Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OBSERVASI PELAKSANAAN KONSELING DI SMK

NEGERI 10 SURABAYA
Untuk Memenuhi UAS Mata kuliah Teori dan
Teknik Konseling Yang diampuh oleh Dr.
Muwakhidah, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Firdha Agustin Wahyuningtiyas 225000037

BK A1
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING FAKULTAS PEDAGOGI
DAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PGRI
ADI BUANA SURABAYA 2022/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir
semester saya yang berjudul “ LAPORAN OBSERVASI PELAKSANAAN
KONSELING DI SMK NEGERI 10 SURABAYA”. Laporan ini dimaksud
sebagai syarat dalam memenuhi ujian akhir semester Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling Teori dan Teknik Konseling.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak yang telah membantu,


menyiapkan, dan memberi masukan dalam penulisan Laporan ini. Segala upaya
telah dilakukan untuk menyempurnakan Laporan ini., namun tidak mustahil masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran dan masukan tetap saya
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian pengantar ini saya sampaikan, dengan harapan makalah ini


bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pedagogi dan Psikologi, Khususnya Prodi
Bimbingan dan Konseling.

Surabaya ,21 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................................
B. Tujuan ......................................................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................................................
A. Pengertian Teori Behavioral..........................................................................................................
B. Hakikat Manusia Teori Behavioral................................................................................................
C. Tujuan Teori Behavioral................................................................................................................
D. Metode Teori Behavioral...............................................................................................................
E. Langkah-Langkah Teori Behavioral..............................................................................................
F. Pribadi Sehat dan Pribadi Tidak Sehat Teori Behavioral............................................................
G. Teknik-Teknik Teori Behavioral.................................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Hasil observasi.............................................................................................................................
B. Pembahasan.................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP DAN KESIMPULAN............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang
menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya.
Asumsi ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di
dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental melingkupinya yang
notabenya membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan
pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam
pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi
penerus yang diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya
yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan
suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan
berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu
berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting
diperhatikan, adanya peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat
mempengaruhi anak pada masa dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa
harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus masuk akal dan
adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak
akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan
sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa SMK NEGERI
10 Surabaya, maka pihak sekolah perlu menertibkan siswa yang terlambat
sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri
kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di
SMK Negeri 10 Surabaya, mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan
siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang
terlambat haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan
tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
sering terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang
sebelum jam 06.30 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang
lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat mengakibatkan kurang
lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab,
berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat,
diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah
transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan- alasan seperti inilah
yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam
pelajaran pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang
datang terlambat menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini
tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya akan menjadi
budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas
yang disertai dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin
yang nantinya akan berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu
sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan suatu
tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam
pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan
melibatkan semua pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran
jam pertama, wali kelas, BK dan kesiswaan.
B. Tujuan
Teknik konseling merupakan upaya untuk menjalankan praktek
bantuan berdasarkan teori dan keterampilan konseling. Teknik konseling
self management merupakan upaya untuk menjalankan praktek bantuan
profesional terhadap individu agar mereka dapat mengembangkan potensi
dan memecahkan setiap masalahnya. Untuk dapat mengetahui pendekatan
behavioral dengan menggunakan teknik self management terhadap
peningkatan perilaku disiplin datang tepat waktu di SMK Negeri 10
Surabaya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Teori Behavior
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah
bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan
bisa ditentukan.

Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena
mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,
menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan
suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah
atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik
bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.
Teori behavior menurut ahli :
1. Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di mana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari contoh
tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan strategi
Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Burrhus Frederic Skinner
Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan
perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi
Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikan
oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang
diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya
mempengaruhi respons yang dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan
juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkah laku siswa.
Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, diperlukan
pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner juga memperjelaskan tingkah laku
hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu
akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya, apabila dikatakan bahwa seorang
siswa berprestasi buruk sebab siswa ini mengalami frustasi akan menuntut perlu
dijelaskan apa itu frustasi. Penjelasan tentang frustasi ini besar kemungkinan akan
memerlukan penjelasan lain.
B. Hakikat Manusia
Berdasarkan pada hakikat manusia, teori dan pendekatan behavior ini
menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik atau merespon
kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik
dan sedikit berperan aktif dalam menentukan martabatnya. Manusia memulai
kehidupannya dan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini
menghasilkan pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang ditentukan oleh intensitas dan beragamnya jenis penguatan
(reinforcement) yang diterima dalam situasi hidupnya.
Pendekatan behavior di dalam proses konseling membatasi perilaku sebagai
fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati
merupakan suatu kepedulian dari konselor sebagai kriteria pengukuran
keberhasilan konseling. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil
belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-
kondisi belajar. Di mana proses konseling merupakan suatu proses atau
pengalaman belajar untuk membentuk konseli mengubah perilakunya sehingga
dapat memecahkan masalahnya. Dalam konsep behaviorisme modern, perilaku
manusia dipandang dalam mekanisme dan pendekatan ilmiah yang diimplikasikan
pada pendekatan secara sistematis dan terstruktur dalam proses konseling.
C. Tujuan
Tujuan konseling dalam terapi behavioral sebagaimana disampaikan
( Hartono & Boy Soedarmadji, 2012) adalah untuk mengubah dan menghapus
perilaku yang buruk dengan menggunakan cara belajar yang baru yang lebih
dikehendaki. Secara umum, tujuan dari terapi behavioral adalah menciptakan suatu
kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku simtomatik
dapat dihilangkan. Sementara itu tujuan terapi behavioral secara khusus adalah
mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku yang
diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta berusaha
menemukan cara-cara bertingkah laku yang tepat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
konseling behavioral adalah sebagai berikut: 1) untuk mengubah dan menghapus
perilaku yang buruk dengan menggunakan cara belajar yang baru yang lebih sesuai
dan dikehendaki; 2) memperkuat perilaku yang adaptif, dan memperlemah atau
menghilangkan perilaku yang maladaptive; 3) membentuk sikap asertif.
D. Metode
Terkait dengan metode-metode konseling, terdapat beberapa
pendekatanatau metode yang diterapkan dalam konseling behavioral. Krumblozt
(Surya,1988) memberikan empat kategori pendekatan konseling behavioral, antara
lain :
1. Operant learning
Pendekatan ini merupakan adaptasi dari dua teorikondisioning dari Pavlov
dan Skiner, pendekatan ini memfokuskan padapenguatan (Reinforcement),
dalam pembetukan perilaku klien yang dikehendaki.
2. Social modeling
Pendekatan belajar sosial bertolak dari pendapat Bandura tentang tiga system
terpisah namun merupakan system pengatur yang salingberkaitan, tiga aspek
tersebut adalah : 1) Peristiwa stimulus eksternal,
2) Penguat eksternal, dan yang paling penting adalah proses perantara
kognitif. Dalam pelaksanaannya pendekatan ini diterapkan oleh
konselordengan cara merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan
model oleh klien.
3. Cognitive learning
Metode ini merupakan metode pengajaran secara verbal, kontak antara
konselor dengan klien dan bermain peran.Pendekatan ini terdiri atas persuasi
dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan ide yang tidak
rasional.
4. Emotional learning
Metode ini diterapkan pada individu yang mengalami kecemasan,
pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan menghadirkan
rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu rangsangan yang
menyenangkan.

E. Langkah-Langkah

1. Assesment ( Melakukan Asesmen )


Memberikan kesempatan pada klien untuk mau menyampaikan apa yang
dialaminya dengan sejujur-jujurnya tentang kegagalan, kelebihan, kekurangan, dan
kehidupan kejiwaan yang dihadapi secara terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Konselor memberikan penguatan pada klien tentang data yang diberikan dan
berjanji untuk merahasiakan semua data klien. Informasi yang disampaikan klien
akan berguna dalam menentukan teknik mana yang akan ditempuh untuk merubah
perilaku pada klien.

2. Goal setting ( Menentukan Tujuan )

Merumuskan masalah dalam konseling, pada langkah asessmen sudah


ditentukan tujuannya yang ingin dicapai. Perumusan tujuan konseling dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:

a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien,

b. Konseli mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil


konseling,

c. Konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien.

3. Technique implementation ( Mengimplementasikan Teknik )


Technique implementation, yaitu menentukan teknik yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan konseling behavioral dalam rangka mencapai perubahan
perilaku yang dikehendaki dalam konseling.

4. Evaluation termination ( Evaluasi mengakhiri Konseling )

Evaluation termination yaitu, menilai kegiatan yang dilakukan apakah


sudah berahasil atau tidak pelaksanaan konseling yang dilakukan. Evaluation
termination bukan sekedar mengakhiri konseling tetapi terminasi juga
meliputi ( menguji apa yang konseli lakukan terakhir, mengeksplorasi
kemungkinann kebutuhan konseling, membantu konseli mentransfer apa
yang jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli).

5. Feedback
Feedback yaitu menganalisis kekurangan yang dialami dalam konseling
dan memperbaiki dalam rangka mencapai hasil yang lebih maksimal.

F. Pribadi sehat dan tidak sehat


Pribadi sehat didefinisikan sebagai berikut:
a. Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
b. Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
c. Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah
laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
d. Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
e. Mempunyai self control yang memadai.

G. Teknik Konseling Teori Behavioral


1. Asertif atau assertive training
Assertive training (Latihan asertif) adalah teknik yang sering dipakai
oleh aliran pengikut behavioristik. Dalam pendekatan behavioral yang cepat
memperoleh popularitas yaitu assertive training yang bisa diterapkan pada
situasi perorangan dimana individu mengalami kusulitan untuk menerima
kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak
atau benar.
2. Teknik Modeling
Penokohan (Pemodelan) adalah suatu metode yang menunjukkan
bagaimana pembelajaran berlangsung melalui observasi terhadap orang lain dan
perubahan terjadi melalui manajemen perubahan. Peniruan (imitation)
menunjukan bahwa perilaku orang lain yang diamati. Proses belajar melalui
pengamatan menunjukan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku
pada orang lain.
3. Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis dikembangkan behavioristik pada awal tahun
1950 oleh Joseph Wolpe. Teknik ini cocok dan efektif digunakan untuk
menangani fobia-fobia, kecemasan dan ketakutan. Desensitisasi sistematis
sendiri adalah perpaduan berberapa Teknik seperti memikirkan seuatu, relaksasi
dan membayangkan sesuatu.
4. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi digunakan bagi orang yang mempunyai kecemasan
berkaitan dengan kondisi fisik atau psikisnya, sehingga perlu dilakukan upaya
untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya melalui aktivitas yang
menyenangkan dan menenangkan.

Relaksasi tidak menghargai upaya untuk memecahkan masalah stres


tetapi menciptakan kondisi bagi individu untuk merasa lebih nyaman dan
tenteram.
5. Teknik Time Out
Teknik time out adalah teknik Teknik ini sering digunakan di ruang
kelas, di mana siswa yang menunjukkan perilaku tidak mengarapkan diisolasi
atau dijauhkan dari siswa lain selama jangka waktu tertentu. Oleh karena itu,
dalam keadaan terisolasi, individu tidak lagi berusaha melakukan perilaku yang
mungkin menarik perhatian guru dan teman sebaya.
6. Teknik Punishment
Punishment Hukuman adalah penderitaan yang disebabkan atau sengaja
ditimbulkan oleh seorang pendidik (guru) setelah terjadi pelanggaran, kejahatan
atau kesalahan. Hukuman juga dapat dipahami sebagai pemberian sesuatu yang
tidak menyenangkan karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan.
Memberikan hukuman akan membuat seseorang enggan melakukan hal serupa
lagi. Hukuman dapat berupa ancaman, larangan, penelantaran dan pengucilan
atau hukuman badan sebagai bentuk hukuman terhadap seseorang yang
melakukan kesalahan.
7. Teknik Self management
Self management adalah proses di mana konseli mengarahkan
perubahan perilakunya menggunakan strategi atau kombinasi strategi. Self
management bertujuan untuk membantu pelanggan memecahkan masalah,
teknik ini menekankan perubahan perilaku pelanggan dianggap berbahaya yang
lain.Tujuan dari self management adalah pengembangan perilaku yang lebih
adaptif dari konseli.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi
Data Observasi
a. Narasumber: Pak sigit
b. Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 21 Desember 2023
c. Waktu Pelaksanaan : 14.00 WIB
d. Tempat Pelaksanaan : Ruang BK SMK Negeri 10 Surabaya
e. Metode : Wawancara

Berdasarkan hasil Observasi yang saya laksanakan di SMK Negeri 10 Surabaya


pada hari Selasa, 21 Desember 2023 dengan salah satu guru BK bernama Pak Sigit yang
sudah menjadi Guru BK selama 7 tahun yang menghasilkan beberapa informasi terkait
permasalahan – permasalahan yang terjadi selama 3 Tahun terakhir di sekolah tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi selama 3 tahun terakhir ini yang disampaikan oleh beliau
itu variatif jadi tergantung jejang pendidikannya yang berbeda-beda untuk kelas 11 dan 12
itu terlambat masuk sekolah yang paling banyak, kalau kelas 10 kadang kepercayaan diri
dan semangatnya kurang dikarenakan lingkungan dan teman- teman yang baru jadi masih
diperlukan untuk bersosialisasi atau adaptasi di lingkungan sekolahnya.
Kemudian juga ada beberapa cara yang disampaikan oleh beliau untuk mengatasi
masalah tersebut yang pertama terkait dengan keterlambatan siswa yang terjadi pada kelas
11 dan 12 adalah terkait keterlambatan yang masih banyak angkanya atau sering terjadi
yaitu dengan cara melakukan konseling, siswa yang bermasalah tersebut akan dipanggil
lalu diberi pendekatan dan diberikan beberapa pertanyaan seperti alasan maupun penyebab
apa yang membuat siswa tersebut terlambat masuk sekolah, dari proses konseling tersebut
diharapkan bahwa angka keterlambatan yang sering terjadi pada siswa SMK Negeri 10
Surabaya itu bisa turun.
Lalu untuk yang kedua adalah masalah kepercayaan diri dan semangatnya kurang
yang terjadi pada siswa kelas 10 juga melakukan pendekatan tetapi juga bisa dengan
melakukan bimbingan kelompok. Beliau juga menjelaskan bahwa guru BK di SMK
Negeri 10 Surabaya berbeda dengan tim tata tertib yang akan memberikan hukuman.
Pihak yang sering melakukan konseling tergantung dengan masalah yang dihadapi jika
masalah ringan biasanya dengan guru BK saja cukup tetapi jika membutuhkan
komunikasi dengan wali kelas, orang tua dan guru mata pelajaran maka akan
berkolaborasi.

Adapun teori yang digunakan oleh Pak Sigit yaitu memakai teori behavior
dimasukkan ke self management untuk mengatur diri pada siswa, di SMK Negeri 10
Surabaya pembelajaran dimulai pukul 06.30 faktanya banyak siswa yang berangkat tetap
jam 06.10 dimana perjalanannya memakan waktu selama 20 menit dan membuat siswa
tersebut terlambat, karena mengejar waktu siswa-siswa tersebut akhirnya menambah
kecepatan kendaraannya yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Hari yang paling sering banyak siswa terlambat adalah hari senin dan jumat karena
kalau hari selasa,rabu, dan jumat ada toleransi 5 menit tetapi kalau hari senin tidak ada
toleransi dan pintu gerbang akan ditutup yang mengakibatkan siswa-siswa terebut harus
upacara diluar gerbang kalau hari jumat di pembelajaran sedikit santai jadi meningkatkan
angka keterlambatan. Di SMK Negeri 10 Surabaya setiap pagi ada 2 tim, yaitu tim bk dan
tim ketertiban dimana tim bk fokus pada administrasi atau mendata, jika terlambat 1 kali
diberikan pembinaan melalui konseling tetapi jika lebih dari 3 kali akan ada panggilan
atau keterlibatan untuk orang tua, untuk tim ketertiban akan memberikan hukuman seperti
terlambat 1 kali akan diberi hukuman jalan jongkok, kalau terlambat 2 kali akan diberi
hukuman lari tetapi hal tersebut sudah menjadi ranahnya tim ketertiban.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi yang telah saya lakukan melalui wawancara di
SMK Negeri 10 Surabaya masalah yang sering muncul selama 3 tahun terakhir ini adalah
terlambat masuk sekolah yang disebabkan oleh siswa tersebut dimana pembelajaran
dimulai pukul 06.30 dan masih banyak siswa yang berangkat tetap jam 06.10 dimana
perjalanannya memakan waktu selama 20 menit dan membuat siswa tersebut terlambat,
karena mengejar waktu.
Oleh karena itu, dengan permasalahan tersebut menurut ssaya pendekatan
konseling teori behavior yang difokuskan dengan mengubah tingkah laku siswa tersebut
yang tidak baik atau negatif yang perilaku tersebut diubah untuk menjadi baik atau
perilaku yang positif. Dan dengan menggunakan teknik self management untuk membantu
menyelesaikan masalah terlembat masuk sekolah yang terjadi disekolah tersebut.
Penyebab yang diperoleh dari hasil observasi di guru sesuai dengan pendapatnya (Prayitno
& Amti, 2004 ) yang salah satunya menjelaskan mengenai sengaja terlambat masuk
sekolah meskipun sudah mengetahui jam pelajaran sudah dimulai.
Siswa yang memiliki kebiasaan datang terlambat biasanya mengungkapkan alasan
rasional seperti kemacetan lalu lintas, membantu orang tua, atau tanggung jawab
pekerjaan di rumah yang telah menghambat mereka tepat waktu datang kesekolah. Salah
satu ungkapan tersebut sesuai dengan permasalahan yang terjadi di SMK Negeri 10
Surabaya yaitu terlambat masuk sekolah yang disebabkan oleh siswa tersebut dimana
pembelajaran dimulai pukul 06.30 dan masih banyak siswa yang berangkat tetap jam
06.10 dimana perjalanannya memakan waktu selama 20 menit dan membuat siswa
tersebut terlambat, karena mengejar waktu dan menambah kecepatan motornya. Dalam
pelaksanaan konseling menggunakan teori behavioral ini terdapat beberapa tahap yang
dimiliki, yaitu :
1. Assesment melakukan asesmen. Dalam tahap ini konseli diberikan kesempatan untuk
mengutarakan apa yang sedang dialami konseli dengan selengkap-lengkapnya,
konselor mengidentifikasi apa yang sedang dialami oleh konseli.
2. Goal setting menentukkan tujuan konseling. Pada tahap ini sudah ditentukan tujuannya
yang ingin dicapai. Dalam kasus yang terjadi di SMK Negeri 10 Surabaya bahwa ingin
mengubah siswa tersebut menjadi yang awalnya memiliki perilaku terlambat datang
kesekolah ke perilaku yang tidak terlambat untuk datang kesekolah.
3. Technique implementation atau Mengimplementasikan Teknik, yaitu diterapkan untuk
mengurangi perilaku terlambat masuk sekolah yang awalnya ditentukan dulu tujuan
yang ingin dicapai dan tujuan tersebut disepakati oleh konsselor dan konseli. Lalu
konselor memberikan arahan kepada konseli dalam menetapkan tujuannya untuk
konseli memiliki tugas untuk mengontrol dirinya untuk melaksanakan tujuan yang
telah disepakati. Dalam mengimplementasikan teknik self management ada beberapa
tahapan yang dimiliki oleh teknik self management yaitu:
a. Memilih tujuan ( Selecting Goals )
Tujuan harus ditetapkan satu per satu, dan harus diukur, dapat dicapai, positif, dan
keterhubungannya bagi setiap individu.Hal ini adalah penting bahwa setiap
harapan menjadi sebuah realitas. Seperti halnya yang terjadi pada siswa SMK
Negeri 10 Surabaya bahwa siswa tersebut memiliki tujuan yaitu ingin mengurangi
perilaku terlambat masuk sekolah dengan bantuan konselor.
b. Menterjemahkan tujuan menjadi tujuan perilaku (Translating goals into target
behaviors)
Identifikasi perilaku yang ditargetkan untuk perubahan, mengantisipasi beberapa
hambatan dan memikirkan bagaimana cara untuk menegosiasikannya. Disini
konselor menterjemahkan perilaku yang ingin diubah konseli bahwa perilaku yang
salah yaitu datang terlambat harus diubah ke perilaku yang benar atau dengan tidak
datang terlambat kesekolah. Disini konselor juga menanyakan hambatan-hambatan
apa saja yang dialami oleh konseli.
c. Pemantauan diri (Self-monitoring)
Mengamati perilaku sendiri dengan berhati-hati dan secara sistematis, dalam tahap
ini konselor akan mengarahkan untuk mencatat setiap perilaku konseli lalu tugas
akan membuat catatan perilaku dalam buku harian, mencatat segala perilaku
beserta komentar-komentar tentang berbagai isyarat dan konsekuensi yang terkait.
Contohnya seperti kegiatan apa saja yang menyebabkan konseli terlambat datang
kesekolah, hal apa saja yang bisa mendorong konseli untuk berangkat lebih awal
agar tidak kebut-kebutan dijalan.
d. Membuat rencana perubahan (Working out a plan for change)
Merancang sebuah program untuk mewujudkan perubahan yang
sebenarnya.Berbagai rencana untuk tujuan yang sama bisa dirancang, masing-
masing perencanaan tujuan bisa efektif. Beberapa jenis sistem penguatan diri
diperlukan dalam rencana ini karena penguatan merupakan landasan terapi
perilaku yang baru. Penguatan diri adalah strategi sementara yang digunakan
sampai perilaku baru telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, melakukan
langkah-langkah untuk memastikan bahwa peningkatan yang dilakukan akan
dipertahankan. Dalam hal yang telah diobservasi ini konseli diharapkan melakukan
hal yang telah ditentukan dengan konselor. Konselor juga bisa memberikan
reinforcement positif agar konseli semangat dalam menjalankan tugas yang telah
disepakati.
e. Perencanaan tindakan evaluasi (Evaluating an action plan).
Rencana perubahan evaluasi digunakan untuk dapat menentukan tujuan yang akan
tercapai. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan bukan kejadian satu kali,
dan perubahan diri adalah latihan seumur hidup. Yang dimaksudkan untuk
meninjau sejauh mana perilaku konseli saat ini apakah masih terlambat, konseli
yang awalnya berangkat kebut-kebutan apakah masih mengebut saat berangkat.
Lalu konselor mengamati konseli apakah hambatan-hambatan yang ada pada diri
konseli masih saja terjadi.
Dengan menggunakan teknik self management, konselor memberikan tugas kepada
konseli berupa lembaran kerja yang diisi sesuai dengan tahapan yang tertera. Lalu
saat pertemuan selanjutnya konseli menyerahkan lembar yang sudah diisi dari awal
hingga tahap akhir dan akan di evaluasi oleh konselor agar bisa dipantau apakah
peningkatan atau penurunan yang terjadi pada siswanya.

4. Evaluasi terminasi (Evaluation termination) pada tahap ini dilaksanakan evaluasi


keberhasilan pelaksanaan konseling tersebut dengan teknik self management kepada
yang bersangkutan. Lalu pada tahap ini juga melakukan evaluasi dengan konseli untuk
membandingkan hasil catatan apakah teknik yang digunakan sudah efektif.
Setelah menerapkan Teknik self management ini jika masalah mencuri terlambat datang
kesekolah sudah dapat teratasi, jika sudah artinya masalah siswa tersebut sudah dapat
terselesikan. Jika belum berhasil maka diperlukan peninjauan ulang apakah sasaran
perilakutidak sesuai atau pemberian penguatan yang tidak tepat
5. Feedback, yaitu menganalisis kekurangan yang dialami dalam konseling dan
memperbaiki dalam rangka mencapai hasil yang lebih maksimal.
BAB IV

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan diatas, kesimpulannya adalah Teori
Behavior dapat digunakan untuk mengatasi masalah keterlambatan pada siswa. Karena Teori
Behavior difokuskan dengan mengubah tingkah laku siswa tersebut yang tidak baik atau negatif
yang perilaku tersebut diubah untuk menjadi baik atau perilaku yang positif. dengan
menggunakan teknik self management untuk membantu menyelesaikan masalah terlembat masuk
sekolah yang terjadi di SMK Negeri 10 Surabaya. Melalu teknik self management ini diharapkan
bahwa siswa siswi SMK Negeri 10 dapat mengatur diri untuk tidak terlambat lagi saat sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Lawrence A. Pervin, Daniel Carvone, at all, . (2004 ). Psikologi Kepribadian Teori &
Penelitian, . Jakarta: Kencana Prenada Media Group,h.362.
Adegunju, K. A., Ola-Alani, E. K., & Agubosi, L. A. . (2019). Factors Responsible for
Student' Lateness to School in Elementary School. . Mimbar Sekolah Dasar,.
Andi, M. S. . (2018). Pendekatan-Pendekatan Konseling (Teori Dan Aplikasi) .
Yogyakarta: Edited by Ngalimun. CV Budi Utama.
Corey, Gerald. . (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh
E.Koeswara.
Bandung,: Refika Aditama.
Gie, T. L. . (2002 ). Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa . Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hartono & Boy Soedarmadji, . (2012. ). Psikologi Konseling, . Jakarta:
Kencana .
Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih . (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:
Indeks. Prayitno, & Amti, E. . (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta:
Rineka Cipta. Sukardi. (2010.). Metodologi Penelitian Pendidikan. . Jakarta. : Bumi
Aksara.
Surya, Muhamad. (1988. ). Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori & Konsep). . Yogyakarta:
Penerbit Kota Kembang. .
Thompson, R. (2016). Counselling Techniques : Improving Relathionships with Others,
Ourselves, Our Families, and Our Environment. . New York : Rouledge Taylor &
Francis Group .

Anda mungkin juga menyukai