Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN NILAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EMPAT


PILAR KEBANGSAAN DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA
MANUSIA (SDM) INDONESIA DAN KARAKTER BANGSA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Nilai
pada program studi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :

Husnan Sulaiman, S.Ag, M.Pd


NIDN : 2123077101

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Aldi Ardiansyah 22210024


Azmi Azhar 22210008
M Iqbal Maulana 22210029
M Ridwan Kautsar 22210027
M Wildan Fadhilah 22210025
Rizki Nurjamal 22210007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MUSADDADIYAH

GARUT 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “PENDIDIKAN
NILAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EMPAT PILAR
KEBANGSAAN DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM) INDONESIA DAN KARAKTER BANGSA ” dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber
informasi bagi pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Nilai Bapak Husnan Sulaiman S.Ag, M.Pd
yang telah membantu memfasilitasi, memberi masukan dan mendukung
penyusunan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan semaksimal mungkin, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Garut, 24 Maret 2024

Penyusun
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini menyatakan bahwa makalah yang berjudul


“PENDIDIKAN NILAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EMPAT PILAR
KEBANGSAAN DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM) INDONESIA DAN KARAKTER BANGSA” dan seluruh isinya adalah
benar-benar hasil dari kerja kelompok kami sendiri. Baik dalam upaya
pengumpulan data-data atau referensi yang dibutuhkan, maupun dalam
penyusunan isi bahasan makalah yang kami lakukan secara bersama-bersama
dengan penuh tanggung jawab tanpa ada unsur penjiplakan dari hasil karya orang
lain yang tidak patut dilakukan oleh kaum intelektual, dan bertentangan dengan
etika keilmuan yang berlaku di tengah masyarakat keilmuan.

Adapun kami yang menyusun dan bertanggung jawab atas hasil karya
kami ini adalah:

Nama NPM Tanda Tangan

Azmi Azhar 22210008

Aldi Ardiansyah 22210024

M Iqbal Maulana 222100029

M Ridwan Kautsar 22210027

M Wildan Fadhilah 22210025

Rizki Nurjamal 22210007

Bila di kemudian hari di ketahui bahwa makalah ini di susun dari hasil

plagiat dan di nyatakan cacat ilmiah, baik sebagian maupun seluruh isinya, maka

kami siap menerima sanksi nilai E dari Dosen sebagai konsekuensinya. Demikian
pernyataan keaslian makalah ini kami sampaikan sebagai bentuk pertanggung

jawaban moral keilmuan dan kredibilitas intelektual kami dengan sebenar-

benarnya.

Garut, 24 Maret 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tidak ada yang menolak pentingnya moralitas. Kaum bertuhan
menganggap moral itu penting. Kaum sekular dan atheis pun demikian.
Moralitas adalah unsur pokok untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang
harmonis. Masyarakat yang harmonis membawa imbas kebahagiaan bagi tiap-
tiap individu di dalamnya. Tanpa moralitas, kehidupan akan kacau dan
tidak 1 terkontrol. Tidak ada yang bisa mengendalikan kebrutalan maupun
menghentikan orang lain dari mengganggu kehidupan kita. Kita memerlukan
orang lain untuk bermoral. Menurut Socrates dan Plato, kebahagiaan bersama
akan diraih apabila manusia berdisiplin dan mengontrol diri. Tiap anggota
masyarakat harus menjalankan nilai-nilai moral yang sudah disepakati
bersama. Theodore Roosevelt mengatakan, “Mendidik akal seseorang tanpa
mendidik moralnya bagaikan menciptakan monster dalam masyarakat.”
Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau tidak
ditunjang keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari
lingkungan sosial. Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral
kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu
anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang
seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam
hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik
tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra,
dan keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain,
bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral
dan rohani.2
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari Bahasa Latin
kharakter, kharessian, dan xharaz, yang berarti tool for marking, kemudian dalam
bahasa Inggris menjadi character yang berarti tabiat, budi pekerti dan watak.
1
‘Latar_Belakang_Pendidikan_Nilai’.
2
Aceng Kosasih, ‘Konsep Pendidikan Nilai’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9
(2020), 1689–99.
Dalam bahasa Arab, karakter diartikan “khuluq, sajīỵah, ṭab’u” (budi pekerti,
tabiat atau watak). Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat
dengan personality (kepribadian).Sementara dari bahasa Yunani, karakter
diistilahkan dengan “to mark” yang berarti menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Karakter berasal dari bahasa latin yang berarti “dipahat”. Secara harfiah,
karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral.Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skill). Karakter mulia berarti individu memiliki
pengetahuan tentang potensi dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai seperti:
reflektif, percaya diri, rasional, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, ramah, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berpikir positif,
disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, semangat, dinamis, efisien,
menghargai waktu, dedikatif, pengendalian diri, produktif, cinta keindahan
(estetis), tabah, terbuka, dan tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk
berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi serta
kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).3
Keislaman dan kebangsaan merupakan dua wawasan utama yang harus ada
dalam setiap ORMAS (organisasi kemasyarakatan) Islam di Indonesia. Wawasan
keislaman penting karena ia merupakan landasan pokok yang selanjutnya akan
menjadi sumber sekaligus spirit dalam menjalankan dan mengembangkan
organisasi dakwah1 . Sedangkan wawasan kebangsaan penting karena organisasi
dakwah yang dimaksud tumbuh dan berkembang di sebuah Negara-Bangsa
(Indonesia), untuk itu sikap nasionalisme menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Oleh karenanya, setiap SDM (kader) dalam organisasi dakwah harus memiliki
wawasan keislaman dan kebangsaan yang komprehensif, tidak hanya paham
namun juga harus diinternalisasi dan diamalkan disetiap gerak langkah dalam
menjalankan roda organisasi. Wawasan keislaman tanpa disertai dengan wawasan
3
Lian G. Otaya, ‘Pendidikan Karakter Berbasis Nilai’, Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8.1
(2014), 75–94 <https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.1.571>.
kebangsaan dapat berdampak pada melemahnya sikap nasionalisme. Tanpa
wawasan kebangsaan yang kokoh, organisasi dapat terjebak pada sikap fanatik
berlebihan, yang pada akhirnya dapat berdampak pada sikap intoleran pada
organisasi dan bahkan keyakinan lain yang tidak sama. Lemahnya sikap
nasionalisme juga akan berdampak pada melemahnya institusi Penyebutan
organisasi dakwah dimaksudkan utuk menyebut ormas Islam, karena dalam tiap
ormas Islam pasti memiliki misi dakwah. Untuk itu istilah organisasi dakwah
sama .dengan ormas Islam dalam tulisan ini Keislaman dan Kebangsaan Negara.
Karena, sudah menjadi fakta bahwa penduduk Indonesia mayoritas beragama
Islam, dan kecenderungannya para pemeluk Islam telah berafiliasi pada organisasi
dakwah atau ormas Islam tertentu. Sehingga sangat logis jika wawasan
kebangsaan para kader-kader ormas Islam atau organisasi dakwah melemah, maka
akan berdampak pada melemahnya institusi Negara. Jika istitusi Negara telah
melemah, maka dapat disimpulkan bahwa Negara tersebut akan mudah tercerai-
berai sekaligus lemah (inferior) di hadapan Negara-negara lain. Sebaliknya, jika
hanya wawasan kebangsaan tanpa disertai wawasan keislaman maka secara
otomatis organisasi dakwah tidak akan bisa berkembang sesuai fitrahnya.
Bagaimana mungkin SDM organisasi dakwah lemah pada wawasan
keislamannya, lantas apa yang akan didakwahkan. Menyadari akan pentingnya
wawasan keislaman dan wawasan kebangsaan dalam pengembangan organisasi
dakwah, maka dalam artikel ini penulis akan membahas tentang konsep konsep
keislaman dan kebangsaan yang menjadi modal pokok dalam pengembangan
organisasi dakwah. Bahasan ini meliputi: bagaimana konsep Islam dan
karakteristiknya, Sumber Ajaran Islam, Islam normatif dan Islam historis, nilai-
nilai universal dalam ajaran Islam, wawasan kebangsaan dan nasionalisme, serta
relasi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.4
Kemajemukan sosial budaya yang dikristalisasikan dalam bentuk nilai
filsafat hidup bangsa (filsafat Pancasila) adalah merupakan jati diri nasional, jiwa
bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan
integritas nasional, serta diikat dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika dan rasa
4
Asep Eri Ridwan, ‘Pendidikan IPS Dalam Membentuk SDM Beradab’, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 23.1 (2016), 27–35 <https://doi.org/10.17509/jpis.v23i1.2060>.
cinta tanah air bangsa dan negara.setelah reformasi, kian luas kita rasakan adanya
semacam kegelisahan kolektif dalam kehidupan nasional kita. Kegelisahan itu
berpangkal dari meluasnya keengganan kita sendiri untuk berbicara tentang
Pancasila. Bahkan ada kesan, bahwa masyarakat terutama elit politiknya sungkan
meskipun hanya sekedar menyebut Pancasila, karena kawatir kalau dianggap akan
menghidupkan Orde Baru. Hal ini disebabkan adanya kekacauan epistemologis
pada konteks politik, yang menyamakan nilai-nilai Pancasila dengan sesuatu
kekuasaan, rezim atau suatu orde. Melalui empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia
tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yang menjadi pisau analisis pada artikel ini diharapkan mampu
menjawab tantangan di masa depan seperti globalisasi dan konsep masyarakat
kontemporer yang kompleks demi mweujudkan masyarakat adil, makmur dan
bermartabat sesuai dengan dasar negera Indonesia, Pancasila.5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pendidikan nilai?
2. Bagaimana Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar
Kebangsaan?
3. Bagaimana Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya
Dalam Membangun Sumber Daya Manusia(SDM)?
4. Apa Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) di Indonesia Dewasa ini?
5. Apa Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan Karakter Bangsa
Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem Pendidikan Nasional?

5
Suko Wiyono, ‘Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Sebagai Panduan Dalam
Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur Berdasarkan Pancasila’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 15.1 (2019), 37–52.
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penyusunan dalam pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk Mengetahui Pendidikan Dan Pendidikan Nilai
2. Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar
Kebangsaan
3. Untuk Mengetahui Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya
Dalam Membangun Sumber Daya Manusia(SDM)
4. Untuk Mengetahui Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) Di Indonesia Dewasa Ini
5. Untuk Mengetahui Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan
Karakter Bangsa Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem
Pendidikan Nasional
D. Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan makalah ini dibatasi untuk memahami tentang :
1. Pengertian pendidikan dan pendidikan nilai
2. Hubungan Pendidikan Nilai Dengan Empat Pilar Kebangsaan
3. Hakikat Empat Pilar Kebangsaan Dan Eksistensinya Dalam Membangun
Sumber Daya Manusia(SDM)
4. Tantangan Dan Hambatan Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
Di Indonesia Dewasa Ini
5. Faktor Faktor Terjadinya Pergeseran Nilai Dan Karakter Bangsa
Indonesia Serta Hubungannya Dengan Sistem Pendidikan Nasional
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ditinjau dari dua aspek yaitu
teoritis dan praktis. Dengan demikian diharapkan penelitian tersebut dapat
menghasilkan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis
i. Sebagai referensi bagi semua pihak khususnya
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Al-
Musaddadiyah Garut untuk mengetahui tentang
“Pendekatan dalam Pendidikan Nilai dan Urgensinya
terhadap Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti Melalui
Proses Belajar Mengajar di Sekolah”.
ii. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain
untuk menggali tentang Pendidikan Nilai.
b. Manfaat Praktis
i. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
ilmu “Pendidikan Niai”.
ii. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di
bidang Pendidikan Nilai terutama tentang “Hakikat
Pendidikan Nilai Dan Hubungannya Dengan Manusia
Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan,Makhluk Individu Dan
Makhluk Sosial(Zoon Politicon)Dalam Kehidupan
Masyarakat”
F. Sistematika penulisan
Sitematika penulisan merupakan metode atau urutan yang digunakan
dalam menyusun sebuah tulisan. Berikut ini merupakan sistematika penulisan
dari penyusunan makalah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang latar belakang masalah dari


makalah yang dibuat, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
sistematika penulisan serta metode penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan


dengan topik makalah yang dibuat.

BAB III PENUTUP


Bab III berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan topik makalah disertai dengan saran yang
membangun.
G. Metode Penulisan
Penulisan ini adalah penulisan kualitatif yang termasuk ke dalam jenis
penulisan literatur (literature research). Dalam penulisan literatur penulis
mengkaji konsep yang terdapat dalam berbagai sumber tertulis sesuai dengan
pertanyaan penulisan. Dengan demikian, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara membaca buku-buku atau referensi terkait. Metode yang digunakan
adalah analisis isi (content analysis). Dengan metode analisis isi, setiap data
tertulis akan di analisis dan dimasukan ke dalam kategori-kategori yang penulis
tetapkan. Dengan metode ini, materi mengenai “PENDIDIKAN NILAI DAN
HUBUNGANNYA DENGAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN DALAM
MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA DAN
KARAKTER BANGSA”
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan nilai
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu
perlu di ketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering di pergunakan
dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti
“pendidikan” sedangkan pedagoik artinya “ilmu pendidikan”. Kata pedagogos
yang pada awalnya berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia.
Karena pengertian pedagogi (dari pedagogos) berarti seorang yang tugasnya
membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan
bertanggung jawab. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu: segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Mulai dari
perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial,
sampai pada perkembangan iman. Dalam pengertian yang sederhana dan umum
makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dan
budaya ada bersama dan saling memajukan. Al-Qur’an berkali-kali menjelaskan
pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan, niscaya kehidupan manusia akan
menjadi sengsara. Al-Qur’an memperingatkan manusia agar mencari ilmu
pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam QS at-Taubah (9): 122 disebutkan:
‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّفًۗة َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَف ٌة ِّلَيَتَفَّقُه ْو ا ِفى الِّدْيِن َو ِلُيْن ِذ ُرْو ا َق ْو َم ُهْم ِاَذ ا‬
ࣖ ‫َر َج ُع ْٓو ا ِاَلْيِه ْم َلَع َّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬
“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal
bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya”
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Dengan pengetahuan, manusia akan mengetahui apa
yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat
dan yang membawa madarat. Tidak hanya itu, bahkan al-Qur’an memposisikan
manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-
Mujadalah/58: 11 menyebutkan:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْي َل اْنُش ُز ْو ا َفاْنُش ُز ْو ا َيْر َف ِع ُهّٰللا‬
‫اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬
“ Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah
niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan. “
Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan diangkat derajatnya oleh Allah swt. beberapa derajat. Derajat yang
dimaksudkan dapat bermakna kedudukan, kelebihan atau keutamaan dari makhluk
lainnya, dan hanya Allah swt. yang lebih mengetahuinya tentang bentuk dan
jenisnya serta kepada siapa yang akan ditinggikan derajatnya. Mengingat masalah
yang berhubungan dengan pendidikan menurut al-Qur’an meliputi berbagai
masalah, maka dalam tulisan ini akan dibatasi dengan mengangkat fokus
pembahasan meliputi: pengertian dan tujuan pendidikan menurut al Qur’an serta
metode-metode pendidikan menurut al-Qur’an Pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun
diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan
kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan
kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang
mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya. Pendidikan adalah
proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (peserta didik) untuk dapat
membuat manusia (peserta didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta
mampu membuat manusia (peserta didik) lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan
menjadi sangat bertaraf dalam kehidupan bangsa ini sehingga banyak para ahli
berusaha menalar dan menyampaikan apa artian pendidikan yang sesungguhnya
dalam kehidupan ini. Selain itu, pengertian pendidikan atau definisinya menurut
para ahli yaitu:
a) Prof. Dr. M.J Langeveld: Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan
bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.
b) Prof. Zaharai Idris: Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi
yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka
atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap
perkembangan anak seutuhnya.
c) H. Horne: Pendidikan adalah proses yang di lakukan terus menerus dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang
secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi
dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
d) Ahmad D. Marimba: Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.6
Dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan bahwa pembicaraan tentang nilai
dalam filsafat sering dihubungkan dengan kebaikan. “Value” berasal dari kata
“valere” yang berarti bernilai atau berharga, yaitu kualitas sesuatu yang
membuatnya didambakan atau diidamkan orang. Dengan ungkapan lain apabila
sesuatu itu dipandang baik, dirasakan bermanfaat untuk dimiliki, bermanfaat
untuk dikerjakan atau bermanfaat untuk dicapai seseorang, maka akan menjadi
idaman orang. Jadi sesuatu itu bernilai. Biasanya nilai berada dalam bidang etika
atau estetika ( Poedjiadi, 2005:81).
Fungsi pendidikan nilai adalah membantu peserta didik untuk mengenali
nilai-nilai dan menempatkan secara integral dalam konteks keseluruhan hidupnya.
Pendidikan nilai juga berfungsi untuk membantu peserta didik memahami,
6
Abd Rahman and others, ‘Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-Unsur
Pendidikan’, Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam, 2.1 (2022), 1–8.
mengapresiasikan, membuat keputusan yang tepat dalam berbagai masalah
pribadi, keluarga, masyarakat dan negara yang diharapkan dapat mengeliminir
sikap arogansi yang kerap kali terjadi. Dengan kata lain pendidikan nilai itu
adalah pemanusiaan manusia. Manusia hanya menjadi manusia bila ia berbudi
luhur, berkehendak baik serta mampu mengaktualisasikan diri dan
mengembangkan budi, dan kehendaknya secara jujur, baik di keluarga,
masyarakat, negara dan lingkungan di mana ia berada. Sehubungan dengan nilai,
Max Scheller dalam Atmadi & Setiyaningsih, 2000: 73) menyajikan hirarki nilai-
nilai dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a. Nilai-nilai kenikmatan; dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai
mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.
b. Nilai-nilai kehidupan ; dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang paling
penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan dan kesejahteraan umum.
c. Nilai-nilai kejiwaan ; dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
yang sama sekali tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungannya,
misalnya keindahan, kebenaran.
d. Nilai-nilai kerohanian. Nilai yang tertinggi pada tingkatan ini adalah
Allah.
Merujuk pada paparan di atas maka dapat dipahami bahwa, ada dua
pandangan tentang nilai. Yang pertama berpandangan bahwa nilai merupakan
ukuran tertinggi dari perilaku manusia dan dijunjung tinggi oleh sekelompok
masyarakat serta digunakan sebagai pedoman dalam sikap dan bertingkah laku.
Pandangan kedua menganggap bahwa nilai merupakan hal yang tergantung pada
penangkapan dan perasaan orang yang menjadi subyek terhadap sesuatu atau
fenomena tertentu. Di sini nilai merupakan tujuan atau kehendak manusia yang
ditata menurut tingkatannya. Ada yang menyusun dari nilai bawah ke atas.
Pertama-tama nilai hedonis (kenikmatan), kemudian nilai utilitas (kegunaan), nilai
pendidikan, nilai sosial budaya, nilai ekonomi, selanjutnya nilai estetika
(keindahan), nilai susila, dan paling tinggi adalah nilai religi.7
Dapat diartikan bahwa pengertian pendidikan adalah kegiatan untuk saling
7
Dyah Windrati, ‘234882-Pendidikan-Nilai-Sebagai-Suatu-Strategi-6E869112’, Jurnal Formatif,
1.1 (2019), 40–47.
berbicara mengenai wawasan yang diketahui guna menambah landasan.didalam
kehidupan. Landasan yang diterapkan dalam kehidupan berguna memperbaiki
sistem kehidupan agar lebih tertata dan sesuai landasan agama, pendidikan nilai
adalah membantu peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkan
secara integral dalam konteks keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai juga
berfungsi untuk membantu peserta didik memahami, mengapresiasikan, membuat
keputusan yang tepat dalam berbagai masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan
negara yang diharapkan dapat mengeliminir sikap arogansi yang kerap kali terjadi.

Anda mungkin juga menyukai