Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ILMIAH

ANALIS KALIMAT PADA BUKU CERITA ANAK

25 NABI & RASUL KARYA NOOR H. DEE & BELLA ANSORI

DOSEN PEMBIMBING :

Suhud Aryana, M.Pd.

Disusun oleh:

Inne Ardian Pramesti

Rida Latifah

Sopi Agnia Mahmudiah

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

IKIP SILIWANGI

TAHUN AJARAN 2022/2023


ANALIS KALIMAT PADA BUKU CERITA ANAK

25 NABI & RASUL KARYA NOOR H. DEE & BELLA ANSORI

A. LATAR BELAKANG

Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan
tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jika pendongeng dan
penyimaknya sama-sama baik. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau
hanya didengar oleh orang yang tidak membaca. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) cerita merupakan karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau
penderitaan orang (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun rekaan belaka). Sastra anak
sendiri adalah karya sastra yang ditulis sebagai bacaan untuk anak, yang mana isinya sesuai
tingkat perkembangan intelektual serta emosi anak. Cerita anak bisa digunakan sebagai
hiburan maupun untuk memberikan anak pendidikan moral. Sejatinya anak suka
mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang diberikan oleh orang tuanya. Kisah-kisah
yang mengandung nilai-nilai akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain
kisah Nabi-nabi

Dalam buku cerita anak terdapat berbagai informasi serta cerita yang d sajikan.
Khususnya di dalam cerita islami yang akan kami kaji, berjudul 25 Nabi dan Rasul. Penulisan
kalimat-kalimat yang terdapat di dalam cerita tersebut harus disusun dengan baik serta harus
dapat menguasai kaidah tata kalimat. Agar pembaca mengerti serta memahami isi dari cerita
yang telah di sampikan oleh penulis, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti sejauh
mana kesalahan penggunaan kalimat dan ejaan yang terdapat dalam cerita 25 Nabi karya
Noor H. Dee dan Bella Ansori.

B. KAJIAN TEORI

Pada saat ini sudah banyak buku bacaan yang digemari oleh khalayak umum, baik
yang muda maupun tua. Khususnya pada buku bacaan yang diperuntukan bagi anak – anak.
Oleh karena itu, kalimat yang disajikan pada buku bacaan harus menggunakan bahasa yang
baik dan benar sehingga mudah dipahami. Maka dari itu, perlu adanya analisa ketidak tepatan
pada kalimat agar pembaca mudah memahami apa isi dan tujuan bacaan dari kalimat tersebut
sehingga tidak menimbulkan ambigu bagi pembaca.

Pada Artikel kali ini, kita akan membahas tentang kalimat yang terkandung dalam
buku cerita anak yang berjudul 25 Nabi dan rasul karya Noor H. Dee (Penulis yang telah
menerbitkan 20 buku anak. Empat buku di antaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris oleh Kube Publishing dan diterbitkan di London, Inggris) dan Bella Ansori (Ilustrator
berbakat yang telah mengilustrasikan puluhan buku anak dan karya-karyanya telah tersebar di
toko-toko buku besar nasional.), dimana dalam buku cerita tersebut masih terdapat kalimat
yang kurang efektif.

Kelebihan yang terdapat pada buku ini diantaranya ditulis dengan kalimat berima
sehingga akan meningkatkan kecerdasan berbahasa anak, dikemas dengan sentuhan gambar-
gambar dan warna-warna menarik sehingga akan meningkatkan sensori visual anak, serta
format boardbook dengan cover busa dan rounded edge sehingga aman dibaca anak.

C. METODE YANG DIGUNAKAN

Analisis kesalahan berbahasa terbagi dari beberapa bidang, yaitu bidang fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik, dan juga terjadi pada bagian-bagian suatu kata, frasa dan
kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Dalam hal ini peneliti ingin
mengkaji kesalahan berbahasa yang digunakan. Maka dari itu, metode yang digunakan untuk
melakukan analisis pemecahan masalah ini menggunakan metode sintaksis. Sintaksis sendiri
adalah ilmu tata kalimat yang menguraikan hubungan antar unsur bahasa untuk membentuk
sebuah kalimat. Relevansi sintaksis difokuskan pada unsur-unsur pembentuk kalimat baik
dari segi strukturnya (segmental maupun dari segi unsur-unsur pelengkapnya,
suprasegmental). Manfaat analisis sintaksis untuk mengetahui keberterimaan suatu kalimat.
Apakah kalimat itu sudah baik, sesuai dengan pola-pola, dan makna yang terkandung dalam
kalimat itu.

Fungsi metode analisis sintaksis adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat
dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran atau klausa. Jenis fungsi ini yang umum
diakui adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Dalam sintaksis, objek
yang dikaji adalah frase, klausa, dan kalimat. Dalam kajiannya, frase adalah objek terkecil
yang dikaji dalam sintaksis. Sementara objek terbesarnya adalah kalimat.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan sintaksis di antaranya kalimat berstruktur tidak
baku, kalimat ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat dalam membentuk
kalimat, kontaminasi kalimat, koherensi, dan penggunaan kata mubazir.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan
struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis
kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura : 2008). Bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD)
(Maharsiwi : 2009). Untuk keperluan itu semua perlu adanya deskripsi yang jelas antara
bahasa Bl dan B2. Di sisi yang lain Samsuri dalam Maharsiwi (2009) mengungkapkan bahwa
dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita
harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita
harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki
posisi penting dalam ilmu bahasa.

Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah
yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap
(Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis
dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat. (Werdiningsih, 2006:78) dalam
(Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat
mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat
tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga
terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.

Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan
erat dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya
daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak
baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.

Penelitian ini menemukan beberapa kesalahan berbahasa bidang sintaksis yang


terdapat pada cerita islami 25 Nabi dan Rasul karya noor H. Dee dan Bella Ansori. Analisis
dapat dipaparkan sebagai berikut

Berikut hasil pembahasan :


ANALIS KALIMAT PADA BUKU CERITA ANAK

25 NABI & RASUL KARYA NOOR H. DEE & BELLA ANSORI

Adapun hasil data menunjukan terdapat beberapa kesalahan yaitu dari kesalahan
kesalahan kata baku :

1) Diksi tidak tepat dalam membentuk kalimat


(1) Lalu, di turun ke bumi.
Kalimat (1) menggunakan diksi yang tidak tepat. Penggunaan kata lalu di awal kalimat
tersebut kurang baku. Bentuk kalimat yang benar:

(1a) Kemudian, dia turun ke bumi.

2) Diksi tidak tepat dalam membentuk kalimat


(1) Nabi Hud tak pernah mengeluh.
Kalimat (1) menggunakan kata tak yang dirasakan kurang tepat dalam kalimat tersebut.
Bentuk kalimat yang tepat:

(1a) Nabi Hud tidak pernah mengeluh.

3) Diksi tidak tepat dalam membentuk kalimat


(1) Unta betina yang banyak manfaatnya.
Kalimat (1) merupakan kalimat yang ambigu Unta betina yang banyak manfaatnya. Disini
tidak terdapat makna khusus, yang menimbulkan kalimat ambigu.

4) Penggunaan kata mubazir


(1) Kedua orangtuanya sangat dia hormati
Kalimat (1) menggunakan kata yang mubazir. Kata mubazir tersebut terletak pada kata
kedua. Kata kedua tidak perlu digunakan pada kalimat. Jadi bentuk kalimat yang benar
adalah:

(1a) Orangtuanya sangat dia hormati

5) Penggunaan kalimat tidak jelas


(1) Akhlaknya menjadi teladan
Kalimat (1) merupakan kalimat tidak jelas. Karena setelah kata teladan tidak terdapat kalimat
selanjutnya untuk menjelasakan yang ditunjukan untuk siapa. Jadi kalimat yang tepat sebagai
berikut.

(1a) Akhlaknya menjadi teladan bagi umat manusia

6) Penggunaan kalimat tidak jelas


(1) Nabi Musa mengetuk tongkatnya
Kalimat (1) merupakan kalimat tidak jelas. Karena disana tidak dijelaskan denga napa Nabi
Musa mengetuk tongkatnya.

7) Diksi yang tidak tepat membentuk kalimat


(1) Nabi Ismail langsung mengiyakan
Kalimat (1) menggunakan diksi yang tidak tepat. Diksi yang tidak tepat terletak pada
penggunaan kata mengiyakan. Bentuk kalimat yang benar adalah:

(1a) Nabi Ismail langsung menyetujui


E. KESIMPULAN

Dari paparan di atas, penulis dapat menyimpulkan dari makalah 'Analisis Kalimat
Pada Buku Cerita Anak' yaitu bahasa dalam cerita anak biasanya dikemas dengan Bahasa
yang tidak baku. Pilihan bahasa yang digunakan dalam buku certa anak berdampak atau
pengaruh terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang baik. Akan tetapi
agar nilai pada cerita dapat dicerna secara utuh, dan untuk mengenalkan Bahasa sejak dini,
kalimat dalam cerita anak dapat dipadukan dengan bahasa baku yang penggunaannya tepat.
Hal ini dikarenakan anak-anak di khawatirkan kurang memahami apa yang penulis
sampaikan di dalam buku cerita. Oleh karena itu, buku cerita sebaiknya mudah dimengerti
oleh anak- anak karena struktur bahasa Indonesia yang digunakan harus sesuai dengan kaidah
atau aturan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Dee, H. Noor, dan Ansori Bella. (2019). Buku cerita 25 Nabi dan Rasul, 26 hal. Noura Books.

Astuti, S. P. (2017). Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia.
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 12(4), 206-215.

Al-Kamaliah, H. (2022). Penerapan Pembiasaan Membaca Kisah 25 Nabi Dalam Penanaman


Karakter Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di RA An-Nuriyah Cipondoh Tanggerang.

Fitrini, E. (2020). Kisah Penuh Hikmah Para Sahabat Kesayangan Rasulullah. Bentang
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai