Anda di halaman 1dari 3

🍾

Coca-cola
Created @April 3, 2023 12:41 PM

Tags

This story begin in the middle of 2022.


Aku punya kenalan, kita udah kenal belasan tahun, tapi bukan berarti kita deket. Kita hanya
saling mengenal satu sama lain selama belasan tahun.

Tapi, dipertengahan tahun 2022 itu, kita terlibat disuatu kegiatan, yang mengharuskan kami
untuk ketemu minimal tiga kali seminggu.
It had never been in my imagination that he would hit me. He has just never been on my
“potential boyfriend list”.

While we were doing those events, I realized some things.


Kenapa dia milih jalan yang lebih jauh ke rumahnya? Apakah biar aku gak terlalu sendirian
buat balik?

Kenapa dia nanyain udah sampe rumah apa belum? I know, it's just bare minimum.
Tapi kenapa dia nganterin pulang tanpa aku harus minta? Apakah semua laki-laki kaya gitu?
Kenapa kita tukeran sticker Whatsapp tengah malem? Bukankah sending sticker means “gue
ga tau lagi mau bales apa” and it supposed to be leave on read? Even itu dilakukan siang hari,
apakah akan merubah fakta bahwa “we exchanged Whatsapp stickers”?
Kenapa dia randomly ngefoto-foto aku? Apakah aku sama kaya bis-bis kesukaan dia yang dia
selalu sengaja foto tiap kali papasan di jalan? Apakah aku sama kaya bis-bis itu, so he should
take a picture of me if he doesn't want to miss a thing?
Kenapa waktu dia main volly dan waktu aku takut kena bolanya, so i said him to stop dan dia
bilang, “tenang, kamu udah aku pikirin.” Apakah maksudnya kalo aku kena bola dia udah
mikirin mau di oles pake minyak apa kepala gue? Minyak kampak apa minyak tawon gitu?

Coca-cola 1
Terus kenapa waktu kita jalan rame-rame dan aku jalan paling depan. Terus aku berkali-kali
nengok kebelakang karena aku takut ga ada yang ngikutin dan dia bilang, “tenang aja, aku
ikutin, aku ikutin”? Maksudnya apa?
Tenang. Aja. Aku. Ikutin. Aku. Ikutin.

Dan beberapa waktu kemudian aku tanpa sadar nyanyi Labyrinth-nya Taylor Swift.
✨“Oh no, I'm falling in love.” ✨
With expectations that I’ll get hurt someday. Which I am.
November itu, dia balikan sama mantannya. Surprise!
I’m not surprised.

Selama akhir November itu aku kepikiran. Coba ya aku lebih responsif. Coba ya aku ga
gengsi. Coba ya aku tunjukin perasaan aku. Dan banyak “coba ya-coba ya” lagi.
Dan entah di awal atau di pertengahan atau mungkin di akhir Desember, aku keinget. Enggak,
aku adar. Aku sadar kenapa aku gak melakukan “coba ya-coba ya” itu. Karena dari awal aku
tau, bahwa dia belum selesai sama mantannya.

Bayangin ga gimana malunya dan gimana sakitnya aku kalo aku ngelakuin “coba ya-coba ya”
itu dengan harapan bahwa suatu saat dia bakal berubah pikiran dan dia akan memilih aku?

Karena dia, sejak berangkat dari rumahnya, dan pergi ke toko, dia udah kepengen buat ambil
susu Milo kesukaannya. Meskipun ada Coca-cola dingin di siang hari waktu Indonesia
bersuhu 37°C pun, kalo dia pengennya susu Milo, ya dia bakal tetep ambil susu Milo.
Ga akan merubah apapun, meski aku berusaha jadi Coca-cola dingin itu.

And I am proud of myself for that.


I am proud of myself, because I didn't fall from the idea that he would change his mind if I
was being that “Coca-cola dingin."

I am proud of myself, because I know what will hurt me, and I choose not to choose that.

Coca-cola 2
So, I have nothing to lose.

The end.

Coca-cola 3

Anda mungkin juga menyukai