Anda di halaman 1dari 5

Nama : Cahaya Renata

NIM :

1. Indonesia terkenal akan kekayaan budaya dari masa klasik Hindu-Buddha, salah
satunya adalah teknologi pembangunan candi Jelaskan 5 unsur bangunan candi
Indonesia!
2. Mahacarita Ramayana dan Mahabaratha adalah karya sastra klasik Hindu yang berasal
dari India Jelaskan nilai karakter penokohan dari masing-masing 2 tokoh cerita tersebut
yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia sekarang!
1. Maha karya Ramayana dan Mahabharata adalah dua epik klasik Hindu yang berasal
dari India dan memiliki dampak yang signifikan pada kebudayaan Indonesia. Dalam
kedua epik ini, terdapat tokoh-tokoh sentral yang memperlihatkan nilai-nilai karakter
yang relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Berikut adalah
penjelasan mengenai nilai karakter dari dua tokoh utama tersebut:
1) Rama dalam "Mahakavya Ramayana":

Nilai-nilai Karakter:

a. Kesetiaan dan Tanggung Jawab: Rama adalah contoh kesetiaan dan tanggung
jawab yang tinggi. Ia mematuhi tugasnya sebagai suami dan pemimpin dengan
penuh integritas, bahkan dalam situasi sulit seperti pengasingan.
b. Keadilan dan Moralitas: Rama dikenal sebagai penganut keadilan dan moralitas
yang tinggi. Keputusannya untuk mengorbankan dirinya demi menjaga
kehormatan Sita menunjukkan dedikasinya pada nilai-nilai moral.
c. Kemurahan Hati dan Belas Kasihan: Meskipun diuji berat oleh situasi, Rama
tetap mempertahankan sifat kemurahan hati dan belas kasihan, bahkan terhadap
musuhnya.

Relevansi dengan Kehidupan Masyarakat Indonesia: Pemahaman dan


pengamalan nilai-nilai seperti kesetiaan, tanggung jawab, keadilan, moralitas,
kemurahan hati, dan belas kasihan masih sangat relevan dalam konteks masyarakat
Indonesia modern. Nilai-nilai ini dapat membentuk dasar moral dan etika dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam keluarga, masyarakat, dan
pemerintahan.

2) Arjuna dalam "Mahabharata":

Nilai-nilai Karakter:

a. Kesetiaan kepada Dharma: Arjuna menunjukkan kesetiaan yang kuat kepada


Dharma (tugas dan kewajiban). Ia bertarung dalam perang untuk
mempertahankan keadilan dan menjalankan kewajibannya sebagai ksatria.
b. Ketabahan dan Keberanian: Arjuna adalah ksatria yang penuh keberanian,
bersedia menghadapi tantangan dan risiko dalam mempertahankan kebenaran.
c. Ketidakmementingan Pribadi: Dalam Bhagavad Gita, Arjuna diuji untuk tidak
egois dan bekerja tanpa pamrih. Ini mencerminkan konsep ketidakmementingan
pribadi (niskama karma) yang sangat ditekankan.

Relevansi dengan Kehidupan Masyarakat Indonesia: Nilai-nilai seperti kesetiaan


kepada tugas, keberanian, dan ketidakmementingan pribadi masih memiliki
relevansi besar dalam masyarakat Indonesia. Dalam situasi kehidupan sehari-hari,
kesadaran terhadap kewajiban dan tanggung jawab, keberanian dalam menghadapi
tantangan, serta sikap ketidakmementingan diri dapat membentuk karakter positif
dalam masyarakat.

2. Agama Buddha memiliki tradisi cerita fabel yang dikenal sebagai "Jataka Tales". Jataka
Tales adalah kumpulan cerita-cerita moral dan alegoris yang mengisahkan kehidupan
masa lalu Sang Buddha sebagai makhluk lain sebelum mencapai pencerahan. Cerita-
cerita ini menjadi sumber pembelajaran moral dan karakter bagi umat Buddha.
Beberapa Jataka Tales yang masih hidup dalam masyarakat Indonesia sekarang dan
alasannya termasuk:
a) "Kancil dan Harimau":
Alasan: Cerita tentang Kancil dan Harimau sering digunakan untuk
mengajarkan kebijaksanaan dan kecerdikan. Kancil, dengan sifat cerdiknya, berhasil
mengatasi kekuatan Harimau yang jauh lebih besar. Ini menggambarkan bahwa
kecerdasan dan kebijaksanaan bisa lebih kuat daripada kekuatan fisik.
b) "Kisah Kelinci dan Kura-kura":
Alasan: Kisah ini umumnya dikenal sebagai "Kelinci dan Kura-kura dalam
Lomba Lari". Cerita ini mengajarkan tentang ketekunan dan konsistensi. Meskipun
Kelinci lebih cepat, Kura-kura menang karena ketekunannya yang stabil dalam
lomba lari. Ini menggambarkan bahwa kesabaran dan ketekunan dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik daripada kecepatan semata.
c) "Babi dan Monyet Membagi Buah":

Alasan: Kisah ini mengajarkan tentang keadilan dan berbagi. Ketika seekor
babi dan seekor monyet menemukan buah-buahan, mereka mengajarkan
pentingnya berbagi dan keadilan. Pesan moralnya bisa sangat relevan dalam
konteks nilai sosial masyarakat Indonesia.

d) "Cerita Gajah dan Anjing":


Alasan: Cerita ini menceritakan tentang kerja sama dan saling membantu.
Gajah dan anjing bekerja sama untuk melewati berbagai rintangan. Pesan moralnya
menggarisbawahi pentingnya kerja tim dan dukungan satu sama lain.
e) "Cerita Monyet dan Kuda Nil":

Alasan: Kisah ini sering digunakan untuk mengajarkan tentang kebijaksanaan


dan akal sehat. Monyet dan Kuda Nil saling belajar satu sama lain untuk
memperbaiki kekurangan mereka. Pesan moralnya dapat merangsang pemikiran
kritis dan pembelajaran dari pengalaman orang lain.

Alasan utama cerita-cerita ini tetap hidup dalam masyarakat Indonesia adalah
karena nilai-nilai moral dan alegori yang mereka sampaikan. Cerita-cerita tersebut tidak
hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menyiratkan pelajaran moral yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, membuatnya relevan dalam konteks
pembelajaran karakter dan etika masyarakat Buddha di Indonesia. Cerita-cerita fabel
Buddha ini masih hidup dalam masyarakat Indonesia karena selain sebagai sumber
pembelajaran moral dan karakter, cerita-cerita ini juga dianggap sebagai bagian dari
warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu, cerita-cerita fabel Buddha ini juga
sering digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah-sekolah dan sebagai hiburan
untuk anak-anak.

3.

Parmono, S. (1982). "Lingga-Yoni in Indonesian Archaeology." In R. M. Soejono (Ed.),


"Papers on Indonesian Archaeology" (pp. 99-121). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Soekmono. (1995). "Candi Indonesia: Karya Agung Peninggalan Kerajaan Majapahit."
Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai