Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc adalah sebuah perusahaan pertambangan yang memliki saham terbesar PT Freeport Indonesia. Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Pada tahun 1996 Freepot merupakan salah satu perusahaan mulMnasional terburuk hal tersebut dicerminkan melalui kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan yang terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM , dampak lingkungan serta kemiskinan rakyat sekitar tambang. Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dicapai PT freepot dengan kondisi yang di hadapi oleh masyarakat papua PT Freeport juga mengalamin masalah mogoknya pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15– USD 35 per jam. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar perMmbangannya Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua dikeluarkan Mdak seberapa karena Mdak mencapai 1 persen dari keuntungan bersih PT Freeport Indonesia. Rakyat Papua harus harus menanggung akibat berupa kerusakan alam,gangguan ekologi, pencemaran lingkungan, serta punahnya habitat flora dan fauna di Papua. Beberapa kerusakan lingkungan yang diungkap oleh media dan LSM adalah, Freeport telah memaMkan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan tailing. Merubah bentang alam karena erosi maupun sedimentasi. Meluapnya sungai karena pendangkalan akibat endapan tailing. Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Sebagai perusahaan berlabel MNC (mulMnaMonal company) yang otomaMs berkelas dunia, apalagi umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak.
Analisis Pelanggaran EMka
1. Pelanggaran EMka Bisnis Internal • Dalam kasus ini, PT Freeport Indonesia sangat Mdak eMs dimana kewajiban terhadap para karyawan Mdak terpenuhi karena gaji yang diterima Mdak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. • PT Freeport Indonesia juga mengalamin masalah mogoknya pekerja, hal tersebut disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15– USD 35 per jam. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja tanpa dijelaskan dasar perMmbangan perbedaan pemberian upah tersebut. 2. Pelanggaran EMka Bisnis Eksternal • Bedasarkan uraian dan kejadiaan-kejadiaan yag terjadi di PT Freeport Indonesia terlihat banyak melanggar eMka bisnis terutama dalam hal lingkungan hidup. Pernjanjian yang Mdak sesuai yaitu Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang namun perusahaan tersebut mengabil mineral lain, seperM emas, perak, dan uranium. Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun Mdak seberapa karena Mdak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT Freeport Indonesia. Rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi.