Disusun Oleh :
Audi Fadiah 22045
Devi Ismeiyanti 22050
Pelani Ramadan 22068
Dosen Pengampu :
M. Luthfi Adillah, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
"Asuhan Keperawatan pada pasien Encephalitis” Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami jauh dari
sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Human herpes simplex virus encephalitis (HSVE) adafah suatu penyakit inflamasi pada
jaringan parenkim otak yang non epidemik viral yang bisa melibatkan anak dan dewasa.
Penyakit ini disebabkan virus golongan DNA, yang biasanya 70 % kasus bisa fatal jika
Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna,
setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan
siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan
riketsiosa serebri. Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV
( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi
terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat
buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6
bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%.
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati.
demikian juga koma, pasien yangmengalami koma seringkali meninggal atau sembuh
Herpes Simplek Vinus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi
terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat
buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6
bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menununkan mortalitas menjadi 28%.
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati.
demikian juga koma, pasien mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dari penyakit encephalitis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari penyakit encephalitis
encephalitis dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu infeksi dan
oleh infeksi, agen infeksi yang paling banyak ditemukan adalah virus. Pada
encephalitis yang diperantarai oleh sistem imun, proses imun bisa terjadi karena
proses imun akibat infeksi sebelumnya ataupun akibat reaksi terhadap agen non
salah satu encephalitis yang disebabkan oleh sistem imun (Tarwoto & Suryati,
2007).
Pada encephalitis yang disebabkan oleh virus tidak ditemukan antibodi terhadap
anti reseptor NMDA. Namun pada encephalitis yang positif terhadap anti reseptor
NMDA didapatkan beberapa gejala yang jarang didapatkan pada encephalitis oleh
kelainan dengan karakteristik yang relatif berbeda seperti psikosis, kejang, gerakan
abnormal, koma, dan disautonomia. Hingga kini belum diketahui dengan pasti
prevalensi dari encephalitis anti reseptor NMDA. Namun pada suatu penelitian
penderita encephalitis anti reseptor NMDA (Mansjoer, 2000; Tarwoto & Suryati,
2007).
2. Etiologi
protozoa, cacing, jamur, spiroc haeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis
(Mansjoer, 2000).
Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi tok sin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
a. Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga.
Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b. Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster. Enterovirus
disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit
mumps (gondongan).
c. Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di
Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d. Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba,
keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat
berenang.
e. Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa
inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f. Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces
dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah. Tempat
masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.
3. Patofisiologi
yaitu mencapai Central Nervous System melalui darah (hematogen) dan melalui
dapat juga dijumpai, misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari
arteri tersebut itu kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi
neuron, misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan rabies. Pada dua
penyakit tersebut, virus dapat masuk ke neuron sensoris yang menginnervasi port
d'entry dan bergerak secara retrograd mengikuti axon- axon menuju ke nukleus
dari ganglion sensoris. Akhirnya saraf-saraf tepi dapat digunakan sebagai jembatan
bagi kuman untuk tiba di susunan saraf pusat. Sesudah virus berada di dalam
sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus dihancurkan. Dalam hal tersebut virus
kapsel virus. Setelah itu nucleic acid virus berkontak langsung dengan sitoplasma
sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan nukleus sel tuan rumah membuat
nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus. Proses ini dinamakan
replikasi.
Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat dihancurkan.
toksemia terdiri dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. Sedang
peningkatan TIK yang mengakibatkan nyeri kepala, mual dan muntah sehinga
Riketsia
Non- Infeksi
Bakteri Ensefalitis automimun
Ensefalitis supuratif & Infeksi Disebabkan Oleh Kondisi Autoatibodi
ensefalitis sifilis
Ensefalitis
Peradangan Otak
lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.
Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
(Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan, 1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-
kejang di muka).
sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya. Inti dari sindrom
ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala :
6. Penatalaksanaan
lain :
tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh
dokter:
per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang
7. Komplikasi
Sebagian besar penderita radang otak parah mengalami komplikasi akibat
peradangan yang terjadi. Risiko komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu usia penderita, penyebab infeksi, tingkat keparahan, dan
kecepatan penanganan.
Kerusakan otak yang disebabkan oleh radang otak dapat berlangsung selama
berbulan-bulan atau bahkan selamanya. Lokasi kerusakan pada otak juga dapat
a. Kelumpuhan
e. Gangguan kepribadian
f. Epilepsi Pada radang otak yang parah, penderita dapat mengalami koma,
bahkan kematian
a. Biodata
2) Jenis kelamin : Penyakit ensefalitis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
ras.
b. Keluhan utama
1) Demam
2) Kejang
3) Sakit kepala
1) Kebiasaan. Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan
buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh)
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV) pada klien
ensefalitis biasanya didapatkan peningkatn suhu tubuh lebih dari normal 39- 49°C.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak
yangsudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi
umum dan adanya infeksi pada system pernapasan sebelum mengalami ensefalitis.
TIK.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan
pada klien ensefalitis yang sering disertai adanya gangguan pada system
pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi bunyi napas tambahan sperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis
berhubungan akulasi sekreet dari penurunan kesadaran.
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok) hipovolemik
yang sering terjadi pada klien ensefalitis.
c. B3 (Brain)
Pengkajian merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
1) Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar
pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan
keperawatan.
2) Fungsi Serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya
bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Pada klien
ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
3) Pemeriksaan Saraf Kranial
a) Saraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien
ensefalitis
b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutma pada ensefalitis
supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan
terjadinya peningkatan TIK.
c) Saraf III, IV, dan VI.
Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien ensefalitis yang tidak
disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
ensefalitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan
dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak
diketahui, klien ensefalitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive
yang berlebihan terhadap cahaya.
d) Saraf V
Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot sehingga
mengganggu proses mengunyah.
e) Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya
paralisis unilateral.
f) Saraf VIII
Tidak ditemukan adanya tuli kondungtif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan
nutrisi via oral.
h) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya
usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
i) Saraf XII
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecap normal. Sistem Motorik. Kekuatan otot menurun, kontrol
keseimbangan dan koordinasi pada ensefalitis tahap lanjut mengalami
perubahan.
4. Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan reflex dada, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum
derajat reflex pada respons normal. Reflex patologis akan didapatkan pada klien
a. Gerakan Involunter
Tidak ditemukan adanya teremor, Tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan ensefalitis
disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga
berhubungan dengan ensefalitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal
kortikal yang peka.
b. Sistem Sensorik
Pemeriksaan sonsorik pada ensefalitis biasanya didapatkan perasaan raba
normal, perasaan nyeri normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan
abnormal di permukaan tubuh, perasaan diskriminatif normal. Peradangan pada
selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali pada
ensefalitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif yaitu risiko peredaran darah ke
otak menurun
b. Bersihan jalan napas tidak efektif yaitu ketidakmmapuan mengeluarkan sekret
pada jalan napas guna kepatenan jalan napas
c. Hipovolemia yaitu kehilangan cairan aktif akibat gagalnya proses regulasi
menyebabkan defisit cairan
d. Gangguan persepsi sensori yaitu perubahan persepsi secara internal dan
eksternal dengan respon berlebihan
e. Defisit nutrisi yaitu ketidakcukupan asupan nutrisi dalam pemenuhan
kebutuhan metabolism
f. Nyeri akut yaitu perasaan sensori atau emosional individu akibat rusaknya
jaringan dengan intensitas tiba-tiba dalam kurun waktu < 3 bulan
g. Gangguan mobilitas fisik yaitu gerakan fisik terbatas pada ekstremitas
h. Ansietas yaitu keadaan emosi secara subjektif pada objek yang belum jelas dan
spesifik
i. Koping tidak efektif yaitu ketidakefektifan dalam menilai stresor guna
mengatasi permasalahan yang dipengaruhi oleh rasa tidak percaya diri
j. Risiko cedera yaitu memiliki risiko terhadap gangguan fisik dengan gambaran
tak lagi sehat yang dipengaruhi faktor eksternal dan internal
6. Intervensi Keperawatan
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
Edukasi
1. Vebralisasi
Terapeutik
kebingungan
menurun 1. Temani pasien untuk
2. Keluhan pusing mengurangi
menurun kecemasan,jika perlu
3. Perilaku gelisah 2. Dengarkan dengan penih
mennurun perhatian
4. Tremor menurun 3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
10. Risiko cedera (D. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan cedera ( L. 14537 )
0136 ) keperawatan selama … x Observasi
24 jam Tingkat cedera
1. Identifikasi area
menurun dengan kriteria
lingkungan yang
hasil :
berpotensi menyebabkan
1. Toleransi aktivitas cedera
3. Luka/lecet menurun
4. Perdarahan Terapeutik
menurun
1. Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
2. Sediakan alas kaki
antislip
3. Sediakan Cahaya yang
memadai
Edukasi
secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
8 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
Pada bab ini penulis akan menjabarkan proses asuhan keperawatan secara
komprehensif yang telah diberikan mulai dari pengkajian, pemeriksaan fisik,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.(Veronica Fernanda, 2023)
Pengkajian
Tn. Y masuk rumah sakit pada Rabu, 1 Maret 2023 pukul 18.30 WIB di
IGD. Pengkajian pada Tn. Y dilakukan pada Kamis, 2 Maret 2023 pukul
09.30 WIB. Secara keseluruhan data-data pada pengkajian didapat dari
observasi, anamnesa dengan istri pasien ataupun rekam medis pasien.
Anamnesa dominan dilakukan pada istri Tn. Y karena pasien mengalami
disartri sehingga kesulitan menjawab pertanyaan terbuka. Hasil pengkajian
umum dijabarkan pada bagian dibawah ini.
1. Identifikasi
a. Nama : Tn. Y
b. Tempat/tanggal lahir/usia : Bandung, 11-02-1967/56 tahun
c. Jemis kelamin : Laki-laki
d. Agama/suku : Islam/Sunda
e. Pendidikan : SLTA
f. Pekerjaan : Tidak bekerja
g. Alamat pasien : Jembatan Hitam, Cijuju, Bogor.
h. Alamat keluarga : Jembatan Hitam, Cijuju, Bogor.
i. Hubungan dengan pasien : Istri
2. Diagnosa Medis
Diagnosa medik pada Tn. Y yakni ensefalitis yang ditegakkan pada bulan
Januari lalu setelah riwayat kejang 1 kali. Namun, penulis tidak
mengetahui atau menemukan dasar penegakkan diagnosa tersebut.
3. Anamnesa
Selama proses anamnesa penulis dominan melakukan dengan istri pasien
dikarenakan Tn. Y memiliki diasrtria yaitu ketidakjelasan artikulasi saat
berkomunikasi. Karena hal ini, penulis kesulitan untuk memahami
jawaban pasien saat diberikan pertanyaan terbuka. Tetapi, penulis
memodifikasi beberapa pertanyaan yang diajukan pada pasien dengan
pertanyaan tertutup. Pasien diminta untuk menjawab dengan
mengangguk atau menjawab ya dan tidak.
a. Keluhan utama
Istri pasien mengatakan Tn. Y mengalami kejang pada Rabu, 1 Maret
2023, sebanyak satu kali. Kejang muncul ketika Tn. Y tidur sekitar
pukul 04.00 WIB dengan durasi + 15 menit. Kondisi Tn. Y saat
kejang yakni mata terbelalak dan mengeluarkan air liur. Pasca kejang
Tn. Y merasa sesak napas, tidak ada riwayat demam atau kejang pada
usia anak.
b. Keluhan tambahan
Tn. Y mengatakan merasa nyeri yang muncul tiba-tiba di bagian dada
dan perut seperti diremas-remas pada skala 4 dalam 10 yang dirasa
sejak 1 hari yang lalu (Rabu, 28 Februari 2023) atau setelah kejang.
Istri pasien mengatakan Tn. Y kesulitan untuk bangun atau berpindah
posisi hanya mampu berbaring saja karena merasa lemas. Istri pasien
mengatakan Tn. Y mengalami penurunan nafsu makan sejak sakit 1
bulan yang lalu dan makan tidak pernah habis. Berat Badan (BB) Tn.
Y sebelum sakit 62 kg dan saat ini 55 kg dengan Tinggi Badan (TB)
162 cm.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tn. Y memiliki riwayat penyakit stroke sejak 1 tahun yang lalu, tepat
Desember tahun 2021. Jenis stroke yang dialami oleh Tn. Y yakni
stroke lakunar (stroke pembuluh darah kecil). Stroke tersebut
disebabkan oleh kolesterol dan riwayat hipertensi yang diketahui oleh
keluarga bersamaan dengan penyakit stroke tersebut. Namun, pada
pengkajian tidak ditemukan data yang menggambarkan hipertensi
pada pasien.
d. Riwayat alergi dan vaksinanasi
Tn. Y tidak memiliki riwayat alergi baik lingkungan, suhu, makanan
atau obat. Tn. Y telah melakukan vaksinasi Covid-19 sebanyak 3 kali
dan memiliki riwayat vaksinasi seperti Bacillus Calmette-Guerin
(BCG), DPT, Polio, TFT, Diphteria Tetanus (DT) dan Campak yang
lengkap.
A. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1. Orang terdekat pasien
Orang terdekat Tn. Y adalah istri pasien karena tinggal serumahdan senantiasa
mendampingi pasien saat sakit.
2. Interkasi dalam keluarga
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga komunikasi berjalan dua arah, baik Tn. Y dengan istri
maupun anak yakni saling memberikan umpan balik atas informasi yang
diterima. Namun, saat Tn. Y mengalami stroke pola komunikasi menjadi
pasif karena pasien kesulitan melakukan interaksi dengan orang lain.
b. Pembuat keputusan
Semenjak 1 tahun ini atau saat Tn. Y sakit keputusan dominan di ambil alih
oleh anaknya dan sesekali oleh sang istri.
c. Kegiatan masyarakat
Semenjak sakit Tn. Y sudah tidak aktif mengikuti kegiatan masyarakat.
Namun, sebelumnya Tn. Y bisa dikatakan ‘sesepuh’ di lingkungan
rumahnya.
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
Istri Tn. Y mengatakan dampak penyakit pasien terhadap keluarga terjadi pada
bidang ekonomi. Sebelum sakit, Tn. Y yangmengambil alih penuh untuk urusan
finansial. Namun saat ini istri dan anak-anaknya yang menggantikan
4. Masalah yang mempengaruhi
Istri Tn. Y mengatakan selama Tn. Y sakit tidak ada masalah yang
mempengaruhi kondisi kesehatan suaminya.
5. Mekanisme koping pasien saat stres
Istri pasien mengatakan ketika ada masalah atau sedang stres Tn. Y lebih
memilih santai dan menyelesaikannya perlahan. Namun, semenjak sakit Tn. Y
lebih banyak menangis jika mendengar masalah dalam rumah.
6. Sistem nilai kepercayaan
Istri Tn. Y mengatakan selama sakit tidak ada nilai-nilai keyakinan yang
bertentangan dengan pasien. Aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh Tn. Y
adalah shalat, mengaji dan dzikir walaupun saat ini kegiatan ibadah tersebut
dilakukan diatas tempat tidur.
B. Pemeriksa Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada Tn. Y pada pukul 11.00 WIB. Tetapi, ada
beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan karena tidak menunjangnya alat
dan kondisi pasien yang tidak memungkinkan. Pemeriksaan fisik dilakukan
secara komperehensif dari keadaan umum dan pemeriksaan head to toe.
1. Keadaan umum
a. Keadaan sakit
Tn. Y tampak sakit sedang dan mengatakan lemas, hanya mampu
berbaring saja serta belum mampu duduk. Tampak terpasang infus
NACL 0.9% 500cc/12 jam di ekstremitas atas bagian dextra. Tn. Y
tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak kesulitan untuk
bergerak atau berpindah posisi. Aktivitas sehari-sehari seperti Buang
Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil (BAK), makan/minum dan
personal hygiene sementara dibantu oleh istri pasien. Tn. Y tampak
menggunakan diapers untuk kebutuhan toileting.
b. Tanda tanda vital
Kesadaran Tn. Y adalah composmentis dan nilai GCS 15 M (4), V
(5), E (4) dengan interpretasi Tn. Y membuka mata spontan, gerakan
normal dan terarah, orientasi verbal baik walaupun mengalami
disartria yang artinya Tn. Y sadar sepenuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
130/80 mmHg dengan nilai MAP 96,6 mmHg yang menandakan
perfusi jantung, ginjal dan pembuluh darah cukup atau memadai. Nadi
teraba kuat dan teratur di arteri radialis dengan hasil pengukuran
83x/menit. Suhu Tn. R awal pengkajian 36.3℃ pada bagian axilla.
Frekuensi napas 19x/menit, irama teratur dan suara napas vesikuler
dan tidak ditemukan adanya falpping tremor.
Tidak dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
dikarenakan kondisi pasien yang belum mampu bangun dari tempat
tidur. Namun berdasarkan hasil anamnesa, istri pasien mengatakan
dua hari lalu Tn. Y melakukan pemeriksaan tersebut di puskemas
dengan hasil tinggi badan 162 cm dan berat badan 55 kg. Hasil
penghitungan IMT yakni 20,99 dengan interpretasi dalam rentang
normal.
2. Pemeriksaa sistemik
b. Wajah
Wajah pasien tampak oval, simetris kiri dan kanan, tidak ada bintik
kemerahan, tidak jaringan parut dan tidak ada edema.
c. Mata
Penyebaran alis mata rata kiri kanan, tampak tebal namun ada
sebagian yang sudah berwarna putih. Palpebrae tidak ada edema dan
tidak ada nyeri tekan. Kornea tampak jernih, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak pucat dan tidak ada tanda peradangan, teraba
kenyal di kedua mata, pupil isokor dan terjadi pelebaran yang sama
kiri dan kanan saat diberikan cahaya. Reflek cahaya positif, visus
mata Tn. Y mampu membaca di jarak + 30 cm dan ketajaman mata
kurang baik di jarak > 60 cm dan Tn. Y tampak tidak menggunakan
kacamata.
d. Hidung
Pada hidung tidak didapatkan kelainan apapun. Septum berada
ditengah, simetris, tidak ada lesi dan tidak ada massa.
e. Telinga
f. Mulut
Mukosa bibir tampak lembap namun sedikit pucat, gigi berjumlah 30,
gigi geraham belakang sudah tidak ada, lidah berwarna merah muda
namun dominan putih dan tampak kotor. Terdapat kesulitan mengkaji
caries gigi, tonsil dan juga faring dikarenakan Tn. Y kesulitan
mengeluarkan lidah dan hanya mampu sebagian kecil saja sehingga
tidak ditemukan data pada pemeriksaan tersebut.
g. Leher
Tn. Y tidak memiliki keluhan khusus pada bagian toraks atau pernapasan.
Ditemukan riwayat sesak napas pasca kejang dan suara napas stridor
tetapi sudah tidak terkaji saat pengkajian. Dari inspeksi ditemukan bentuk
toraks normo chest (normal) dan simetris kiri dan kanan, tidak terdengar
suara napas stridor, frekuensi pernafasan 19 kali/menit, pola pernapasan
eupneu (normal), tidak ada sputum, tidak dilakukan pengambilan dan
pemeriksaan sputum. Tidak tampak adanya tanda sianosis dan clubbing.
Tidak dilakukan pemeriksaan vocal fremitus karena saat pengkajian Tn.
Y tidak mampu untuk duduk dan masih lemas. Dilakukan perkusi pada
toraks dan terdengar bunyi normal atau resonan dengan kesimpulan
tidak ada kelainan. Hasil auskultasi
terdengar suara napas vesikuler atau normal yang terdengar sama kiri dan
kanan, suara ucapan normal dan tidak terdengar bunyi suara tambahan.
4. Pemeriksa jantung
5. Pemeriksa abdomen
Pada pemeriksaan hepar tidak dikaji berapa ukuran hepar. Palpasi hepar
teraba kenyal dan tidak ada asites. Namun tidak dilakukan perkusi ginjal
karena Tn. Y belum mampu untuk berpindah posisi.
7. Genetalia eksternal
8. Anus
k. N. Accessorius (N.XI)
Tn. Y tampak tidak kesulitan mengangkat bahu. Namun kekuatan otot bahu
tidak maksimal saat memberikan perlawanan.
l. N. Hypoglossus (N.XII)
Tn. Y hanya mampu mengeluarkan sedikit bagian lidah, tidak mampu
menjulurkan lidah dan tidak mampu mendorong lidah ke sisi kanan dan kiri
dari dalam mulut.
C. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang dilihat melalui catatan rekam medis pasien.
Berdasarkan hasil tinjauan pada rekam medis hanya ditemukan satu kali
pemeriksaan laboratorium darah lengkap yang dilakukan di instalasi gawat
darurat sebelum masuk ke rawat inap. Ditemukan riwayat pemeriksaan
Jantung dan CT Scan yang dilakukan pada tahun 2021. Gambaran hasil
pemeriksaan penunjang dijabarkan dibawah ini.
Diabetes
Gula darah sewaktu 118 mg/dL <140
No. Jenis Obat & Dosis Waktu Indikasi Fungsi Antiseptik efek
Golongan samping
1. 500 cc Sodium Chloride diindikasin untuk Untuk mengembalikan Dalam jangka
NACL 0,9%
diberikan pada pasien dewasa dan keseimbangan waktu pendek:
(kristaloid)
20 TPM yang anak sebagai sumber hidrasi yang elektrolit terutama dapat
diberikan setiap mengandung elektrolit. Cairan pada pasiendehidrasi. menyebabkan rasa
12 jam intravena (IV) ini digunakan sebagai terbakar dan iritasi.
pengencer dan cairan distribusi pada Pembengkakan
pemberian obat intravena. pada kaki,
hipernatremia, rasa
haus, demam,
takikardi dan
infeksi pada
area penyuntikan.
2. Fenitoin 3 x 100 mg - 06.00 WIB Fenitoin diindikasin untuk Fenitoin digunakan Jika diberikan
(antikonvulsan) (dalam NS - 12.00 WIB mengobati kejang ringan dan kejang untuk mencegah dengan dosis yang
100) (via IV) - 18.00 WIB kompleks, mencegah kejang tidak sesuai dapat
selama atau setelah dan mengontrol jenis menyebabkan rasa
pembedahan saraf. Fenitoin kejang. Fenitoin kantuk
injeksi untuk mengobati status termasuk dalam berl
epileptikus. obat antikonvulsan ebihan,
yang bekerja kelelahan, sakit
un kepala
tuk
mengurangi
aktivitas listrik
abnormal di otak.
3. Omeprazole x 40 mg (via 17.00 WIB Omeprazole digunakan untuk tujuan Omeprazole Kebanyakan efek
(antiemetik) IV) mengobati dan mengurangi risiko merupakan obat yang samping yang terjadi
kekambuhan ulkus duodenum pada digunakan untuk yakni sakit kepala
individu dewasa, pengobatan tukak mengatasi asam 7%, sakit perut 5%,
lambung dan kondisi hipersekresi lambung berlebih dan diare 4%, mual 4%,
patologis keluhan yang muntah 3%, perut
menyertakan. kembung 3%, pusing
Biasanya, digunakan 2%, infeksi saluran
untuk mengatasi napas atas 2%,
gastroeophageal reflux sembelit 2% dan
disease atau tukak ruam 2%.
lambung.
4. Depakote 2 x 500 mg 13.00 WIB - Depakote digunakan untuk monoterapi Depakote memiliki zat Efek yang
(antikonvulsan) (via oral) 22.00 WIB dalam mengelola kerjang sederhana aktif divalproex ditimbulkan muncul
atau kompleks, kontrol profilaksis sodium sebagai > 10% pada individu
sakit kepala (migrain), manajemen antikonvulsan dengan seperti, mual, sakit
untuk gangguan bipolar dan darurat menyeimbangkan zat kepala, muntah,
epileptikus. kimia neurotransmitter penurunan kesadaran
sehingga dapat (somnolen), tremor,
mengontrol aktivitas pusing, sakit perut,
listrik berlebih dalam anoreksia, diare,
otak. gangguan
penglihatan, infeksi,
dispepsia dan
demam. Selain itu,
dapat timbul reaksi
alergi seperti gatal
gatal, kesulitan
bernapas, edema di
area wajah, nyeri
kulit hingga melepuh
dan mengelupas
5. aracetamol 3 x 500 mg - 06.00 WIB - Asetaminofen (tylenol) yang dikenal Paracetamol memiliki Efek samping yang
(analgetik/antipiretik) (via oral) 12.00 WIB - paracetamol digunakan sebagai zat aktif ditimbulkan seperti
18.00 WI analgesik di seluruh dunia. acetaminophen yang demam (sebelumnya
Paracetamol direkomendiasikan untuk termasuk dalam tidak ada/bukan
terapi nyeri ringan - sedang, golongan analgesik karena kondisi
menurunkan demam dan kegunaan sebagai manajemen perawatan), bintik-
antipiretik lain. Umumnya, berbentuk nyeri dapat digunakan bintik dan ruam pada
oral namun, terdapat bentuk injeksi sendiri atau kombinasi kulit, gatal gatal,
yang diindikasikan untuk tatalaksana dengan opioid sebagai bintik putih dibibir
nyeri sedang – berat. Paracetamol agen antipiretik. atau mulut,
diberikan ke pasien non-toleran pada kelelahan atau
salisilat. kelemahan yang
tidak biasa, mata dan
kulit kuning
6. Miniaspi 1 x 80 mg 13.00 WIB Asam asetilsalislat (ASA) dominan Miniaspi dengan zat menyebabkan
(antikoagulan) (via oral) dalam bentu tablet yang diindikasikan aktif Acetylsalicylic beberapa efek yang
untuk meredakan nyeri, demam dan acid digunakan untuk tidak diinginkan
peradangan pada banyak kondisi mengobati demam, walaupun, tidak
seperti flu, pilek, nyeri leher dan inflamasi, migrain dan semua efek samping
punggung, dismenore, sakit kepala, gangguan pada sistem yang muncul. Efek
sakit gigi, keseleo, fraktur, neuralgia, kardiovaskuler. samping yang
radang sendi, luka bakar dan berbagai Miniaspi dikenal juga muncul seperti, kram
cedera. Kandung ekstra pada asam dengan aspirin atau perut, feses hitan,
asetilsalisilat juga diindikasikan pada ASA dengan efek warna urin keruh,
pasien fotofobia dan fonofobia. Bukan antiinflamasi dan penurunan
hanya itu, terdapat indikasi lain karena antipiretik yang dapat kesadaran, rasa tidak
mimiliki fungsi penghambat agregasi diaplikasi sebagai nyaman pada dada,
platelet yakni mengurangi risiko penghambat agregasi kejang
kematian akibat gangguan sistem trombosit dalam berkelanjutan,
kardiovaskuler seperti infark miokard mencegah pembekuan penurunan jumlah
(IMA), mengurangi risiko IMA non- darah stroke dan urine, kesulitan
fatal, risiko seragan pada angina tak infark miokard. bernapas, kelelahan,
stabil dan iskemik transian (TIA), peningkatan rasa
mencegah infarkd pada serebral haus, frekuensi
aterotrombotik dan pencegahan jantung tidak teratur,
tromboemboli. muntah darah,
bengkak di area
ekstremitas, gelisah
hingga panik.
Beberapa efek
samping yang
muncul tidak
diperlukan terapi
medis, karena dapat
hilang selama proses
rawat dikarenakan
tubuh mulai
menyesuaikan diri
dengan pemberian
obat.
7. Piracetam 1 x 800 mg 13.00 WIB Piracetam diindikasikan pada pasien Piracetam dapat Piracetam oral akan
(neurotropik) (via oral) dewasa yang mengalami mioklonus membantu gangguan aman diminum
asal kortikal yang dipisahkan oleh di sel-sel otak dan dengan tepat namun
etiologi namun, perlu digunakan pembuluh darah agar beberapa orang
dengan terapi antimioklonik. dapat berfungsi dapat mengalami
Piracetam merupakan turunan Gamma dengan baik. mual, muntah, berat
Aminobutyric (GABA) untuk penyakit Piracetam efektif badan bertambah,
sel sabit, ketergantungan alkohol dan untuk individu dengan gelisah dan
penambahan fungsi kognitif. gangguan belajar perubahan waktu
Piracetam termasuk dalam obat ditandai dengan tidur. Selain itu,
nootropik yakni kelompok racetams kesulitan membaca dapat menimbulkan
dengan sifat neuroprotektif dan (disklesia), gangguan reaksi alergi seperti
antikonvulsan yang dapat kejang, gangguan kesulitan bernapas
meningkatkan plastisitas saraf. gerak dan pusing yang dan edema di area
Piracetam dapat mengurangi adhesi disebabkan oleh tertentu. Perdarahan
eritrosit ke endotelium vaskular, vertigo. spontan, halusinasi,
menghambat vasospasme dan kecemasan, gelisah,
memfasilitasi mikrosirkulasi. rasa kantuk berlebih
atau tidak bisa tidur.
8. Captopril (ACE 3 x 25 mg - 06.00 WIB - Captopril termasuk dalam analog Captopril tergolong Efek samping yang
inhibitor) (via oral) 12.00 WIB - prolin yang mengandung sulfhifril pada penghambat A mungkin
18.00 WIB untuk antihipertensi dan aktivitas dengan merelaksasi ditimbulkan seperti
antineoplastik. Captopril digunakan pembuluh darah pusing, sakit kepala
untuk menghambat Angiotensin sehingga darah dapat ringan, mati rasa
Converting Enzym (ACE) sehingga mengalir dengan pada sebagian tubuh,
menurunkan kadar angiogestin II, mudah. Captopril batuk kering,
peningkatan aktivitas renin plasma dan digunakan pada pingsan, peningkatan
penurunan sekresi aldosteron. pengobatan hipertensi frekuensi jantung,
Digunakan untuk mengobati hipertensi yakni membantu kelemahan otot dan
esensial atau renovaskular, mengobati menurunkan tekanan tanda-tanda infeksi
gagal jantung kongestif, mengobati darah tinggi, lain.
nefropati. Dapat digunakan sebagai pencegahan stroke,
terapi awal gagal jantung kongestif, serangan jantung dan
disfungsi ventrikel kiri, nefropati gangguan pada ginjal.
diabetik dan kontrol hipertensi. Selain itu dapat
digunakan untuk
mengobati gagal
jantung, melindungi
ginjal akibat
komplikasi diabetes
dan peningkatan
kualitas hidup setelah
serangan jantung.
9. Simvastatin (Statin) 1 x 20 mg 13.00 WIB Simvastatin merupakan agen yang Simvastatin digunakan Simvastatin
(via oral) menurunkan lipid atau kolesterol untuk menurunkan diberikan sesuai
(statin). Simvastatin berkaitan dengan kolesterol dan lemak dengan resep dokter
meningkatnya serum aminotransferasi ‘jahat’ (LDL; karena memiliki
ringan, asimtomatik dan self-limited Trigliserida), dominan manfaat
selama terapi. Simvastatin meningkatkan dibandingkan efek
diindikasikan untuk mengobati kolesterol ‘baik’ samping yang
hiperlipidemia yakni menurunkan (HDL) dalam darah. timbul. Hampir
peningkatan kolesterol total, kolesterol Simvastatin termasuk keseluruhan pasien
lipoprotein densitas rendah, dalam golongan tidak memiliki efek
apoliporotein B dan trigliserida. “statin”. Selain itu, samping saat
dapat menurunkan mengonsumsi obat
risiko penyakit ini. Sedikit pasien
jantung, mencegah mengalami
stroke dan serangan gangguan memori
jantung. ringan dan
kebingungan.
Namun, dapat
menimbulkan
gangguan otot dan
gangguan hati pada
pasien usia lanjut.
10. ISDN (nitrat) ext 5 mg (via Bila nyeri dada Isosorbide Dinitrate (ISDN) bekerja Isosorbide dinitrate Timbul sakit kepala,
sublingual) sebagai vasodilator untuk mengobati digunakan untuk pusing, mual dan
angina pektorik. Cara kerjanya serupa pencegahan nyeri kemerahan di
dengan nitrogliserin namun, lebih dada pada kasus beberapa area tubuh.
lambat. ISDN akan merelaksasikan angina atau penyakit Namun, sakit kepala
pembuluh darah sehingga terjadi jantung koroner. sebagai tanda bahwa
peningkatan suplai darah yang ISDN tergolong dalam obat ini sedang
membawa oksugen ke jantung obat nitrat yang bekerja. Tenaga
kemudian, mengurangi beban kerja bekerja melemaskan kesehatan dapat
jantung dan melebarkan memberikan pereda
pembuluh darah nyeri seperti
sehingga darah mudah acetaminophen. Efek
mengalir ke jantung. samping serius
Namun, obat ini seperti, pusing
bukan mengobati atau seperti ingin
menghilangkan nyeri pingsan, nyeri
jika sudah terjadi. angina semakin
memburuk,
frekuensi jantung
semakin cepat atau
melambat.
11. Diazepam 10 mg (via Bila terjadi Diazepam termasuk dalam turunan Diazepam digunakan Efek samping yang
(benzodiazepin) IV) kejang benzodiazepin dengan sifat anti- untuk mengobati ditimbulkan yakni
kecemasan, penenang, hipnotis dan kecemasan, alkoholik rasa kantuk berlebih,
antikonvulsan. Diazepam berpotensi dan kejang. Diazepam pusing, kelelahan,
sebagai aktivitas menghambat asam juga digunakan untuk penglihatan kabur.
gamma-aminobutyric (GABA) dengan meredakan kejang otot Ada beberapa efek
memikat reseptor GABA yang berada dan efek sedasi samping serius yakni
di sistem limbik dan hipotalamus. Hal sebelum prosedur gangguan ingatan,
tersebut akan meningkatkan frekuensi medis. Diazepam agitasi, halusinasi,
klorida, memungkinkan aliran ion tergolong dalam obat gelisah, kesulitan
klorida ke dalam neuron prosedur benzodiazepine yang berbciara dan
Diazepam halusinasi, gelisah, akan meningkatkan berjalan, kelemahan
kesulitan berbciara dan berjalan, aktifitas otot dan tremor.
kelemahan otot dan tremor. dan neuratransmiter di
menyebabkan hiperpolarisasi otak. Terkadang
membran. Selain itu, diazepam diminum dengan obat
memiliki beberapa indikasi khusus lain untuk mengobati
yakni, digunakan dalam jangka pendek kejang dan kekakuan
sekitar 2-4 minggu, kasus cerebral otot.
palsy, kejang otot, beberapa kondisi
epilepsi.
E. Analisa Data
Proses analisa data dilakukan setelah rangkaian pengkajian selesai.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan empat diagnosa keperawatan
yakni tiga diagnosa aktual dan satu diagnosa risiko. Pengangkatan
diagnosa berdasarkan prioritas dan urgensi pasien yang dijabarkan pada
tabel dibawah ini.
F. Diagnosa
1. Perfusi Jaringan Serebral tidak Efektif (D. 0017 ) yang berhubungan
dengan pembengkakan serebral.
Edukasi
1. Edukasi
aturan/patuh
minum obat anti
kejang.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antikonvulsan -
Fenitoin 3 x 100
mg dalam NS 100
cc/ 60 menit. -
Depakolte 2 x 500
mg.
2. Kolaborasi
pemberian terapi
fisik.
7. Edukasi pada
pasien/keluarga tentang
taat/patuh minum obat
khusunya analgetik.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik - Paracetamol tab 3
x 500 mg - ISDN ext 5 mg,
bila nyeri dada
5. Bantuan
personal
hygiene
berkurang.
6. Kekuatan otot
meningkat. -
keseluruhan
ekstremitas
atas dextra 5;
ekstremitas
atas sinistra 5.
- Ekstremitas
bawah dextra
5; ekstremitas
bawah sinistra
5.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(antiemetik) Omeprazole 1 x
40 mg
H. Implementasi
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan
serebral
17.00
Diagnosa 1 Evaluasi
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan. 1. Monitor
tanda/gejala peningkatan TIK. 2.
Monitor nilai MAP. 3. Lakukan
tatalaksana kejang, jika terjadi. 4.
Motivasi keluarga untuk
mendampingi pasien minum obat.
5. Kolaborasi pemberian terapi
medik antikejang - Fenitoin 100mg
dalam NS 100cc selama 60 menit.
- Depakolte 100 mg
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan. 1. Monitor
tanda/gejala peningkatan TIK. 2.
Monitor nilai MAP. 3. Lakukan
tatalaksana kejang, jika terjadi. 4.
Motivasi keluarga untuk
mendampingi pasien minum obat.
5. Kolaborasi pemberian terapi
medik antikejang - Fenitoin 100mg
dalam NS 100cc selama 60 menit.
- Depakolte 100 mg
Diagnosa 2 Evaluasi
A; : Masalah keperawatan
Nyeri akut teratasi sebagian.
P: ilanjutkan. - Identfikasi
keluhan nyeri, frekuensi, isi,
skala dan waktu muncul nyeri. -
Berikan/evaluasi latihan
relaksasi napas dalam. -
Ajarkan pemberian teknik
distraksi (ibadah). - Berikan
posisi semi fowler. - Kolaborasi
pemberian analgetik,
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Captopril 3 x 25 mg
A; : Masalah keperawatan
Nyeri akut teratasi sebagian.
P: ilanjutkan. - Identfikasi
keluhan nyeri, frekuensi, isi,
skala dan waktu muncul nyeri. -
Berikan/evaluasi latihan
relaksasi napas dalam. -
Ajarkan pemberian teknik
distraksi (ibadah). - Berikan
posisi semi fowler. - Kolaborasi
pemberian analgetik,
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Captopril 3 x 25 mg
Diagnosa 3 Evaluasi
Gangguan mobilitas fisik S: - Istri pasien mengatakan
berhubungan dengan riwayat “Bapak sudah mampu untuk
kejang duduk tanpa sandaran walaupun
Hari ke 1 belum bisa lama-lama, tadi
dicoba duduk di pinggiran
tempat tidur juga sudah bisa tapi
saya masih takut.” - Pasien
mengatakan “saya ingin cepat
bisa aktivitas kembali agar bisa
ke toilet sendiri karena, tidak
nyaman menggunakan pampers,
badan saya sudah tidak merasa
lemas, tapi masih agak berat
kalau mau melangkah atau
bergerak.”
O: Pasien tampak sadar
sepenuhnya dengan kesadaran
composmentis. - Tampak lemas
berkurang, tampak banyak
melakukan pergerakan diatas
tempat tidur, tampak inisiatif
ingin duduk atau merubah
posisi, tampak berusaha mandiri
untuk duduk, tampak masih
perlu dipapah saat merubah
posisi dan tirah baring menurun.
- Tampak masih menggunakan
pampers untuk pemenuhan
eliminasi dan kebutuhan
kebersihan diri sepenuhnya
masih dibantu oleh istri. -
Tampak ibadah dalam posisi
duduk diatas tempat tidur. -
Sebagian kekuatan otot
meningkat dengan hasil
kekuatan otot; ekstremitas atas
dextra; otot bispes 3;
pergelangan tangan 2;
keseluruhan tangan 3.
ekstremitas atas sinistra 4.
ekstremitas bawah dextra;
kekuatan otot sendi lutut 2; otot
pergelangan kaki 3; keseluruhan
esktremitas 3. ekstremitas
bawah sinistra 4.
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan
- Kaji kemampuan dalam
melakukan pergerakan. -
Lakukan dan berikan ROM
pasif. - Ajarkan mobilisasi
sederhana diatas tempat tidur. -
Kolaborasi pemberian terapi
fisik denga fisioterapi.
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan
- Kaji kemampuan dalam
melakukan pergerakan. -
Lakukan dan berikan ROM
pasif. - Ajarkan mobilisasi
sederhana diatas tempat tidur. -
Kolaborasi pemberian terapi
fisik denga fisioterapi.
Diagnosa 4 Evaluasi
Risiko defisit nutrisi dibuktikan S: - Istri pasien mengatakan
dengan penurunan nafsu makan “Bapak porsi makan yang habis
Hari ke 2 sudah mulai bertambah,
kayaknya karena bersihin mulut
dulu sebelum makan jadi
mulutnya lebih segar. Tapi,
bapak tetap gabisa kalau
makanannya hangat. Tadi juga
bapak sudah mulai mau makan
buah sama roti yang dikasih
anak saya.” - Pasien
mengatakan “Masih tidak nafsu
makan, tetapi sudah bergairah
saat makan karena mulutnya
lebih segar setelah dibersihkan
jadi makanannya lebih berasa.”
O: - Pasien tampak
menghabiskan makanan dalam
porsi besar, tersisa sekitar 3
sendok saja. - Lidah tampak
lebih bersih tidak didominasi
warna putih - Mukosa bibir
merah muda & mulut tidak
berbau - Tampak bergairah saat
makan. - Tampak memakan
makanan tambahan.
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan. - Identifikasi
makanan yang disukai. -
Lakukan oral hygiene sebelum
makan. - Sajikan makanan
dengan suhu sesuai (hangat). -
Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit
tapi sering. - Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan (antiemetik).
Omeprazole 1 x 40 mg -
Kolaborasi dengan ahli gizi Diit
tinggi kalori dan tinggi protein.
Hari ke 3 S: Istri pasien mengatakan
“Bapak porsi makan semakin
banyak, karena bapak juga udah
membaik sih. Bapak juga sudah
banyak ngemil, ini makanan
dibawa anak dimakan terus dari
tadi.”
P: Intervensi keperawatan
dilanjutkan oleh perawat
ruangan. - Identifikasi makanan
Lakukan oral hygiene sebelum
makan. - Sajikan makanan
dengan suhu sesuai (hangat). -
Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit
tapi sering. - Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum
makan (antiemetik).
Omeprazole 1 x 40 mg -
Kolaborasi dengan ahli gizi Diit
TKTP.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah
masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi
enam tipe, yaitu ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis
karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis Herpes
Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus ) yang
Muttaqin Arif. 2008. Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
Tarwoto dan Wartonah . 2007. Keperawatan medical bedah gangguan pesyarafan. Jakarta :
sagung setoLeMone,
Priscillia dkk, 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : gangguan neurologi. Jakarta :
ECG. Ed.5.
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.,
Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebutuhan
_Dasar/VeMNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta