Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi merupakan ternak penghasil susu dan daging yang sangat potensial di
Indonesia. Namun, ada kendala dalam usaha peternakan sapi perah, salah satunya
merupakan akibat dari manejemen peternakan rakyat yang kurang baik. Selain itu,
sapi perah yang berproduksi tinggi seringkali mengalami gangguan reproduksi
yang kurang bagus sehingga populasinya cenderung menurun. Adanya
manajemen ternak yang lebih baik meningkatkan daya tahan reproduksi sehingga
menghasilkan efisiensi reproduksi tinggi diikuti produktivitas tinggi pada ternak
tersebut (Choliq, 2009). Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan
reproduksi pada ternak sapi, yang mayoritas merupakan gangguan hormonal serta
kurang nya kepedulian peternak tentang kebersihan kandang yang kadang –
kadang kurang diperhatikan. Gangguan reproduksi mempengaruhi produksi
hormon reproduksi yang menyebabkan estrus pada ternak menjadi terlambat
(Handayani et al. 2014).
Optimalisasi dan peningkatan produktivitas usaha peternakan secara
tradisional telah banyak dilakukan oleh peternak. Diantaranya adalah pemberian
pakan dengan nutrisi yang tepat dan juga perlu diberikan tambahan asupan
mineral dan vitamin. Vitamin merupakan senyawa organik yang penting dan
sangat diperlukan dalam proses metabolisme tubuh ternak. Berbagai macam
vitamin dibutuhkan oleh ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) seperti juga
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Salah satu jenis vitamin yang
sangat dibutuhkan oleh ternak adalah Vitamin B-kompleks.
Vitamin B-kompleks merupakan grup vitamin yang larut dalam air terdiri
dari vitamin B1 (thiamine), B2 (riboflavin), B3 (niacin atau niacin amide), B5
(pantothenic acid), B6 (piridoksin), B7 (biotin), B9 (folic acid), dan B12
(cobalamins). Masing-masing vitamin tersebut memiliki kandungan yang
bersinergis satu sama lain dan mendukung aktivitas ternak. Sebenarnya vitamin
B-kompleks dapat dibentuk (disintesis) dalam tubuh ruminansia. Namun saat
ternak ruminansia dalam kondisi stres, sakit, maupun kekurangan nutrisi pakan,
kerja bakteri di lambung dalam mensistesis vitamin B-kompleks akan menurun.
Untuk itu diperlukan suplementasi vitamin B-kompleks saat kondisi khusus
tersebut untuk mencegah kurangnya asupan vitamin B-kompleks. Terlebih
pemberian vitamin B-kompleks penting untuk ternak bunting, laktasi (menyusui),
serta ternak muda yang membutuhkan asupan vitamin B-kompleks lebih banyak.
Kekurangan vitamin B-kompleks rawan terjadi ketika induk bunting, kelelahan
akibat pengangkutan, induk menyusui, ternak stres akibat cuaca maupun luka,
ternak yang sedang terserang penyakit, maupun ternak muda yang belum disapih.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
melakukan penyuntikan pada ternak sapi, serta untuk menciptakan sapi yang sehat
dan produksinya bisa maksimal

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari dilaksanakan pratikum ini ialah mahasiswa memiliki
pengalaman praktis dalam melakukan penyuntikan vitamin kepada ternak sapi dan
produksi sapi menjadi optimal serta sapi menjadi lebih sehat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin B kompleks
Kelengkapan zat gizi dalam makanan ternak ruminansia akan dapat
mempercepat pubertas pada kambing, estrus pertama setelah melahirkan, menjaga
kebuntingan, berat anak lahir, berat anak setelah kambing serta menjaga kondisi
induk saat laktasi. Mikronutrisi pada hewan yang dibutuhkan untuk metabolisme
agar tercapai kesehatan yang optimal yaitu vitamin (Kurnia, Tyas, dan Sri 2015).
Vitamin B merupakan jenis vitamin yang paling banyak dibutuhkan dalam tubuh
kambing. Vitamin B adalah jenis vitamin yang larut dalam air dan memainkan
peran penting dalam metabolisme sel. Ada 8 jenis vitamin B yaitu vitamin B1, B2,
B3, B5, B6, B7, B9, dan B12. Vitamin ini sepenuhnya bisa dibentuk dalam tubuh
hewan yang memamah biak seperti kambing, sehingga kemungkinan terjadinya
kekurangan vitamin B1 sangat kecil.
Pemberian vitamin B kompleks diharapkan dapat meningkatkan nafsu
makan sehingga akan memperbaiki sistem ketahanan tubuh. Sandjaja dan
Atmarita (2009) bahwa vitamin B kompleks merupakan kelompok vitamin B yang
berfungsi sebagai energi bagi tubuh ternak dan memperbaiki stamina tubuh.
Setiap ml injekvit B-plex mengandung :
 Vitamin B1 : 2,5 mg
 Vitamin B2 : 1,6 mg
 Vitamin B6 : 1,25 mg
 NicotinamideA : 12,5mg
 D-panthenol : 2,5 mg
 Bahan Pembantu sampai : 1ml
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan waktu
Adapun waktu dan tempat terselengaranya kegiatan praktikum tersebut :
Hari / tanggal : Senin, 10 April 2023
Waktu : 14.00 wib - Selesai
Tempat : Laboratorium Lapangan Peternakan

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
 Spuit 3 ml
b. Bahan
 Injekvit B-Plex

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kemudian ambil vitamin injekvit B-plex menggunakan squid dengan dosis
3ml.
3. Pegang sapi agar tidak bergerak saat disuntik, atau bisa menggunakan
penjepit. Jangan lupa tahan bagian ekor.
4. Selanjutnya tepuk tepuk bagian tubuh sapi yang akan di suntik
5. Lakukan penyuntikan injekvit B-plex pada sapi secara intramuscular
6. Setelah penyuntikan cabut jarum dan tenangkan sapi dengan mengelus pada
bagian yang disuntik.
7. Selanjutnya patahkan Squid yang telah dipakai lalu buang ke tempat
pembuangan.
8.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan

Vitamin B kompleks adalah 8 vitamin yang larut dalam air dan


memainkan peran penting dalam metabolisme sel. Manfaat vitamin B
kompleks, Menjalankan fungsi tubuh ternak, Memproduksi energi yang
dibutuhkan kambing dalam tubuh dan beraktivitas, membantu memelihara
kesehatan syaraf dan dan otot dalam tubuh kambing, membantu tubuh sapi
untuk membuat dan menggunakan protein, Pemberian vitamin B1 pada
tubuh sapi sebaiknya tidak terlalu berlebihan, Jika pemberian vitamin ini
terlalu berlebihan maka vitamin B1 akan dibuang percuma melalui air
seni, Gejala kekurangan vitamin B kompleks adalah nafsu makan hilang,
berat badan menurun. Namun, jika sapi mengalami kekurangan vitamin ini
akan menimbulkan gangguan pencernaan.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, U. F., Hartono, M., & Siswanto. (2014). Respon Kecepetan


Timbbulnya Estrus Dan Lama Estrus.

Husain, R., Nopriani, U., Amir, N. R., Baligombo, F. K., Ramadhani, S., Raliwa,
V. S., Nante, C., & Farida. (2021). PKM Penyuntikan Vitamin B
Kompleks Pada Sapi di Desa Tambu Kabupaten Parigi Moutong.
Nusantara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(4), 39– 43.
https://doi.org/10.55606/nusantara.v1i4.549

Kurnia, S. D., Saraswati, T. R., & Isdadiyanto, S. (2015). Pengaruh pemberian


mikromineral (Fe, Co, Cu, Zn), vitamin (a, B1, B12, C) dan jus mengkudu
(morinda citrifolia l.) terhadap konsumsi pakan, bobot lemak abdominal
dan jumlah folikel ovarium yang berkembang pada puyuh (coturnix
coturnix japonica l.). Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 23(2), 43–47

Ramadhan, A. F., Dartosukarno, S., & Purnomoadi, A. (2017). Pengaruh


Pemberian Vitamin B Komplek Terhadap Pemulihan Fisiologi, Konsumsi
Pakan, dan Bobot Badan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 13(1), 23–33.

Sandjaja, & Atmarita. (2009). Kamus Gizi. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai