Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

Direktorat Lingkungan Hidup


Kementerian Perencanaan Pembangunan/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310, Indonesia
Telp/Fax: 021 390 0412 | www.bappenas.go.id

REFORMASI RETRIBUSI
PENGELOLAANSAMPAH
DIINDONESIA
KONT EK S DAN I SU

Sesuai amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 mengenai Berdasarkan survei beberapa Pemerintah Daerah terkait pembiayaan
Pemerintah Daerah, kewenangan terkait persampahan lebih banyak pengelolaan sampah, ketimpangan pembiayaan pengelolaan sampah
dibebankan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi. Namun yang terjadi di Kota/Kabupaten adalah sebagai berikut:
pembagian kewenangan ini tidak didukung dengan kemampuan 1. Masalah persampahan sebagai urusan wajib pelayanan dasar
fiskal yang mumpuni dari pemerintah daerah. APBD yang tersisa belum menjadi prioritas. Beban anggaran masih di dominasi oleh
setelah pendidikan, pegawai, dan kesehatan adalah 20% untuk 31 APBD, sedangkan kas masuk ke daerah dari retribusi terlalu kecil
urusan sehingga masing-masing urusan hanya mendapat 0,6% yang 2. Secara akumulatif beban biaya yang ditanggung badan usaha lebih
salah satunya adalah urusan lingkungan hidup (Kementerian Dalam kecil dibandingkan rumah tangga
Negeri, 2019). Pengeluaran APBD untuk persampahan jauh lebih 3. Biaya yang ditanggung oleh wajib retribusi sampah maupun tipping
besar dibandingkan dengan penerimaan dari retribusi sampah rumah fee tidak sepadan dengan biaya pengolahan dan pengelolaan
tangga dan non rumah tangga. Hal ini disebabkan adanya missing link sampah
pengumpulan retribusi sampah dari rumah tangga ke TPS yang biasanya 4. Biaya yang diberikan belum memenuhi standar satuan harga biaya
dikelola oleh Rukun Tetangga (RT). Kemampuan fiskal yang tidak pelayanan sampah. Sebagian besar pegawai operator pengelolaan
mumpuni ini dan sistem pengumpulan retribusi yang belum optimal sampah memperoleh pendapatan dibawah UMK. Keterbatasan
menyebabkan masih banyak permasalahan sampah di Indonesia. biaya untuk menjalankan pengolahan sampah di TPS 3R, TPST,
POO dan PDU.
Dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Pembiayaan menjadi aspek yang penting karena hal ini mempengaruhi
Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga arah kebijakan pengelolaan sampah. Berpikir “ekonomi” dalam
dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, menyatakan bahwa kelayakan pengelolaan sampah artinya mencoba menetapkan biaya/harga
keuangan pembangunan dan pengelolaan sampah mempertimbangkan yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan reformasi standar pembiayaan
masalah inflasi, jangka waktu proyek, biaya investasi, biaya operasi dan pengelolaan sampah yang disertai penentuan inovasi pembiayaan yang
pemeliharaan, biaya umum administrasi, biaya penyusutan, tarif retribusi berkeadilan sehingga bisa dijadikan acuan oleh pemangku kebijakan
serta pendapatan retribusi. dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah berkelanjutan.
POLICY BRIEF | Reformasi Standarisasi Pembiayaan yang Layak dan Inovasi Skema Pembiayaan yang Berkeadilan

Penerapan Retribusi Penanganan Sampah di Indonesia sampah itu sendiri, yaitu tipping fee yang diberlakukan di TPA (Bekasi,
Bandung, dan DKI Jakarta), hasil daur ulang sampah anorganik
Saat ini, Indonesia menerapkan iuran atau retribusi sampah kepada (Kabupaten Malang, Jayapura, dan Penajam Paser Utara) dan hasil
rumah tangga, non rumah tangga (sektor komersial lainnya) dan pengolahan kompos (Cianjur).
tipping fee sebagai upaya jasa pelayanan penanganan sampah. Metode
pengumpulan iuran atau retribusi sampah saat ini terlalu konvensional: Iuran/Retribusi rumah tangga disesuaikan dengan standar biaya
manual dan berbasis uang tunai sehingga terkumpulnya dana retribusi penanganan sampah yang dilakukan. Standar Biaya Penanganan
ini tidak terlaksana 100%. Sumber pendanaan melalui APBD dan retribusi sampah adalah biaya yang digunakan untuk mengoperasikan serta
mencapai 64% dari total kota yang mengisi survei. Sisanya didanai oleh memelihara sarana pengumpulan, pengangkutan, TPS, TPS 3R, TPST
Lembaga, Dana Alokasi Khusus (DAK), Corporate Social Resposibility dan TPA sampah dengan disimulasikan pada kota kecil, kota sedang,
(CSR) dan bantuan dari APBN. Adapun pendapatan dari pengelolaan kota besar, dan kota metropolitan (Tabel 1).

Kota Kecil Kota Sedang Kota Besar Kota Metropolitan


Data Dasar
Banjar Yogyakarta Balikpapan Surabaya

Angka timbulan sampah (kg/jiwa/hari) 0,4 0,704 0,72 0,704

Jumlah penduduk ( jiwa) 204.100 433.539 648.732 3.193.684

Timbulan sampah (ton/hari) 82 305 467 2.248

Timbulan sampah (ton/tahun) 29.799 111.402 170.487 820.649

UMR Rp 1.831.885 Rp 2.004.000 Rp 3.069.315 Rp 3.193.684

APBD OP per tahun Rp 1.500.000.000 Rp 18.118.763.584 Rp 68.883.374.500 Rp 370.338.390.309

Hasil Standar Biaya Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga

Biaya OP per tahun Rp 12.498.260.496 Rp 47.601.278.667 Rp 71.970.197.966 Rp 639.644.843.913

Biaya OP per ton Rp 419.424 Rp 427.292 Rp 422.145 Rp 779.438

Tabel 1 Simulasi Standar Biaya Penanganan Sampah di Kota Kecil, Sedang, Besar dan Metropolitan
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas dan Waste4Change, 2019)

Penentuan Tarif Retribusi Berbasis Teknologi keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan
Pemungutan retribusi diatur dalam Undang-Undang No 28 biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Adapun sebagian biaya sehingga sebagian biaya lainnya tetap harus
objek retribusi pelayanan persampahan meliputi pengambilan/ ditanggung oleh Pemerintah.
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber ke lokasi
pembuangan sementara atau akhir serta penyediaan lokasi Untuk dapat membantu menentukan besaran tarif retribusi yang
pembuangan akhir sampah. Tarif Retribusi dapat ditentukan seragam layak dan berkeadilan, dikembangkan alat bantu Kalkulator
atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran Retribusi sebagai bentuk inovasi teknologi sebagaimana skema
penetapan tarif Retribusi. Prinsip dan sasaran dalam penetapan pada Gambar 1. Kebutuhan biaya yang akan ditanggung oleh
tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya Retribusi diukur berdasarkan biaya pengolahan sampah ideal
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek dikurangi dengan anggaran (APBD) pengelolaan sampah.
Reformasi Standarisasi Pembiayaan yang Layak dan Inovasi Skema Pembiayaan yang Berkeadilan | POLICY BRIEF

Mulai

Output Kalkulator Standar BiayaPengelolaan APBD BiayaOperasional


BiayaPengelolaanSampahPUPR SampahIdeal (Dikurangi) PengelolaanSampah danPemiliharaan

Total KebutuhanPembiayaan
PengelolaanSampahselainAPBD

MekanismePembiayaan MekanismePembiayaan
JangkaMenengah&Panjang JangkaPendek
DataInput DaerahPelayanan
• JumlahPenduduk
• JumlahKK
Inovasi Pembiayaan Total KebutuhanBiayaRetribusi • Standar TimbulanSampah
PengelolaanSampah • PresentaseTimbulanSampah
1. Retribusi
2. Deposit Refund
3. Pajak Total KebutuhanBiayaRetribusi PresentaseTimbulanSampah
4. Subsidi Per Kategori Per Kategori
5. IzinDagang
6. PenambahanBiaya KonstantaSubsidi Silang
7. EPR Total KebutuhanBiayaRetribusi
Per Kelas
JumlahUnit Per Kelas

KELUARAN
Kalkulator Tarif Retribusi

Keterangan: SistemBerdasarkanVolume SistemFlat


Input Data (Rp/Kg, Rp/m3, Rp/L)) (Rp/KK/Bulan, Rp/Unit/Bulan)

Gambar 1 Skema Kalkulator Retribusi


(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas dan Waste4Change, 2019)

Kalkulator besaran retribusi berupa tabel kalkulasi (matriks excel) yang kategori Rumah Tangga pada kota kecil, kota sedang, kota
memiliki 2 komponen yaitu: data pengisian yang dilengkapi oleh daerah besar, dan kota metropolitan ditunjukan oleh Tabel 2. Dari
dan data keluaran hasil kalkulasi otomatis kalkulator yang tidak boleh output tersebut, dapat dilihat bahwa besarnya nilai retribusi
dirubah. Kalkulator ini terdiri atas 3 sheet antara lain data pengisian sangat dipengaruhi besarnya kemampuan anggaran
(input), kalkulator besaran retribusi (proses) dan Data Rekapan Besaran APBD daerah. Sebagai contoh Kota Besar Balikpapan
Retribusi (output). Hasil output berupa 2 skenario besaran tarif retribusi cukup memungut retribusi yang sangat kecil dibandingkan
yaitu: sistem tarif tetap (Rp/KK/Bulan) dan berbasis Volume (Rp/ kota lainnya karena hampir mampu memenuhi seluruh
Kg), (Rp/Liter), (Rp/m3). Simulasi hasil output kalkulator retribusi untuk kebutuhan biaya penanganan sampahnya.

Kota Kecil Kota Sedang Kota Besar Kota Metropolitan


Data Dasar
Banjar Yogyakarta Balikpapan Surabaya

Biaya Penanganan Sampah PUPR


Rp 12.498.248.006 Rp 47.601.183.384 Rp 71.970.137.353 Rp 636.010.700.081
(Rp/tahun)
APBD Penanganan Sampah
Rp 1.500.000.000 Rp 18.118.763.584 Rp 68.883.374.500 Rp 370.338.390.309
(Rp/tahun)
Biaya Retribusi Per Kategori
Rp 10.998.248.006 Rp 29.482.419.800 Rp 3.086.762.853 Rp 265.672.309.772
(Total)

Biaya Retribusi Tarif Tetap (Rp/Bulan/KK) Kategori Rumah Tangga

Kelas Miskin Rp 4.311 Rp 6.800 Rp 476 Rp 8.432

Kelas Bawah Rp 6.035 Rp 9.521 Rp 666 Rp 11.805

Kelas Menengah Rp 8.622 Rp 13.601 Rp 952 Rp 16.865

Kelas Atas Rp 15.950 Rp 25.162 Rp 1.761 Rp 31.200

Tabel 2 Simulasi Tarif Retribusi Sampah Kategori Rumah Tangga di Kota Kecil, Sedang, Besar dan Metropolitan
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas dan Waste4Change, 2019)
POLICY BRIEF | Reformasi Standarisasi Pembiayaan yang Layak dan Inovasi Skema Pembiayaan yang Berkeadilan

Pendekatan pengelolaan sampah haruslah terintegrasi dari hulu ke hilir sebagai satu

REKOMENDASI
kesatuan sistem (Lihat Gambar 4), sehingga rekomendasi tata kelola membutuhkan
solusi berkelanjutan yang berfokus pada 1) Kebijakan dan Penegakan Aturan; 2)

KEBIJAKAN Peningkatan Kelembagaan dan Kemitraan Pengelolaan Sampah; dan 3) Reformasi


Standarisasi Pembiayaan yang Layak dan Inovasi Sumber Pembiayaan Sampah
yang Berkeadilan. Aspek pembiayaan adalah kunci penting untuk semua aspek lainnya.

1 Peraturandan
InstrumenKebijakan
Peraturanlangsung&
Partisipasi Kebiasaan
Penegakannya (Masyarakat)

KONDISI
InstrumenSosial AspekTeknik
PERSAMPAHAN

InstrumenEkonomi
2 Pembiayaan Sistemuntuk
Stakeholders

3 Kelembagaan&Kemitraan

PrioritasdanKemauanPemangkuKebijakan

Gambar 4 Rekomendasi Tata Kelola Persampahan Berkelanjutan


(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas dan Waste4Change, 2019)

Oleh karena itu, beberapa hal membutuhkan perhatian khusus oleh pemangku kebijakan terkait penyusunan dan pengembangan pembiayaan
pengelolaan sampah antara lain:
1. Penyusunan standarisasi pembiayaan seluruh kegiatan teknis pengelolaan sampah (mulai dari pengumpulan, pengangkutan, sampai
pemrosesan akhir/pengolahan dengan teknologi) dan kegiatan non teknis pengelolaan sampah (SDM, kantor administrasi, operasional/
maintenance, biaya penyusutan). Standarisasi pembiayaan pengelolaan berupa range data proposional yang disesuaikan dengan kriteria
seluruh kota/kabupaten dan teknologi pengolahan yang digunakan.
2. Penyusunan sistem formulasi kalkulator retribusi sampah berbasis teknologi yang dapat diimplementasikan di seluruh kabupaten/
kota di Indonesia dengan didasari hasil evaluasi serta analisis kondisi eksisting sistem retribusi yang sudah diimplementasikan termasuk
metode pengumpulan retribusi, analisis ekonomi, dan lain-lain
3. Penentuan inovasi skema pembiayaan pengelolaan sampah yang lebih adil, antara lain melalui Pembayaran berbasis volume
(pembayaran sesuai dengan jumlah sampah yang dibuang). Hal ini lebih tepat dan adil karena membuat masyarakat berusaha mengurangi
produksi sampah atau mengelola sampah sendiri. Inovasi skema pembiayaan pengelolaan sampah lainnya adalah sebagai berikut:

Sistem Pajak Sistem Fee/Pembayaran Sistem Deposit Sistem Full Cost


Pajak insentif untuk Pembayaran secara Sistem deposit diperuntukkan untuk (mencakup seluruh jasa)
meningkatkan perilaku umum seperti Pemerintah jenis sampah tertentu khususnya Pembiayaan untuk jenis
peduli lingkungan serta pajak menetapkan biaya tertentu sampah kemasan (contoh: botol kaca, sampah tertentu (contoh:
sampah yang digunakan untuk sampah residu per botol plastik) dimana konsumen perlu sistem EPR untuk sampah
untuk pajak lingkungan fiskal. rumah atau perluasan rumah. membayar lebih untuk kemasan ini kemasan dan sampah
Sistem pajak diterapkan Sistem Fee/pembayaran saat pembelian, kemudian mengambil elektronik). Biaya yang
dengan maksud tujuan diterapkan dengan maksud depositnya kembali saat membawa wajib dikeluarkan produsen
tertentu (pajak TPA untuk tujuan spesifik (contoh: biaya kembali kemasan kosong ke untuk membiayai paling
meremediasi lokasi yang pembayaran integrasi untuk tempat pembelian. Tujuannya untuk tidak sebagian biaya
terkontaminasi). Sistem pajak kulkas atau lampu). Sistem mengurangi sampah yang dibuang yang dibutuhkan untuk
ini telah diterapkan di negara Fee/Pembayaran ini telah sembarangan dan mempromosikan mengelola sampah yang
Belanda dan Swedia. diterapkan di Vienna. reusable packaging/refillable. dihasilkan.

Untuk mendukung hal tersebut diatas, Pemerintah daerah harus melakukan reformasi total pengelolaan sampahnya dari hulu hingga ke hilir, dengan
cara: a. mereformasi sistem pengumpulan retribusi untuk mencapai pengumpulan 100%; b. menerapkan kebijakan pemilahan dan pewadahan dengan
baik; c. melakukan pengangkutan sampah terpilah dan terjadwal; d. penegakan hukum lingkungan hidup; e. melakukan kampanye dan edukasi kepada
masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah yang baik.

Anda mungkin juga menyukai