Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

QANUN

DOSEN PENGAMPU :
ELWIDARIFA MARWENNY, SH, MH

OLEH :
KIRANA SALSABILA
191500004

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS


PRODI ILMU HUKUM
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikam penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Qanun” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Hukum Pemerintahan Daerah. Penulis berharap makalah tentang Qanun dapat menjadi
pengetahuan bagi kita. Penulis menyadari makalah bertema Qanun masih perlu banyak
peyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan
saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini baik terkait penulisan maupun konten penulis memohon maaf. Demikian yang
dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang
mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Propinsi atau daerah
Kabupaten. Bahasa Qanun hanya dipakai di daerah Propinsi Aceh, sedangkan propinsi lain di
Indonesia memakai nama Peraturan Daerah (Perda). Setiap Qanun yang dikeluarkan
berisikan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan adalah otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan titik fokus yang
penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing,
seperti daerah Aceh yang mempunyai perda (Qanun) yang berbeda dengan Propinsi lainnya.
Namun demikian, secara formal keberadaan Syari’at Islam baru diakui secara hukum dan
dapat diterapkan secara kaffah di Nanggroe Aceh Darussalam, sejak lahirnya Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaran keistemewaan Provinsi Daerah
Istimewa Aceh. Sejak itulah, dimulailah era baru pelaksanaan hukum Syari’at di Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, dimana sejak saat itu hukum Islam sudah dapat dijadikan
hukum positif dan memberi peluang sangat luas untuk melahirkan Qanun-Qanun Syari’at
yang dapat mengatur setiap sisi kehidupan masyarakat Aceh, baik dalam bidang Ibadah, 2
mu’amalah/ekonomi, ahwal al-syakhishiyah/ hukum keluarga, jinayah, pidana, zakat dan
bidang lainnya. Lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaran
keistemewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh tersebut telah menjadi tonggak sejarah bagi
pemberlakuan hukum Islam secara kaffah di Indonesia di Indonesia khusunya di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Dimana undang-undang ini telah memberi peluang kepada
masyarakat Aceh, untuk menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif yang berlaku dalam
setiap aspek kehidupan.
1. 2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Qanun?
2. Apa saja fungsi dari Qanun?
3. Jelaskan hal-hal yang diatur dalam Qanun?

1. 3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Qanun
2. Untuk mengetahui fungsi dari Qanun
3. Untuk mengetahui hal apa saja yang diatur dalam Qanun

1. 4 MANFAAT
Untuk memberikan informasi kepada penulis dan semua pihak tentang Qanun tersebut. Agar
bisa menambah wawasan pemikiran kita dan dapat bermanfaat dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN ISI
2. 1 Pengertian Qanun
Qanun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Kanun artinya undang
undang, peraturan, kitab undang-undang, hukum dan kaidah. Adapun pengertian Qanun
menurut kamus Bahasa Arab adalah: undang-undang, kebiasaan atau adat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari Qanun adalah: suatu peraturan perundang-undangan atau
aturan hukum yang berlaku di suatu daerah (dalam hal ini di NAD). Masyarakat Aceh juga
mengenal qanun dalam Hadih Maja yaitu ajaran atau doktrin atau kata-kata petuah dari orang
tua yang berbunyi “Adat bak puteu meureuhom, Hukom bak Syiah Ulama, Kanun bak
Putroe Phang, Reusam bak Laksamana”. Contohnya saja, berdasarkan kekhususan yang di
berikan Pusat kepada NAD, maka DPR Aceh dapat mensahkan qanun tentang jinayat atau
peradilan pidana Islam sebagai hukum acara di Mahkamah Syar‟iah. Hanya saja memang
produk dari Qanun ini harus memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Pemerintahan
Aceh seperti tidak boleh bertentangan dengan: aqidah, syar‟iyah dan akhlak yang dalam
penjabarannya meliputi: ibadah, ahwal al-syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum
perdata), jinayah (hukum pidana), qadha‟ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar
dan pembelaan Islam.4 Kebijakan ini tentu tidak diperbolehkan dibuat oleh perda-perda
lainnya di Indonesia.

Jadi pengertian Qanun tidaklah sama dengan Perda, karena isi dari Qanun haruslah
berlandaskan pada asas keislaman atau tidak boleh bertentangan dengan syari‟at Islam.
Tetapi dalam hal hirarki hukum di Indonesia, sesuai dengan ketentuan UU No. 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, kedudukan Qanun dipersamakan
dengan Perda di daerah lainnya. Menurut UU No.10 Tahun 2004 disebutkan bahwa:3 jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut: UUD RI Tahun 1945,
UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan Daerah. Pada penjelasan Pasal 7 disebutkan bahwa: Termasuk dalam jenis
peraturan daerah provinsi adalah qanun yang berlaku di Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Perdasus serta Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua.
Berdasarkan pengertian qanun yang diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan di atas,
dapat ditegaskan bahwa qanun adalah salah satu bentuk hukum tertulis dalam sistem
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
2. 2 Fungsi Qanun
Fungsi Qanun pada prinsipnya adalah sama dengan fungsi oeraturan daerah.
Menurut Maria Farida, peraturan daerah merupakan fungsi yang bersifat atribusi yang
diatur berdasarkan UU No.32/2004 terutama Pasal 146 dan juga fungsi delegasian dari
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Fungsi tersebut adalah :
a. Menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-
masing daerah.
b. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
tugas pembantuan.
c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.
d. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi

2. 3 Hal yang diatur dalam Qanun


Pengaturan tentang Qanun terdapat di dalam UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh,
yakni dalam Pasal 1 angka 21 yang memberikan definisi Qanun Aceh adalah Peraturan
Perundang-Undangan sejenis peraturan daerah provinsi yang mengatur penyelenggaraan
pemerintahan dan kehidupan masyarakat Aceh.
Pengaturan mengenai peraturan daerah diatur juga dalam UU No.23/2014, peraturan
daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
baik itu dilevel provinsi dan kabupaten/kota, serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari
Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tingg dengan memperhatikan ciri khas daerah
masing-masing serta larangan untuk membuat peraturan daerah untuk bertentangan
dengan kepentingan umum dan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi.
UU No.11/2006 telah memberikan batasan atau ruang lingkup masalah yang diatur
didalam qanun, yaitu :
a. Qanun dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Aceh, yang terkait
dengan semua kewenangan Pemerintahan Aceh yang tercantum di dalam Pasal 7
UU No.11/2006. Pasal tersebut memberikan kewenangan kepada pemerintahan
Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah.
b. Dapat mengatur semua urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Aceh
yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) UU No.11/2006.
c. Urusan Pemerintah Aceh bersifat pilihan yang secara nyata berpotensi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan
potensi unggulan.

Anda mungkin juga menyukai