, adalah buat
mensyukuri nikmat badan. Ibadat-ibadat amaliyah, adalah buat mensyukuri nikmat harta.
Alangkah rendahnya pekerti orang yang mengetahui fakir miskin yang hidup dalam kesempitan
dan kemiskinan, tapi tidak bergerak hatinya untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah memberi
kedudukan kepadanya dan menghindarkannya dari meminta-minta. Padahal ada sejuta hikmah
yang terkandung andai kita mau menela’ah lebih jauh apa rahasia dibalik zakat itu sendiri.

1
PEMBAHASAN I
HIKMAH ZAKAT

Zakat adalah faktor terbesar untuk memerangi kefakiran yang menjadi sumber segala
rupa malapetaka, baik perseorangan, maupun masyarakat. Kefakiran seperti yang diakui oleh
salah seorang hukama’, pokok segala bencana, pokok kebencian orang menjadi sumber tindakan
jahat dan buruk sangka.
Difardlukannya zakat terhadap harta orang-orang kaya, tidak saja untuk mewujudkan
belas kasihan kepada orang fakir , tetapi juga untuk melindungi orang kaya dari bencana
kelaparan dan kepapanan. Karena bencana kelaparan apabila terjangkit tidaklah membedakan
antara yang kaya dengan yang miskin.
Sedangkan hikmah-hikamah yang terkandung dalam zakat ada empat : Petama, khusus
bagi yang memberi, kedua khusus bagi yang menerima, ketiga bagi yang memberi dan yang
menerima dan keempat khusus bagi hikmat Allah.
1) Khusus bagi bagi yang memberi :
 Mensucikan para mukmin dari penyakit bakhil yang menjadi pengahalang bagi
keberuntungan dan membiasakan para mukmin bersifat murah tangan yang membawa
kepada keberuntungan.
Firman Allah Swt :

 Mendekatkan para mukmin kepada Allah dan menimbulkan perasaan bahwa kebahagiaan
itu adalah dapat mengeluarkan harta dijalan Allah.

 Membawa para mukmin menepati tauhidnya dan tasyahudnya; apabila seseorang gemar
mengeluarkan harta yang menjadi hiasan hidupnya dijalan allah, menjadi suatu bukti
tentang kebenaran tauhidnya dan kebenaran syahadahnya.
 Membawa para mukmin mensyukuri Tuhan yang telah memelihara dari meminta-minta
dan memberi harta yang banyak kepadanya, hingga terhindarlah ia menjadi orang fakir.
Barang siapa mengeluarkan zakat karena syukur kepada nikmat, niscaya ia mendapat
tambahan dari Allah, sebagaimana firman Allah SWT :

2
 Menghindari jalan yang gelap yang tidak berujung dan menggariskan tujuan hidup untuk
mencari keridhaan Allah.
 Menyedikitkan kecurangan yang membawa kesesatan
Firman Allah SWT :

 Berperagai dengan perangai Allah, yaitu mencurahkan kebajikan dan rahmat kepada
sesame manusia.
Sabda Rasul :

 Memelihara diri jatuh kelembah kikir yang merugikan


 Memindahkan orang yang meneriman nikmat kederajat yang lebih baik yaitu dari derajat
mencukupi sesuatu, ke tempat tidak membutuhkan sesuatu.
 Memelihara harta dari hilang percuma
 Jelasnya harta yang kita berikan ke jalan Allah itu;lah yang akan tinggal sepanjang masa,
di dunia kita mendapat pujian, diakhirat mendapat nikmat.
 Membentengkan diri dari binasa
Sabda Rasulullah SAW :

 Menolak bencana kemelaratan


 Apabila orang fakir merasa diri mereka tidak diperhatikan oleh orang-orang kaya,
timbullah dendam dengki kepada orang-orang kaya itu dan amat mudah untuk dihasut.
 Melaksanakan kewajiban
2) Yang khusus bagi yang menerima
 Memelihara fakir miskin dari kehinaan kefakiran
 Menetapkan orang yang dijinakkan hatinya atas iman serta membangkitkan yang lain-
lain untuk masuk kedalam Islam
 Menolong orang-orang yang berhutang untuk mencapai kemerdekaan.
 Membantu orang-orang yang berjihad di jalan allah
 Menguatakan persekutuan manusia
 Memenuhi hajat ‘amalah uyang menyelesaikan urusan zakat
 Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya.

3
3) Yang bersekutu antara yang menerima dan yang memberi :
 Menggerakkan para mukmin baik yang kayamaupun yang fakir menyem,purnakan
kedua-dua bagian imam.
Sabda Nabi SAW :

 Memperoleh harta mewajibkan bersyukur, seang kehilangannya mewajibkan sabar. Maka


orang kaya itu harus bersyukur atas memperoleh harta dan harus bersabar bila kehilangan
sedikit.
 Mewajibkan masing-masing dari orang kaya dan orang miskin memberi nikmat kepada
yang lain, sehingga dapat terjalin hubungan yang berdasarkan kasih saying.
 Berbuat ihsan kepada yang memberi dan yang menerima
4) Yang khusus dengan hikmat Allah ada dua :
 Memelihara harta dari yang tidak berpadanan. Meletakkan harta seluruhnya pada tangan
orang yang tidak memerlukan, tidak memberikan kepada yang memerlukan, tidak sekali-
kali berpadanan dengan hikmat dan rahmat. Karena itu tuhan mewajibkan supaya orang
kaya memberi sebagian harta kepada yang memerlukan.
 Mempergunakan harta sebagaimana yang menjadi tujuannya. Harta yang lebih keperluan,
jika tidak dipergunakan terhadap perbuatanperbuatan kebaikan, kosonglah ia dari hikmat.
Dengan menperhatikan hikmah-hikmah zakat tersebut nyatalah kesalahan orang-orang kaya
dan ulama’ yang berupaya melepaskan si kaya dari tugas memberi zakat. Berupaya melepaskan
diri dari memberi zakat, berarti menentang nikmat allah yang dimaksudkan dengan mewajib

4
PEMBAHASAN II
PENGERTIAN, SYARAT, RUKUN DAN WAJIB UMROH

A. Pengertian Umrah
Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus disekitarnya.
Pelaksanaan umrah tidak terkait dengan miqat zamani dengan arti ia dapat dilakukan kapan
saja, termasuk pada musim haji. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada
wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumroh dan menginap di Mina. Dengan
begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umrah itu
disebut dengan haji kecil.

B. Hukum Umrah
Hukum umrah menurut ahli fiqh dari mazhab Syafi’I dan Hanabilah, adalah wajib
sebagaimana halnya haji, karena kedua ibadah itu sama-sama diperintahkan Allah SWT
untuk disempurnakan seperti yang ditegaskan-Nya pada Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 196
seperti halnya kewajiban haji, kewajiban umrah menurut mereka, hanya sekali seumur
hidup.1 Jika seorang melaksanakan berulang kali maka kali kedua dan seterusnya dipandang
sebagai ibadah sunat. Alasan mereka ialah hadits Nabi SAW berikut :

“Dari Abi Hurairah, bahwa Nabi SAW berkata : “umrah ke umrah berikutnya adalah
kaffarah (penghapus dosa)……” (HR. Bukhori Muslim)
Pendapat ahli fiqh diatas tidak diterima oleh ahli fiqh dari Hanafiyah dan Malikiyah.
Menurut mereka, hukum umrah adalah sunnah muakkad dan hanya dianjurkan sekali selama
hidup, karena ayat yang memerintahkan menyempurnakan haji dan umrah (QS 2 : 196)
hanya menunjuk kepada kewajiban menyempurnakan bila ibadah umrah telah dimulai.2

C. Syarat-Syarat Wajib haji


1. Islam
2. Berakal
3. Baligh (sampai umur 15 tahun, atau baligh dengan tanda-tanda lain)
4. Kuasa (mampu)

D. Rukun dan Wajib Umroh


1
Ibn Qudamah , Al-Mughni, Jilid III, maktabah al-Riyadh al-Haditsah, t.t. hal. 226
2
Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail, Subul al-Salam, jilid II, Maktabah Dahlan, Bandung, t.t., hal., 177-178.

5
Rukun umroh sama dengan haji kecuali kehadiran di Arafah. Dengan demikian
rukunnya adalah :
1. Ihram serta niat
2. Tawaf (berkeliling) ka’bah
3. Sa’i diantara bukit Shafa dan Marwah
4. Bercukur atau bergunting, sekuarang-kurangnya memotong tiga helai rambut
5. Menertibkan keempat rukun tersebut diatas.
Sedangkan wajib umroh juga sama dengan wajib haji kecuali hadir di Muzdalifah,
melempar dan bermalam di Mina. Semua larangan yang harus dipenuhi selama haji juga
harus dihindarkan selama melaksanakan umroh, hanya masa pelaksanaan umroh lebih
pendek daripada haji. Dengan demikian wajib umroh adalah
1. Ihrom dari miqotnya
2. Menjauhkan diri dari segala muharramat atau larangan umrah, yang banyaknya sama
dengan muharramat atau larangan haji.
Umrah dapat dilaksanakan bersaman dengan pelaksanaan haji. Adapun pelaksanaan
keduanya ada tiga kemungkinan :
1) Ifrad, yaitu ihrom untuk haji saja dahulu dari miqatnya, terus diselesaikan pekerjaan haji,
kemudian ihrom untuk umroh, serta terus mengerjakan segala urusannya, berarti
dikerjakan satu-satu dan didahulukannya haji. Inilah yang dinamakan ifrad, yang lebih
baik dari dua cara yang lain.
2) Tamatthu’ yaitu mendahulukan umroh daripada haji dalam waktu haji. Caranya : ihrom
mula-mula untuk umroh dari miqat negrinya, diselesaikan seua urusan umroh, kemudian
ihrom lagi dari makkah untuk haji.
3) Qiran yaitu dikerjakan bersama-sama (serentak) caranya : seseorang melakukan ihrom
untuk keduanya pada waktu ihrom haji dan mengerjakan sekalian urusan haji. Urusan
umroh dengan sendirinya termasuk dalam pekerjaan ibadah haji.
Sabda Rasulullha SAW :

‘Barang siapa mengerjakan ihrom untuk haji dan umroh, cukuplah ia melakukan thawaf satu
kali, sa’i satu kali sehingga ia mengerjakan penghalal keduanya. (Riwayat Tirmidzi)

6
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir Syariffuddin,Garis-Garis Besar Fiqih
(Jakarta: Kencana, 2003).
2. Sulasimasn Rasjid,Fiqih Islam (Bandung:
Sinar baru Algensindo, 2003)

Anda mungkin juga menyukai