Vilda Oppel
Vilda Oppel
Nama Kelompok :
Vilda Wanda Yanti B1011211004
Friska Oftiana Leberta B1011211013
Arinda Rosa Saragih B1011211019
Nama Responden :
1. Bapak Saleh ( Desa Tanjung Hilir, RT 02/RW 01, Kecamatan Pontianak timur )
2. Ibu Salbiah ( Desa Tanjung Hilir, RT 02/RW 01, Kecamatan Pontianak timur )
3. Ibu Asmari ( Desa Mega Timur, RT 08/RW 03, Kecamatan Sungai Ambawang )
4. Ibu Syarifah ( Desa Mega Timur, RT 08/RW 03, Kecamatan Sungai Ambawang )
5. Bapak Suep ( Desa Tanjung Hilir, RT 02/RW 01, Kecamatan Pontianak timur )
6. Ibu Mariana ( Desa Mega Timur, RT 08/RW 03, Kecamatan Sungai Ambawang )
Di Desa Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Hilir terdapat sebuah keluarga yang
dimana kami berkesempatan untuk mewawancarainya, yaitu keluarga Bapak Saleh yang
berusia 52 tahun. Dengan bertemu langsung bertemu di rumah beliau kami berbincang cukup
lama dan mendalam. Karena latar belakang pendidikannya hanya sebatas Sekolah Dasar,
membuat Pak Saleh sulit untuk menemukan pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Meskipun demikian, Pak Saleh memiliki keterampilan dasar yaitu memperbaiki
instalasi listrik dan alat elektronik, sehingga akhirnya beliau memanfaatkan keterampilannya
tersebut untuk mendapatkan sebuah penghasilan. Beliau menerima panggilan tetangga atau
warga disekitarnya untuk membantu memperbaiki instalasi listrik ataupun alat eleotronik
yang rusak dengan balasan menerima upah jasa dari bantuan yang ia berikan. Memiliki
pekerjaan yang seperti itu, tentu saja membuat pendapatan yang ia peroleh tidak bisa
dipastikan. Kadang kala dalam sehari ia menerima panggilan dua sampai tiga rumah, namun
sering pula dalam beberapa hari tidak ada panggilan sama sekali. Tarif jasa yang ia diberikan
pun tidak menentu, mulai dari Rp30.000 sampai Rp100.000 saja tergantung dari kesulitan
yang ia hadapi.
Bapak Saleh memiliki seorang Istri yang tengah menderita penyakit struk kurang
lebih selama 3 tahun terakhir dan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Oleh karenanya segala
pekerjaan rumah dilakukan oleh Pak saleh dan putri tunggalnya dan secara bergiliran
mengurus keperluan Istrinya. Putri Pak Saleh sendiri masih duduk di bangku kelas 6 SD
(Sekolah Dasar). Berbeda dengan anak seusianya, karena memiliki ibu yang hanya bisa
berbaring di tempat tidur membuat ia harus belajar memasak dan melakukan pekerjaan rumah
lainnya untuk menggantikan sang ibu.
Keluarga Bapak Saleh ini tinggal dengan menumpang di rumah orang tua sang istri
yang telah meninggal, yang dimana rumah tersebut juga didiami oleh saudari dari istri Pak
Saleh, Sehingga didalam rumah tersebut terdapat dua Kartu Keluarga yang hidup bersama.
Dengan kondisi rumah sederhana yang memiliki luas 6x18 meter persegi dimana
memiliki 7 buah ruangan dengan kamar mandi dan WC di dalam rumah dan luas lahan rumah
yaitu 7x20 meter persegi. Dengan bahan dinding yang setengah tembok dan setengahnya lagi
papan. Atap rumah Pak Saleh yaitu berbahan seng yang dimana sudah berkarat sehingga
dibeberapa titik ada yang bocor. Sementara untuk lantai rumahnya sebagian berbahan
keramik dan papan. Sumber air yang digunakan untuk keperluan minum, mandi dan menyuci
yaitu hanya dapat mengharapkan adanya curah air hujan yang ditampung di belong air. Serta
jenis penerangan yang digunakan di dalam rumah Pak Saleh ini yaitu listrik PLN dengan
kekuatan listrik 450 watt. Kemudian aset yang dimiliki keluarga Pak Saleh yaitu satu buah
sepeda motor untuk mendukung mobilitasnya, satu buah kipas angin, satu buah lemari es, rice
cooker dan satu buah handphone.
Dengan bekerja sebagai tukang servis instalasi listrik dan elektronik yang dimana
penghasilannya tidak menentu yaitu hanya sekitar Rp500.000-Rp1.000.000 per bulan. Jika
hanya mengharapkan pendapatan dari Pak Saleh tentu tidak cukup untuk mengimbangi
pengeluaran mereka untuk kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar Rp50.000-Rp100.000 per
harinya dengan volume makan 2-3 kali perhari. Hal ini membuat keadaan keluarga Pak Saleh
ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Oleh karenanya ketua RT setempat berusaha
mendaftarkan keluarga Bapak Saleh sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH).
Diantara PKH yang diterima yaitu berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp600.000 per
tiga bulan. Selain itu mereka juga mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa
beras 10 kg per tiga bulan. Kemudian mereka juga mendapatkan bantuan KIS (Kartu
Indonesia Sehat) yang dapat digunakan untuk membawa sang istri berobat ke Puskesmas atau
Rumah Sakit secara gratis. Dengan adanya bantuan yang diberikan pemerintah ini, tentu
sangat membantu keadaan perekonomian keluarga dari Pak Saleh ini untuk menjadi lebih
baik lagi terutama dalam bidang kesehatan sangat membantu Istri Pak Saleh.