Anda di halaman 1dari 12

Pancasila Merupakan Solusi untuk Perbaiki Berbagai Masalah

Yang Ada
Rabu, 24 Mei 2017

Jakarta – Dengan kondisi yang cukup memprihatinkan saat ini, Pancasila merupakan
solusi atau antidote untuk memperbaiki berbagai permasalahan yang ada dan bagaimana kita
mensosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghadapi segala bentuk ancaman
tersebut, Menhan RI menekankan akan pentingnya Bela Negara bagi bangsa
Indonesia. Demikian Keynote Speech Menhan Ryamizard Ryacudu pada diskusi panel Ikatan
Alumni Lemhannas (IKAL) KRA 25/1992, Rabu (24/5), di kantor Kemhan Jakarta.
Menhan menganalogikan bahwa negara ini seperti tubuh manusia yang diciptakan oleh
Tuhan dengan membawa antibodi untuk bertahan dari segala macam penyakit yang akan
menyerang dari lingkungan sekitarnya. Dalam konteks ketahanan negara, antibodi ini adalah
Pancasila yang diiplementasikan melalui Konsep Kesadaran Bela Negara.
Dengan aktualisasi nilai-nilai Pancasila melalui Bela Negara oleh segenap komponen
bangsa, maka segala bentuk ancaman yang akan menyerang dan melemahkan sendi-sendi
NKRI dapat ditangkal dan di eliminasi. Sementara itu, eksistensi dan identitas negara adalah
sebuah harga mati yang harus diperjuangkan dan dipertahankan.
Hal ini adalah persoalan kemauan dan kemampuan seluruh komponen bangsa untuk
dapat mengaktualisasikan jati dirinya ditengah derasnya arus globalisasi dan pengaruh ideologi-
ideologi asing yang akan terus berevolusi sejalan dengan terus berlangsungnya kompetisi
survival antar bangsa.
Oleh karena itu, pemahaman kesadaran bela negara menjadi mutlak untuk ditanamkan
sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Hal ini merupakan bentuk revolusi
mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas
dinamika ancaman sekaligus untuk mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh dan adaptif
terhadap perkembangan jaman.
Hal ini sesuai dengan tema keynote speech Menhan, “Analisis Ancaman dalam
Kehidupan Nasional Indonesia.” Dengan variabel Sub tema “Membangun Ketahanan Nasional
melalui Bela Negara menghadapi Berbagai Tantangan Kedepan yang Semakin Dinamis”.
Sementara itu Ketua IKAL KRA 25/1992 Jenderal Pol (Purn) Drs. H Roesmanhadi, SH,
M.H., mengungkapkan diskusi panel atau seminar nasional ini akan diadakan empat kali dalam
setahun yang berkaitan dengan bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Hasil
diskusi panel ini nantinya akan diberikan kepada Presiden RI pada HUT IKAL KRA 25/1992 ke-25
bulan Desember tahun ini, sebagai bentuk sumbangsih IKAL atas permasalahan negara yang
terjadi saat ini.
Hadir sebagai nara sumber dalam diskusi panel ini diantaranya Dirjen Strahan Mayjen
TNI Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A., Laksda TNI (Purn) R. Mangindaan, Letjen TNI Kiki Sahnakri,
Irjen Pol (Purn) Dr. Benny Mamoto dan Dr. Connie Rahakundini Bakrie dengan moderator
diantaranya Dr. Andi Widjajanto, M.Sc., Dr. Edy Prasetyono.
Hadir mendampingi Menhan diantaranya Penasehat IKAL KRA 25/1992 sekaligus mantan
Menhan RI Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro dan Ketua Umum IKAL Pusat Jenderal TNI (Purn)
Agum Gumelar. (ERA/SPD)
(https://www.kemhan.go.id/2017/05/24/pancasila-merupakan-solusi-untuk-perbaiki-
berbagai-masalah-yang-ada.html)
Paham Bertentangan dengan Pancasila Hancurkan
Keberlangsungan Bangsa
DPRD Kalsel ingatkan tidak terprovokasi paham bertentangan Pancasila
Red: Erdy Nasrul

Ilustrasi diskusi tentang nilai kebangsaan dan pancasila.


REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel)
Muhammad Yani Helmi mengingatkan masyarakat tidak terintimidasi dan terprovokasi paham
yang bertentangan Pancasila.
"Sebab paham baru atau yang lain tidak sesuai nilai-nilai luhur Pancasila dapat menimbulkan
perpecahan," ujar Yani di Banjarmasin, Sabtu.
Yani menekankan seluruh elemen masyarakat juga harus menjaga kekompakan dan tali
silaturahmi antarsuku, agama dan budaya berlandaskan Pancasila.
Menurut Yani, saat ini tidak dipungkiri muncul paham yang memaksa untuk memeluk keyakinan
lain berpotensi memunculkan kelompok radikal sehingga harus menjadi perhatian semua pihak.
Yani mengharapkan sosialisasi revitalisasi dan aktualisasi Nilai Pancasila dapat meredam
potensi kemunculan kelompok radikal.
Sementara itu, Kassubid Fasilitasi Kelembagaan, Pemerintahan, Perwakilan dan Partai Politik
Bakesbangpol Provinsi Kalsel Harry Widhiyatmoko mengatakan saat ini penanaman Ideologi
Pancasila dan wawasan kebangsaan sangat penting untuk menjaga keamanan negara.
"Selain itu, saat ini diketahui jejaring media sosial juga sangat tinggi. Maka dari itu, bijak
menggunakan medsos," ucap Harry.
Harry juga menyebutkan penting mengamalkan empat pilar berbangsa dan bernegara agar
mampu menciptakan stabilitas perdaiaman Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keempat pilar berbangsa tersebut, yakni Pancasila, Undang Undang Dasar (UUD)
Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
sumber : Antara
(https://news.republika.co.id/berita/ry89yy451/paham-bertentangan-dengan-pancasila-
hancurkan-keberlangsungan-bangsa)
Nilai-nilai Pancasila: Pengertian dan Contohnya dalam
Kehidupan Sehari-hari
Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 09 Sep 2021 09:00 WIB

Jakarta - Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam pergaulan dengan sesama manusia maupun dengan mengelola lingkungan hidup. Apa
saja contoh penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari pada setiap sila? Nah,
sebelum mengetahui dan nengamalkan contoh penerapan nilai-nilai pancasila, detikers perlu
paham dulu apa pengertian nilai.

Pengertian Nilai

Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai mengandung cita-cita,
harapan, dambaan, dan keharusan. Nilai terdiri atas nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian,
seperti dilansir dari buku Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD/MI
Kelas VI oleh Tim Tunas Karya Guru. Nilai material adalah semua yang berguna bagi kehidupan
jasmani atau ragawi manusia. Nilai vital adalah semua yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas. Nilai kerohanian adalah semua yang beguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian terdiri atas:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, dan cipta) manusia
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia
4. Nilai religius merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak, serta bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia

Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila yakni sebagai berikut.


1. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai ketuhanan
2. Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai kemanusiaan
3. Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia mengandung nilai persatuan
4. Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mengandung nilai kerakyatan
5. Sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai
keadilan

Contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai berikut.


Nilai ketuhanan pada sila pertama Pancasila.
Sila pertama Pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila memiliki
lambang bintang emas dengan latar hitam. Sila pertama Pancasila mengandung nilai ketuhanan.
Contoh-contoh penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Membina kerukunan hidup antara sesama manusia.
2. Tidak melakukan penistaan agama. Penistaan terhadap agama adalah perilaku menghina atau
merendahkan agama, seperti melakukan pembakaran rumah ibadah.
3. Mengembangkan siap saling menghormati dan menjaga kebebasan orang dalam beribadah
sesuai agama dan kepercayaannya.
4. Menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai kebaikan yang diajarkan tuhan dalam agama dan
keyakinan.
5. Tidak memaksakan sebuah agama atau kepercayaan pada orang lain.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan tolong-menolong tanpa
mendiskriminasi karena agama atau kepercayaan yang dianutnya.
7. Bersikap toleran kepada umat beragama atau berkeyakinan lain.
8. Mempersilakan dan memudahkan umat beragama lain menyelenggarakan hari raya agama
atau keyakinannya.

Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila


Sila kedua Pancasila berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua Pancasila memiliki
lambang rantai emas bermata persegi dan bulat yang berkaitan satu sama lain dengan latar warna
merah. Sila kedua Pancasila mengandung nilai kemanusiaan.
Contoh penerapan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, warna kulit, kedudukan sosial, dan
lainnya.
2. Sigap membantu orang yang mengalami kesusahan tanpa pilih kasih.
3. Mengembangkan sikap saling mengasihi antara sesama manusia.
4. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.
5. Tidak bersikap semena-mena
6. Mendukung dan aktif dalam kegiatan kemanusiaan seperti bakti sosial, membantu korban
bencana alam, berbagi makanan pada yang membutuhkan, membantu panti asuhan dan panti
jompo, dan lainnya.
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
8. Menjunjung tinggi hak asasi manusia.
9. Membela kebenaran.
10. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila


Sila ketiga Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia. Sila ketiga Pancasila memiliki lambang pohon
beringin dengan latar warna putih. Sila kedua Pancasila mengandung nilai persatuan.
Contoh pengamalan sila ke-3 dalam kehidupan sehari-hari:
1. Mengembangkan sikap saling menghargai keanekaragaman budaya.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa.
3. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Mengembangkan persatuan asal dasar Bhinneka. Tunggal Ika, yaitu 'berbeda-beda tetapi
satu'.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
6. Mengembangkan sikap bangga dan cinta. terhadap tanah air dan bangsa.
7. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara apabila diperlukan.

Nilai kerakyatan dalam sila keempat Pancasila


Sila keempat Pancasila berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Sila keempat Pancasila memiliki lambang kepala banteng warna
hitam dan putih dengan latar warna merah. Sila kedua Pancasila mengandung nilai kerakyatan.
Contoh pengamalan sila ke-4 Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1. Selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan
permasalahan.
2. Menghargai hasil musyawarah.
3. Menjalankan hasil musyawarah dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
4. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat pada orang lain.
5. Menghargai masukan orang lain.
6. Berjiwa besar untuk menerima keputusan yang dihasilkan melalui musyawarah.
7. Bekerja sama untuk mempertanggungjawabkan keputusan musyawarah.
8. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
9. Memberikan kepercayaan pada wakil rakyat yang dipilih.
10. Wakil rakyat harus mampu membawa aspirasi rakyat.
11. Menghindari hasil walk out dalam musyawarah.

Nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila


Sila kelima Pancasila berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima
Pancasila memiliki lambang padi dan kapas dengan latar warna putih. Sila kelima Pancasila
mengandung nilai keadilan.
Contoh sikap yang mencerminkan sila kelima Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1. Tidak bergaya hidup mewah
2. Tidak bersifat boros
3. Bekerja keras
4. Menghormati hak-hak orang lain
5. Peduli dan membantu mengurangi penderitaan yang dialami orang lain
6. Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong
7. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
8. Mendukung kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial, seperti membantu akses
pendidikan bagi siapa saja, dan membantu akses sandang, pangan, dan papan yang merata.

Baca artikel detikedu, "Nilai-nilai Pancasila: Pengertian dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-
hari" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5715673/nilai-nilai-pancasila-
pengertian-dan-contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari.
25 Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Pancasila dalam
Kehidupan Sehari-hari
Kristina – detikEdu
Senin, 20 Sep 2021 13:27 WIB

Jakarta - Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya kita berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Namun, seringkali ada banyak perilaku yang
melanggar nilai Pancasila yang mungkin tidak kita sadari. Apa saja? Pancasila merupakan dasar
negara yang lahir dari pemikiran para pendiri bangsa, pada 1 Juni 1945 silam. Pancasila
mengandung lima nilai yang tercermin dalam masing-masing sila. Kelima nilai tersebut antara
lain nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Perilaku yang Melanggar Nilai Pancasila


Secara umum perilaku yang melanggar nilai Pancasila merupakan kebalikan dari perilaku yang
mencerminkan nilai Pancasila. Berikut contoh perilaku yang melanggar nilai Pancasila
sebagaimana dirangkum dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh
Rahmanuddin Tomalili dan Pendidikan Pancasila oleh Ujang Permana.
A. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Ketuhanan
1. Tidak mengakui keberadaan Tuhan.
2. Melanggar kewajiban dalam beribadah.
3. Melakukan diskriminasi terhadap orang yang berbeda agama.
4. Memaksakan kehendak orang lain atas kebebasan beragama.
5. Melakukan penistaan agama.
B. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Kemanusiaan
1. Memperlakukan orang lain dengan semena-mena.
2. Enggan membantu orang yang kesusahan atau membutuhkan bantuan.
3. Melanggar hak orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
4. Bertingkah sewenang-wenang
5. Menghalangi orang lain untuk memperoleh kesamaan derajat.
C. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Persatuan
1. Bersikap egois dan ingin menang sendiri.
2. Mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang banyak.
3. Melakukan hal-hal yang menimbulkan perpecahan seperti mengadu domba.
4. Hilang rasa cinta terhadap Tanah Air.
5. Intoleransi terhadap keberagaman suku, ras, budaya, bahasa, dan agama.
D. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Kerakyatan
1. Main hakim sendiri.
2. Mengabaikan pendapat orang lain terlebih kelompok minoritas.
3. Mengambil keputusan secara sepihak.
4. Tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu.
5. Memberontak karena tidak puas dengan keputusan musyawarah.
E. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Keadilan
1. Menghalangi orang lain untuk mendapat penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan.
2. Bersikap sewenang-wenang terhadap sesama.
3. Tidak menghormati dan menghargai hak orang lain.
4. Memanfaatkan kekayaan alam dan seluruh isinya untuk kepentingan pribadi.
5. Menyalahgunakan kekuasaan dan jabatan yang menyengsarakan rakyat.

Selain 25 contoh di atas, tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajiban sebagai


warga negara juga termasuk perilaku yang melanggar nilai Pancasila.
Baca artikel detikedu, "25 Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Sehari-hari" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5731664/25-contoh-perilaku-
yang-melanggar-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari.
PORTAL BERITA
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Top of Form
Bottom of Form
TINDAKAN PERSEKUSI BERTENTANGAN DENGAN PANCASILA
 05 Jun
 dev_yandip prov jateng
 No Comments

PURBALINGGA– Ketua Program Studi Magister Ilmu Adminsitrasi Fisip Unsoed Purwokerto Dr
Slamet Risyadi, S.Sos, M.Si menegaskan, tindakan persekusi yang belakangan marak
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Pancasila. Tindakan itu khususnya
bertentangan dengan nilai-nilai sila kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. “Selain
bertentangan dengan hukum, tindakan persekusi dilarang dan bertentangan dengan
Pancasila,” kata Slamet Rosyadi, Sabtu (3/6).
Persekusi adalah tindakan perburuan sewenang sewenang-wenang terhadap seorang
atau sejumlah warga dan disakiti. Persekusi merupakan perlakuan buruk atau penganiyaan
secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya
karena suku, agama atau pandangan politik.
Slamet menegaskan hal tersebut pada Sarasehan dalam rangka peringatan hari lahir
Pancasila tingkat Kabupaten Purbalingga di pendapa Dipokusumo, Sabtu (3/6). Selain Slamet
Rosyadi, sarasehan yang dibuka Sekda Wahyu Kontardi, SH menghadirkan narasumber lain
yakni Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja,MM, guru besar Universitas Muhammadiyah (UMP)
Purwokerto, HR Bambang Irawan, SH (Ketua Karangtaruna Purbalingga/Anggota DPRD
Purbalingga), dan Marwono, S.Pd., Ketua MGMP PKn/PPKn SMP Kabupaten Purbalingga.
Slamet mengungkapkan, berdasar Indeks Persamaan Derajat dan Hak Sesama Manusia,
Indonesia menempati peringkat 113 di dunia. Artinya, peringkatnya masih jauh disbanding
Negara lainnya. “Begitu pula dengan angka human fredoom yang mengukur tindakan tidak
semena-seman terhadap orang lain, Indonesia masih dibawa negara Hungaria, Iceland, India,
Israel, Italia dan Ireland,” kata doctor lulusan Human Resources Gottingen Jerman ini.
Slamet juga mengungkapkan, jika dikaitkan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Indonesia memiliki Indeks Hambatan Pemerintah (misal Kebijakan larangan
praktik beribadah) dan indeks Kebencian Sosial (misal Intimidasi, kekerasan, penghinaan, dll)
masih tinggi dengan skala 7,2, dan berada dibawah Negara seperti Brunei, Burma, Kamboja,
China, Cyprus, Jepang, dan Hongkong.
Dalam kaitan dengan sila ketiga, Persatuan Indonesia, wawasan kebangsaan atau bela
negara bangsa Indonesia masih terlalu rendah dibandingkan dengan warga Negara lain.
Berdasarkan surveu masalah wawasan kebangsaan yang dilakukan terhadap 196 negara,
Indonesia menempati urutan ke-95. “Meskipun kaum muda cepat belajar dan kreatif, tetapi
mereka cenderung ingin maju sendiri daripada memajukan masyarakat. Mereka semakin apatis
dan jauh dari sikap nasionalisme,” katanya.
Flawed Democracy
Berkaitan dengan sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, jika diukur dari nilai demokrasi, Indonesia menempati
peringkat ke-48 dan termasuk kategori Negara demokrasi yang cacat (flawed democracy).
Negara dengan demokrasi yang cacat adalah negara-negara di mana pemilihan adil dan bebas
dan kebebasan sipil dasar dihormati namun mungkin menimbulkan masalah (misalnya
pelanggaran kebebasan media). “Meskipun demikian, negara-negara ini memiliki kesalahan
yang signifikan dalam aspek demokrasi lainnya, termasuk budaya politik terbelakang,
rendahnya tingkat partisipasi dalam politik, dan isu-isu dalam fungsi pemerintahan,” tegas
Slamet Rosyadi.
Sementara jika dikaitkan dengan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, muncul pertanyaan dimasyarakat, Seberapa tepat program-program sosial untuk
masyarakat? Ranah yang menjadi sumber ketimpangan social antara lain menyangkut
penghasilan, harta benda yang dimiliki, kesejahteraan keluarga, kesempatan mendapat
pekerjaan, rumah/tempat tinggal, lingkungan tempat tinggal, hokum, kesehatan, dan
keterlibatan dalam public. “Ketimpangan kekayaan di Indonesia adalah salah satu yang
terburuk di dunia. Kekayaan empat orang Indonesia setara dengan 100 juta penduduk. Tanah
yang dikuasai dalam bentuk hak penguasah atas tanah oleh asing dan taipan saat ini seluas 178
juta hektar. Seluas 140 juta hektar merupakan wilayah daratan atau sekitar 72 % dari luas
daratan Indonesia. Seluruh tanah tersebut dikuasai oleh perusahaan besar asing dan taipan
dalam berbagai bentuk hak penguasaan tanah,” kata Slamet Rosyadi.
Slamet menyampaikan, sebagai warga negara yang ber-Pancasila harus mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila. Dalam sila pertama, Slamet mengajak agar
menghormati Perbedaan Agama dengan Tidak Memberikan Komentar Negatif/Sinis atau
bernada kebencian terhadap Agama/Umat Agama Lain, Mengedepankan pendekatan
sosial/kolaboratif daripada pendekatan normatif dalam penanganan masalah agama, dan
Pemerintah memberikan perlakukan yang sama kepada semua pemeluk agama untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengamalan sila kedua, dengan tindakan tidak melakukan praktik diskriminasi dan
kekerasan terhadap sesama manusia, serta memberikan peluang yang sama kepada semua
warga negara untuk maju dan berkembang. Pengamalan sila ketiga, melakukan revitalisasi
kegiatan gotong royong di level masyarakat terkecil, mengembangkan forum-forum
pertemuan komunitas untuk meningkatkan kepedulian sosial. Sila ke-empat, membuka saluran
dan ruang partisipasi masyarakat secara luas baik konvensional maupun digital untuk
meningkatkan kualitas kebijakan publik, lebih banyak mendengar aspirasi publik daripada
membuat retorika atau pencitraan.
“Pengamalan sila kelima dilakukan dengan merancang program-program yang
berdampak langsung dan nyata terhadap kesejahteraan masyarakat, dan memperluas akses
masyarakat terhadap lapangan pekerjaan dan berbagai sumber daya ekonomi,” kata Slamet
Rosyadi. (yit)
(https://jatengprov.go.id/beritadaerah/tindakan-persekusi-bertentangan-dengan-pancasila/)

Anda mungkin juga menyukai