Anda di halaman 1dari 8

Akhlak Terhadap Kehidupan Liar dan Perdagangan Hewan

Nabila Firliya Zahra

UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

nfirliyazahra@gmail.com
Nadi

UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

nadifansuri@gmail.com
Abstrak

Perubahan sistem ekonomi yang ditimbulkan oleh liberalisasi perdagangan disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam perdagangan bebas,

pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan, yang melibatkan pemeriksaan secara umum dari berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal, sumber daya online, dan surat kabar. Hukum Syariah tidak

hanya melarang mengkonsumsi daging dari hewan yang dianggap haram, tetapi juga mencakup kegiatan lain yang terkait dengan hewan tersebut, termasuk berburu,

memperdagangkan, dan memamerkan kulitnya. Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwasanya, hukum Syariah tidak hanya melarang konsumsi daging dari

hewan yang dianggap haram tetapi juga mencakup aktivitas lain yang berkaitan dengan hewan tersebut, seperti berburu dan memperdagangkan produknya.

Kata Kunci: Akhlak; Hewan; Perdagangan

Abstract

The changes in the economic system brought about by trade liberalization are allegedly accelerating the destruction and pollution of the earth. In free trade, economic

experts will always be proud and optimistic about high economic growth. The research methodology used in this study is desk research, which involves a general

examination of various literature sources such as books, journals, online resources, and newspapers. Sharia law not only prohibits consuming meat from animals deemed

haram, but also covers other activities associated with such animals, including hunting, trading and displaying their skins. It can be concluded from the above discussion

that Sharia law not only prohibits the consumption of meat from animals that are considered haram but also includes other activities related to these animals, such as

hunting and trading their products.

Keywords: Morals; Animals; Trade

Pendahuluan

Perubahan sistem ekonomi yang ditimbulkan oleh liberalisasi perdagangan disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di

bumi. Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Di lain pihak, hal ini

pertumbuhan mengindikasikan peningkatan kapasitas penggunaan sumber daya alam.

Ketika permintaan terhadap produk barang yang umumnya mempunyai bahan mentah dari sumber daya alam 2 (SDA) semakin tinggi dan

agresif karena ingin memperbesar sektor pendapatan dalam negeri maka yang sering terlupakan adalah bahwa kita harus meningkatkan volume

eksploitasi agar semakin besar pula. Tentu saja dampak pengurasan ini berpengaruh terhadap kesehatan ekosistem kita. Padahal sumber daya alam yang

berlimpah dan sehat merupakan modal vital pembangunan. Indonesia merupakan negara paling kaya dengan sumber daya alam. Keanekaragaman hayati

1
daratnya menempati peringkat ke dua setelah Brazil.

1
fachruddin m. Mangunjaya, “Konservasi Alam Dalam Islam,” Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. 1, no. 69 (1967): 5–24.
Prinsip-prinsip epistemologi yang diuraikan dalam paradigma Al-Qur'an menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami

berbagai aspek kehidupan dan perilaku. Dibagi ke dalam tiga kategori utama, prinsip-prinsip ini mencakup ilmu pengetahuan alam (Kauniyah),

pemahaman teologis (Qauliyah), dan ilmu pengetahuan tentang kesadaran (Nafsiyah).

Ilmu Kauniyah berkaitan dengan studi tentang hukum-hukum dan fenomena alam, yang memberikan penjelasan tentang alam semesta dan

kompleksitasnya. Ilmu ini mempelajari eksplorasi fenomena alam dan perilaku kehidupan, memberikan wawasan tentang dunia di sekitar kita.

Ilmu Qauliyah, di sisi lain, berkaitan dengan pemahaman hukum-hukum dan prinsip-prinsip Tuhan sebagaimana diuraikan dalam Al-

Qur'an. Ilmu ini memberikan panduan tentang perilaku moral, menekankan pada pemenuhan kewajiban, menghindari larangan, dan pentingnya

memberikan hak-hak kepada Pencipta dan ciptaan. Lebih jauh lagi, ilmu Nafsiyah mempelajari ranah makna, nilai, dan kesadaran. Ilmu ini

2
mengeksplorasi dimensi-dimensi batin dari eksistensi manusia, dengan fokus pada pengembangan moral dan pertumbuhan spiritual.

Dalam konteks etika lingkungan, Islam menekankan konsep penatalayanan (khalifah) atas bumi. Sebagai khalifah di bumi, manusia

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melindungi dan merawat lingkungan. Hal ini termasuk menjaga sumber daya alam, melestarikan

keanekaragaman hayati, dan memastikan praktik-praktik yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, Islam menganjurkan pengembangan karakter moral yang terkait dengan pengelolaan lingkungan yang bertanggung

jawab. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dan memenuhi peran mereka sebagai penjaga bumi, individu berkontribusi pada misi yang lebih

3
besar untuk mempromosikan keharmonisan dan keseimbangan di dunia alami.

Masalah lingkungan memang membawa implikasi etis, terutama karena tindakan manusia yang sering mengabaikan atau merusak alam.

Pengabaian terhadap lingkungan ini bermula dari kurangnya kesadaran atau fokus terhadap pentingnya menjaga kelestarian ekosistem alam. Akibatnya,

perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap alam menjadi lazim, yang mengarah pada konsekuensi yang merugikan.

Dalam menghadapi tantangan lingkungan ini, sangat penting untuk mengadopsi pendekatan etis yang berakar pada prinsip-prinsip moral.

Al-Qur'an mengakui dampak buruk dari tindakan manusia terhadap bumi, sebagaimana dibuktikan oleh ayat-ayat seperti QS. Ar Rum/30: 41. Ayat ini

menyoroti bagaimana aktivitas manusia berkontribusi terhadap kerusakan yang terjadi di darat dan di laut, dan menekankan perlunya refleksi dan

pertanggungjawaban. Dengan mengenali dimensi etis dari isu-isu lingkungan, individu didorong untuk mempertimbangkan kembali tindakan mereka

dan berusaha untuk menjadi penatalayanan yang bertanggung jawab terhadap bumi. Melalui kesadaran dan perilaku etis, manusia dapat mengurangi

4
dampak negatifnya terhadap alam dan berusaha untuk memulihkan keseimbangan dan keharmonisan lingkungan. Pada akhirnya, mengadopsi

perspektif etis terhadap pelestarian lingkungan sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang lebih luas dalam menghormati dan melindungi alam sebagai

penjaga ciptaan yang dipercayakan.

Konsep lingkungan dalam ajaran Islam mencakup semua elemen yang ada di sekitar manusia, termasuk hewan, tumbuhan, dan benda-

benda mati. Al-Qur'an menekankan tanggung jawab etis manusia terhadap lingkungan, dengan memandang manusia sebagai penjaga atau khalifah yang

dipercayakan untuk melindungi dan merawat alam. Sebagai khalifah, manusia ditugaskan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan ciptaan,

memastikan bahwa setiap makhluk hidup dapat memenuhi tujuannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Ilahi.

2
Andi Muhammad Asbar and Ria Susanti, “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan,” Al-Gazali Journal of Islamic Education 2, no. 01 (2023): 48–62.
3
I Putu Gede Parmajaya, “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal,” Purwadita 2, no. 2 (2018): 27–33.
4
Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (2018): 67, https://doi.org/10.30868/ei.v7i01.212.
Kerangka kerja etika ini menggarisbawahi keterkaitan antara tindakan manusia dan kesejahteraan lingkungan. Kerangka kerja ini

menekankan pentingnya interaksi yang bertanggung jawab dengan alam, yang dipandu oleh prinsip-prinsip penatalayanan, pelestarian, dan

keharmonisan. Dengan memenuhi perannya sebagai khalifah, manusia berusaha untuk menjaga lingkungan, memelihara sumber dayanya, dan membina

keberlanjutan untuk generasi mendatang.

Pada intinya, ajaran moral Al-Qur'an mengenai lingkungan hidup mengajak setiap individu untuk menyadari hubungan mereka yang

5
mendalam dengan alam dan bertindak dengan kebijaksanaan, kasih sayang, dan rasa hormat terhadap semua makhluk hidup. Dengan menjunjung

tinggi prinsip-prinsip ini, manusia memenuhi mandat ilahi mereka sebagai penjaga ciptaan, berkontribusi pada pelestarian dan perkembangan ekosistem

bumi.

Kondisi masyarakat Indonesia saat ini mencerminkan distorsi yang memprihatinkan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar dalam

tatanan peradaban Indonesia. Prinsip-prinsip dasar seperti penghormatan terhadap hak untuk hidup telah diabaikan, sementara nilai-nilai keadilan dan

kemanusiaan sering kali diabaikan oleh berbagai kelompok di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, nilai-nilai cinta kasih dan perdamaian, yang

melekat pada semua makhluk ciptaan Tuhan, dibayangi oleh ekspresi kebencian dan konflik, yang mengarah pada ketegangan di antara kelompok-

kelompok etnis, agama, dan politik.

Secara historis, Indonesia telah dicirikan oleh semangat gotong royong dan kecintaan terhadap perdamaian dan tanah air. Namun, nilai-nilai

ini sedang terkikis oleh tindakan memecah belah yang dipicu oleh ketegangan etnis, ras, agama, dan antargolongan. Kesadaran akan sifat alamiah

manusia yang sama, yang diciptakan oleh Tuhan dan terikat untuk menghormati semua ciptaan Tuhan, sedang dirusak oleh reaksi emosional yang tidak

terkendali dan retorika yang memecah belah.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap

nilai-nilai inti kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap kehidupan, keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Hal ini membutuhkan pengembangan

6
budaya empati, pemahaman, dan kerja sama, yang melampaui perbedaan etnis, agama, dan politik. Dengan mempromosikan inklusivitas, toleransi, dan

dialog, masyarakat Indonesia dapat bekerja untuk membangun kembali masyarakat yang didasarkan pada rasa saling menghormati, harmoni, dan

kemanusiaan bersama.

Di era globalisasi dan dominasi peradaban Barat saat ini, sangat penting bagi para cendekiawan dan intelektual Muslim untuk terlibat

dengan ide-ide Barat yang telah berpengaruh dalam pemikiran Muslim. Hal ini termasuk mengenali dampak dari ide-ide hegemonik Barat terhadap erosi

nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Muslim. Di Indonesia, misalnya, penurunan nilai-nilai leluhur seperti keramahan, kesopanan, dan toleransi

terlihat jelas.

Mengatasi masalah moral harus menjadi prioritas bagi semua segmen masyarakat, terutama lembaga pendidikan Islam, yang memainkan

peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai individu. Lembaga-lembaga ini harus menekankan pendidikan moral di samping ajaran agama,

yang mencakup dimensi spiritual, intelektual, fisik, dan politik. Selain itu, menanamkan nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur'an, Hadits, dan

yurisprudensi Islam, serta mempromosikan apresiasi estetika dan konsep jihad dalam arti yang lebih luas, dapat berkontribusi dalam membina

masyarakat yang bermoral.

5
Mz.
6
Asbar and Susanti, “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan.”
Dengan mengintegrasikan pendidikan moral ke dalam kurikulum dan menekankan pentingnya pengembangan karakter, lembaga

pendidikan Islam dapat membantu menangkal dampak negatif globalisasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, rasa hormat, dan toleransi yang

7
menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam.

Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yang melibatkan pemeriksaan secara umum dari

berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal, sumber daya online, dan surat kabar. Pendekatan ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis

isi literatur yang relevan dengan topik penelitian, baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder.

Data primer berfungsi sebagai sumber utama dalam penelitian ini, yang mewakili referensi utama yang digunakan dalam penelitian atau

sumber data yang secara langsung menyumbangkan data ke dalam proses pengumpulan data. Sebaliknya, data sekunder mencakup data yang sudah ada

yang dikumpulkan dari penelitian, publikasi, atau karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan sebelumnya, yang dianalisis dan dipadukan untuk

mendukung temuan penelitian. Melalui pendekatan metodologis ini, penelitian ini bertujuan untuk memberikan eksplorasi dan analisis yang utuh

terhadap topik penelitian, dengan mengambil wawasan dari berbagai sumber literatur.

Pembahasan

Hukum Syariah tidak hanya melarang mengkonsumsi daging dari hewan yang dianggap haram, tetapi juga mencakup kegiatan lain yang

terkait dengan hewan tersebut, termasuk berburu, memperdagangkan produknya, dan memamerkan kulitnya. Hukum ini berlaku untuk semua satwa liar

yang telah ditetapkan larangannya. Namun, ada kesalahpahaman umum di kalangan umat Islam mengenai hukum ini. Beberapa orang mungkin percaya

bahwa meskipun mengkonsumsi daging hewan yang dilarang adalah haram, namun mendapatkan penghasilan dari penjualan hewan tersebut

diperbolehkan. Namun, menurut prinsip fikih (yurisprudensi Islam), yang dikenal sebagai "Sesuatu dihukum sesuai dengan hukum asalnya," terlibat

8
dalam aktivitas apa pun yang terkait dengan hewan yang dilarang juga dianggap haram. Oleh karena itu, umat Islam harus menahan diri untuk tidak

berburu, memperdagangkan, atau mengambil manfaat dengan cara apapun dari hewan yang konsumsinya dilarang menurut hukum Syariah.

Memang, menurut ajaran Islam, membantu dalam tindakan yang dilarang (haram) oleh hukum Syariah dianggap berdosa dan dapat dikenai

hukuman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran (Surat Al-Maidah 5:2), orang-orang yang beriman dianjurkan untuk saling membantu dalam

9
kebenaran dan ketakwaan, serta menahan diri untuk tidak membantu dalam dosa dan pelanggaran. Oleh karena itu, bahkan tindakan bantuan yang kecil

sekalipun, seperti memandu seseorang untuk berburu hewan yang dilarang untuk dikonsumsi, dianggap sebagai pelanggaran hukum Islam. Selain itu,

terlibat dalam perdagangan atau menerima uang dari penjualan hewan yang dilarang juga termasuk dalam kategori kesalahan ini. Umat Islam diingatkan

untuk takut kepada Allah dan mematuhi perintah-perintah-Nya dengan ketat, karena Dia adil dan keras dalam menghukum mereka yang melanggar

hukum-Nya.

7
Asbar and Susanti.
8
Tatik Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah),” Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-

Mishbah), 2017, 10, repository.radenintan.ac.id/719/1/Skripsi_Full.pdf.


9
Maisaroh.
Isu spesies yang terancam punah dan konservasi lingkungan menghadirkan tantangan unik dalam kerangka yurisprudensi Islam (Syariah).

Meskipun teks-teks klasik Islam mungkin tidak secara eksplisit membahas masalah lingkungan modern, prinsip-prinsip dasar etika dan yurisprudensi

Islam masih dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini.

Dalam ajaran Islam, konsep pertanggungjawaban (khalifah) ditekankan, di mana manusia dipercayakan dengan tanggung jawab untuk

merawat dan melindungi bumi dan penghuninya. Pertanggungjawaban ini mencakup semua aspek ciptaan, termasuk hewan dan lingkungan. Oleh

karena itu, melestarikan spesies yang terancam punah dan melestarikan habitat alami dapat dipandang sebagai pemenuhan tugas pertanggungjawaban

dalam Islam.

Selain itu, prinsip maslahah (kepentingan umum) dalam fikih Islam memungkinkan pertimbangan manfaat sosial yang lebih luas, termasuk

konservasi lingkungan. Melindungi spesies yang terancam punah dan melestarikan keanekaragaman hayati berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat

dan generasi mendatang, sejalan dengan tujuan hukum Islam untuk mempromosikan kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia.

Dalam menghadapi tantangan lingkungan kontemporer, para cendekiawan dan ahli hukum Islam dapat memanfaatkan prinsip-prinsip etika

Islam, yurisprudensi, dan tujuan Syariah yang lebih luas untuk mengembangkan pedoman dan keputusan yang mendorong pelestarian lingkungan dan

praktik-praktik yang berkelanjutan. Hal ini dapat mencakup penerbitan fatwa (keputusan agama) yang melarang perburuan atau perdagangan spesies

yang terancam punah, mengadvokasi perlindungan habitat alami, dan mendorong pengelolaan Bumi yang bertanggung jawab. Secara keseluruhan,

meskipun teks-teks klasik Islam mungkin tidak secara langsung membahas konservasi lingkungan, prinsip-prinsip yang mendasari ajaran Islam

memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi tantangan lingkungan kontemporer dan mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan yang sejalan

10
dengan nilai-nilai dan etika Islam.

Sesungguhnya, Islam menekankan pentingnya perlindungan dan kelestarian lingkungan, sebagaimana tercermin dalam berbagai ayat Al-

Quran dan ajaran Nabi Muhammad saw. Surat al-Baqarah ayat 205, seperti yang telah disebutkan, secara eksplisit mengutuk tindakan yang

11
menyebabkan kerusakan dan kehancuran di bumi, termasuk tanaman dan hewan ternak. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat bahwa Allah tidak

menyukai tindakan semacam itu, menyoroti tanggung jawab manusia untuk bertindak sebagai pengelola (khalifah) bumi dan sumber dayanya.

Ajaran Islam mendorong hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara manusia dan lingkungan, mendorong praktik-praktik

yang menjamin kelestarian ekosistem alam dan kesejahteraan semua makhluk hidup. Nabi Muhammad saw. menekankan pentingnya melestarikan air,

menanam pohon, dan memperlakukan hewan dengan baik dan penuh kasih sayang. Ajaran-ajaran ini menggarisbawahi keharusan etis pengelolaan

lingkungan dalam Islam.

Selain itu, yurisprudensi Islam (fikih) memberikan pedoman dan prinsip-prinsip konservasi lingkungan, termasuk larangan terhadap polusi,

eksploitasi sumber daya yang berlebihan, dan perusakan habitat. Para ulama dapat mengeluarkan fatwa (hukum agama) untuk mengatasi masalah

lingkungan kontemporer dan mengadvokasi praktik-praktik berkelanjutan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Secara ringkas, Islam menyerukan kepada umatnya untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip perlindungan, keberlanjutan, dan konservasi

lingkungan, dengan mengakui keterkaitan antara semua makhluk hidup dan bumi. Dengan mengikuti ajaran-ajaran ini, umat Islam dapat berkontribusi

pada pelestarian lingkungan dan mempromosikan hubungan yang harmonis antara umat manusia dan alam, seperti yang ditetapkan oleh Allah SWT.

10
Mangunjaya, “Konservasi Alam Dalam Islam.”
11
Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkung. Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah).”
Jual beli atau perdagangan merupakan suatu kegiatan usaha yang berhubungan antara penjual dan pembeli meliputi objek atau barang

tertentu. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai nilai agama, menganjurkan perdagangan dengan cara yang baik dan benar secara syariat

islam. Walaupun islam sudah mengatur tata cara perdagangan yang baik, namun ada beberapa oknum yang tidak memperhatikan hal itu, terkhususnya

12
orang yang beragama islam tersebut. Hal ini menimbulkan suatu masalah yang berkaitan dengan perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat.

Menurut Briffin dan Ebert (perdagangan) dalam arti luas ialah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi

barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Perdagangan merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan. Namun disamping tujuan tersebut, hakikat dari kegiatan perdagangan itu ialah untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai

makhluk sosial.

Perdagangan hewan termasuk perdagangan yang dilakukan di pasar tradisional maupun pasar modern. Para pelakunya sebagian besar

terdiri dari masyarakat ekonomi menengah. Hal ini disebabkan, masyarakat dengan ekonomi menengah ini menjadikan hewan sebagai bentuk

penyimpanan kekayaan atau investasi terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pengusaha yang melihat peluang untuk mendapatkan

keuntungan sangat bagus. Sehingga tidak sedikit orang yang menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Dengan

memperdagangkan hewan hewan yang langka dan di lindungi bahkan hewan yang tidak boleh diperdagangkan menurut islam.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan hewan tersebut antara lain :

1. Faktor ekonomi adalah faktor yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia

memiliki kebutuhan (sandang, pangan dan papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan inilah yang dijadikan

alasan para pelaku. Karena alasan tersebut dapat meringankan hukuman padanya.

2. Kurang optimalnya proses penjatuhan sanksi pidana penjualan hewan yang dilindungi adalah perbuatan yang bertentangan dengan

pasal 21 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Berdasarkan undangundang ini pelakunya dapat dijerat hukuman penjara maksimal lima tahun penjara dan dikenakan denada

100.000.000 rupiah. Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa ancaman pidana selama lima tahun ternyata tidak juga dapat

menyurutkan perbuatan daripada para pelaku kejahatan tersbut.

3. Faktor ketidaktahuan masyarakat mempengaruhi terjadinya tindak kejahatan khususnya kejahatan penjualan hewan langka yang

dilindungi. Kurangnya sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat inilah yang menyebabkan kejahatan ini terjadi, masyarakat

13
tergolong tidak tahu akan hewan yang dilindungi atau tidak dilindungi.

Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kekayaan alam di dalamnya, diantaranya mempunyai berbagai macam hewan. Hewan-hewan

tersebut tersebar ke seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Hewan yang ada di habitat wilayah Indonesia adalah ciri suatu pulau yang didiami

14
hewan tersebut karena ekosistem didalamnya mendukung akan perkembangbiakan hewan tersebut. Di Indonesia sendiri hewan-hewan tersebut sudah

sangat langka untuk ditemui di habitat aslinya. Hewan-hewan langka tersebut diantaranya sudah jarang ditemui di tempat aslinya, seperti harimau

12
Parmajaya, “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal.”
13
Dianah Rofifah, “Fenomena Perdagangan Hewan Yang Dilindungi 17,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2020, 12–26.
14
Hukum Pidana Positif, “Pemidanaan Terhadap Pelaku Perdagangan Hewan Langka Menurut Hukum Pidana Positif,” Lex Crimen 8, no. 2 (2019): 37–42.
Sumatera, badak bercula satu, anoa, burung cendrawasih, gajah Sumatera, harimau Jawa dan masih banyak lagi hewan-hewan yang hidup di daratan,

15
peraira dan di udara yang terancam punah.

Penutup/Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwasanya, hukum Syariah tidak hanya melarang konsumsi daging dari hewan yang dianggap

haram tetapi juga mencakup aktivitas lain yang berkaitan dengan hewan tersebut, seperti berburu dan memperdagangkan produknya. Terlibat dalam

aktivitas semacam itu dianggap haram menurut prinsip yurisprudensi Islam. Umat Islam diingatkan bahwa membantu tindakan yang dilarang oleh

hukum Syariah adalah dosa dan dapat dihukum. Hal ini termasuk membimbing orang lain dalam kegiatan terlarang atau mengambil keuntungan dari

penjualan hewan terlarang. Mengenai konservasi lingkungan, meskipun teks-teks Islam klasik mungkin tidak secara eksplisit membahas isu-isu modern,

prinsip-prinsip Islam tentang tanggung jawab dan kepentingan umum dapat diterapkan untuk melindungi spesies yang terancam punah dan melestarikan

keanekaragaman hayati. Melestarikan lingkungan selaras dengan ajaran Islam untuk memajukan kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia,

menekankan pentingnya merawat dan melindungi bumi dan penghuninya.

Para cendekiawan dan ahli hukum Islam mempunyai kapasitas untuk mengatasi tantangan lingkungan hidup kontemporer dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip etika Islam, yurisprudensi, dan tujuan-tujuan Syariah yang lebih luas. Melalui penerbitan fatwa, advokasi perlindungan

habitat, dan peningkatan pengelolaan bumi yang bertanggung jawab, mereka dapat mendorong konservasi lingkungan dan praktik berkelanjutan. Islam

menekankan pentingnya menjaga lingkungan, sebagaimana tercermin dalam berbagai ayat Alquran dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam

mengedepankan hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara manusia dan lingkungan, menekankan pentingnya etika dalam pengelolaan

lingkungan. Yurisprudensi Islam memberikan pedoman pelestarian lingkungan, memungkinkan dikeluarkannya fatwa untuk mengatasi permasalahan

lingkungan modern. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip ini, umat Islam dapat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan mendorong

hubungan harmonis antara umat manusia dan alam. Selain itu, dalam bidang perdagangan, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika sangatlah penting.

Meskipun terdapat peraturan, beberapa individu melakukan praktik perdagangan yang mengeksploitasi hewan, bahkan hewan yang terancam punah,

demi keuntungan. Sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan perdagangan secara etis dan bertanggung jawab, memastikan bahwa perdagangan

tersebut sejalan dengan nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip keadilan dan kasih sayang.

DAFTAR PUSTAKA

Asbar, Andi Muhammad, and Ria Susanti. “Urgensi Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan.” Al-Gazali Journal of Islamic Education 2, no. 01

(2023): 48–62.

Hadi, Syamsu. “Jual Beli Hewan Peliharaan Di Kota Jambi Perspektif Hukum Islam.” Wajah Hukum 7, no. 1 (2023): 173.

https://doi.org/10.33087/wjh.v7i1.1197.

Maisaroh, Tatik. “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah).” Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-

Quran (Studi Tafsir Al-Mishbah), 2017, 10. repository.radenintan.ac.id/719/1/Skripsi_Full.pdf.

15
Syamsu Hadi, “Jual Beli Hewan Peliharaan Di Kota Jambi Perspektif Hukum Islam,” Wajah Hukum 7, no. 1 (2023): 173, https://doi.org/10.33087/wjh.v7i1.1197.
Mangunjaya, fachruddin m. “Konservasi Alam Dalam Islam.” Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. 1, no. 69 (1967): 5–24.

Mz, Syamsul Rizal. “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf.” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (2018): 67.

https://doi.org/10.30868/ei.v7i01.212.

Parmajaya, I Putu Gede. “Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal.” Purwadita 2,

no. 2 (2018): 27–33.

Positif, Hukum Pidana. “Pemidanaan Terhadap Pelaku Perdagangan Hewan Langka Menurut Hukum Pidana Positif.” Lex Crimen 8, no. 2 (2019): 37–

42.

Rofifah, Dianah. “Fenomena Perdagangan Hewan Yang Dilindungi 17.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2020, 12–26.

Anda mungkin juga menyukai