Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN ANAK

MIND MAP
SEPSIS NEONATORIUM

Oleh:

DINIANTO ADITIA, S.Kep

R014232017

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

Asriaty B, S.ST, S.Kep., Ns Selviani Ice Rerung, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
1. Pathway
Etiologi

Antenatal Intranatal Postnatal

Perawatan antenatal Penyakit infeksi Persalinan Ketuban Prematur, Perawatan Prosedur


tidak memadai sebelum masa yang tidak pecah dini BBLR BBL yang invasif
kehamilan hyginis kurang baik
Dapat Inhalasi Imaturitas Peningkatan
meningkatkan Kuman akan melalui cairan sistem inum
Kemampuan imunitas resiko infeksi
Meningkatn
invasi kuman jalur umbilikal dan amnion yang nosokomial
ya invasi rendah pada kulit dan
plasenta terinfeksi Peningkatan
kuman selaput lendir tipis
Masuk ke dalam resiko infeksi serta mudah rusak Masuk ke
tubuh janin Masuk ke dalam Masuk ke sal. tubuh bayi
Masuk ke cerna dan sal.
sirkulasi janin Rentan
tubuh bayi nafas
infeksi

Sepsis Neonatorum

Infeksi sistemik melalui peredaran darah


Infeksi sistemik melalui peredaran darah

Sistem pernapasan Sistem kardiovaskuler Sistem pencernaan Proses inflamasi

Respon humoral
Septikemia dan
Hipotensi kulit yang lembab, Mual, muntah,
viremia
pucat, serta sianosis anoreksia
Aktifasi Sel Mast
dan Basofil
Melepaskan
Pelepasan Histamin
PERFUSI PERIFER DEFISIT NUTRISI interleukin 1 serta
Aktivasi Bradikinin TIDAK AKTIF prostaglandin 2

Pelepasan Histamin
Aktivasi Bradikinin Perubahan pada set
point di hipotalamus
Permeabilitas Kapiler bagian anterior
Meningkat

Adanya
Perubahan membran Evaporasi pada
peningkatan suhu
alveolus-kapiler tubuh meningkat
tubuh

Hipoventilasi Dehidrasi
HIPERTERMIA

Dyspnea POLA NAPAS TID HIPOVOLEMIA


AK EFEKTIF
A. Pengertian

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala

infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok

septik. Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan

gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis

neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa

pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Sepsis

neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada

bayi dalam satu bulan pertama kehidupan (Pudjiadi et al., 2011). Angka kejadian sepsis

neonatal di Negara berkembang meningkat yaitu (1,8-18 per 1000 kelahiran hidup),

sedangkan pada negara maju sebanyak (4-5 per 1000 kelahiran hidup) (Wilar et al.,

2016).

Sepsis Neonatorum merupakan jenis sindroma klinis yang disebabkan oleh virus,

bakteri, ataupun jamur yang dapat ditandai dengan adanya gejala sistemik yang

mengarah pada kultur darah positif pada masa kehidupan bulan pertama (Jaya I. G. A

dkk, 2019) (Kosim MS dkk, 2014). Menurut Obaid K, dkk (2016) menyatakan bahwa

sepsis neonatorum ini merupakan sindrom klinik bakterimia yang umumnya dapat

ditandai dengan munculnya respon inflamasi secara sistemik pada bayi yang memiliki

usia kelahiran <28 hari.

B. Penyimpanan KDM

1. Hipovolemia

2. Defisit nutrisi

3. Hipertermia

4. Perfusi Perifer Tidak Efektif

5. Pola Napas Tidak Efektif


6. Resiko termoregulasi tidak efektif

7. Risiko infeksi

8. Ikterik neonates

9. Nausea

10. Gangguan pertukaran gas

C. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda yang muncul bayi yang mengalami sepsis neonatal antara lain pe

ningkatan suhu tubuh, masalah pernapasan, masalah pencernaan, gula darah rendah,

gerakan tidak aktif, kejang, takikardi atau bradikardi, area perut bengkak, muntah,

joundice (kulit dan mata berwarna kuning) (Adler, 2020). Faktor Risiko untuk

Terjadinya Sepsis Neonatal menurut Pusponegoro pada 2016 antara lain Prematuritas

dan berat lahir rendah sebagai akibat dari fungsi dan anatomi kulit yang masih lemah

dan imun yang lemah, Ketuban pecah dini atau KPD (>18 jam) serta keruh dan

berbau, Ibu demam dengan ditandai infeksi seperti khorioamnionitis, dan infeksi

saluran kemih, pemberian resusitasi pada bayi, kehamilan kembar, tindakan invasif,

tindakan pemasangan alat, bayi dengan galaktosemi, Perawatan di NICU (neonatal

intensive care unit).

D. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1. Radiografi

Pemeriksaan radiografi seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi

diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran

pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau

infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms

udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan

surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan


kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis.

2. Pemeriksaan labolatorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan

diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk

menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi,

umumnya ditemuksan anemia, leukositosis, laju endap darah mikro tinggi, dan

trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis

sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan

serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan

drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian

adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan

kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi

terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan

C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis

di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan (Surasmi,

2013).

E. Masalah Keperawatan

1. Hipovolemia

2. Defisit nutrisi

3. Hipertermia

4. Perfusi Perifer Tidak Efektif

5. Pola Napas Tidak Efektif

F. Intervensi keperawatan

1. Manajemen Hipovolemia

Observasi:
1. Identifikasi tanda dan gejala hipovolemia.

2. Identifikasi penyebab hipovolemia.

3. Monitor intake dan output cairan.

4. Monitor berat badan.

5. Monitor elastisitas dan turgor kulit.

Terapeutik:

6. Timbang berat badan dengan waktu yang sama.

7. Dokumentasikan hasil pemantauan.

Edukasi:

8. Jelaskan tujuan prosedur pemaantauan.

9. Informasikan hasil pemantauan.

Kolaborasi:

10. Kolaborasikan pemberian cairan IV isotonis.

2.Manajemen Nutrisi dan konseling laktasi

Observasi:

1. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.

2. Identifikasi status nutrisi.

3. Identifikasi berat badan.

4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.

Terapeutik:

5. Gunakan teknik mendengar aktif terhadap permasalahan ibu.

Edukasi:

Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu.

3.Manajemen Hipertermia, regulasi temperature, dan manajemen cairan.

Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia.

2. Monitor subu tubuh bayi.

3. Monitor warna, suhu kulit.

4. Monitor komplikasi akibat hipertermia.

Terapeutik:

5. Pasang alat pemantau suhu, jika perlu.

6. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.

7. Lakukan pendinginan eksternal, seperti selimut, kompres.

Edukasi:

8. Jelaskan cara pencegahan hipertermi.

9. Jelaskan tanda dan gejala dehidrasi.

Kolaborasi:

Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

4.Perawatan sirkulasi dan pemantauan cairan

Observasi:

1. Periksa sirkulasi perifer, seperti nadi, edema, warna, suhu.

2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, bengkak pada ekstremitas.

3. Monitor elastisitas dan turgor kulit.

4. Identifikasi faktor resiko ketidakseimbanan cairan.

Terapeutik:

5. Lakukan pencegahan infeksi.

6. Lakukan hidrasi.

Edukasi:

Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat.

5.Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2. Monitor pola napas

3. Auskultasi bunyi napas

Terapeutik

4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi klien

Dukungan Ventilasi (I.01002)

Observasi

Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, kedalaman, penggunaan otot

bantu, bunyi napas.

G. Evaluasi keperawatan

Penatalaksanaan dari sepsis neonatorum ini berupa pemberian terapi secara

farmakologi, dengan prinsip pengobatan berupa mempertahankan kondisi

metabolisme serta memberbaiki kondisi bayi dengan pemberian cairan melalui

intravena serta termasuk pemberian dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Menurut

Victor Y. H dan Hans E. Monintja (2016), pemberian antibiotik ini harus berdasarkan

hasil dari pemantauan mikrobiologi, bersifat murah dan mudah untuk diperoleh, tidak

bersifat toksik, menembus sawar darah otak, dan pemberiannya secara parenteral.
DAFTAR PUSTAKA

Adler, L.C. National Institutes of Health (2020). U.S. National Library of Medicine
MedlinePlus. Neonatal Sepsis.
Azzahroh, P., & Utami, W. E. (2017). Hubungan BBLR dengan Kejadian Sepsis
Neonatorum di RSUD Dr. H. Abdul Moelek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal
Ilmu dan Budaya, 40(57), 6609 – 6616

Belachew, A. & Tewabe, T. Neonatal Sepsis and Its Association with Birth Weight and
Gestational Age Among Admitted Neonates in Ethiopia : Systematic Review and
Meta-analysis. BMC Pediatrics, 20(55), 1 – 7.

Hasanah, N., Lestari, H., & Rasma, R. (2016). Analisis Faktor Risiko Jenis Kelamin Bayi,
BBLR, Persalinan, Prematur, Ketuban Pecah Dini dan Tindakan Persalinan dengan
Kejadian Sepsis Neonatus di Rumah Sakit Bahtermas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 1(3),
185324

Istiadah, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan pada By. Ny. A yang mengalami Sepsis
Neonatorum di Ruang Perinatalogi Lantai II Utara RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Poltekkes Kemenkes Jakarta I.

Kosim, M. (2014). Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.


Martua, Y. S. (2021). Analisis Faktor – Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Neonatorum di RSUD Taluk Kuantan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(1), 55-63

Mainolo, F. M., Fatmwati, I., & Mudrikatin, S. (2020). Asuhan Kebidanan pada By. Ny.
“S” NKB Umur 22 Hari dengan Sepsis Neonatorum di Ruang Paviliun Anggrek
RSUD Jombang. Jurnal Akademika Husada, 11(1), 72 – 85.

Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstreti : Obstetri Fisiologi. Jakarta : EGC

Pusponegoro, T. S. (2016). Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Sari Pediatri, 2(2),
96-102
PPNI. 2018. Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rahmawati, P., Mayetti, M., & Rahman, S. (2018). Hubungan Sepsis Neonatorum dengan
BeratBadan Lahir pada Bayi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(3), 405-410.

Anda mungkin juga menyukai