Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

KONFLIK DALAM ORGANISASI

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Tuti Hairani, S.E, M M

DISUSUN OLEH:
SERLEY OKTAVIANA SARI (2021102024)

INSTITUT MARITIM PRASETYA MANDIRI


2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang MAKALAH PERILAKU ORAGANISASI YANG BERJUDUL
KONFLIK DALAM ORGANISASI. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu, teman-teman, dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, sehinggga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya guna perbaikan
di kemudian hari. Terimakasih

Bandar lampung , 12 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
B. Pembatasan Masalah …………………………………………………………… 1
C. Tujuan ………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 3


A. Pengertian Dan Konsepsi Konflik ……………………………………………... 3
B. Jenis - Jenis Konflik ……………………………………………………………. 3
C. Peranan Konflik ………………………………………………………………... 5
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konflik ………………………………… 6
E. Hubungan Konflik Dan Kinerja Organisasi …………………………………… 7
F. Dampak Konflik Antar Kelompok Yang Disfungsional ………………………. 7
G. Pendekatan Dalam Mengenai Konflik Antar Kelompok ………………………. 8

BAB III PENUTUPAN ………………………………………………………………… 10


A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 10
B. Saran …………………………………………………………………………… 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong


perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup
berkelompok. Sebagai suatu bentuk kumpulan manusia dengan ikatan-ikatan tertentu atau
syarat-syarattertentu" maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek
termasuk ukurandan kompleksitas. Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin
Cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal
seperti kompleksitasalur informasi kompleksitas komunikasi kompleksitas pembuat
keputusan kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya. Kompleksitas lain
adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan
dengan sumber dari manusia ini dapat di identifikasi pula berbagai kompleksitas seperti
kompleksitas jabatan,kompleksitas tugas,kompleksitas kedudukan dan status kompleksitas
hak, dan wewenang dan lain-lain.

Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik


dalam organisasi terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia dimana dengan
berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam
tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja. Seorang pimpinan yang ingin memajukan
organisasinya. Harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya
konflik baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik
didalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan
lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan
menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.

B. PEMBATASAN MASALAH

Berbicara mengenai birokrasi mungkin tidak akan ada habisnya karena organisasi
memang sangat dekat dengan kehidupan kita dan bahkan kita pasti tidak lepas dengan
organisasi atau kelompok baik dalam skala kecil maupun besar sehingga timbul berbagai
permasalahan mengenai organisasi itu sendiri.untuk itu penulis merasa perlu melakukan
pembatasan masalah dalam makalah ini"yaitu ,Manajemen Konflik dalam Organisasi.

1
C. TUJUAN

Adapun tujuan dari tulisan ini adalah ingin mengetahui dan memahami apa itu
konflik dan bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsepsi Konflik

Robbins (1996) dalam ,”Organitation Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah


suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian antara dua pendapat
(sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif. sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan.Kekuatan-kekuatan ini
bersumber pada keinginan manusia. istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam
beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat persaingan dan permusuhan. perbedaan
pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. persaingan sangat erat
hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan
hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. persaingan tidak sama
dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik terutama bila ada persaingan
yang menggunakan cara-cara yang bertentengandengan aturan yang disepakati.
permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak
memiliki rasa permusuhan. sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak
berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selaluharus dihindari karena tidak
selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dandapat dikendalikan (dikenal
dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi
organisasi.

B. Jenis-jenis Konflik

Menurut James A.F Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu
konflik Intrapersonal, konflik Interpersional, konflik antar individu dan kelompok,
konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.

a. Konflik Intrapersional

Konflik intrapersional adalaj konflik seseorang dengan diri nya sendiri. Konflik
terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak
mungkin di penuhi sekaligus. Sebagaimana diketauhi bahwa dalam diri seseorang
itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut :
• Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing.
• Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan
dalam kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3
• Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi diantara dorongan
dan tujuan.
• Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi
tujuan-tujuan yang diinginkan
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya
acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan
keadaan yang tidak menyenangkan. Ada tiga macam bentuk Konflik Intarpersional
yaitu:
➢ Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang diharapkan pada
dua pilihan yang sama-sama menarik.
➢ Konflik Pendekatan-Penghindaran, contohnya orang yang diharapkan pada
dua pilihan yang sama meyulitkan.
➢ Konflik Penghindaran-Penghindaran, contohnya orang yang diharapkan
pada satu hal yang nilai positif dan negatif sekaligus.

b. Konflik Interpersional

Konflik Interpersional adalah pertentangan antar seseorang dengan orang


lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
Interpersional ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa atau tidak akan mempengaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Contohnya: seperti anak balita ketika mereka mempeributkan satu mainan atau dua
pasien panti jompo ketika mereka berdebat tentang politik.

c. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi dalam organisasi-
organisasi. Konflik antar lini dan staff, pekerja dan pekerja. Manajemen merupakan
dua macam bidang konflik antar kelompok.

Contohnya : perbedaan pendapat antara si A dan si B yang menyebabkan tidak


adanya keputusan bersama dalam sebuah perusahaan.

4
d. Konflik antar organisasi

Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya


pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih
rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efesien.

Contohnya: seperti dibidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara


lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan.

C. Peranan Konflik ( Pandangan Mengenai Konflik )

Ada beberapa pandangan mengenai konflik dalam organisasi. Pandangan


Tradisional mengatakan bahwa konflik hanyalah merupakan gejala abnormal yang
mempunyai akibat-akibat negatif sehingga perlu dilenyapkan. Pendapatan tradisional
ini dapat diuraikan sebagai berikut :

• Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat dihindarkan dari interaksi
organisasional dan dapat diatasi dengan mengenai sumber-sumber konflik.
• Konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik atau dengan intervensi
manajemen tingkat yang lebih tinggi.

Sedangkan pandangan yang lebih maju menganggap bahwa konflik dapat berakibat
baik maupun buruk. Usaha penanganannya harus berupaya untuk menarik hal-hal yang
baik dan mengurangi hal- hal yang buruk. Pandangan ini dapat diuraikan sebagai
berikut :

• Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat dihindarkan dari interaksi
organisasional dan dapat diatasi dengan mengenai sumber-sumber konflik.
• Konflik pada umumnya adalah hasil dari kemajemukan sistem organisasi.
• konflik diselesaikan dengan cara pengenalan sebab dan pemecah masalah.

Dalam pandangan modern ini konflik sebenernya dapat memberikan manfaat


banyak bagi organisasi. Sebagai contoh pengembangan konflik yang positif dapat
digunakan sebagai ajang adu pendapat, sehingga organisasi bisa memperoleh pendapat-
pendapat yang sudah tersaring.

Konflik merupakan bagian dari pengalaman hubungan antar pribadi ( interpersonal


experience ) karena itu bisa dihindari maka sebaiknya konflik dikelola dengan efektif
sehingga dapat bermanfaat dan dapat menciptakan perbedaan serta pembaharuan ke
arah yang lebih baik dalam organisasi.

5
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konflik

Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik dapat di kelompokan ke dalam dua


kelompok besar yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern.

1. Faktor Intern

a. Kemantapan organisasi
Organisasi telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak
mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya adalah
seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan
menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.

b. Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi
landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu
baik, buruk, salah atau benar.

c. Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkat laku organisasi itu serta
para anggotanya.

d. Sistem lain dalam organisasi


Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan
keputusan, sistem imbalan dan lain lain. Dalam hal sistem komunikasi
misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang
mudah.

2. Faktor Ekstern

a. Keterbatasan Sumber Daya


Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya
dapat berakhir menjadi konflik.

b. Kekaburan aturan/norma di masyarakat


Hal ini memperbesar peluang perbedaan presepsi dan pola bertindak.

c. Derajat ketergantungan dengan pihak lain


Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik
terjadi.
6
d. Pola interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai lain
sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan
penyesuaian diri.

E. Hubungan konflik dan kinerja organisasi

Konflik dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kinerja organisasi,


tergantung pada seberapa sering konflik tersebut terjadi dan bagaimana konflik tersebut
dikelola. Konflik yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bersifat disfungsional,
sedangkan konflik yang optimal bersifat fungsional.

Perbedaan antara Konflik Fungsional dengan konflik disfungsional terletak pada


apakah tujuan atau kepentingan organisasi tercapai atau tidak. Konflik fungsional
adalah tipe konflik yang didukung pencapaian tujuan atau sasaran organisasi serta
meningkatkan kinerja, sedangkan Konflik Disfungsional adalah tipe konflik yang
justru menghambat kinerja organisasi. Konflik Disfungsional ini tidak diinginkan oleh
pemimpin organisasi dan sebaiknya dihilangkan.

F. Dampak konflik antar kelompok yang Disfungsional

Konflik antar kelompok yang bersifat disfungsional berdampak pada perubahan-


perubahan yang terjadi dalam kelompok/changes within groups maupun perubahan-
perubahan antar kelompok/changes between groups. Perubahan-perubahan dalam
kelompok meliputi ( Ivancevich et. Al. 2007 ) :

1) Meningkatkan kohesivitas/cohesiveness kelompok. Konflik antar kelompok


berdampak pada peningkatan kohesivitas, yang menggerakan sumber daya
kelompok untuk menghadap ancaman dari luar.
2) Penekanan pada loyalitas. Ketika terjadi konflik antar kelompok, kepuasan
individu menjadi tidak begitu penting dibandingkan tujuan-tujuan kelompok,
sehingga setiap anggota dituntut untuk menunjukkan loyalitasnya.
3) Meningkatkan kepemimpinan otokratis. Dalam situasi konflik kepemimpinan
yang bersifat demokratis cendrung tidak dibutuhkan, sebab anggota-anggota
kelompok menginginkan kepemimpinan yang kuat.
4) Fokus pada aktivitas. Ketika terjadi konflik antar kelompok, para anggota
kelompok cendrung lebih fokus pada tugas-tugas, tidak mentoleransi anggota
yang tidak melakukan tugas dengan benar, dan kepuasan individu rendah.

7
Di samping terjadi perubahan dalam kelompok, konflik antar kelompok juga
berdampak pada perubahan yang terjadi antar kelompok. Perubahan-perubahan yang
terjadi antar kelompok terdiri dari (Ivancevich et. Al. 2007) :

1) Distorted Perceptions. Selama konflik antar kelompok berlangsung, persepsi


setiap anggota kelompok menjadi terdistori. Dalam situasi konflik masing-
masing kelompok menganggap dirinya lebih penting dibanding kelompok
lainnya.
2) Negative Stereotyping. Ketika terjadi konflik antar kelompok, maka stereotip
yang negatif akan muncul seiring dengan terdistorsinya persepsi. Masing-
masing anggota kelompok yang berkonflik merasa semakin memiliki sedikit
perbedaan dalam kelompoknya sendiri dibandingkan dengan kelompok lain.
3) Decreased Communication. Dampak lain dari konflik antar kelompok adalah
komunikasi antar kelompok menurun, sehingga mengganggu hubungan kerja
antar kelompok. Proses pengambilan keputusan terganggu, pelayanan kepada
pelanggan terganggu, sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi secara
keseluruhan.

G. Pendekatan dalam menangani konflik antar kelompok

Konflik antar kelompok, team atau dapartemen merupakan hal yang sering terjadi
dalam kehidupan organisasi. Cara-cara atau pendekatan untuk menyelesaikan atau
menangani konflik antar kelompok tersebut. Pendekatan-pendekatan untuk
menyelesaikan konflik antar kelompok terdiri dari (Ivancevich et, at. 2007) :

1) Pendekatan dominiasi/domination. Suatu kelompok berusaha menyelesaikan


konflik dengan cara memberikan perhatian yang maksimal untuk
memengaruhi kepentingan kelompoknya. Dan memberikan perhatian yang
minimal untuk memenuhi kepentingan kelompok lain. Pendekatan ini
cendrung berorientasi pada penggunaan kekuasaan.
2) Pendekatan Akomodasi / accommodation. Dalam pendekatan ini suatu
kelompok berusaha memberikan perhatian yang minimal untuk memenuhi
kepentingan kelompoknya, dan berusaha memberikan perhatian yang
maksimal untuk memenuhi kepentingan kelompok lain. Pendekatan ini tepat
ketika isu-isu yang menjadi konflik tidak begitu penting bagi suatu kelompok,
sehingga kelompok tersebut memenuhi kepentingan kelompok lain melalui
akomodasi.
3) Pendekatan penyelesaian masalah/problem solving. Pendekatan ini sering juga
disebut pendekatan kolaborasi atau intergrasi. Pendekatan ini berusaha untuk
menyelesaikan konflik dengan cara memenuhi kepentingan kedua kelompok.
8
Pendekatan ini cukup sulit, karena dibutuhkan kesediaan kedua kelompok
yang berkonflik untuk mencari penyelesaian terpadu yang memuaskan semua
pihak terkait.
4) Pendekatan penghindaran/avoiding conflict. Pendekatan ini lebih tepat sebagai
alternatif sementara. Menghindari masalah merupakan pendekatan yang tepat
dan efektif ketika konflik sudah begitu memanas, menyegarkan situasi dan
mengembalikan sudut pandang yang objektif, memberikan waktu untuk
mencari informasi guna menyelesaikan konflik dalam jangka panjang, dan ada
masalah-masalah penting yang harus diutamakan.
5) Pendekatan kompromi/compromising. Dalam pendekatan ini tidak ada
perbedaan antar kelompok yang menang dan yang kalah. Kesepakatan yang
dicapai biasanya bukan kesepakatan yang ideal bagi dua kelompok tersebut.
Kompromi merupakan cara untuk mencari jalan tengah. Kompromo menjadi
efektif apabila dua kelompok yang sedang konflik memiliki kekuasaan yang
relatif seimbang dari memiliki tujuan yang sama-sama ekslusif.

Penanganan konflik yang baik merupakan keharusan bagi organisasi agar pihak-
pihak yang terlibat di dalamnya dapat melaksanakan tugas-tugasnya tanpa terganggu
dengan konflik yang dihadapi. Sementara itu pimpinan organisasi juga diharapkan
dapat mengelola konflik untuk memicu perkembangan kehidupan organisasi terutama
yang berkaitan dengan penciptaan inovasi dan ide-ide baru.

Tidak ada satu pendekatan terbaik dalam pemecahan konflik. Pemecahan konflik
bukan single alternative, tetapi dapat menggunakan berbagai pendekatan secara
bersamaan. Konflik sebaiknya diatasi dengan policy yang mudah dirasakan oleh pihak-
pihak yang berkonflik, misalnya dengan pendekatan hukum.

9
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Kemampuan menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan


pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap
yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap
organisasi.

Dengan pengembalian yang cukup senang, pemimpin dapat cepat mengenal,


mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan
kemampuan kepemimpinannya, seseorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik
yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakan untuk keterbukaan organisasi dan
anggota organisasi yang dipimpinnya.

B. Saran

Secara pribadi menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan atau keganjalan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
mengharapkan demi kelancaran dalam pembuatan makalah selanjutnya.

10

Anda mungkin juga menyukai