diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Nilai
pada program studi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6
GARUT 2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “PENDIDIKAN
NILAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EMPAT PILAR
KEBANGSAAN DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM) INDONESIA DAN KARAKTER BANGSA ” dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber
informasi bagi pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Nilai Bapak Husnan Sulaiman S.Ag, M.Pd
yang telah membantu memfasilitasi, memberi masukan dan mendukung
penyusunan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan semaksimal mungkin, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Adapun kami yang menyusun dan bertanggung jawab atas hasil karya
kami ini adalah:
Bila di kemudian hari di ketahui bahwa makalah ini di susun dari hasil
plagiat dan di nyatakan cacat ilmiah, baik sebagian maupun seluruh isinya, maka
kami siap menerima sanksi nilai E dari Dosen sebagai konsekuensinya. Demikian
pernyataan keaslian makalah ini kami sampaikan sebagai bentuk pertanggung
benarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tidak ada yang menolak pentingnya moralitas. Kaum bertuhan
menganggap moral itu penting. Kaum sekular dan atheis pun demikian.
Moralitas adalah unsur pokok untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang
harmonis. Masyarakat yang harmonis membawa imbas kebahagiaan bagi tiap-
tiap individu di dalamnya. Tanpa moralitas, kehidupan akan kacau dan
tidak 1 terkontrol. Tidak ada yang bisa mengendalikan kebrutalan maupun
menghentikan orang lain dari mengganggu kehidupan kita. Kita memerlukan
orang lain untuk bermoral. Menurut Socrates dan Plato, kebahagiaan bersama
akan diraih apabila manusia berdisiplin dan mengontrol diri. Tiap anggota
masyarakat harus menjalankan nilai-nilai moral yang sudah disepakati
bersama. Theodore Roosevelt mengatakan, “Mendidik akal seseorang tanpa
mendidik moralnya bagaikan menciptakan monster dalam masyarakat.”
Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau tidak
ditunjang keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari
lingkungan sosial. Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral
kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu
anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang
seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam
hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik
tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra,
dan keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain,
bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral
dan rohani.2
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari Bahasa Latin
kharakter, kharessian, dan xharaz, yang berarti tool for marking, kemudian dalam
bahasa Inggris menjadi character yang berarti tabiat, budi pekerti dan watak.
1
‘Latar_Belakang_Pendidikan_Nilai’.
2
Aceng Kosasih, ‘Konsep Pendidikan Nilai’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9
(2020), 1689–99.
Dalam bahasa Arab, karakter diartikan “khuluq, sajīỵah, ṭab’u” (budi pekerti,
tabiat atau watak). Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat
dengan personality (kepribadian).Sementara dari bahasa Yunani, karakter
diistilahkan dengan “to mark” yang berarti menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Karakter berasal dari bahasa latin yang berarti “dipahat”. Secara harfiah,
karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral.Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skill). Karakter mulia berarti individu memiliki
pengetahuan tentang potensi dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai seperti:
reflektif, percaya diri, rasional, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, ramah, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berpikir positif,
disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, semangat, dinamis, efisien,
menghargai waktu, dedikatif, pengendalian diri, produktif, cinta keindahan
(estetis), tabah, terbuka, dan tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk
berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi serta
kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).3
Keislaman dan kebangsaan merupakan dua wawasan utama yang harus ada
dalam setiap ORMAS (organisasi kemasyarakatan) Islam di Indonesia. Wawasan
keislaman penting karena ia merupakan landasan pokok yang selanjutnya akan
menjadi sumber sekaligus spirit dalam menjalankan dan mengembangkan
organisasi dakwah1 . Sedangkan wawasan kebangsaan penting karena organisasi
dakwah yang dimaksud tumbuh dan berkembang di sebuah Negara-Bangsa
(Indonesia), untuk itu sikap nasionalisme menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Oleh karenanya, setiap SDM (kader) dalam organisasi dakwah harus memiliki
wawasan keislaman dan kebangsaan yang komprehensif, tidak hanya paham
namun juga harus diinternalisasi dan diamalkan disetiap gerak langkah dalam
menjalankan roda organisasi. Wawasan keislaman tanpa disertai dengan wawasan
3
Lian G. Otaya, ‘Pendidikan Karakter Berbasis Nilai’, Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8.1
(2014), 75–94 <https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.1.571>.
kebangsaan dapat berdampak pada melemahnya sikap nasionalisme. Tanpa
wawasan kebangsaan yang kokoh, organisasi dapat terjebak pada sikap fanatik
berlebihan, yang pada akhirnya dapat berdampak pada sikap intoleran pada
organisasi dan bahkan keyakinan lain yang tidak sama. Lemahnya sikap
nasionalisme juga akan berdampak pada melemahnya institusi Penyebutan
organisasi dakwah dimaksudkan utuk menyebut ormas Islam, karena dalam tiap
ormas Islam pasti memiliki misi dakwah. Untuk itu istilah organisasi dakwah
sama .dengan ormas Islam dalam tulisan ini Keislaman dan Kebangsaan Negara.
Karena, sudah menjadi fakta bahwa penduduk Indonesia mayoritas beragama
Islam, dan kecenderungannya para pemeluk Islam telah berafiliasi pada organisasi
dakwah atau ormas Islam tertentu. Sehingga sangat logis jika wawasan
kebangsaan para kader-kader ormas Islam atau organisasi dakwah melemah, maka
akan berdampak pada melemahnya institusi Negara. Jika istitusi Negara telah
melemah, maka dapat disimpulkan bahwa Negara tersebut akan mudah tercerai-
berai sekaligus lemah (inferior) di hadapan Negara-negara lain. Sebaliknya, jika
hanya wawasan kebangsaan tanpa disertai wawasan keislaman maka secara
otomatis organisasi dakwah tidak akan bisa berkembang sesuai fitrahnya.
Bagaimana mungkin SDM organisasi dakwah lemah pada wawasan
keislamannya, lantas apa yang akan didakwahkan. Menyadari akan pentingnya
wawasan keislaman dan wawasan kebangsaan dalam pengembangan organisasi
dakwah, maka dalam artikel ini penulis akan membahas tentang konsep konsep
keislaman dan kebangsaan yang menjadi modal pokok dalam pengembangan
organisasi dakwah. Bahasan ini meliputi: bagaimana konsep Islam dan
karakteristiknya, Sumber Ajaran Islam, Islam normatif dan Islam historis, nilai-
nilai universal dalam ajaran Islam, wawasan kebangsaan dan nasionalisme, serta
relasi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.4
Kemajemukan sosial budaya yang dikristalisasikan dalam bentuk nilai
filsafat hidup bangsa (filsafat Pancasila) adalah merupakan jati diri nasional, jiwa
bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan
integritas nasional, serta diikat dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika dan rasa
4
Asep Eri Ridwan, ‘Pendidikan IPS Dalam Membentuk SDM Beradab’, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 23.1 (2016), 27–35 <https://doi.org/10.17509/jpis.v23i1.2060>.
cinta tanah air bangsa dan negara.setelah reformasi, kian luas kita rasakan adanya
semacam kegelisahan kolektif dalam kehidupan nasional kita. Kegelisahan itu
berpangkal dari meluasnya keengganan kita sendiri untuk berbicara tentang
Pancasila. Bahkan ada kesan, bahwa masyarakat terutama elit politiknya sungkan
meskipun hanya sekedar menyebut Pancasila, karena kawatir kalau dianggap akan
menghidupkan Orde Baru. Hal ini disebabkan adanya kekacauan epistemologis
pada konteks politik, yang menyamakan nilai-nilai Pancasila dengan sesuatu
kekuasaan, rezim atau suatu orde. Melalui empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia
tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yang menjadi pisau analisis pada artikel ini diharapkan mampu
menjawab tantangan di masa depan seperti globalisasi dan konsep masyarakat
kontemporer yang kompleks demi mweujudkan masyarakat adil, makmur dan
bermartabat sesuai dengan dasar negera Indonesia, Pancasila.5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pendidikan nilai?
2. Bagaimana Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar
Kebangsaan?
3. Bagaimana Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya
Dalam Membangun Sumber Daya Manusia(SDM)?
4. Apa Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) di Indonesia Dewasa ini?
5. Apa Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan Karakter Bangsa
Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem Pendidikan Nasional?
5
Suko Wiyono, ‘Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Sebagai Panduan Dalam
Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur Berdasarkan Pancasila’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 15.1 (2019), 37–52.
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penyusunan dalam pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk Mengetahui Pendidikan Dan Pendidikan Nilai
2. Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar
Kebangsaan
3. Untuk Mengetahui Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya
Dalam Membangun Sumber Daya Manusia(SDM)
4. Untuk Mengetahui Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) Di Indonesia Dewasa Ini
5. Untuk Mengetahui Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan
Karakter Bangsa Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem
Pendidikan Nasional
D. Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan makalah ini dibatasi untuk memahami tentang :
1. Pengertian pendidikan dan pendidikan nilai
2. Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar Kebangsaan
3. Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya Dalam Membangun
Sumber Daya Manusia(SDM)
4. Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
Di Indonesia Dewasa Ini
5. Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan Karakter Bangsa
Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem Pendidikan Nasional
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ditinjau dari dua aspek yaitu
teoritis dan praktis. Dengan demikian diharapkan penelitian tersebut dapat
menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
i. Sebagai referensi bagi semua pihak khususnya
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Al-
Musaddadiyah Garut untuk mengetahui tentang
“Pendekatan dalam Pendidikan Nilai dan Urgensinya
terhadap Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti Melalui
Proses Belajar Mengajar di Sekolah”.
ii. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain
untuk menggali tentang Pendidikan Nilai.
b. Manfaat Praktis
i. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
ilmu “Pendidikan Niai”.
ii. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di
bidang Pendidikan Nilai terutama tentang “Hakikat
Pendidikan Nilai Dan Hubungannya Dengan Manusia
Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan,Makhluk Individu Dan
Makhluk Sosial(Zoon Politicon)Dalam Kehidupan
Masyarakat”
F. Sistematika penulisan
Sitematika penulisan merupakan metode atau urutan yang digunakan
dalam menyusun sebuah tulisan. Berikut ini merupakan sistematika penulisan
dari penyusunan makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN