MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Syariat Islam di Aceh
Pada Jurusan Pendidikan Biologi, Prodi Tarbiyah dan Keguruan
Disusun oleh:
Miftahul Chaera
200207048
Unit 1 (satu)
1
Page | 2
KATA PENGANTAR
Penulis
2
Page | 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Pengertian Qanun syariat islam di Aceh.........................................................4
B. Eksitensi Syariat Islam di Aceh.......................................................................8
BAB II PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan ...................................................................................................10
3
Page | 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Qanun
Namun demikian, secara formal keberadaan Syari’at Islam baru diakui secara
hukum dan dapat diterapkan secara kaffah di Nanggroe Aceh Darussalam, sejak
lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaran
keistemewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
4
Page | 5
1) Ayat (1), berbusana Islami adalah pakaian yang menutup aurat yang tidak
tembus pandang, dan tidak memperlihatkan bentuk lekuk tubuh.
2) Ayat (2), wajib membudidayakan berbusana Islami, maksudnya bertanggung
jawab terhadap pemakaian berbusana Islami oleh pegawai, anak didik atau
karyawan (karyawati) di lingkungan masing-masing, termasuk pada saat
kegiatan olah raga.
5
Page | 6
1. Ayat (2), Pemerintah Daerah dan institusi masyarakat wajib mencegah dan
meniadakan perilaku masyrakat yang tidak sesuai dengan prinsip Syari’at
Islam.
2. Ayat (3), Setiap muslim dan muslimah wajib berbusana sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam
pergaulan masyarakat.
3. Ayat (4), setiap pemeluk agama selain agama Islam diharapkan
menghormati dan menyesuaikan pakaian/berbusananya sehingga tidak
melanggar tatakrama dan kesopanan dalam masyarakat.
4. Ayat (5), para pelancong/Wisatawan dari luar daerah/luar negeri supaya
dapat menyesuaikan tindakan, legiatan dan berbusananya dengan
kehidupan masyarakat Aceh yang Islami.
6
Page | 7
adalah agar dapat dibedakan antara sifat-sifat wanita jahilyah dengan wanita-wanita
muslimah. Disamping itu agar mereka tidak diganggu oleh laki-laki jahil”.
“Hadist yang diriwayatkan dari Abu Said al-Khuduriy, bahwasanya Nabi saw
berasbda, “Aurat laki-laki adalah antara pusat dan lutut. Sedangkan aurat wanita
adalah seluruh badannya, kecuali muka dan kedua telapak tangan”.
7
Page | 8
8
Page | 9
baik karena dilandasi oleh aspek sejarah maupun jiwa sosial masyarakat Aceh itu
sendiri.
Islam adalah filosofi kehidupan masyarakat Aceh yang bermartabat dan
berperadaban. Di samping penerapan pelaksanaan syari’at Islam di Aceh, seiring dengan
perjalanan masa dan waktu yang terus berlalu dan dinamika pemikiran manusia yang
dinamis, begitu juga dengan dinamisasi di semua sektor, seperti pertumbuhan
kependudukan, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tantangan tersendiri bagi
masyarakat Aceh khususnya pemerintah daerah dalam menerapkan syari’at Islam secara
kaffah.
Arus globalisasi yang berlangsung seiring dengan perkembangan zaman,
penduduk Aceh saat ini tidak hanya saja yang beragama Islam, kendatipun mayoritas.
Terdapat juga penduduk Aceh yang beragama selain agama Islam, seperti Kristen,
Budha, dan Hindu. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya rumah ibadah masing-masing
agama yang ada di Aceh, khususnya Banda Aceh.
Dalam sejarah kemerdekaan, Indonesia menempatkan masyarakat Aceh pada
posisi yang khas, kekhasan masyarakat Aceh terutama pada persoalan agama. Syari’at
Islam dalam masyarakat Aceh adalah bagian dari tidak terpisahkan dari tradisi, adat dan
budayanya, dengan artian hampir seluruh tatanan kehidupan keseharian masyarakat
diukur berdasarkan standar ajaran Islam yaitu merujuk pada keyakinan keagamaan,
kendatipun mungkin terdapat pemahaman-pemahaman atau interpretasi masyarakat
yang tidak selalu dan relevan.
Disinilah letak muatan psikologis pentingnya penerapan syari’at Islam bagi
masyarakat muslim. Dan ini juga menjadi bagian penting dari alasan pelaksanaan
syari’at Islam di Aceh sangat menentukan masa depan Aceh.
9
Page | 10
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang
mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Propinsi atau
daerah Kabupaten.
2. Bahasa Qanun hanya dipakai di daerah Propinsi Aceh, sedangkan propinsi lain di
Indonesia memakai nama Peraturan Daerah (Perda).
3. Setiap Qanun yang dikeluarkan berisi kan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah otonomi
daerah.
4. Qanun ini berlaku sejak 4 Januari 2019, dengan lembaga keuangan yang beroperasi
di Aceh wajib menyesuaikan dengan aturan ini paling lama tiga tahun
sejak Qanun diundangkan.
5. Syariat Islam di Aceh telah berlaku di Aceh sejak sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia, yaitu sejak memerintahnya Raja Iskandar Muda. Kemudian dilanjutkan
masa setelah Kemerdekaan, masa Orde baru, revormasi dan sampai dengan masa
sekarang ini.
6. Aturan busana muslim pasal 13 dan pasal 23 Qanun nomor 11 tahun 2002 tentang
pelaksanaan syariat islam di bidang akidah, ibadah dan syiar islam mewajibkan setiap
orang islam wajib berbusana muslim dan pimpinan instansi pemeritah, lembaga
pendidikan, badan usaha dan atau instansi masyrakat wajib membudayakan busana
islami dilingkungannya. Setiap masyarakat dikenakan hukuman pidana saat
melanggar aturan busana ini, dengan adanya aturan ini perempuan merupakan pihak
yang sangat merasa dirugikan. Aturan busana musli ini lebih ketat terhadap
perempuan dibandingkan lelkai maka ada dampak diskriminatif yang dialami oleh
perempuan, pihak perempuan juga merupakan pihak yang sering terkena hukum dari
aturan busana muslim ini.
10