Anda di halaman 1dari 1

GIACINTA HESTIA

158114036
FSM A 2015

RANGKUMAN BAB. 3 TANGGUNG JAWAB DAN KEBEBASAN

Hubungan antara kebebasan Sosial dan kebebasan ekstensial yaitu dapat dikatakan bahwa kebebasan social
merupakan ruang gerak bagi kebebasan ekstensial
Kebebasan social harus dibatasi karena manusia itu adalah makhluk sosial. Manusia harus hidup bersama
dengan manusia – manusia lain dalam ruang dan waktu yang sama dan dengan mempergunakan alam yang
terbatas sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini berarti bahwa kita disatu fihak saling
membutuhkan dan dilain fihak bersaing satu sama lain. Oleh karena itu, kelakuan harus kita sesuaikan
dengan adanya orang lain. Maka manusia harus menerima bahwa masyarakat membatasi kesewenangan nya.
Cara untuk membatasi kebebasan sosial yaitu melalui 3 cara :
 Melalui paksaan atau pemerkosaan fisik
 Melalui tekanan atau manipulasi fisik
 Melalui pewajiban dan larangan
Pembatasan kebebasan harus secara terbuka agar dapat dikemukakan secara terus terang dan dapat
dipertanggung jawabkan setra dapat dituntut pertanggung jawabannya .
Kebebasan eksistensial berarti bahwa kita bagaimanapun juga harus mengambil sikap . Jadi kita lah yang
bertanggung jawab atas sikap dan tindakan kita dan bukan masyarakat. Sikap dan tindakan – tindakan yang
harus kita ambil tidak berdiri di ruang kososng, melainkan harus kita pertanggungjawabkan terhadap nilai –
nilai kemanusiaan yang sebenarnya , terhadap tugas yang menjadi kewajiban kita dan terhadap harapan
orang lain. Menolak untuk bertanggung jawab berarti tahu dan sadar tentang apa yang seharusnya
dilakukannya , tetapi tidak melakukannya juga karena melakukan tanggung jawab dirasakan sebagai hal
yang terlalu berat.
Jadi menolak untuk bertanggung jawab tidak membuat kita jadi lebih bebas , melainkan sebaliknya . Orang
yang tidak bertanggung jawab adalah orang yang tidak kuat untuk melakukan apa yang dinilainya sendiri
sebagai paling baik . Jadi ia kurang bebas untuk menentukan dirinya sendiri . Kebebasan eksistensialnya
justru memudar .
Penolakan untuk bertanggung jawab mempunyai dua akibat . Pertama , presepsi atau wawasan semakin
menyempit , semuanya hanya dilihat dari kepentingan dan perasaan sendiri , mereka tidak dapat
memperhatikan sesuatu diluar perasaan mereka sendiri. Mereka berputar sekelilin mereka sendiri. Kedua ,
orang yang tak mau bertanggung jawab menjadi semakin lemah, semakin tidak bebas lagi untuk menentukan
diri sendiri karena ia semakin membiarkan diri ditentukan oleh dorongan-dorongan irasional yang tidak
dikuasainya , oleh perasaanya , emosinya , oleh sentimennya , kemalasannya dan rasa takutnya . Ia tidak lagi
sanggup untuk merealisasikan sesuatu yang dilihatnya sendiri sebagai bernilai, karena mengalah terhadap
perasaan-perasaan subrasionalnya. Ia semakin tidak bebas untuk menentukan dirinya sendiri.
Sebaliknya , orang yang bersedia untuk bertanggung jawab semakin kuat , bebas dan semakin meluas
wawasannya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang menguasai diri, yang tidak ditaklukan oleh
perasaan – perasaan dan emosi-emosinya , yang sanggup untuk menuju tujuan yang disadarinya sebagai
penting walaupun itu berat. Jadi semakin kita bertekad untuk bertanggung jawab , semakin kita juga bebas.
Orang yang tidak menjadi dirinya sendiri dengan mengelak dari tanggung jawab nya melainkan dengan
mengakuinya dan dengan berusaha untuk melaksanakanya.
Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa
kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena ia tertekan , takut berdosa , takut dikutuk Tuhan dan
sebagainya . Orang menaati peraturan tanpa melihat nilai dan maknanya.
Otonomi moral berarti bahwa manusia menaati kewajiban nya karena ia sendiri sadar. Ia melakukan
kewajiban bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena ia sendiri menyadarinya sebagai sesuatu
yang bernilai dan sebagai tanggung jawabnya.

Anda mungkin juga menyukai