Artikel Pancasila Merupakan Solusi Untuk Perbaiki Berbagai Masalah Yang Ada
Artikel Pancasila Merupakan Solusi Untuk Perbaiki Berbagai Masalah Yang Ada
Yang Ada
Rabu, 24 Mei 2017
Jakarta – Dengan kondisi yang cukup memprihatinkan saat ini, Pancasila merupakan
solusi atau antidote untuk memperbaiki berbagai permasalahan yang ada dan bagaimana kita
mensosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghadapi segala bentuk ancaman
tersebut, Menhan RI menekankan akan pentingnya Bela Negara bagi bangsa
Indonesia. Demikian Keynote Speech Menhan Ryamizard Ryacudu pada diskusi panel Ikatan
Alumni Lemhannas (IKAL) KRA 25/1992, Rabu (24/5), di kantor Kemhan Jakarta.
Menhan menganalogikan bahwa negara ini seperti tubuh manusia yang diciptakan oleh
Tuhan dengan membawa antibodi untuk bertahan dari segala macam penyakit yang akan
menyerang dari lingkungan sekitarnya. Dalam konteks ketahanan negara, antibodi ini adalah
Pancasila yang diiplementasikan melalui Konsep Kesadaran Bela Negara.
Dengan aktualisasi nilai-nilai Pancasila melalui Bela Negara oleh segenap komponen
bangsa, maka segala bentuk ancaman yang akan menyerang dan melemahkan sendi-sendi
NKRI dapat ditangkal dan di eliminasi. Sementara itu, eksistensi dan identitas negara adalah
sebuah harga mati yang harus diperjuangkan dan dipertahankan.
Hal ini adalah persoalan kemauan dan kemampuan seluruh komponen bangsa untuk
dapat mengaktualisasikan jati dirinya ditengah derasnya arus globalisasi dan pengaruh ideologi-
ideologi asing yang akan terus berevolusi sejalan dengan terus berlangsungnya kompetisi
survival antar bangsa.
Oleh karena itu, pemahaman kesadaran bela negara menjadi mutlak untuk ditanamkan
sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Hal ini merupakan bentuk revolusi
mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas
dinamika ancaman sekaligus untuk mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh dan adaptif
terhadap perkembangan jaman.
Hal ini sesuai dengan tema keynote speech Menhan, “Analisis Ancaman dalam
Kehidupan Nasional Indonesia.” Dengan variabel Sub tema “Membangun Ketahanan Nasional
melalui Bela Negara menghadapi Berbagai Tantangan Kedepan yang Semakin Dinamis”.
Sementara itu Ketua IKAL KRA 25/1992 Jenderal Pol (Purn) Drs. H Roesmanhadi, SH,
M.H., mengungkapkan diskusi panel atau seminar nasional ini akan diadakan empat kali dalam
setahun yang berkaitan dengan bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Hasil
diskusi panel ini nantinya akan diberikan kepada Presiden RI pada HUT IKAL KRA 25/1992 ke-25
bulan Desember tahun ini, sebagai bentuk sumbangsih IKAL atas permasalahan negara yang
terjadi saat ini.
Hadir sebagai nara sumber dalam diskusi panel ini diantaranya Dirjen Strahan Mayjen
TNI Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A., Laksda TNI (Purn) R. Mangindaan, Letjen TNI Kiki Sahnakri,
Irjen Pol (Purn) Dr. Benny Mamoto dan Dr. Connie Rahakundini Bakrie dengan moderator
diantaranya Dr. Andi Widjajanto, M.Sc., Dr. Edy Prasetyono.
Hadir mendampingi Menhan diantaranya Penasehat IKAL KRA 25/1992 sekaligus mantan
Menhan RI Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro dan Ketua Umum IKAL Pusat Jenderal TNI (Purn)
Agum Gumelar. (ERA/SPD)
(https://www.kemhan.go.id/2017/05/24/pancasila-merupakan-solusi-untuk-perbaiki-
berbagai-masalah-yang-ada.html)
Paham Bertentangan dengan Pancasila Hancurkan
Keberlangsungan Bangsa
DPRD Kalsel ingatkan tidak terprovokasi paham bertentangan Pancasila
Red: Erdy Nasrul
Jakarta - Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam pergaulan dengan sesama manusia maupun dengan mengelola lingkungan hidup. Apa
saja contoh penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari pada setiap sila? Nah,
sebelum mengetahui dan nengamalkan contoh penerapan nilai-nilai pancasila, detikers perlu
paham dulu apa pengertian nilai.
Pengertian Nilai
Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai mengandung cita-cita,
harapan, dambaan, dan keharusan. Nilai terdiri atas nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian,
seperti dilansir dari buku Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD/MI
Kelas VI oleh Tim Tunas Karya Guru. Nilai material adalah semua yang berguna bagi kehidupan
jasmani atau ragawi manusia. Nilai vital adalah semua yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas. Nilai kerohanian adalah semua yang beguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian terdiri atas:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, dan cipta) manusia
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia
4. Nilai religius merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak, serta bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia
Baca artikel detikedu, "Nilai-nilai Pancasila: Pengertian dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-
hari" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5715673/nilai-nilai-pancasila-
pengertian-dan-contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari.
25 Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Pancasila dalam
Kehidupan Sehari-hari
Kristina – detikEdu
Senin, 20 Sep 2021 13:27 WIB
Jakarta - Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya kita berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Namun, seringkali ada banyak perilaku yang
melanggar nilai Pancasila yang mungkin tidak kita sadari. Apa saja? Pancasila merupakan dasar
negara yang lahir dari pemikiran para pendiri bangsa, pada 1 Juni 1945 silam. Pancasila
mengandung lima nilai yang tercermin dalam masing-masing sila. Kelima nilai tersebut antara
lain nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
PURBALINGGA– Ketua Program Studi Magister Ilmu Adminsitrasi Fisip Unsoed Purwokerto Dr
Slamet Risyadi, S.Sos, M.Si menegaskan, tindakan persekusi yang belakangan marak
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Pancasila. Tindakan itu khususnya
bertentangan dengan nilai-nilai sila kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. “Selain
bertentangan dengan hukum, tindakan persekusi dilarang dan bertentangan dengan
Pancasila,” kata Slamet Rosyadi, Sabtu (3/6).
Persekusi adalah tindakan perburuan sewenang sewenang-wenang terhadap seorang
atau sejumlah warga dan disakiti. Persekusi merupakan perlakuan buruk atau penganiyaan
secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya
karena suku, agama atau pandangan politik.
Slamet menegaskan hal tersebut pada Sarasehan dalam rangka peringatan hari lahir
Pancasila tingkat Kabupaten Purbalingga di pendapa Dipokusumo, Sabtu (3/6). Selain Slamet
Rosyadi, sarasehan yang dibuka Sekda Wahyu Kontardi, SH menghadirkan narasumber lain
yakni Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja,MM, guru besar Universitas Muhammadiyah (UMP)
Purwokerto, HR Bambang Irawan, SH (Ketua Karangtaruna Purbalingga/Anggota DPRD
Purbalingga), dan Marwono, S.Pd., Ketua MGMP PKn/PPKn SMP Kabupaten Purbalingga.
Slamet mengungkapkan, berdasar Indeks Persamaan Derajat dan Hak Sesama Manusia,
Indonesia menempati peringkat 113 di dunia. Artinya, peringkatnya masih jauh disbanding
Negara lainnya. “Begitu pula dengan angka human fredoom yang mengukur tindakan tidak
semena-seman terhadap orang lain, Indonesia masih dibawa negara Hungaria, Iceland, India,
Israel, Italia dan Ireland,” kata doctor lulusan Human Resources Gottingen Jerman ini.
Slamet juga mengungkapkan, jika dikaitkan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Indonesia memiliki Indeks Hambatan Pemerintah (misal Kebijakan larangan
praktik beribadah) dan indeks Kebencian Sosial (misal Intimidasi, kekerasan, penghinaan, dll)
masih tinggi dengan skala 7,2, dan berada dibawah Negara seperti Brunei, Burma, Kamboja,
China, Cyprus, Jepang, dan Hongkong.
Dalam kaitan dengan sila ketiga, Persatuan Indonesia, wawasan kebangsaan atau bela
negara bangsa Indonesia masih terlalu rendah dibandingkan dengan warga Negara lain.
Berdasarkan surveu masalah wawasan kebangsaan yang dilakukan terhadap 196 negara,
Indonesia menempati urutan ke-95. “Meskipun kaum muda cepat belajar dan kreatif, tetapi
mereka cenderung ingin maju sendiri daripada memajukan masyarakat. Mereka semakin apatis
dan jauh dari sikap nasionalisme,” katanya.
Flawed Democracy
Berkaitan dengan sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, jika diukur dari nilai demokrasi, Indonesia menempati
peringkat ke-48 dan termasuk kategori Negara demokrasi yang cacat (flawed democracy).
Negara dengan demokrasi yang cacat adalah negara-negara di mana pemilihan adil dan bebas
dan kebebasan sipil dasar dihormati namun mungkin menimbulkan masalah (misalnya
pelanggaran kebebasan media). “Meskipun demikian, negara-negara ini memiliki kesalahan
yang signifikan dalam aspek demokrasi lainnya, termasuk budaya politik terbelakang,
rendahnya tingkat partisipasi dalam politik, dan isu-isu dalam fungsi pemerintahan,” tegas
Slamet Rosyadi.
Sementara jika dikaitkan dengan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, muncul pertanyaan dimasyarakat, Seberapa tepat program-program sosial untuk
masyarakat? Ranah yang menjadi sumber ketimpangan social antara lain menyangkut
penghasilan, harta benda yang dimiliki, kesejahteraan keluarga, kesempatan mendapat
pekerjaan, rumah/tempat tinggal, lingkungan tempat tinggal, hokum, kesehatan, dan
keterlibatan dalam public. “Ketimpangan kekayaan di Indonesia adalah salah satu yang
terburuk di dunia. Kekayaan empat orang Indonesia setara dengan 100 juta penduduk. Tanah
yang dikuasai dalam bentuk hak penguasah atas tanah oleh asing dan taipan saat ini seluas 178
juta hektar. Seluas 140 juta hektar merupakan wilayah daratan atau sekitar 72 % dari luas
daratan Indonesia. Seluruh tanah tersebut dikuasai oleh perusahaan besar asing dan taipan
dalam berbagai bentuk hak penguasaan tanah,” kata Slamet Rosyadi.
Slamet menyampaikan, sebagai warga negara yang ber-Pancasila harus mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila. Dalam sila pertama, Slamet mengajak agar
menghormati Perbedaan Agama dengan Tidak Memberikan Komentar Negatif/Sinis atau
bernada kebencian terhadap Agama/Umat Agama Lain, Mengedepankan pendekatan
sosial/kolaboratif daripada pendekatan normatif dalam penanganan masalah agama, dan
Pemerintah memberikan perlakukan yang sama kepada semua pemeluk agama untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengamalan sila kedua, dengan tindakan tidak melakukan praktik diskriminasi dan
kekerasan terhadap sesama manusia, serta memberikan peluang yang sama kepada semua
warga negara untuk maju dan berkembang. Pengamalan sila ketiga, melakukan revitalisasi
kegiatan gotong royong di level masyarakat terkecil, mengembangkan forum-forum
pertemuan komunitas untuk meningkatkan kepedulian sosial. Sila ke-empat, membuka saluran
dan ruang partisipasi masyarakat secara luas baik konvensional maupun digital untuk
meningkatkan kualitas kebijakan publik, lebih banyak mendengar aspirasi publik daripada
membuat retorika atau pencitraan.
“Pengamalan sila kelima dilakukan dengan merancang program-program yang
berdampak langsung dan nyata terhadap kesejahteraan masyarakat, dan memperluas akses
masyarakat terhadap lapangan pekerjaan dan berbagai sumber daya ekonomi,” kata Slamet
Rosyadi. (yit)
(https://jatengprov.go.id/beritadaerah/tindakan-persekusi-bertentangan-dengan-pancasila/)