nfirliyazahra@gmail.com
Nadi
nadifansuri@gmail.com
Abstrak
Perubahan sistem ekonomi yang ditimbulkan oleh liberalisasi perdagangan disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam perdagangan bebas,
pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan, yang melibatkan pemeriksaan secara umum dari berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal, sumber daya online, dan surat kabar. Hukum Syariah tidak
hanya melarang mengkonsumsi daging dari hewan yang dianggap haram, tetapi juga mencakup kegiatan lain yang terkait dengan hewan tersebut, termasuk berburu,
memperdagangkan, dan memamerkan kulitnya. Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwasanya, hukum Syariah tidak hanya melarang konsumsi daging dari
hewan yang dianggap haram tetapi juga mencakup aktivitas lain yang berkaitan dengan hewan tersebut, seperti berburu dan memperdagangkan produknya.
Abstract
The changes in the economic system brought about by trade liberalization are allegedly accelerating the destruction and pollution of the earth. In free trade, economic
experts will always be proud and optimistic about high economic growth. The research methodology used in this study is desk research, which involves a general
examination of various literature sources such as books, journals, online resources, and newspapers. Sharia law not only prohibits consuming meat from animals deemed
haram, but also covers other activities associated with such animals, including hunting, trading and displaying their skins. It can be concluded from the above discussion
that Sharia law not only prohibits the consumption of meat from animals that are considered haram but also includes other activities related to these animals, such as
Pendahuluan
Perubahan sistem ekonomi yang ditimbulkan oleh liberalisasi perdagangan disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di
bumi. Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Di lain pihak, hal ini
Ketika permintaan terhadap produk barang yang umumnya mempunyai bahan mentah dari sumber daya alam 2 (SDA) semakin tinggi dan
agresif karena ingin memperbesar sektor pendapatan dalam negeri maka yang sering terlupakan adalah bahwa kita harus meningkatkan volume
eksploitasi agar semakin besar pula. Tentu saja dampak pengurasan ini berpengaruh terhadap kesehatan ekosistem kita. Padahal sumber daya alam yang
berlimpah dan sehat merupakan modal vital pembangunan. Indonesia merupakan negara paling kaya dengan sumber daya alam. Keanekaragaman hayati
1
daratnya menempati peringkat ke dua setelah Brazil.
1
fachruddin m. Mangunjaya, “Konservasi Alam Dalam Islam,” Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. 1, no. 69 (1967): 5–24.
Prinsip-prinsip epistemologi yang diuraikan dalam paradigma Al-Qur'an menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami
berbagai aspek kehidupan dan perilaku. Dibagi ke dalam tiga kategori utama, prinsip-prinsip ini mencakup ilmu pengetahuan alam (Kauniyah),
Ilmu Kauniyah berkaitan dengan studi tentang hukum-hukum dan fenomena alam, yang memberikan penjelasan tentang alam semesta dan
kompleksitasnya. Ilmu ini mempelajari eksplorasi fenomena alam dan perilaku kehidupan, memberikan wawasan tentang dunia di sekitar kita.
Ilmu Qauliyah, di sisi lain, berkaitan dengan pemahaman hukum-hukum dan prinsip-prinsip Tuhan sebagaimana diuraikan dalam Al-
Qur'an. Ilmu ini memberikan panduan tentang perilaku moral, menekankan pada pemenuhan kewajiban, menghindari larangan, dan pentingnya
memberikan hak-hak kepada Pencipta dan ciptaan. Lebih jauh lagi, ilmu Nafsiyah mempelajari ranah makna, nilai, dan kesadaran. Ilmu ini
2
mengeksplorasi dimensi-dimensi batin dari eksistensi manusia, dengan fokus pada pengembangan moral dan pertumbuhan spiritual.
Dalam konteks etika lingkungan, Islam menekankan konsep penatalayanan (khalifah) atas bumi. Sebagai khalifah di bumi, manusia
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melindungi dan merawat lingkungan. Hal ini termasuk menjaga sumber daya alam, melestarikan
Secara keseluruhan, Islam menganjurkan pengembangan karakter moral yang terkait dengan pengelolaan lingkungan yang bertanggung
jawab. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dan memenuhi peran mereka sebagai penjaga bumi, individu berkontribusi pada misi yang lebih
3
besar untuk mempromosikan keharmonisan dan keseimbangan di dunia alami.
Masalah lingkungan memang membawa implikasi etis, terutama karena tindakan manusia yang sering mengabaikan atau merusak alam.
Pengabaian terhadap lingkungan ini bermula dari kurangnya kesadaran atau fokus terhadap pentingnya menjaga kelestarian ekosistem alam. Akibatnya,
perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap alam menjadi lazim, yang mengarah pada konsekuensi yang merugikan.
Dalam menghadapi tantangan lingkungan ini, sangat penting untuk mengadopsi pendekatan etis yang berakar pada prinsip-prinsip moral.
Al-Qur'an mengakui dampak buruk dari tindakan manusia terhadap bumi, sebagaimana dibuktikan oleh ayat-ayat seperti QS. Ar Rum/30: 41. Ayat ini
menyoroti bagaimana aktivitas manusia berkontribusi terhadap kerusakan yang terjadi di darat dan di laut, dan menekankan perlunya refleksi dan
pertanggungjawaban. Dengan mengenali dimensi etis dari isu-isu lingkungan, individu didorong untuk mempertimbangkan kembali tindakan mereka
dan berusaha untuk menjadi penatalayanan yang bertanggung jawab terhadap bumi. Melalui kesadaran dan perilaku etis, manusia dapat mengurangi
4
dampak negatifnya terhadap alam dan berusaha untuk memulihkan keseimbangan dan keharmonisan lingkungan. Pada akhirnya, mengadopsi
perspektif etis terhadap pelestarian lingkungan sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang lebih luas dalam menghormati dan melindungi alam sebagai
Konsep lingkungan dalam ajaran Islam mencakup semua elemen yang ada di sekitar manusia, termasuk hewan, tumbuhan, dan benda-
benda mati. Al-Qur'an menekankan tanggung jawab etis manusia terhadap lingkungan, dengan memandang manusia sebagai penjaga atau khalifah yang
dipercayakan untuk melindungi dan merawat alam. Sebagai khalifah, manusia ditugaskan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan ciptaan,
memastikan bahwa setiap makhluk hidup dapat memenuhi tujuannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Ilahi.
2
Andi Muhammad Asbar and Ria Susanti, “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan,” Al-Gazali Journal of Islamic Education 2, no. 01 (2023): 48–62.
3
I Putu Gede Parmajaya, “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal,” Purwadita 2, no. 2 (2018): 27–33.
4
Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (2018): 67, https://doi.org/10.30868/ei.v7i01.212.
Kerangka kerja etika ini menggarisbawahi keterkaitan antara tindakan manusia dan kesejahteraan lingkungan. Kerangka kerja ini
menekankan pentingnya interaksi yang bertanggung jawab dengan alam, yang dipandu oleh prinsip-prinsip penatalayanan, pelestarian, dan
keharmonisan. Dengan memenuhi perannya sebagai khalifah, manusia berusaha untuk menjaga lingkungan, memelihara sumber dayanya, dan membina
Pada intinya, ajaran moral Al-Qur'an mengenai lingkungan hidup mengajak setiap individu untuk menyadari hubungan mereka yang
5
mendalam dengan alam dan bertindak dengan kebijaksanaan, kasih sayang, dan rasa hormat terhadap semua makhluk hidup. Dengan menjunjung
tinggi prinsip-prinsip ini, manusia memenuhi mandat ilahi mereka sebagai penjaga ciptaan, berkontribusi pada pelestarian dan perkembangan ekosistem
bumi.
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini mencerminkan distorsi yang memprihatinkan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar dalam
tatanan peradaban Indonesia. Prinsip-prinsip dasar seperti penghormatan terhadap hak untuk hidup telah diabaikan, sementara nilai-nilai keadilan dan
kemanusiaan sering kali diabaikan oleh berbagai kelompok di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, nilai-nilai cinta kasih dan perdamaian, yang
melekat pada semua makhluk ciptaan Tuhan, dibayangi oleh ekspresi kebencian dan konflik, yang mengarah pada ketegangan di antara kelompok-
Secara historis, Indonesia telah dicirikan oleh semangat gotong royong dan kecintaan terhadap perdamaian dan tanah air. Namun, nilai-nilai
ini sedang terkikis oleh tindakan memecah belah yang dipicu oleh ketegangan etnis, ras, agama, dan antargolongan. Kesadaran akan sifat alamiah
manusia yang sama, yang diciptakan oleh Tuhan dan terikat untuk menghormati semua ciptaan Tuhan, sedang dirusak oleh reaksi emosional yang tidak
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap
nilai-nilai inti kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap kehidupan, keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Hal ini membutuhkan pengembangan
6
budaya empati, pemahaman, dan kerja sama, yang melampaui perbedaan etnis, agama, dan politik. Dengan mempromosikan inklusivitas, toleransi, dan
dialog, masyarakat Indonesia dapat bekerja untuk membangun kembali masyarakat yang didasarkan pada rasa saling menghormati, harmoni, dan
kemanusiaan bersama.
Di era globalisasi dan dominasi peradaban Barat saat ini, sangat penting bagi para cendekiawan dan intelektual Muslim untuk terlibat
dengan ide-ide Barat yang telah berpengaruh dalam pemikiran Muslim. Hal ini termasuk mengenali dampak dari ide-ide hegemonik Barat terhadap erosi
nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Muslim. Di Indonesia, misalnya, penurunan nilai-nilai leluhur seperti keramahan, kesopanan, dan toleransi
terlihat jelas.
Mengatasi masalah moral harus menjadi prioritas bagi semua segmen masyarakat, terutama lembaga pendidikan Islam, yang memainkan
peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai individu. Lembaga-lembaga ini harus menekankan pendidikan moral di samping ajaran agama,
yang mencakup dimensi spiritual, intelektual, fisik, dan politik. Selain itu, menanamkan nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur'an, Hadits, dan
yurisprudensi Islam, serta mempromosikan apresiasi estetika dan konsep jihad dalam arti yang lebih luas, dapat berkontribusi dalam membina
5
Mz.
6
Asbar and Susanti, “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan.”
Dengan mengintegrasikan pendidikan moral ke dalam kurikulum dan menekankan pentingnya pengembangan karakter, lembaga
pendidikan Islam dapat membantu menangkal dampak negatif globalisasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, rasa hormat, dan toleransi yang
7
menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yang melibatkan pemeriksaan secara umum dari
berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal, sumber daya online, dan surat kabar. Pendekatan ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis
isi literatur yang relevan dengan topik penelitian, baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder.
Data primer berfungsi sebagai sumber utama dalam penelitian ini, yang mewakili referensi utama yang digunakan dalam penelitian atau
sumber data yang secara langsung menyumbangkan data ke dalam proses pengumpulan data. Sebaliknya, data sekunder mencakup data yang sudah ada
yang dikumpulkan dari penelitian, publikasi, atau karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan sebelumnya, yang dianalisis dan dipadukan untuk
mendukung temuan penelitian. Melalui pendekatan metodologis ini, penelitian ini bertujuan untuk memberikan eksplorasi dan analisis yang utuh
terhadap topik penelitian, dengan mengambil wawasan dari berbagai sumber literatur.
Pembahasan
Hukum Syariah tidak hanya melarang mengkonsumsi daging dari hewan yang dianggap haram, tetapi juga mencakup kegiatan lain yang
terkait dengan hewan tersebut, termasuk berburu, memperdagangkan produknya, dan memamerkan kulitnya. Hukum ini berlaku untuk semua satwa liar
yang telah ditetapkan larangannya. Namun, ada kesalahpahaman umum di kalangan umat Islam mengenai hukum ini. Beberapa orang mungkin percaya
bahwa meskipun mengkonsumsi daging hewan yang dilarang adalah haram, namun mendapatkan penghasilan dari penjualan hewan tersebut
diperbolehkan. Namun, menurut prinsip fikih (yurisprudensi Islam), yang dikenal sebagai "Sesuatu dihukum sesuai dengan hukum asalnya," terlibat
8
dalam aktivitas apa pun yang terkait dengan hewan yang dilarang juga dianggap haram. Oleh karena itu, umat Islam harus menahan diri untuk tidak
berburu, memperdagangkan, atau mengambil manfaat dengan cara apapun dari hewan yang konsumsinya dilarang menurut hukum Syariah.
Memang, menurut ajaran Islam, membantu dalam tindakan yang dilarang (haram) oleh hukum Syariah dianggap berdosa dan dapat dikenai
hukuman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran (Surat Al-Maidah 5:2), orang-orang yang beriman dianjurkan untuk saling membantu dalam
9
kebenaran dan ketakwaan, serta menahan diri untuk tidak membantu dalam dosa dan pelanggaran. Oleh karena itu, bahkan tindakan bantuan yang kecil
sekalipun, seperti memandu seseorang untuk berburu hewan yang dilarang untuk dikonsumsi, dianggap sebagai pelanggaran hukum Islam. Selain itu,
terlibat dalam perdagangan atau menerima uang dari penjualan hewan yang dilarang juga termasuk dalam kategori kesalahan ini. Umat Islam diingatkan
untuk takut kepada Allah dan mematuhi perintah-perintah-Nya dengan ketat, karena Dia adil dan keras dalam menghukum mereka yang melanggar
hukum-Nya.
7
Asbar and Susanti.
8
Tatik Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah),” Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-
Meskipun teks-teks klasik Islam mungkin tidak secara eksplisit membahas masalah lingkungan modern, prinsip-prinsip dasar etika dan yurisprudensi
Dalam ajaran Islam, konsep pertanggungjawaban (khalifah) ditekankan, di mana manusia dipercayakan dengan tanggung jawab untuk
merawat dan melindungi bumi dan penghuninya. Pertanggungjawaban ini mencakup semua aspek ciptaan, termasuk hewan dan lingkungan. Oleh
karena itu, melestarikan spesies yang terancam punah dan melestarikan habitat alami dapat dipandang sebagai pemenuhan tugas pertanggungjawaban
dalam Islam.
Selain itu, prinsip maslahah (kepentingan umum) dalam fikih Islam memungkinkan pertimbangan manfaat sosial yang lebih luas, termasuk
konservasi lingkungan. Melindungi spesies yang terancam punah dan melestarikan keanekaragaman hayati berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat
dan generasi mendatang, sejalan dengan tujuan hukum Islam untuk mempromosikan kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia.
Dalam menghadapi tantangan lingkungan kontemporer, para cendekiawan dan ahli hukum Islam dapat memanfaatkan prinsip-prinsip etika
Islam, yurisprudensi, dan tujuan Syariah yang lebih luas untuk mengembangkan pedoman dan keputusan yang mendorong pelestarian lingkungan dan
praktik-praktik yang berkelanjutan. Hal ini dapat mencakup penerbitan fatwa (keputusan agama) yang melarang perburuan atau perdagangan spesies
yang terancam punah, mengadvokasi perlindungan habitat alami, dan mendorong pengelolaan Bumi yang bertanggung jawab. Secara keseluruhan,
meskipun teks-teks klasik Islam mungkin tidak secara langsung membahas konservasi lingkungan, prinsip-prinsip yang mendasari ajaran Islam
memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi tantangan lingkungan kontemporer dan mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan yang sejalan
10
dengan nilai-nilai dan etika Islam.
Sesungguhnya, Islam menekankan pentingnya perlindungan dan kelestarian lingkungan, sebagaimana tercermin dalam berbagai ayat Al-
Quran dan ajaran Nabi Muhammad saw. Surat al-Baqarah ayat 205, seperti yang telah disebutkan, secara eksplisit mengutuk tindakan yang
11
menyebabkan kerusakan dan kehancuran di bumi, termasuk tanaman dan hewan ternak. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat bahwa Allah tidak
menyukai tindakan semacam itu, menyoroti tanggung jawab manusia untuk bertindak sebagai pengelola (khalifah) bumi dan sumber dayanya.
Ajaran Islam mendorong hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara manusia dan lingkungan, mendorong praktik-praktik
yang menjamin kelestarian ekosistem alam dan kesejahteraan semua makhluk hidup. Nabi Muhammad saw. menekankan pentingnya melestarikan air,
menanam pohon, dan memperlakukan hewan dengan baik dan penuh kasih sayang. Ajaran-ajaran ini menggarisbawahi keharusan etis pengelolaan
Selain itu, yurisprudensi Islam (fikih) memberikan pedoman dan prinsip-prinsip konservasi lingkungan, termasuk larangan terhadap polusi,
eksploitasi sumber daya yang berlebihan, dan perusakan habitat. Para ulama dapat mengeluarkan fatwa (hukum agama) untuk mengatasi masalah
lingkungan kontemporer dan mengadvokasi praktik-praktik berkelanjutan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Secara ringkas, Islam menyerukan kepada umatnya untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip perlindungan, keberlanjutan, dan konservasi
lingkungan, dengan mengakui keterkaitan antara semua makhluk hidup dan bumi. Dengan mengikuti ajaran-ajaran ini, umat Islam dapat berkontribusi
pada pelestarian lingkungan dan mempromosikan hubungan yang harmonis antara umat manusia dan alam, seperti yang ditetapkan oleh Allah SWT.
10
Mangunjaya, “Konservasi Alam Dalam Islam.”
11
Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkung. Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah).”
Jual beli atau perdagangan merupakan suatu kegiatan usaha yang berhubungan antara penjual dan pembeli meliputi objek atau barang
tertentu. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai nilai agama, menganjurkan perdagangan dengan cara yang baik dan benar secara syariat
islam. Walaupun islam sudah mengatur tata cara perdagangan yang baik, namun ada beberapa oknum yang tidak memperhatikan hal itu, terkhususnya
12
orang yang beragama islam tersebut. Hal ini menimbulkan suatu masalah yang berkaitan dengan perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Menurut Briffin dan Ebert (perdagangan) dalam arti luas ialah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi
barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Perdagangan merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Namun disamping tujuan tersebut, hakikat dari kegiatan perdagangan itu ialah untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai
makhluk sosial.
Perdagangan hewan termasuk perdagangan yang dilakukan di pasar tradisional maupun pasar modern. Para pelakunya sebagian besar
terdiri dari masyarakat ekonomi menengah. Hal ini disebabkan, masyarakat dengan ekonomi menengah ini menjadikan hewan sebagai bentuk
penyimpanan kekayaan atau investasi terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pengusaha yang melihat peluang untuk mendapatkan
keuntungan sangat bagus. Sehingga tidak sedikit orang yang menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Dengan
memperdagangkan hewan hewan yang langka dan di lindungi bahkan hewan yang tidak boleh diperdagangkan menurut islam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan hewan tersebut antara lain :
1. Faktor ekonomi adalah faktor yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia
memiliki kebutuhan (sandang, pangan dan papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan inilah yang dijadikan
alasan para pelaku. Karena alasan tersebut dapat meringankan hukuman padanya.
2. Kurang optimalnya proses penjatuhan sanksi pidana penjualan hewan yang dilindungi adalah perbuatan yang bertentangan dengan
pasal 21 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Berdasarkan undangundang ini pelakunya dapat dijerat hukuman penjara maksimal lima tahun penjara dan dikenakan denada
100.000.000 rupiah. Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa ancaman pidana selama lima tahun ternyata tidak juga dapat
3. Faktor ketidaktahuan masyarakat mempengaruhi terjadinya tindak kejahatan khususnya kejahatan penjualan hewan langka yang
dilindungi. Kurangnya sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat inilah yang menyebabkan kejahatan ini terjadi, masyarakat
13
tergolong tidak tahu akan hewan yang dilindungi atau tidak dilindungi.
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kekayaan alam di dalamnya, diantaranya mempunyai berbagai macam hewan. Hewan-hewan
tersebut tersebar ke seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Hewan yang ada di habitat wilayah Indonesia adalah ciri suatu pulau yang didiami
14
hewan tersebut karena ekosistem didalamnya mendukung akan perkembangbiakan hewan tersebut. Di Indonesia sendiri hewan-hewan tersebut sudah
sangat langka untuk ditemui di habitat aslinya. Hewan-hewan langka tersebut diantaranya sudah jarang ditemui di tempat aslinya, seperti harimau
12
Parmajaya, “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal.”
13
Dianah Rofifah, “Fenomena Perdagangan Hewan Yang Dilindungi 17,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2020, 12–26.
14
Hukum Pidana Positif, “Pemidanaan Terhadap Pelaku Perdagangan Hewan Langka Menurut Hukum Pidana Positif,” Lex Crimen 8, no. 2 (2019): 37–42.
Sumatera, badak bercula satu, anoa, burung cendrawasih, gajah Sumatera, harimau Jawa dan masih banyak lagi hewan-hewan yang hidup di daratan,
15
peraira dan di udara yang terancam punah.
Penutup/Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwasanya, hukum Syariah tidak hanya melarang konsumsi daging dari hewan yang dianggap
haram tetapi juga mencakup aktivitas lain yang berkaitan dengan hewan tersebut, seperti berburu dan memperdagangkan produknya. Terlibat dalam
aktivitas semacam itu dianggap haram menurut prinsip yurisprudensi Islam. Umat Islam diingatkan bahwa membantu tindakan yang dilarang oleh
hukum Syariah adalah dosa dan dapat dihukum. Hal ini termasuk membimbing orang lain dalam kegiatan terlarang atau mengambil keuntungan dari
penjualan hewan terlarang. Mengenai konservasi lingkungan, meskipun teks-teks Islam klasik mungkin tidak secara eksplisit membahas isu-isu modern,
prinsip-prinsip Islam tentang tanggung jawab dan kepentingan umum dapat diterapkan untuk melindungi spesies yang terancam punah dan melestarikan
keanekaragaman hayati. Melestarikan lingkungan selaras dengan ajaran Islam untuk memajukan kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia,
Para cendekiawan dan ahli hukum Islam mempunyai kapasitas untuk mengatasi tantangan lingkungan hidup kontemporer dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip etika Islam, yurisprudensi, dan tujuan-tujuan Syariah yang lebih luas. Melalui penerbitan fatwa, advokasi perlindungan
habitat, dan peningkatan pengelolaan bumi yang bertanggung jawab, mereka dapat mendorong konservasi lingkungan dan praktik berkelanjutan. Islam
menekankan pentingnya menjaga lingkungan, sebagaimana tercermin dalam berbagai ayat Alquran dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam
mengedepankan hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara manusia dan lingkungan, menekankan pentingnya etika dalam pengelolaan
lingkungan. Yurisprudensi Islam memberikan pedoman pelestarian lingkungan, memungkinkan dikeluarkannya fatwa untuk mengatasi permasalahan
lingkungan modern. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip ini, umat Islam dapat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan mendorong
hubungan harmonis antara umat manusia dan alam. Selain itu, dalam bidang perdagangan, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika sangatlah penting.
Meskipun terdapat peraturan, beberapa individu melakukan praktik perdagangan yang mengeksploitasi hewan, bahkan hewan yang terancam punah,
demi keuntungan. Sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan perdagangan secara etis dan bertanggung jawab, memastikan bahwa perdagangan
tersebut sejalan dengan nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip keadilan dan kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
Asbar, Andi Muhammad, and Ria Susanti. “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan.” Al-Gazali Journal of Islamic Education 2, no. 01
(2023): 48–62.
Hadi, Syamsu. “Jual Beli Hewan Peliharaan Di Kota Jambi Perspektif Hukum Islam.” Wajah Hukum 7, no. 1 (2023): 173.
https://doi.org/10.33087/wjh.v7i1.1197.
Maisaroh, Tatik. “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah).” Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-
15
Syamsu Hadi, “Jual Beli Hewan Peliharaan Di Kota Jambi Perspektif Hukum Islam,” Wajah Hukum 7, no. 1 (2023): 173, https://doi.org/10.33087/wjh.v7i1.1197.
Mangunjaya, fachruddin m. “Konservasi Alam Dalam Islam.” Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. 1, no. 69 (1967): 5–24.
Mz, Syamsul Rizal. “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf.” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (2018): 67.
https://doi.org/10.30868/ei.v7i01.212.
Parmajaya, I Putu Gede. “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal.” Purwadita 2,
Positif, Hukum Pidana. “Pemidanaan Terhadap Pelaku Perdagangan Hewan Langka Menurut Hukum Pidana Positif.” Lex Crimen 8, no. 2 (2019): 37–
42.
Rofifah, Dianah. “Fenomena Perdagangan Hewan Yang Dilindungi 17.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2020, 12–26.