Anda di halaman 1dari 26

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang berorientasi kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan proses pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya pengalaman dalam berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal berbagai faktor risiko serta melaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya yang pada kesempatan kali ini diterapkan pada tiga keluarga binaan. 1.1. Data Demografi Keluarga Binaan Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Malet Gusti, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Banjar Malet Gusti ini masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Susut I. Seperti sebagian besar daerah yang ada di Kabupaten Bangli, daerah Malet Gusti ini pun beriklim sejuk. Sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani. Data demografis keluarga binaan seperti tercantum dalam tabel di bawah: Tabel 1. Susunan Keluarga I Gusti Nyoman Biasa
No 1. 2. 3. 4. 5. Nama I Gusti Nyoman Biasa Gusti Ayu Nengah Suti Gusti Putu Supartini I Gusti Nengah Muliada Gusti Ayu Komang Ani JK L P P L P Umur (thn) 55 50 28 23 18 Pendidikan Tamat SD Tidak sekolah Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMP Hubungan dgn KK KK Istri KK Anak I Anak II Anak III Pekerjaan Tidak bekerja IRT Swasta Swasta Swasta

Gambar Sistem Kekerabatan Keluarga Binaan 1

Keterangan: = Laki-laki = Perempuan Keluarga I Gusti Nyoman Biasa terdiri dari seorang istri dan tiga orang anak, yang tinggal serumah. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan seharihari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, terkadang dapat diwakilkan oleh istri KK. Anak pertama bekerja sebagai pegawai bank swasta, anak kedua bekerja di bengkel sedangkan anak ketiga belum bekerja. Tabel 2. Susunan Keluarga I Gusti Putu Yasa
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama I Gusti Putu Yasa Gusti Ayu Wayan Resih I Gusti Putu Adawa Gusti Nyoman Sriani Gusti Ayu Kt. Gunasih Gusti Wayan Ekarini I Gusti Ngh Alit Subawa JK L P L P P P L Umur (thn) 70 65 47 43 41 39 37 Pendidikan Tidak sekolah Tidak sekolah Tidak sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMP Tamat SMA Hubungan dgn KK KK Istri KK Anak I Anak II Anak III Anak IV Anak V Pekerjaan Petani Swasta Swasta Swasta IRT IRT Swasta

Gambar Sistem Kekerabatan Keluarga Binaan 2


1 2

Keterangan: = Laki-laki = Perempuan Keluarga I Gusti Putu Yasa terdiri dari istri KK dan lima orang anak. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, terkadang juga bisa dialihkan kepada anak yang paling tua. Bapak I Gusti Putu Yasa bekerja sebagai petani. Istri Bapak I Gusti Putu Yasa selain sebagai Ibu rumah tangga juga bekerja sebagai petani membantu KK. Anak pertamanya bekerja sebagai petani dan pengrajin bambu membuat bedeg, anak kedua bekerja di warung, anak ketiga maupun keempat sudah menikah, dan anak kelima bekerja sebagai buruh serabutan. 1.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan I Gusti Nyoman Biasa Keluarga I Gusti Nyoman Biasa termasuk dalam kelas sosial ekonomi menengah. Saat ini KK tidak bekerja. Dahulu KK pernah bekerja sebagai tukang bangunan, namun karena tenaganya sudah tidak sekuat dulu lagi, maka KK sudah berhenti menjadi tukang kira kira sejak 1 tahun belakangan. Pendapatan mereka dapatkan dari uang yang diberi oleh anak anaknya yang telah bekerja. Untuk segala jenis bahan makanan seperti beras, minyak, dan bahan sembako lainnya dibelikan oleh anaknya. KK mengatakan hanya perlu mengeluarkan uang untuk membayar air, listrik, ataupun untuk keperluan upacara. Rata rata pengeluaran keluarga dalam sebulan untuk pembayaran tersebut sekitar Rp. 150.000,00. Menurut KK uang yang mereka dapatkan masih dapat mencukupi kebutuhan mereka tiap bulan.

I Gusti Putu Yasa Keluarga I Gusti Putu Yasa termasuk keluarga dengan status sosial ekonomi menengah kebawah. Pekerjaan KK dan istrinya sehari-hari adalah sebagai petani. Mereka bekerja di perkebunan yang dimiliki oleh orang lain. Namun karena umur yang sudah tua dan sering kambuhnya penyakit yang dimiliki KK, ia pun tak mampu bekerja setiap hari. Pendapatan keluarga ini tak menentu kadang disaat panen ia bisa mendapat hingga Rp. 500.000,00. Dikatakan rata rata pendapatan keluarga ini per harinya sekitar Rp. 20.000,00. Anak KK yang sudah bekerja selalu memberikan uang setiap bulan. Pengeluarannya sebulan tidak tentu, rata-rata Rp.500.000,00 hingga Rp. 600.000,00. Biasanya pengeluaran digunakan untuk membeli beras, membayar biaya penggunaan air, listrik, dan keperluan upacara.

1.3. Rumusan Masalah Keluarga Binaan 1.3.1 Rumusan Masalah Keluarga I Gusti Nyoman Biasa Masalah Kesehatan Dalam keluarga ini, yang menjadi masalah kesehatan adalah istri KK (Gusti Ayu Nengah Suti) yang pernah menderita TBC. Sekitar dua tahun yang lalu istri KK mengalami batuk batuk yang cukup lama tidak kunjung sembuh. Berat badannya pun menurun terus. Setelah diperiksa di puskesmas Susut I ibu Gusti Ayu Nengah Suti dikatakan menderita TBC. Ibu Nengah mendapat pengobatan selama 6 bulan dengan 3 jenis obat yang berbeda. Setelah selesai menjalankan pengobatannya selama 6 bulan tersebut, Ibu Nengah memeriksakan kembali penyakitnya tersebut. Ibu Nengah pun disarankan untuk melakukan rontgen. Hasil rontgen pun dibawa kembali ke Puskesmas Susut I. Di Puskesmas dikatakan Ibu Nengah harus menjalani pengobatan lanjutan dan saat itu diberi jenis obat yang berbeda. Namun tak lama menggunakan obat tersebut Ibu Nengah mengatakan tidak cocok dengan obat tersebut, karena ia merasa mual, pusing ketika mengkonsumsi obatnya. Oleh karena itu, ia menghentikan sendiri pengobatannya dan tidak mau lagi berobat ke Puskesmas Susut I. Hingga saat ini keluhan batuk batuk berdahak masih ada. Yang menjadi masalah disini adalah kurangnya

pengetahuan keluarga binaan tentang TBC itu sendiri dan pentingnya berobat secara tuntas agar penyakitnya dapat sembuh. Faktor risiko yang dapat ditelusuri di bidang kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan tentang TBC serta arti pentingnya melakukan pengobatan secara tuntas terhadap penyakitnya tersebut. Masalah Penataan Bangunan Keluarga binaan tinggal dalam satu pekarangan terdapat beberapa bangunan, yaitu bangunan tempat tinggal KK, bangunan tempat tinggal anak KK, dapur dan kamar mandi, bale dangin, dan merajan. Bangunan-bangunan utama sudah permanen, tembok bercat putih bermotif, atap rumah dari genteng, lantai rumah sebagian sudah dikeramik. Kondisi tembok dan lantai terlihat cukup bersih. Dapur belum berupa bangunan permanen yang dindingnya terbuat dari bedeg dan atap dari seseh. Kondisi bagian dalam dapur tampak gelap dan dindingnya tertutup jelaga berwarna hitam yang jarang dibersihkan. Peralatan masak pun tampak sudah lama dan hitam. Sehari-hari keluarga penderita memasak menggunakan kayu bakar. Penerangan dan ventilasi dapur agak kurang. Kamar mandi hanya ada satu, terletak di sebelah barat dapur. Kamar mandi ini sudah dilengkapi dengan WC. Bangunan kamar mandi sudah dibangun permanen dengan tembok batako dan atap genteng. Keadaan kamar mandi cukup bersih. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik. Sumber air didapatkan dari PDAM yang mengalir setiap dua hari. Air ini digunakan untuk mandi, minum, dan memasak. Sumber penerangan berasal dari PLN yang dibagi bersama lima rumah yang lain. Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan sebelah timur. Kamar seluas 3 x 4 meter tampak kurang rapi. Didalamnya terdapat dua kasur dan satu lemari. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak-acakan. Menurut istri KK mereka mengganti sprei setiap 1 bulan sekali. Penerangan di dalam kamar berupa sebuah lampu neon yang cukup terang. Ventilasi yang ada terdiri dari jendela dan lubang angin di atas pintu namun ditutupi dengan koran. Pekarangan rumah adalah tanah kering berpasir dan tidak tanaman. Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang dapur dan dibakar. Masalah Pendidikan

Saat ini anak ketiga dari Bapak I Gusti Nyoman Biasa tidak bersekolah lagi karena keterbatasan biaya dan kurang motivasi untuk kembali untuk bersekolah sehingga aktivitas sehari-hari hanya membantu pekerjaan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga menyulitkan orang tua untuk membimbing anaknya dalam hal pendidikan. 1.3.2 Rumusan Masalah Keluarga I Gusti Putu Yasa Masalah Kesehatan Rematik pada KK (I Gusti Putu Yasa) dan istri KK (Wayan Resih) merupakan masalah kesehatan utama yang ada pada keluarga ini. Dikatakan sakitnya ini amat sering kambuh dan sangat mengganggu serta membatasi ruang gerak mereka, terutama bagi Pak I Gusti Putu Yasa. Hampir setiap tiga hari Pak I Gusti Putu Yasa mengeluhkan nyeri yang sangat dan kaku pada kedua lututnya. Kadang bila sudah tidak tahan, ia pun mencari pengobatan pada mantri desa. Setelah diberikan suntikan pada kedua lututnya, keluhan nyerinya pun hilang. Setelah nyerinya hilang, Pak I Gusti Putu Yasa seringkali langsung bekerja kembali ke sawah, walaupun bengkaknya masih terjadi. Yang terpenting bagi dirinya nyeri yang dirasakannya sudah tertangani dan ia dapat menggunakannya untuk kembali bekerja seperti semula. Faktor risiko yang dapat ditelusuri di bidang kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan tentang rematik serta hal hal penting yang perlu dilakukan untuk mencegah kambuhnya penyakitnya tersebut. Masalah Perekonomian Keluarga Saat ini Bapak I Gusti Putu Yasa dan istrinya sudah tidak mapu aktif bekerja seperti dulu, sehingga pendapatan yang diperoleh tidak maksimnal. Pendapatan keluarga lainnya diperoleh dari uang yang diberi oleh anak anaknya yang telah bekerja. Pendapatan yang didapatkan masih dapat mencukupi kebutuhan mereka tiap bulan namun keluarga Bapak I Gusti Putu Yasa tidak memiliki perencanaan prioritas kebutuhan dan perencanaan tabungan untuk hal-hal yang mendadak seperti sakit, kematian, iuran banjar dan sebagainya. Masalah Penataan Bangunan Keluarga ini menempati sebuah areal pekarangan yang berbagi dengan kakak tertua KK. Bangunan utama berupa bangunan permanen yang berfungsi sebagai

kamar tidur sebanyak dua kamar serta sebuah kamar tamu. Kamar tidur dengan dinding terbuat dari batu bata dan sudah dicat putih, beratap genteng dengan lantai keramik. Ventilasi kamar minim, pencahayaan ruangan kurang oleh karena jendela lebih sering ditutup. Bangunan dapur masih menggunakan tungku dengan kayu bakar, serta peralatan dapur yang seadanya KK memiliki dua buah kamar mandi dan WC yang permanen yang digunakan bersama keluarga kakak tertua KK. Bak penampungan air di kamar mandi berukuran cukup besar namun tidak disertai saluran pembuangan air bak, sehingga sedikit menyulitkan saat membersihkan. Sumber air didapatkan dari PDAM yang mengalir setiap dua hari. Air ini digunakan untuk mandi, minum, dan memasak. Sumber penerangan berasal dari PLN. Pekarangan rumah adalah tanah kering berpasir dan hanya ditanami pohon mangga. Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang dapur dan dibakar.

BAB II KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Program Berdasarkan permasalahan yang ada pada keluarga tersebut terutama berdasarkan masalah prioritas yaitu mengenai kesehatan dan penataan bangunan maka dibentuk program dalam membantu keluarga binaan ini yaitu : 1. Memberikan penyuluhan yang sifatnya komunikatif, pemberian informasi dan edukasi (KIE) kepada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa, terutama menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyakit TBC mengenai penyebab penyakit yang diderita, cara pencegahan serta penanggulangannya. 2. Memberikan penyuluhan yang sifatnya komunikatif, pemberian informasi dan edukasi (KIE) kepada keluarga bapak I Gusti Putu Yasa, terutama menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyakit Rematik mengenai penyebab penyakit yang diderita, cara pencegahan serta penanggulangannya. 3. Memberikan saran dalam penataan bangunan untuk mencegah serta menanggulangi munculnya penyakit pada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa.

2.2 Jadwal Kegiatan No Program Jadwal Kegiatan Keterangan

Memberikan masukan penataan bangunan

Kegiatan ini dilakukan setiap berkunjung ke keluarga binaan.

Memberikan konseling bersekolah

Kegiatan ini dilakukan setiap melakukan

dan kunjungan ke keluarga binaan yang

motivasi untuk mempunyai anak yang tidak bersekolah

Menangani masalah kesehatan kedokteran keluarga

Penanganan masalah kesehatan dengan prinsip kedokteran keluarga ini dilakukan secara personal, kolaboratif, koordinatif, berkesinambungan, pencegahan, dan mengutamakan

dengan prinsip paripurna,

menimbang keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan setiap melakukan kunjungan, yaitu memberi informasi mengenai penyakit, perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan yang benar dan managemen luka yang sederhana dengan menggunakan media yang mudah dipahami keluarga

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan Pelaksanaan dari program yang diajukan dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan program yang pertama, seluruh KK dan istri KK mendengarkan saat diberi KIE tentang TBC, pencegahan penularan, dan pentingnya pengobatan TBC ini hingga tuntas. Karena istri KK (Gusti Ayu Nengah Suti) memiliki riwayat TBC dengan pengobatan yang belum tuntas, maka disarankan kepada Bu Nengah untuk memeriksakan kembali dirinya, walaupun tidak harus ke Puskesmas Susut I. Diberi juga penjelasan mengenai bagaimana TBC tersebut dapat menular, sehingga sebisanya dilakukan cara cara mencegah penularannya seperti dengan tidak membuang dahak sembarangan, menjaga ruangan agar tidak lembab dengan menjaga ventilasi udara yang cukup. Selain itu memberi penjelasan mengenai pentingnya menjalankan pengobatan secara tuntas. Kegiatan program yang kedua, Bapak I Gusti Putu Yasa dan istri banyak berdiskusi mengenai penyakit yang diderita oleh KK dan istrinya. Diberikan penjelasan bahwa penyakit rematik yang diderita adalah penyakit yang kronik, sehingga perlu dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri, kaku dan keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu juga KK dan keluarga diberi pemahaman bahwa hal tersebut perlu dipahami dan disadari sebagai bagian dari realitas kehidupannya. Disarankan juga agar rasa nyeri dapat berkurang, maka KK dan istrinya sedianya mengurangi aktivitas atau pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi dan lebih banyak beristirahat. Kegiatan program yang keempat pada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa. Masalah kebersihan dan sirkulasi udara yang kurang baik karena jendela yang lebih sering tertutup. Rata-rata menurut masingmasing keluarga hal ini dikarenakan setiap harinya mereka lebih sering beraktifitas diluar ruangan. Penulis memberi KIE tentang pentingnya menjaga kebersihan rumah dan pertukaran udara di dalam rumah bagi kesehatan. Beberapa cara yang dianjurkan penulis kepada keluarga binaan antara lain dengan membuka pintu dan jendela terutama pada saat memasak dan di pagi

10

hari agar sinar matahari dan udara bersih bisa masuk ke dalam rumah. Bagi keluarga yang memang mampu, disarankan untuk menambah jumlah ventilasi di bangunan rumahnya. Kedua keluarga menyediakan tempat penampungan air dengan menggunakan gentong sebagai antisipasi saat air PDAM tidak tersedia. Untuk masalah kebersihan tempat penampungan air, penulis menyarankan agar penampungan ini dibersihkan secara berkala. Masalah bak penampungan air di kamar mandi yang berukuran cukup besar namun tidak disertai saluran pembuangan air bak, sehingga sedikit menyulitkan saat membersihkan. Penulis menyarankan agar dibuatkan pipa atau saluran pembuangan untuk menguras sehingga air yang ditampung juga lebih terjamin kebersihannya. 3.2 Hasil Dari program pertama yaitu penyuluhan mengenai TBC yang dilakukan pada keluarga I Gusti Nyoman Biasa. Istri KK, Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mau memeriksakan dahaknya, dan sudah dilakukan saat kunjungan terakhir penulis ke KK. Program yang kedua penyuluhan mengenai Rematik yang dilakukan pada keluarga I Gusti Putu Yasa. Bapak I Gusti Putu Yasa dan istri saat ini memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik yang dimilikinya. Beliau lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumahan dan lebih sedikit menggunakan sendi sendi yang sering sakit. Program yang ketiga penataan bangunan pada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa. Kedua keluarga tersebut sekarang sudah mengerti pentingnya penataan bangunan untuk kesehatan. Saat kunjungan mereka sudah membuka jendela kamar pada pagi hari dan membuka pintu serta jendela saat memasak di dapur. Ventilasi rumah bapak I Gusti Nyoman Biasa yang sebelumnya ditutup dengan koran kini sudah diganti dengan jaring-jaring, kemudian anak bapak I Gusti Nyoman Biasa berencana akan menambah jumlah ventilasi pada bangunan rumahnya. Untuk masalah saluran pembuangan penampungan air di kamar mandi, keluarga

11

bapak I Gusti Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa sudah membuat saluran pembuangan yang terbuat dari pipa sehingga secara berkala air dapat dikuras dan tempat penampungan bisa dibersihkan.

12

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan 1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang sehat, dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. 2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan minum obat secara teratur. 3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang

13

penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan untuk menghentikan kebiasaankebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan. 4.2. Saran 1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum obatnya habis. 2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat yang baik. 3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada penderita dan orang-orang terdekatnya

14

BAB I PENANGGULANGAN PENYAKIT/MASALAH TBC DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA 1.1 Latar Belakang Kasus Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar melalui transmisi udara. Menurut studi epidemiologi dikatakan setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia setelah India dan China. Di Indonesia TB merupakan penyebab kedmatian nomor 3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut. Pada Tuberkulosis Paru kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran nafas bersarang di jaringan paru. Penyakit ini menimbulkan gejala respiratorik seperti batuk-batuk, batuk darah, nyeri dada, dan sesak nafas selain itu juga menimbulkan gejala sistemik seperti malaise, keringat dingin dan penurunan berat badan.

15

Kasus bernama Gusti Ayu Nengah Suti, umur 50 tahun. Ia merupakan istri KK I Gusti Nyoman Biasa yang termasuk salah satu keluarga di Banjar Malet Gusti, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susust, Kabupaten Bangli. Penderita diketahui menderita TBC sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, dimana pengobatan yang dilakukannya belumlah tuntas. Alasan-alasan inilah yang mendasari pemilihan kasus Tuberkulosis sebagai laporan kasus penulis. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Riwayat keluarga Data Keluarga : : Gusti Ayu Nengah Suti : 50 tahun : Perempuan : Tidak sekolah : IRT : Tidak ada

No 1. 2. 3. 4. 5.

Nama I Gusti Nyoman Biasa Gusti Ayu Nengah Suti Gusti Putu Supartini I Gusti Nengah Muliada Gusti Ayu Komang Ani

JK L P P L P

Umur (thn) 55 50 28 23 18

Pendidikan Tamat SD Tidak sekolah Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMP

Hubungan dgn KK KK Istri KK Anak I Anak II Anak III

Pekerjaan Tidak bekerja IRT Swasta Swasta Swasta

Di bawah ini tercantum silsilah keluarga yang terdiri dari KK, Istri KK beserta anak anaknya :
1

Keterangan:

16

= Laki-laki = Perempuan

1.2 Riwayat Penyakit Ibu Gusti Ayu Nengah Suti memiliki riwayat menderita TBC sekitar 2 tahun yang lalu. Awalnya dikatakan ia menderita batuk batuk yang cukup lama, sudah lebih dari 3 minggu. Batuk ini disertai dengan keluarnya dahak yang berwarna keputihan. Keluhan ini terutama ia rasakan pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat dingin. Berat badannya pun terus menurun. Karena sangat mengganggu aktivitasnya, maka ia pun memeriksakan dirinya ke Puskesmas Susut I. Di Puskesmas, ibu Gusti Ayu Nengah Suti menjalani pemeriksaan dahak dan dikatakan positif menderita TBC. Akhirnya ia mendapatkan pengobatan selama 6 bulan dengan 3 jenis obat yang berbeda. Enam bulan kemudian, setelah pengobatannya dianggap selesai, Ibu Gusti Ayu Nengah Suti kembali memeriksakan dirinya ke Puskesmas. Oleh puskesmas ia dirujuk ke RS Bangli untuk menjalani rontgen. Hasil rontgen dikembalikan kepada Ibu Gusti Ayu Nengah Suti untuk dibawa kembali ke Puskesmas. Dokter Puskesmas mengatakan penyakit TBC nya belum sembuh sehingga harus menjalani pengobatan selanjutnya. Namun tak berselang lama Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mengkonsumsi obat tersebut, ia merasa tidak cocok dengan obatnya, ia sering merasa pusing, sakit perut hingga muntah muntah setiap habis minum obat. Oleh karena itu, ia menghentikan sendiri menggunakan obat tersebut dan tidak mau lagi pergi ke Puskesmas. Setelah kejadian itu, Ibu Gusti Ayu Nengah Suti merasa kapok berobat, terutama bila harus ke Puskesmas Susust I. Bila ia merasa sakit, maka ia hanya minum jamu jamuan atau bila parah pergi ke mantri di tempatnya atau lebih memilih ke praktek dokter swasta bila memiliki uang untuk berobat. Saat ini keluhan batuk batuk masih ada, badan nya pun kurus. Nafsu makan cukup, namun Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mengaku tidak bisa makan

17

daging. Ia hanya makan nasi lembek dengan sayur atau ikan. Kadangkala bila batuknya kumat, ia susah tidur pada malam harinya.

BAB II ANALISIS SITUASI KELUARGA

2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga binaan tinggal dalam satu pekarangan terdapat beberapa bangunan, yaitu bangunan tempat tinggal KK, bangunan tempat tinggal anak KK, dapur dan kamar mandi, bale dangin, dan merajan. Bangunan-bangunan utama sudah permanen, tembok bercat putih bermotif, atap rumah dari genteng, lantai rumah sebagian sudah dikeramik. Kondisi tembok dan lantai terlihat cukup bersih. Dapur belum berupa bangunan permanen yang dindingnya terbuat dari bedeg dan atap dari seseh. Kondisi bagian dalam dapur tampak gelap dan dindingnya tertutup jelaga berwarna hitam yang jarang dibersihkan. Peralatan masak pun tampak sudah lama dan hitam. Sehari-hari keluarga penderita memasak menggunakan kayu bakar. Penerangan dan ventilasi dapur agak kurang. Kamar mandi hanya ada satu, terletak di sebelah barat dapur. Kamar

18

mandi ini sudah dilengkapi dengan WC. Bangunan kamar mandi sudah dibangun permanen dengan tembok batako dan atap genteng. Keadaan kamar mandi cukup bersih. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik. Sumber air didapatkan dari PDAM yang mengalir setiap dua hari. Air ini digunakan untuk mandi, minum, dan memasak. Sumber penerangan berasal dari PLN yang dibagi bersama lima rumah yang lain. Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan sebelah timur. Kamar seluas 3 x 4 meter tampak kurang rapi. Didalamnya terdapat dua kasur dan satu lemari. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak-acakan. Menurut istri KK mereka mengganti sprei setiap 1 bulan sekali. Penerangan di dalam kamar berupa sebuah lampu neon yang cukup terang. Ventilasi yang ada terdiri dari jendela dan lubang angin di atas pintu namun ditutupi dengan koran. Pekarangan rumah adalah tanah kering berpasir dan tidak tanaman. Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang dapur dan dibakar. 2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga I Gusti Nyoman Biasa termasuk kelas sosial ekonomi menengah. Saat ini KK tidak bekerja. Dahulu KK pernah bekerja sebagai tukang bangunan, namun karena tenaganya sudah tidak sekuat dulu lagi, maka KK sudah berhenti menjadi tukang kira kira sejak 1 tahun belakangan. Istri KK pun tidak bekerja, hanya menjadi Ibu umah tangga. Pendapatan mereka dapatkan dari uang yang diberi oleh anak anaknya yang telah bekerja. Untuk segala jenis bahan makanan seperti beras, minyak, dan bahan sembako lainnya dibelikan oleh anaknya. KK mengatakan hanya perlu mengeluarkan uang untuk membayar air, listrik, ataupun untuk keperluan upacara. Rata rata pengeluaran keluarga ini untuk pembayaran tersebut sekitar Rp. 150.000,00. Menurut KK uang yang mereka dapatkan masih dapat mencukupi kebutuhan mereka tiap bulan. Bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka membawanya ke mantri desa. Namun KK mengatakan bila memang harus membawa anggota keluarganya yang sakit ke rumah sakit, ia tetap akan berusaha menyediakan biayanya.

19

2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga binaan tergolong cukup aktif dalam kegiatan banjar, terutama KK. Persembahyangan rutin setiap hari selalu dilakukan. Keluarga binaan juga melakukan aktivitas keagamaan pada rahinan tertentu dan upacara-upacara adat, baik di banjar, desa, ataupun di rumah KK sendiri. Hubungan KK dan anggota keluarganya pun baik dengan tetangga tetangga sekitarnya. 2.4 Aspek Sosial Psikologis Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Hubungan anak dengan orang tua cukup baik. Mereka saling membantu dan mendukung dalam mengerjakan segala tugas di rumah. Tanggung jawab ekonomi telah diambil alih oleh anak KK, sedangkan KK sendiri dibatasi kegiatannya hanya seputar mengerjakan pekerjaan rumah. KK sendiri tampaknya tidak ada masalah dengan perlakuan anggota keluarga dan masyarakat BAB III RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI

3.1 Aspek Kesehatan Anggota Keluarga Dalam keluarga ini, selain penderita (istri KK) yang memiliki riwayat penyakit TBC, tidak ada yang mengalami masalah kesehatan yang berarti. Penyakit yang biasanya diderita yaitu panas, batuk dan pilek. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perubahan cuaca. Dalam satu tahun, tidak ada kelahiran dan kematian. Status gizi dari keluarga ini dapat dikatakan cukup, kecuali istri KK yang bila dihitung BMI nya hanya 15,5 (termasuk underweight). Ini mungkin terjadi karena kurangnya jenis makanan yang dikonsumsi Ibu Gusti Ayu Nengah Suti walaupun dikatakan nafsu makannya cukup. 3.2 Persepsi Sehat-Sakit

20

Pada umumnya masyarakat pedesaan masih banyak yang berpandangan tradisional terhadap penyakit atau sistem kesehatannya. Sebagian besar dari mereka umumnya mempercayai bahwa sakit disebabkan karena hal-hal yang bersifat spiritual, seperti kutukan dari dewa, hukuman dari para leluhur, terkena guna-guna atau ilmu hitam, kemasukan roh halus, dan sebagainya. Disamping itu, berdasarkan konsep yang mereka anut, seseorang dikatakan sakit apabila tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana mestinya. Konsep sehat-sakit inilah yang masih dipegang oleh sebagian besar masyarakat Bali terutama mereka yang tinggal di pedesaan. Tidak jarang pula konsep tersebut di atas masih dianut oleh sebagian masyarakat perkotaan. Namun, dalam kehidupan modern sekarang ini dimana informasi kesehatan menyebar sedemikian pesatnya hingga ke pelosok-pelosok desa, tentunya tidak seluruh masyarakat pedesaan masih tetap menganut konsep tradisional tersebut secara penuh. Konsep sehat sakit yang dianut oleh keluarga binaan dapat dikatakan perpaduan antara konsep tradisional dan modern. Hal ini dapat dilihat dari persepsi mengenai penyebab munculnya kejadian sakit yang dialami oleh anggota keluarga binaan. Beberapa contoh kasus dalam keluarga binaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, pada kasus TBC yang diderita oleh Ibu Gusti Ayu Nengah Suti, keluarga binaan menganggap bahwa penyakit TBC tersebut disebabkan karena masalah medis, sehingga anggota keluarga menyarankan untuk berobat ke dokter. Kedua, setelah kejadian ketika Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mendapat obat yang menurutnya tidak cocok tersebut, ia berhenti menggunakan obat yang diberi Puskesmas dan beralih ke pengobatan alternatif menggunakan obat obat tradisional seperti mengkudu yang dibakar dan diseduh seperti kopi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep sehat-sakit yang dianut oleh keluarga binaan sudah mengarah pada konsep yang rasional dan modern, meskipun unsur kepercayaan tradisional tidak dapat dipisahkan dari konsep sehat-sakit tersebut . 3.3 Solusi Masalah Kesehatan

21

Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Masalah kesehatan dalam keluarga ini adalah riwayat TBC pada istri KK. Beberapa hal dan kegiatan yang diberikan terkait penerapan prinsip kedokteran keluarga yaitu 1. Personal o Memberi penjelasan tentang TBC kepada penderita dan keluarganya, apa penyebab, bagaimana cara penularan, gejala-gejala, dan cara pengobatan TBC. o Menyarankan kepada penderita agar makan makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan jangan terlalu capek. o Menjelaskan mengenai pengobatan yang sekarang dijalani oleh penderita. Jenis obat, tujuan pengobatan, efek samping, dan akibatnya bila tidak patuh dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan dalam minum obat sangat diperlukan untuk mencapai kesembuhan, hal ini ditekankan pada penderita. 2. Koordinatif dan kolaboratif o Memberi saran kepada keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam pengobatan penderita. Misalnya dengan mengantar kontrol ke puskesmas, mengambilkan obat jika penderita berhalangan, mengawasi pola kerja dan pola makannya untuk mencegah perburukan dari kondisinya, dan juga ikut membantu PMO mengawasi penderita dalam minum obat. 3. Paripurna o Memberi penjelasan tentang TBC kepada penderita dan keluarganya, penyebab, cara penularan, gejala-gejala, dan cara pengobatan TBC. Sehingga deteksi dini dapat segera dilakukan. o Memberi penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana caracara mencegah penularan penyakit TBC kepada orang lain terutama keluarga yang kontak erat dengan penderita.

22

4. Berkesinambungan o Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin

mengadakan kunjungan rumah seminggu sekali. o Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit penderita. o Menggunakan sistem DOT (Direct Observed Treatment), sekaligus juga menunjuk anggota keluarga lain yang disegani untuk menjadi PMO (Pengawas Minum Obat). 5. Mengutamakan Pencegahan o Mengingatkan penderita agar tetap rajin minum obat walaupun keluhan sudah berkurang. o Menjelaskan pada penderita cara-cara mencegah penularan penyakitnya terhadap orang-orang di sekitarnya. Cara yang dapat ditempuh antara lain : bersin. Tidak membuang dahak sembarangan. Dahak dibuang pada kaleng yang bisa ditutup dan sudah diisi bahan kimia yang mengandung desinfektan misalnya cairan pembersih kamar mandi atau pengepel lantai. Kemudian setelah penuh, sebaiknya dibakar dan tidak dibuang sembarangan. Membuka jendela kamar yang ada sehingga sinar matahari masuk dan membantu membunuh kumankuman TBC. Selain itu adanya ventilasi mampu memberikan pertukaran udara kamar dengan udara luar yang lebih segar. o Menyarankan kepada penderita dan keluarganya agar makan makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena penyakit, baik tertular penyakit pasien maupun penyakit lain. Menutup mulut dengan saputangan atau memalingkan muka dari lawan bicaranya saat batuk ataupun

23

Mengingatkan penderita dan keluarganya bila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien, yaitu batuk-batuk lama, keringat malam, penurunan nafsu makan, lemas, dll, agar segera memeriksakan diri ke puskesmas.

Melakukan pemeriksaan dahak anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan o Menjelaskan mengenai kondisi penderita saat ini kepada keluarga, bahwa penyakitnya bisa sembuh, tetapi harus patuh menjalani pengobatan yang lama, sehingga keluarga sangat berperan yaitu dalam mengawasi minum obat. o Menjelaskan mengenai pengobatan penderita bahwa obat dapat diperoleh secara gratis di Puskesmas walaupun pengobatan dalam jangka waktu yang lama. o Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit TBC adalah penyakit menular, namun penularannya masih bisa dicegah, misalnya mencegah kontak dengan dahak penderita, menjaga daya tahan tubuh dengan asupan gizi yang memadai, dengan menjaga kebersihan lingkungan serta ventilasi yang cukup.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Kasus bernama Gusti Ayu Nengah Suti, umur 50 tahun. Ia merupakan istri KK I Gusti Nyoman Biasa yang termasuk salah satu keluarga di Banjar Nyanglan Kaja, Desa Bangbang, Kecamatan Susust, Kabupaten Bangli. Penderita diketahui menderita TBC sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, dimana pengobatan yang dilakukannya belumlah tuntas.

24

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluhan sakit yang dialami oleh Ibu Gusti Ayu Nengah Suti dipicu oleh berbagai faktor risiko seperti : tidak tuntasnya pengobatan yang dijalani penderita terdahulu dan kurang percayanya penderita pada tim medis yang telah memberikannya pengobatan dahulu. Untuk mengatasi berbagai faktor risiko tersebut, maka diberikan solusi kesehatan dengan penerapan prinsip-prinsip kedokteran keluarga 4.2 Saran a. Kepada istri KK (Gusti Ayu Nengah Suti) agar menjalankan pengobatan dengan taat dan teratur setelah hasil pemeriksaan selesai. b. Kepada anggota keluarga lain agar mendukung usaha pengobatan penderita hingga tuntas. c. Setiap anggota keluarga agar menerapkan solusi kesehatan yang telah diberikan sebelumnya.

LAMPIRAN

25

Ibu Gusti Ayu Nengah Suti/ penderita

Kondisi kamar kk dan istri

Kondisi dapur

Kondisi kamar mandi

26

Anda mungkin juga menyukai