Anda di halaman 1dari 15

GLOBALISASI DAN MANAJEMEN

Globalisasi (globalization) diartikan sebagai pengakuan oleh


organisasi bahwa bisnis harus mempunyai fokus global, bukan lokal.
Fenomena globalisasi terdiri dari tiga faktor yang saling
berkaitan─kedekatan, lokasi, dan sikap.
Kedekatan. Manajer sekarang bekerja dalam kedekatan yang jauh
lebih besar daripada sebelumnya, berhadapan dengan pelanggan,
pesaing, pemasok, dan pemerintah yang jauh lebih banyak dan jauh lebih
beragam. Kemampuan teknologi dan manajerial yang semakin
bertambah dari orang di seluruh dunia merupakan aspek lain dari
kedekatan. Untuk memberi penekanan pada semangat baru tentang
ikatan yang lebih erat dan tidak signifikannya jarak dalam dunia bisnis
sekarang, Kenichi Ohmae, seorang konsultan yang sudah lama bisnis
global, mendesak para manajer untuk memperlakukan semua pelanggan
sebagai “berjarak sama”(=equidistant) dari organisasi mereka.
Lokasi. Lokasi dan integrasi dari organisasi yang beroperasi
melewati beberapa batas internasional merupakan bagian dari
globalisasi. Christopher Barlett dan Sumantra Ghoshal menggunakan
istilah manajemen transnasional (transnational management) untuk
menggambarkan praktek yang semakin banyak dilakukan orang, yaitu
memperluas operasi organisasi melewati batas banyak negara.
Sikap. Globalisasi mengacu pada sikap baru, terbuka mengenai
mempraktekkan manajemen secara internasional. Sikap ini
menggabungkan keingintahuan mengenai dunia di luar batas-batas
nasional dengan kemauan untuk mengembangkan kemampuan guna
berpartisipasi dalam ekonomi global. Ohmae, Bartlett, Ghoshal, dan
banyak yang lain menyatakan bahwa globalisasi telah muncul sebagai
kerangka acuan penting untuk manajer pada pertengahan tahun 1990-an.

Globalisasi dan Daya Saing


Globalisasi bisnis dalam ketiga aspek tadi telah disertai dengan
pemikiran baru yang menonjol mengenai daya saing. Daya saing
didefinisikan sebagai posisi relatif dari salah satu pesaing terhadap para
pesaing yang lain. Daya saing telah menjadi bisnis yang menonjol dan
diperhatikan pemerintah dalam era bisnis global sebagai persaingan di
antara bangsa-bangsa. Michael Peter, ahli ternama dalam hal
persaingan, telah mengamati bahwa sementara banyak orang berbicara
mengenai daya saing di antara bangsa-bangsa, mereka tidak selalu
menggunakan kriteria daya saing yang sama. Dua kriteria daya saing
yang berbeda bermanfaat untuk memahami globalisasi dan manajemen.
Kedua kriteria ini mencakup posisi relatif, tetapi berbeda dalam istilah
perspektif waktu; melihat ke depan atau melihat ke belakang.
Posisi Relatif Masa Kini, Melihat ke Masa Depan
Daya saing dapat disebut sebagai kesiapan suatu bangsa untuk
interaksi daya saing masa depan. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini
adalah memiliki peluang untuk memenangkan perlombaan yang akan
datang. Beberapa ukuran kriteria ini biasanya didiskusikan dalam
lingkungan bisnis dan politik sekarang. Salah satunya adalah upah
pekerja dalam sebuah negara. Ukuran yang lain dari kriteria ini adalah
tingkatan pendidikan dari angkatan kerja bangsa tersebut.
Posisi Relatif Masa Kini, Dari Masa Lalu ke Masa Kini
Daya saing dapat juga digambarkan sebagai sebuah benchmark
untuk prestasi yang telah lampau. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini
adalah berhasil dalam mencapai peringkat tertentu yang diinginkan.
Ukuran yang paling sering dipakai dalam kriteria ini adalah bagian pasar
dunia dari suatu negara. Suatu perusahaan dikatakan “kompetitif” dalam
usaha mereka sampai sekarang─dari masa lalu ke masa kini, apabila
mereka mempunyai persentase signifikan dari pasar dunia. Ukuran lain
dari kriteria daya saing ini adalah standar kehidupan suatu negara.
Sebuah negara dapat dikatakan kompetitif bila pendapatan per kapita,
pelayanan kesehatan, dan harapan hidup untuk warga negaranya relatif
unggul dibandingkan yang dapat diharapkan oleh warga negara dari
bangsa lain.

Cara Pemerintah Mempengaruhi Daya Saing


Interpretasi yang berbeda dari daya saing ini digunakan oleh pejabat
pemerintah di seluruh dunia yang secara agresif berjuang untuk
menyesuaikan diri dengan bisnis global. Manajer global harus beroperasi
dalam iklim yang ditandai dengan semakin agresifnya usaha pemerintah
untuk mempengaruhi cara mereka menjalankan organisasi. Menurut
Porter, usaha tersebut telah mempengaruhi daya saing global. Ia
mengatakan bahwa sukses, sampai tingkat tertentu, tergantung pada
iklim ekonomi, lembaga, dan kebijakan yang dapat dikatakan merupakan
tindakan pemerintah.

Memudarnya Pengaruh Dunia Pemerintah dan Swasta


Karena persaingan internasional telah bertambah, pemerintah telah
memainkan peran yang semakin aktif dalam pasar pasca Perang Dunia
II. Di Amerika Serikat, peran ini dikristalisasi ketika pemerintah federal
membantu kesulitan keuangan Chryster Corporation pada tahun 1980
dengan menjadi penjamin pinjamannya. Tidak lama setelah itu,
pemerintah membebaskan sejumlah pabrik komputer dari undang-
undang yang menentang penggabungan industri, sehingga mereka dapat
melakukan penelitian dan pengembangan bersama meningkatkan
kemampuan untuk bersaing dengan Jepang. Salah satu hasilnya adalah
SEMATCH, konsorsium Semiconductor Manufacturing Technology pada
tahun 1987. SEMATCH adalah usaha bersama di antara berbagai
perusahaan terkemuka dalam kemitraan dengan pemerintah. Itu telah
menjadi model peran yang dipilih untuk kerja sama industri-pemerintah
oleh Pemerintahan Clinton.
Di bawah Presiden Reagan, reformasi pajak yang besar telah
menyebabkan modal ventura yang masuk dalam ekonomi. Pemerintahan
Reagan juga memenangkan bisnis Amerika terhadap pesaing
internasional dalam kontrak di bidang pertahanan. Ketidakjelasan
kebijakan publik dan perusahaan swasta juga terjadi di Jepang dimana
Departemen Perdagangan Internasional dan Industri secara aktif lebih
membantu beberapa industri dibandingkan dengan yang lain, dan
pemerintah memainkan peran aktif dalam ekonomi. Kelompok Lima
(wakil-wakil dari Amerika Serikat, Jerman Barat, Jepang, Perancis, dan
Inggris) secara rutin bertemu untuk merencanakan kebijakan moneter
bersama. Sejak tanggal 19 Oktober 1987, tanggal kejatuhan pasar
modal, ada saran bahwa pasar modal di negara-negara ini sebaiknya
dikoordinasikan.

PERUBAHAN SKENARIO INTERNASIONAL


Perubahan politik, pergesaran dalam kebijakan pemerintah, dan
persetujuan baru di antara berbagai bangsa mempunyai dampak pada
pasar global. Berikut ini merupakan beberapa perubahan suasana bisnis
di sejumlah wilayah di seluruh dunia.

Masyarakat Eropa yang Akan Datang


Masyarakat Eropa (ME) didirikan pada tahun 1992. Sasaran ME
adalah menghilangkan hambatan perdagangan di antara negara
anggotanya, menciptakan pasar tunggal yang terdiri dari 300 juta orang
dan memperkuat kesatuan di Eropa secara politik. ME adalah revolusi
dari Pasar Bersama yang diciptakan pada tahun 1957 oleh Perjanjian
Roma. Secara teori, Pasar Bersama adalah untuk mengkoordinasikan
kebijakan ekonomi dan menghilangkan hambatan perdagangan di antara
negara anggotanya. Dalam kenyataannya Pasar Bersama mempunyai
wewenang yang amat terbatas dan hambatan perdagangan yang
semakin banyak. Eropa memberikan respons dengan Persetujuan Eropa
Tunggal pada tahun 1987 yang memperbaiki persetujuan Roma dan
menciptakan ME. Banyak bidang kerja sama yang kemudian ditetapkan.
ME mempunyai sejumlah dampak dramatik untuk bisnis. Pertama,
akan meningkatkan efisiensi. Dibawah ME, perusahaan dapat
menciptakan rencana tunggal untuk Eropa dan mengkonsolidasikan
pabrik di tempat yang strategis. Kedua, Perusahaan Eropa seharusnya
menjadi pesaing yang lebih kuat dalam ekonomi global. Sebab
perusahaan Eropa akan dikembangkan dalam sistem yang lebih
kooperatif. Ketiga, akan mendorong bisnis untuk memfokuskan hubungan
mereka dengan ME, bukan dengan pemerintah domestik. Hal ini akan
meningkatkan persatuan politik di Eropa. Banyak yang khawatir akan
perubahan pada tahun 1992 dan takut semuanya akan menciptakan
“Benteng Eropa”, didalamnya ME akan membangun hambatan
perdagangan terhadap perusahaan Amerika dan Jepang. Pendapat lain
mengatakan Eropa bersatu hanya di kertas saja. Diperlukan waktu dan
usaha untuk mengatasi banyak perbedaan.

Eksperimen Ekonomi di Republik Rakyat Cina


Pada tahun 1980, Republik Rakyat Cina meluncurkan satu seri
percobaan ekonomi yang unik. Di bawah Mao Zedong, pemerintah telah
menentukan sasaran ekonomi bangsa dan memiliki hampir semua
sarana produksi dan distribusi. Walaupun ada bias antimanajemen, Cina
berhasil mencapai sasaran dalam menyediakan makanan, perumahan,
pakaian, dan pendidikan bagi penduduk yang berjumlah satu miliar orang
antara tahun 1950 dan 1976. Sesudah Mao meninggal, pemimpin
generasi baru Cina mengumumkan suatu sasaran baru yang
ambisius─pertumbuhan ekonomi─dan sejumlah reformasi ekonomi akan
diterapkan praktis dalam semua perusahaan milik negara di Cina.
Reformasi ini memajukan kewirausahaan di dalam bisnis milik negara,
mengizinkan bisnis tertentu untuk mencoba restrukturisasi, dan
memperbolehkan wirausahawan memiliki bisnis kecil sendiri.
Sepanjang tahun 1980-an, Cina mempercepat program reformasi,
berharap untuk menjadi pemain yang semakin diperhitungkan dalam
ekonomi dunia. Berbagai perusahaan memberikan respons dengan
melakukan investasi usaha patungan dengan perusahaan Cina.
Perubahan terjadi terlalu cepat dan mengejutkan ketika mahasiswa
berbagai universitas menuntut reformasi demokrasi diatas reformasi
ekonomi. Mei 1989 menjadi akhir periode liberalisasi. Sementara itu,
penembakan mahasiswa yang merupakan perintah anggota partai garis
keras dikhawatirkan menandai berakhirnya reformasi ekonomi. Namun
pihak lain lebih optimistik dan menerima penilaian tahun 1987 dari
Congressional Office of Technology bahwa Cina akan menjadi semakin
penting bagi Amerika Serikat. Sebenarnya pada tahun 1993 ada sekitar
3000 pengusaha Cina yang mendapat wewenang melakukan transaksi
dengan pihak asing. Pemerintah Cina juga menunjuk 300 “kota terbuka”
tempat para penduduk bebas melakukan bisnis dengan pedagang dan
investor asing. Tahun 1997 ketika Hong Kong kembali ke bawah
pemerintah Cina, banyak perusahaan A.S. terus melanjutkan investasi di
Cina.

Sesudah Uni Soviet


Perestroika, restrukturisasi ekonomi versi Soviet diumumkan oleh
Presiden Mikhail Gorbachev pada tahun 1988, menuntut diakhirinya
secara perlahan-lahan koordinasi ekonomi sentral untuk Uni Soviet.
Ketika Soviet menujukkan minat untuk merangkul investasi asing, banyak
perusahaan dari Eropa, Jepang, dan Amerika dengan cepat memberikan
respons.
Runtuhnya Uni Soviet dan tersingkirnya Gorbachev telah
menyebabkan ketidakpastian yang besar atas peluang bisnis global di
bagian dunia itu. Boris Yeltsin, lawan dari Gorbachev dan Presiden
Republik Rusia yang baru, telah menyatakan untuk melanjutkan
reformasi demokratik dan memajukan ekonomi pasar bebas. Dahulu di
bawah pengaruh Soviet, negara-negara Eropa Timur juga meiliki
peluang, dan runtuhnya Tembok Berlin menjadi simbol gerakan yang
besar ke arah demokrasi. Reunifikasi Jerman telah meyakinkan
restrukturisasi ekonomi di tempat yang dahulu disebut Jerman Timur, dan
investasi di Hongaria dan proyek di Polandia telah membuat seluruh Blok
Timur dalam arus aktivitas ekonomi.
Isu yang dihadapi oleh banyak bisnis yang sedang mencoba untuk
bekerja di negara-negara yang baru terbuka adalah SDM dan mencari
staf. Dibalik hambatan bahasa dan budaya terdapat beberapa tantangan
besar, antara lain tidak adanya bisnis yang efisien dan infrastruktur
komunikasi; kekurangan karyawan dengan keterampilan kombinasi;
terbatasnya pengetahuan setempat dari profesi SDM seperti yang
dipahami di Barat; dan sulitnya mencari manajer yang bersedia untuk
dipindahkan.

Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA)


Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA, North
American Free Trade Agreement) mulai dinegosiasikan pada awal tahun
1990-an. NAFTA mengatur dihilangkannya tarif dan hambatan lain dari
perdagangan secara bertahap di antara perusahaan dan individu di
Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Sebenarnya, sebagian orang menganggap NAFTA hanya
meresmikan secara formal hubungan perdagangan yang telah ada
sebelumnya. Sekalipun demikian, NAFTA menjadi subjek kontroversi di
Kanada dan Amerika Serikat lewat perdebatan di Kongres yang
mendahului persetujuannya pada musim gugur tahun 1993. Kontroversi
yang timbul dari NAFTA menjadi pelajaran dalam pengaruh kebijakan
dan peraturan pemerintah, disamping pemikiran kedua mengenai daya
saing. NAFTA telah meningkatkan kesadaran mengenai hal-hal seperti
perbedaan kondisi di antara ketiga negara yang tercakup. Perhatian
utama yang diberikan A.S. dan Kanada adalah kemungkinan perusahaan
yang berasal dari salah satu negara itu dapat mencari keunggulan dalam
bersaing. Keunggulan atau kemampuan bersaing (Competitive
Advantage) adalah suatu kemampuan atau keadaan yang
memungkinkan sebuah perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dari rata-rata dalam suatu industri tertentu. Seiring dengan
pemikiran itu, apa yang disebut “Perjanjian Sampingan” mulai
dinegosiasikan pada tahun 1993.

Ikhtisar Mengenai Pengaruh Pemerintah


Pengaruh pemerintah pada bisnis di semua negara dan wilayah
menggarisbawahi betapa pentingnya para manajer melihat diri mereka
sendiri sebagai pihak yang berhubungan dengan pejabat pemerintah,
baik di negara “sendiri” maupun di seluruh dunia. Dalam kebijakan
pemerintah suatu bangsa telah lama mempengaruhi bisnis dalam
berbagai bidang seperti pajak, lisensi, dan penerimaan pegawai.
Perjanjian internasional seperti General Agreement on Tarrifs and Trade
(GATT) juga telah lama mempengaruhi manajemen internasional. Yang
ditonjolkan disini adalah intensitas hubungan manajemen-pemerintah
pada tingkat yang baru. Untuk setiap pihak, taruhannya jauh lebih tinggi
dari sebelumnya.

SEJARAH MODERN SECARA RINGKAS TENTANG GLOBALISASI


Bisnis internasional telah ada dan terbentuk sejak zaman prasejarah,
ketika batu api, keramik, dan barang-barang lain diperdagangkan ke
tempat-tempat yang jauh. Akan tetapi, perusahaan multinasional─seperti
yang kita kenal sekarang─masih jarang sampai abad ke sembilan belas.
Sejak itu perusahaan A.S. dan Eropa Barat mulai melakukan investasi
dalam bentuk fasilitas manufaktur di luar negeri.

Akibat Buruk Perang Dunia II


Ketika Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat adalah satu-
satunya negara besar yang tidak hancur akibat perang. Tingkat
perekonomian A.S. hampir dua kali lipat selama perang, dan Amerika
Serikat mendominasi dunia secara ekonomi, politik, dan militer. Pada
pertengahan tahun 1950-an, perusahaan A.S. mulai melakukan investasi
langsung besar-besaran dalam fasilitas manufaktur di luar negeri. Pada
tahun 1960-an, perusahaan jasa Amerika meluas ke luar negeri.
Sementara itu daya beli di luar negeri meningkat, terutama di Eropa dan
Jepang dimana produksi domestik mereka meningkat pesat. Akhirnya
produsen luar negeri memperluas usaha di luar batas-batas negara,
yakni memasuki pasar internasional.
Perusahaan dari Eropa Barat─terutama dalam industri seperti kimia,
perkakas elektrik, farmasi, dan ban─mulai memberikan respons pada
akhir tahun 1960-an dengan mendirikan dan memperoleh afiliasi A.S.,
demikian juga perusahaan perdagangan Jepang raksasa─terutama
dalam tahun 1980-an. Sebagai hasilnya, perdagangan dan persaingan
internasional menjadi semakin ketat pada tahun-tahun belakangan ini.
Lebih dari seperempat barang yang diproduksi di dunia sekarang ini
dibawa melintasi perbatasan negara, sementara hampir tiga perempat
barang yang diproduksi di Amerika Serikat menghadapi pesaing dari luar
negeri. Dalam pasar global ini, organisasi harus berjuang untuk
menangkap pasar luar negeri sementara mempertahankan pasar di
negara sendiri dari pesaing asing.

Peran Perusahaan Multinasional


Perusahaan dan individu dapat memiliki aset asing dalam 2 cara
mendasar, yaitu :
1. Dengan Investasi Portofolio (Portofolio Investment), yaitu investasi
dalam aset asing dimana sebuah perusahaan membeli saham dalam
beberapa perusahaan yang memiliki aset asing tersebut. Investasi
Portofolio di luar negeri memberikan hak kepada perusahaan dan
individu untuk menuntut bagian laba, tetapi tidak memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam manajemen.
2. Dengan Investasi Langsung (Direct Investment), yaitu ivestasi dalam
aset asing dimana sebuah perusahaan membeli aset yang dikelola
secara langsung. Investasi langsung lebih jauh dari sekedar
mengeskpor, memberi lisensi, bahkan franchising, semuanya itu
adalah jalan menuju globalisasi. Ciri dari investasi langsung adalah
keterlibatan aktif dalam manajemen investasi di luar negeri yang
pada umumnya lewat perusahaan multinasional. Perusahaan
multinasional atau Multinational Enterprise (MNE), yaitu sebuah
perusahaan besar dengan operasi dan divisi yang tersebar di
beberapa negara tetapi dikendalikan oleh kantor pusat secara
sentral.
Dalam membuat keputusan investasi, manajer dalam MNE harus
memperhatikan 3 faktor, yaitu :
1. Ekonomi dari berbagai negara, sebuah isu penting termasuk
mengevaluasi Infrastruktur suatu negara, yaitu fasilitas fisik yang
diperlukan untuk mendukung aktivitas ekonomi. Termasuk sistem
transportasi, sistem komunikasi, sekolah dengan menyediakan
tenaga kerja dengan keterampilan yang memadai, rumah sakit,
sumber tenaga listrik, dan fasilitas sanitasi.
2. Risiko politik, yang mengacu pada kemungkinan perubahan politik
baik itu dalam jangka pendek ataupun jangka panjang yang akan
mempengaruhi aktivitas di luar negeri.
3. Kecocokan teknologi pada budaya yang berbeda, teknologi produksi
yang berhasil di Jepang mungkin tidak berhasil di Ekuador.
Penduduk dan pemeritah mungkin menolak untuk dipaksa
beradaptasi dengan teknologi baru, perubahan yang sering kali
traumatik. Perubahan teknologi apapun sulit dan dukungan dari
pemerintah setempat hampir mutlak diperlukan.

Dampak MNE Pada Negara Tuan Rumah


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Christopher Korth, terdapat
keuntungan dan kerugian potensial dari operasi MNE bagi negara tuan
rumah. Hal ini benar – benar terjadi jika dalam situasi yang spesifik
tergantung dari lingkungan (termasuk tindakan pemerintah) dan tingkah
laku sebenarnya dari MNE yang terlibat.
Keuntungan potensial utama, yaitu :
1. transfer modal, teknologi dan kewirausahaan kepada negara tuan
rumah
2. membaiknya neraca pembayaran tuan rumah
3. terciptanya pekerjaan dan peluang karier
4. memperbaiki persaingan dalam ekonomi setempat
5. ketersediaan produk bagi konsumen lokal yang lebih besar.
Kerugiannya itu terjadi penyalahgunaan di pihak MNE di masa lalu.
Misalnya perusahaan eletronik raksasa Jepang, Hitachi mengakui
mencuri teknologi milik IBM. MNE memiliki kemungkinan lebih besar
untuk dilihat secara politik dan tidak peduli dengan ukuran dan
kekuasaan, mudah terkena tindakan hukuman dari pemerintah setempat.
Dengan kondisi tersebut, beberapa perusahaan tampaknya menghadapi
risiko dianggap tidak bertingkah laku etis.
Dampak MNE Pada Negara Sendiri
Dampak MNE tidak terlalu banyak karena tidak ada isu untuk
membangkitkan emosional seperti campur tangan politik, gangguan
budaya, dan ketergantungan ekonomi. Namun kerugian dari MNE, adalah
mengalir keluarnya investasi asing dan ditambah berkurangnya
pendapatan dari ekspor sehingga akan menyebabkan melemahnya
neraca pembayaran nasional. Dalam jangka panjang, kerugian ini
mungkin lebih besar dari kompensasi berupa pendapatan dividen, biaya
memberi lisensi, royalty dan penjualan komponen untuk perakitan di luar
negeri. Dan disisi lain ada risiko dari negara sendiri akan menderita
kerugian dari keuntungan teknologi, terutama jika terlibat usaha
patungan dan kemitraan strategis global. Investasi luar negeri
(manufaktur) menyebabkan hilangnya pekerjaan domestik. Hal ini terjadi
karena perusahaan lebih memilih untuk memindahkan produksinya ke
luar negeri demi mendapat keuntungan dengan biaya rendah, dan
pesaingnya bahkan tidak tinggal diam. Sehingga membuat perusahaan
yang tinggal di dalam negeri mengalami kerugian dalam daya saing,
karena perusahaan tersebut akan kehilangan bisnis dan akhirnya
mengurangi jumlah tenaga kerja.

Praktek Bisnis Global


Waktu memainkan 2 peran penting dalam manajemen global. Dalam
setiap kesempatan, kesabaran dan sejarah akan terlibat. Berikut adalah 2
peran penting dalam manajemen global, yaitu :
1. Pertama, manajer tidak dapat begitu saja menyulap organisasi
mereka menjadi peserta global dalam semalam. Diperlukan waktu
dan usaha hati – hati untuk mendapatkan posisi global dengan cara
mendiskusikan berbagai alasan mencari posisi global dan
kemungkinan jalur yang ditempuh.
2. Kedua, globalisasi bisnis menyebabkan terjadinya hubungan diantar
para manajer yang bukan hanya tradisi budayanya berbeda, tapi
telah berkembang perlahan – lahan mengikuti jalur berbeda selama
beberapa ratus bahkan ribu tahun. Jadi tidak terealistik
mengharapkan hubungan bisnis global untuk berkembang tanpa
usaha sungguh – sungguh dan adaptasi.
ARA PERUSAHAAN MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL
Sebuah organisasi umumnya maju melewati beberapa tahap
internasionalisasi yang setiap tahapnya mewakili cara melakukan bisnis
dengan kedekatan kontak yang lebih besar dengan pelanggan di negara
lain. Berikut adalah beberapa tahap internasionalisasi, :
Tahap pertama, menyangkut mengeskpor (exporting) yaitu menjual
produk yang dihasilkan secara domestik dipasar asing. Perusahaan yang
berada pada tahap pertama dari internasionalisasi hanya berhubungan
secara pasif dengan individu dan organisasi di luar negeri.
Tahap kedua, perusahaan langsung menangani minat luar negeri
mereka, walaupun mereka mungkin juga terus menggunakan pihak
ketiga. Perusahaan tidak menempatkan karyawan di luar negeri, tetapi
karyawan domestik sering kali bepergian ke luar negeri untuk urusan
bisnis.
Tahap ketiga, minat internasional membentuk wajah perusahaan
secara keseluruhan melalui cara yang cukup terpengaruh. Walaupun
pada dasarnya masih domestik, perusahaan mempunyai kendali
langsung pada kegiatan impor, ekspor, dan mungkin memproduksi
barang dan jasa di luar negeri. Pada saat inilah manajer menghadapi
kemungkinan menetapkan hubungan kontak formal dengan manajer di
negara lain. Mereka dapat menggunakan lisensi (licensing), yaitu
penjualan hak ke pasar produk bermerk atau menggunakan proses yang
dipatenkan atau material yang dilindungi undang – undang hak cipta atau
mereka juga dapat menjual franchise, yaitu suatu tipe pengaturan lisensi,
sebuah perusahaan menjual paket yang terdiri dari merk dagang, mesin,
material, dan pedoman manajerial. Walaupun lisensi dan franchise
menjamin perusahaan mengakses penghasilan dari luar negeri, namun
perannya manajemen terbatas. Untuk memperoleh hak suara dalam
manajemen, organisasi harus beralih ke investasi langsung.
Tahap keempat, mereka dapat mendirikan nama perusahaan atau
membeli saham sehingga bisa mengendalikan perusahaan asing yang
sudah ada.
Pilihan yang lain adalah usaha patungan (joint venture), yaitu bentuk
bisnis yang merupakan gabungan perusahaan asing dan perusahaan
domestik, mereka berpatungan menanggung biaya pembangunan
fasilitas produksi atau penelitian di negara asing. Sebuah usaha
patungan mungkin adalah satu – satunya cara memasuki negara tertentu
yang berdasarkan hukum melarang orang asing memiliki bisnis. Dalam
situasi lain, usaha patungan memungkinkan perusahaan mengumpulkan
pengetahuan teknologi dan berbagi biaya dan risiko penelitian yang
mungkin tidak menghasilkan barang yang tidak dapat dipasarkan.
Howard V. Perlmutter dan David A. Heenan, yang telah mempelajari
kerja sama internasional, mengemukakan bahwa kemitraan strategis
global yang sesungguhnya diantara perusahaan harus bersifat
internasional. Kemitraan strategis global (global strategic partnership),
yaitu aliansi yang dibentuk oleh sebuah organisasi dengan satu atau
beberapa negara asing dengan tujuan untuk mengeksploitasi peluang
negara lain dan mengambil posisi pimpinan dalam pasokan atau
produksi. Munculnya aliansi strategis dan kemitraan mempunyai dampak
pada pengaruh keiretsu. Dengan membentuk aliansi, perusahaan dapat
memperkuat kemampuan mereka untuk bersaing.

GLOBALISASI MELANDA BUDAYA


Kesuksesan dari MNE sering kali tergantung pada keterampilannya
dalam menyesuaikan dengan struktur sosial yang diciptakan oleh nilai –
nilai dan budaya negara lain. Hal ini terutama penting untuk manajer yang
harus memotivasi dan memimpin karyawan dari budaya lain dengan
berbagai konsep formalitas dan bahkan ide berbeda.

MANAJER DAN PRADUGA


Berhadapan dengan karyawan dari negara lain sering kali memaksa
manajer untuk bertentangan dengan praduganya sendiri. Howard
Perlmuttr dan David Heenan telah mengidentifikasi 3 sikap primer
diantara para manajer perusahaan internasional, yaitu:
1. Manajer Etnosentrik (Ethnocentric Manager), yaitu sikap bahwa
kebiasaan manajemen dinegara sendiri lebih baik daripada di negara
lain dan dapat diekspor bersama barang dan jasa organisasi.
2. Manajer Polisentrik (Polycentric Manager), yaitu sikap yang
menganggap sebuah negara berbeda dan sulit dipahami dan
cenderung membiarkan kantor di luar negeri bertindak sendiri,
karena percaya bahwa manajer lokal pasti mengerti kebutuhannya
sendiri.
3. Manajer Geosentrik (Agaocentric Manager), yaitu sikap yang
menerima persamaan maupun perbedaan antara kebijakan domestik
dan asing serta dengan demikian berusaha untuk mencari
keseimbangan antara unsur – unsur yang paling efektif. Perlmuttr
dan Heenan percaya bahwa sikap geosentrik adalah yang paling
cocok bagi manajer perusahaan multinasional tetapi ini juga paling
sulit di pelajari dan diterima.
MENERAPKAN PENDEKATAN JEPANG DI LUAR NEGERI
Willian G. Ouchi adalah seorang yang mempelajari bisnis jepang dengan
harapan bahwa hal itu mungkin memberikan penyelesaian pada
beberapa masalah amerika.

ORGANISASI JEPANG ORGANISASI AMERIKA


Bekerja seumur hidup Bekerja untuk jangka pendek
Evaluasi dan promosi lambat Evaluasi dan promosi cepat
Jalur karir tidak menjurus Jalur karir menjurus spesialisasi
spesialisasi
Mekanisme pengendalian melekat Mekanisme pengendalian
eksplisit
Membuat keputusan bersama – Membuat keputusan individual
sama
Tanggung jawab bersama – sama Tanggung jawab individual
Memperhatikan secara Memperhatikan tersegmentasi
keseluruhan
Karakteristik organisasi di Jepang dan Amerika

Perbedaan ini dalam karakteristik organisasi berkaitan dengan


perbedaan tingkah laku manajerial. Sudah pasti terdapat variasi yang
besar dalam cara manajer jepang bertindak, sekalipun demikian ada
sejumlah cara yang secara rata – rata manajer jepang tampak berbeda
dari rata – rata manajer amerika. Secara keseluruhan, manajer jepang
tampaknya lebih peduli dengan dampak jangka panjang dari keputusan
dan tindakan mereka, serta mereka lebih bersedia berkorban sekarang
demi keuntungan masa depan. Mereka juga lebih bersedia mendorong
bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan. Serta
menerima dan menghargai saran dari bawahan. Sebagian karena
partisipasi ini, mereka lebih jarang membuat keputusan cepat dan
sepihak. Disamping itu, komunikasi antara manajer dan bawahan lebih
tidak langsung dan halus daripada di amerika serikat. Manajer berusaha
keras agar tidak mempermalukan rekan sekerjanya didepan publik atau
secara pribadi. Mereka dapat memahami dengan baik rekan sekerjanya
sebagai individu dan menunjukkan kepedulian demi kesejahteraan
mereka diluar tempat kerja.

REFERENSI
Astrid S. Susanto, Sunario. (1993). Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.Firor, John (Otto Soemarwoto). (1990).
Perubahan Atmosfer(Sebuah Tantangan Global). Jakarta: Penerbit
Rosda Jayaputra.Garcia, RL. (1991). Teaching In A Pluralistic
Society; Concepts, Models, Strategies. Harper Collins
Publisher:Ikatan Alumni IKIP Bandung. (1989).
Mimbar Pendidikan Nomor IV Tahun IX: DampakGlobalisasi terhadap
Pendidikan. Bandung: University Press IKIP
Bandung.Makagiansar, M., Sudarmono P., Hamijoyo, S. (1989).
Mimbar Pendidikan: Dampak Globalisasi. Jurnal Pendidikan No. 4 Tahun
IX Desember 1990. Bandung: University Press IKlP Bandung:
Bandung.Merryfield M.M, Jarchow E., Pichert S, (1997).
Preparing Teacher to Teach GlobalPerspectives. A Handbook For
Teacher Educator. California: Corwin Press Inc.Naisbit, J. (Drs.
Budiyanto, Ed.). (1994).
Global Paradox. Jakarta: Binarupa Aksara.Steiner, M. (Ed). (1996).
Developing The Global Teacher: Theory and Practice in Initial
Teacher Education. England: Trentham Books Limited.Susanto
AB. (1997).
Visi Global Para Pemimpin: Sinkretisme Peradaban. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia.Schultze, QJ. (Wahyuni,
Terj.). (1991). Menangkan Anak-anak dari Pengaruh Media.
Indonesia: Metanoia.Yaya, M (Ed.) (1998).
Visi Global; Antisipasi Indonesia memasuki Abad ke-21. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. PDGK4303/MODUL 11.39
Tilaar, HAR. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional,
dalam Perspektif Abad 21. Jakarta: Penerbit Tera Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai