Anda di halaman 1dari 2

Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam maupun basa adalah

dengan melalui titrasi asidi-alkalimetri. Titrasi asidi-alkalimetri dibedakan menjadi dua bagian yang
meliputi asidimetri serta alkalimetri. Asidimetri ialah cara untuk menentukan kadar basa dengan
menggunakan zat baku asam sedangkan alkalimetri ialah cara untuk menentukan kadar asam dengan
zat baku basa (Yurida et al., 2013).

DAPUS :

Yurida, M., Afriani, E., & R, S. A. (2013). Asidi-Alkalimetri Asidi-Alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia, 19(2),
1–8

Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah
diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap dengan larutan yang konsentrasinya belum
diketahui sebelumnya (Keenan, 1980).

DAPUS :

Keenan, C. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Titrasi umumnya digunakan untuk pembakuan atau standardisasi pada larutan baku sekunder,
seperti NaOH dan HCl dengan menggunakan larutan baku primer, seperti asam oksalat, NaCl, atau
larutan baku sekunder yang telah dilakukan standardisasi terlebih dahulu menjadi larutan baku
primer (Sulastri, 2009).

DAPUS :

Sulastri, I. 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak pada Biji Pinang Sirih. Jurnal Chemica.
Vol. 10 (1) : 59-63.

Dalam titrasi asam basa dibutuhkan suatu zat yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi berupa
adanya perubahan warna. Zat yang dimaksud disebut sebagai indikator. Terdapat berbagai macam
indikator yang dapat digunakan dalam titrasi asam basa. Indikator ini tidak bekerja pada satu pH
tertentu saja, namun dengan cara mengubah rentang pH yang sempit. Selain dalam bentuk zat,
indikator asam basa pun dapat berupa kertas. Kertas ini memang merupakan kertas khusus dan
diberi nama kertas lakmus. Kertas lakmus ini ada yang berupa kertas lakmus merah dan biru, namun
ada juga kertas lakmus universal yang langsung dapat ditentukan kisaran pH larutannya berdasarkan
perubahan warna yang diberikan. Zat indikator yang umumnya digunakan dalam titrasi asam basa
adalah metil jingga dengan rentang pH 3.1 – 4.4 yang akan menghasilkan warna merah apabila pH
dibawah 3.1 dan warna jingga apabila pH di atas 4.4; dan fenolftalein dengan rentang pH 8.3 – 10.00
yang akan memberikan hasil berupa larutan tidak berwarna apabila pH di bawah 8.3 dan menjadi
warna rosa apabila pH di atas 10.00. Apabila reaksi terjadi antara asam kuat dengan basa lemah
maka lebih cocok digunakan indikator metil jingga karena dari reaksi ini didapatkan hasil berupa
larutan asam yang sesuai dengan trayek pH metil jingga. Kemudian untuk reaksi antara asam lemah
dengan basa kuat akan lebih cocok jika digunakan indikator fenolftalein karena dari reaksi ini akan
didapatkan hasil berupa larutan basa dan hal ini sesuai dengan trayek pH fenolftalein (Clark, 2013).
DAPUS :

Clark, Jim. 2013. Acid-Base Indicators. Available at www.chemguide.co.uk . [diakses 1 Desember


2018].

Anda mungkin juga menyukai