Anda di halaman 1dari 11

KONTEKS DAN INFERENSI WACANA

PADA BAJU COUPLE MUDA MUDI

Oleh

Asni Sumarni Saragih, Ayu Yohana Purba, Polma Juliati Sinambela, Sry Putrika
Sebayang

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan

Universitas Prima Indonesia

ABSTRAK

Di dalam memahami isi wacana tersebut tidak cukup hanya memahami tentang wacana tetapi
juga perlu memahami konteks wacana tersebut. Wacana yang dituliskan dalam baju kaos couple
muda mudi tidak disampaikan dengan panjang lebar seperti tulisan pada sebuah karya tulis,
buku, majalah, Koran ataupun surat kabar lainnya. Konteks yang disampaikan dalam baju couple
muda-mudi ini biasanya tersampaikan dengan beberapa kata saja. Metode yang digunakan
dalam menganalisis wacana tersebut menggunakan metode deskriptif dan kualitatif. Inferensi
( Penarikan Kesimpulan )yang disampaikan penutur pada baju couple muda mudi yang menarik
kesimpulan tentang keserasian pasangan atau kecintaan pasangannya.

Kata kunci: Baju couple, konteks, dan inferensi wacana.


I. PENDAHULUAN

Wacana merupakan salah satu rangkaian kalimat yang saling berkaitan sehingga membentuk
suatu kepaduan dalam kalimat (Anton Moellono 1995:407). Dalam membentuk suatu kalimat
yang padu maka dibutuhkun adanya gagasan, ide, pendapat yang mudah dipahami oleh si
pembaca dalam bentuk wacana tulis maupun , pendengar dalam wacana lisan.

Analisi wacana merupakan salah satu usaha untuk memahami tuturan dalam konteks atau situasi
dalam teks wacan tersebut (Menurut Firth). Data dalam analisi wacana ini biasanya berupa teks
yang biasanya dituangkan dalam bentuk baju couple muda-mudi. Kata yang dituangkan dalam
baju tersebut biasanya hanya sebatas ujaran yang menyatakan kecintaan terhadap baju couple
tersebut. Dalam menganalisis ini peneliti berusaha mengungkapkan maksud ataupun makna yang
tertulis dalam desing baju couple muda-mudi tersebut.

Dalam konteks analisi wacana ini peneliti berusaha mengungkapkan ataupun menganalisi makna
yang terddapat pada konteks baju couple muda-mudi tersebut. Peneliti berusaha untuk
memberikan makna terhadap bacaan-bacaan yang terdapat pada konteks baju couple muda-mudi
tersebut.

Wacana yang disampaikan dalam baju couple muda-mudi ini dituliskan penutur tidak seperti
menuliskan sebuah naskah cerita. Akan tetapi, penulisan wacana ini hanya disampaikan dengan
singkat. Untuk memahami makna yang terdapat dalam wacana tersebut tidak cukup hanya
membaca tulisan yang terdapat dalam baju couple tersebut. Tetapi si pembaca harus memahami
konteks wacana .

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan konteks dan inferensi pada baju couple muda-mudi
yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana konteks dan inferensi wacana pada baju couple muda-mudi ?


1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian terkait dengan konteks dan inferensi wacana pada baju couple muda-
mudi yaitu sebagai berikut :

1. Penulis bertujuan untuk memberikan makna terhadap konteks dan inferensi yang terdapat
dalam design baju couple muda-mudi,
2. Penulis jug bertujuan untuk memberikan inferensi atau biasa disebut dengan simpulan
terhadap design baju couple muda- mudi ,
3. Selain dari kedua tujuan tersebut penulis juga melakukan hal ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah analisi wacana dan keterampilan menulis.

II. KAJIAN TEORI

Istilah wacana berasal dari Bahasa sansekerta wac, wak dan vak yang memiiliki arti berkata
atupun berucap. Wacana ini merupakan suatu kebahasaan yang meiliki strata yang tinggi.
https://www.gurupendidikan.co/id/wacana adalah/\

Pernyataa lebih umum disampaikan oleh Henry Guntur Tarigan (dalam Budhi Setiawan,
1212:2) yang menyatakan bahwa wacana itu satuan Bahasa yang lengkap yang memililiki strata
tinggi dalam bidang kebahasaan.

Konteks wacana pada baju couple muda-mudi ini menggambarkan tentang baagaimana
kepaduan antara si penutur dan mitra tutur. Dalam penelitian ini hanya menuliskan prinsip
penafsiran personal yang terdiri dari konteks sosial, konteks epitisme, dan konteks fisik.

Inferensi itu merupakan penarikan kesimpulan terhadap konteks wacana. Biasanya


inferensi ini dilakukan oleh mitra tutur ( konsumen/pembeli), pembaca maupun pendengar. Mitra
tutur dapat melakukan referensi apaabila mitra tutur menemukan sebuah konteks wacana maka
mitra tutur dapat memaknai konteks wacana tersebut.

Dari berbagai macam-macaam konteks inferensi Imam Syafi ( dalam Sumarlam dkk,
2008:51) yang menyatakan ada empat macama konteks pemakaian Bahasa yaitu:
1. Konteks fisik, dimana konteks fisik ini menggambarkan tentang bagaimana
terjadinya pemakaian Bahasa,
2. Konteks epistemis, yaitu bagaiaman ikatan pengetahuan antara penutur dan mitra
tutur
3. Konteks lingusitik, yaitu konteks berupa komunikasi,
4. Konteks sosial, yaitu konteks salah satu konteks pelengkap antara si penutur dan
mitra tutur

Hasil dan Pembahasan

Berikut adalah simple yang akan dianalisis oleh penulis:

Data 1 (Konteks Sosial)

Lo (baju laki-laki)

Ve (baju perempuan)

Data 2 (Konteks Epistemis)

Girl (baju perempuan)

Boy (baju laki-laki)

Data 3 (Konteks Sosial)

Kamu itu kamu nya aku ( baju laki-laki)

Aku itu aku nya kamu ( baju perempuan)

Data 4 (Konteks Sosial)

Whould you marry me ( baju laki-laki)

Yes I do ( baju perempuan )

Data 5 (Konteks Sosial)

Papah ( baju laki-laki)

Mamah ( baju perempuan )


Pembahasan Konteks Situasi

Pada konteks situasi ini penulis menuliskan 3 unsur penting yaitu. Konteks fisik, konteks
epitemis dan konteks sosial. Berikut adalah penjelasan dari ketiga konteks tersebut:

a. Konteks fisik

Unsur penting pada konteks fisik ini yaitu bagimana tempat terjadinya suatu peristiwa, apa
topik yang dibicarakan, dan bagaimana komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Pada data 1
sampai dengan data 5 tempat terjadinya suatu peristiwa tersebut tidak terikat. Keadaaan ini bisa
terjadi di sebuah took baju yang menjual belikan baju sablon. Selain itu juga, ketika melihat
orang menggunakan baju couple muda-mudi ketika mitra tutur membaca tulisan yang terdapat di
baju tersebut maka secara tidak langsung terjadi komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

Objek ataupun topik yang dibahasa pada data 1 sampai dengan data 5 Lo (baju laki-laki), Ve
(baju perempuan), Girl (baju perempuan), Boy (baju laki-laki), Kamu itu kamu nya aku ( baju
laki-laki), Aku itu aku nya kamu ( baju perempuan), Whould you marry me ( baju laki-laki), Yes
I do ( baju perempuan )Papah ( baju laki-laki), Mamah ( baju perempuan ) ketika kita
memperhatikan kelima konteks wacana tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada
data 1 sampai dengan data 5 itu menggambarkan tentang hubungan pasangan. Konteks wacana
yang terdapat dalam baju couple tersebut salah satu unsur yang menitik beratkan mitra tutur.
Mitra tutur akan menjadi lebih mengikat sebuah hubungan .

b. Konteks Epistemis

Dalam konsep epistemis ini berkaitan dengan latar belakang si penutur dan mitra tutur.
Penutur membuat desainer yang mungkin menarik terhadap mitra tutur. Sehingga mitra tuturr
tertarik dengan adanya baju couple muda-mudi tersebut.Penutur menuliskan konteks yang sangat
sederhana terhadap desainer baju kaos muda-mudi tersebut hanya menggunakan beberapa kata
saja. Penutur juga menggunakan Bahasa inggris dalam penulisan kata tersebut . Mitra tutur akan
menjadi terbantu untuk memberikan referensi terhadap penutur karena adanya simbol seperti
pada data 2 tertulis “girl” yang menggambarkan bawwa baju tersebut layajnya dipakai oleh
perempuan, begitu juga dengan sebaliknya “boy” bahwa desainer tersebut layaknya dipakai oleh
laki-laki.
c. Konteks sosial

Konteks sosial yang terdapat pada data 1 sampai dengan data 5 yaitu hanya sebatas memilki
ketergantungan. Dimana sosialisasi antara penutur ( desainer) dan mitra tutur ( sebagai
konsumen/pembeli)

INFERENSI

Inferensi merupakan proses yang harus dilakukan untuk memahami makna yang terdapat
dalam konteks wacana ( Sumarlam, 2004; 343). Ketika kita melihat sebuat konteks wacana
bagaimana cara kita untuk mengambil referensi yang baik dan tepat? Langkah yang paling tepat
untuk mengambil suatu referensi yang benar dan baik pada konteks wacana yaitu si mitra tutur
harus mampu memahami makna pada konteks wacana tersebut. Di hasil pembahasan di atas
telah dipaparkan oleh penulis bagaimana inferensi pada data 1 sampai dengan data 5.

Data 1

Adapun inferensi yang terdapat pada data 1 yang memiliki konteks Lo (baju laki-laki),
Ve (baju perempuan). Referensi pada data 1 ini terdapat unsur keserasian terhaddap suatu
pasangan yang menuliskan kisah cinta meraka pada sebuah desainer baju. Ketika kedua
pasangan tersebut menggunakan desainer ini maka mitra tutur dapat memaknai bahwa mereka
merupakan pasangan serasi . Penutur bermaksud menyampaikan makna bahwa mitra tutur
memiilki hubungan erat. Ketika penutur hanya membuat 1 desainer Lo maka mitra tutur sulit
untuk memberikan makna terhadap konteks tersebut. Tetapi dengan adanya konteks Lo( baju
laki-laki) dan Ve ( baju perempuan) maka mitra tutur dapat mengambil referensi desainer itu
mengatakan arti cinta.

Data 2

Konteks Girl (baju perempuan) Boy (baju laki-laki). Penutur bermaksud memeberikan
referensi bahwa konteks “girl” hanya layak digunakan oleh perempuan dan konteks “boy”
layaknya digunakan laki-laki.
Data 3

Kamu itu kamu nya aku ( baju laki-laki), Aku itu aku nya kamu ( baju perempuan).
Penutur bermaksud wacana tersebut memberikan referensi tentang hubungan pacaran. Penutur
bermaksud memberikan referensi bahwa si mitra tutur memilili hubungan yang mengikat.

Data 4

Whould you marry me ( baju laki-laki), Yes I do ( baju perempuan ). Makna yang
disampaikan oleh penutur yaitu ungkapan hati yang mungkin selama ini tersimpan dihati mitra
tutur.

Data 5

Wacana papah ( baju laki-laki) dan mamah ( baju perempuan). Penutur juga ingin
membuat inferensi bahwa pada data 5 mengandung makna yang paling setia. Sesuai dengan
pembahasan sebelumnya yang tertulis pada tafsiran di atas bahwa sebutan papah mamah
layaknya hanya dipanggil kepada hubungan suami istri. Tetapi sesuai dengan tuntutan zaman
anak sekarang ketika pacaran sebutan tersebut bukan hal yang tabu lagi. Penutur bermaksud
menyampaikan makna hubungan suami istri .

Inferensi pada data 1 dan data 5 ini lebih identik dengan hubungan pasangan . Meskipun
pada data 2 mungkin lazim digunakan untuk anak-anak tetapi penutur lebih menitik beratkan
kepada orang dewasa.

Prinsip Penafsiran Personal

Terkait dengan data 1 sampai dengan data 5 yang menjadi inferensi peneliti adalah
desainer yang tertulis pada baju couple muda-mudi tersebut.

Pada data 1 terdapat wacana yang berisikan Lo (baju laki-laki) dan Ve ( baju perempuan ) jika
konteks wacana tersebut tertulis pada baju anak yang berusia 3 sampai 9 tahun tentu si pembaca
tidak akan mendapat kesan dari tulisan tersebut. Makna yang disimpulkan oleh si pembaca akan
kurang menarik. Berbeda dengan ketika sepasang muda- mudi. Maksud di balik wacana di dalam
data 1 tersebut mengungkapkan tentang cinta atau memberi pengakuan kepada umum bahwa
mereka saling mencintai.

data 2 terdapat wacana yang berisikan girl ( baju perempuan) dan boy ( pada baju laki-laki)
konteks wacana tersebut masih cocok ketika dipakai oleh anak-anak. Begitu juga dengan kaum
dewasa akan lebih cocok ketika mereka menggunakan baju tersebut. Konteks tersebut cukup
hanya menyatakan bahwa girl (cocok untuk dipakai khusus untuk perempuan saja) sedangkan
boy ( khusus untuk baju laki-laki)

data 3 terdapat wacana yang berisikan Kamu itu kamu nya aku ( baju laki-laki) Aku itu aku nya
kamu ( baju perempuan). Konteks tersebut sangat tidak cocok ketika digunakan oleh anak-anak.
Konteks ini hanya cocok digunakan untuk sepasang kekasih untuk mengungkapkan kesetian
terhadap cinta. Konteks ini mengungkapkan bahwa mereka saling memiliki satu sama lain. Jadi,
pada data 3 ini bermakna untuk mengampaikan akan rasa saling memiliki diantara satu pasangan
yang serasi. Berkaitan dengan wacana yang ada dalam baju caouple muda mudi pada data 3
Kamu itu kamu nya aku ( baju laki-laki)

Aku itu aku nya kamu ( baju perempuan)Jika wacana tersebut tersampaikan kepada usia 5-6
tahun maka pesan pada baju cauple tidak akan diterima dengan baik dan jelas. Akan tetapi jika
tersampaikan pada usia remaja dan dewasa kemungkinan besar kalimat yang tersirat pada baju
tersebut akan tersampaikan dan mengerti akan kalimat baju caouple tersebut, bahwasanya
kalimat tersebut dapat membuat hati pembaca ataupun pembeli tersentuh ataupun terbawa
perasaan “Kamu itukamu nya aku ( baju laki-laki) Aku itu aku nya kamu ( baju perempuan)”

data 4 terdapat kontes wacana Whould you marry me ( baju laki-laki) Yes I do ( baju
perempuan ). Konteks wacana tersebut ketika dipakai pada anak usia sekitar 3 sampai dengan 9
tahun maka sangat ditolak. Konteks ini mengandung maknatentang percintaan. Konteks ini
hanya cocok digunakan untuk sepasang kekasih yang ingin menjalin hubunganke arah yang lebih
serius. Konteks pada data 4 ini yang digunakan oleh si laki-laki yang menyatakan “ mau kah
engkau merid denganku?” yang menyatakan bukti cinta terhadap si perempuan. Konteks wacana
pada baju perempuan yang menyatakan “ iya saya mau”.

Dari konteks kedua baju tersebut maka dapat di ambil maknanya bahwa pada data 4 ini
menggambarkan kesetiaan terhadap sepasangan kekasih.
Pada data 5 terdapat konteks wacana mamah ( wanita ) dan papah ( laki laki ). Jika diambil
makna dari konteks wacana tersebut , konteks tersebut tidak lazim digunakan pada kaum muuda
–mudi. Hal tersebut hanya digunakan untuk ikatan suami istri. Pada zaman sekarang sesuai
dengan perkembangan zaman sebutn papah dan mamah bukan hanya berlaku kepada orangtua.
Namun, ketika menjalin hubungan atau biasa disebut dengan berpacaran panggilan papah mamah
bukan suatu hal yang aneh yang digunakan oleh muda-mudi. Pada data 5 ini ketika konteks
tersebut terdapat pada sepasang suami istri maka konteks tersebut merupakan kesetiaan rasa
cinta.

Simpulan dan Temuan

Sesuai dengan hasil dan pembahasan diatas , maka kesimpulan yang dapat diambil penulis yaitu
sebagai berikut:

1. Wacana itu merupakan keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan


2. Prinsip penafsiran personal yang terdapat pada baju couple muda mudi itu
menggambarkan antara penutur dan mitra tutur
3. Referensi yang dapat diambil dari hasil ulasan ini yaitu dimana penutur dan mitra tutur
harus mampe memberikan sebuah makna terhadap konteks wacana
4. Konteks wacana ya
5. ng terdapat pada baju couple muda mudi ini menggunakan konteks dua Bahasa yaitu
Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris

Daftar Pustaka

Budhi Setiawan. 2012. Analisis Wacana. Salatiga: Widya Sari Press.

https://www.gurupendidikan.co/id/wacana adalah//
LAMPIRAN DATA

Anda mungkin juga menyukai