Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BARANG SWASTA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Publik

Disusun Oleh:

Kelompok 4:

Rahmi Fitri Ayu : 3217. 200

Dosen Pembimbing:

PUTRI AYU SE,M.Sc

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI ISLAM

SEMESTER GANJIL

1440 H /2019 M

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah swt. Karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami ucapkan terima
kasih pada dosen pembimbing “ EKONOMI PUBLIK” yang telah membimbing kami untuk
membuat makalah ini. Dan juga teman-teman yang telah membantu tersusunnya makalah ini,
baik dari segi moril maupun materi.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Pembangunan.Kami berharap, makalah ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membaca dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai “Teori Barang
Swasta”.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini.

Bukittinggi, 4 Oktober 2019

Penulis

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i

BAB I PENDAHULUAN…..…………………………………………………………………..ii

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………...…………………………………………………………1
C. Tujuan Penulisan…...……………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Barang Swasta……………………………………………………………………………2
1. Efisiensi Konsumen………………………………………………………………2
2. Kondisi Pareto Optimum Bagi Konsumen ………………………………………6
3. Efisiensi Produsen………………………………………………………………..9
B. Kriteria kompensasi……………………………………………………………...………16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…...…………………………………………...……………………………17
B. Saran …...…………………………………………...……………………….…………17

DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antara mekanisme pasar dalam pemenuhan berbagai barang dan jasa bagi
masyarakat dan hubungnnya dengan efisisensi sumber-sumber ekonomi. Mekanisme pasar, jika
memenuhi asumsi-asumsinya, terutama adanya kebebasan berusaha sehingga jumlah penjual
menjadi banyak dan jumlah pembelinya juga banyak, maka akan diperoleh harga yang tepat bagi
suatu barang. Harga tersebut tidak terlalu rendah sehingga penggunaan sumber ekonomi akan
menjadi boros, karena memproduk terlalu banyak. Demikian juga harga tidak terlalu tinggi,
sehingga potensi daya beli akan terakumulasi di tangan penjual, sebagaimana terjadi dalam kasus
monopoli.

Dalam kasus monopoli harga ditentukan terlalu tinggi, daya beli konsumen akan beralih ke
penjual, kemudian monopolis mencetak barang terlalu sedikit. Beralihnya daya beli konsumen
disertai pengurangan kepada pembelian barang yang lain, di sana barang dan jasa yang
ditawarkan tidak terbeli dan terjadilah kemunduruan, akhirnya terjadi pengangguran atau
hilangnya sumber pendapatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Masalah-masalah dalam efisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi?
2. Kapan Kondisi Pareto Optimum Bagi Konsumen?
3. Bagaimana Kriteria Kompensasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui apa masalah-masalah dalam efisiensi alokasi
sumber-sumber ekonomi.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui Kapan terjadi Kondisi Pareto Optimum Bagi
Konsumen.
3. Untuk menjelaskan bagaimana Kriteria Kompensasi.
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI BARANG SWASTA

A. Barang Swasta

Barang- barang swasta yaitu barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar dapat
menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien.

1. Efisiensi Konsumen

Dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga barang dan jasa, upah dan
sebagainya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Bagi seorang konsumen, permintaannya
akan suatu barang hanya merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh
konsumen, sehingga ia tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah
permintaannya akan barang tersebut, walaupun konsumen secara berkelompok dapat
mempengaruhi tingkat harga. Dalam analisa efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yang
digunakan untuk mempermudah analisis,yaitu:

a. Dalam masyarakat hanya ada dua orang konsumen, A dan B.


b. Hanya ada dua barang swasta yang tersedia,makanan dan pakaian.
c. Distribusi pendapatan sudah tertentu.
Setiap konsumen dalam menentuka berapa jumlah barang yang diminta sangat
dipengaruhi oleh harga barang-barang dan tingkat pendapatannya.1
Diagram 2.1 sebelah kiri menunjukan kurva indeferens bagi A sedangkan diagram
sebelah kanan menunjukan hal yang sama bagi B. Apabila A menggunakan seluruh
pendapatannya untuk membeli makanan,ia akan memperoleh OM o unit makanan. Apabila ia
membeli pakaian dengan seluruh pendapatannya,ia akan memperoleh OP o unit pakaian. Setiap
titik pada garis lurus PoMo menunjukan kombinasi pakaian dan makanan yang dapat diperoleh
dengan pendapatannya.

Kurva KA1, KA2 KA3 adalah kurva indiferens (indifference curve) bagi A. Setiap titik pada
kurva indiferens menunjukkan kesamaan dalam kesukaan A terhadap kombinasi makanan dan
pakaian yang berbeda-beda. Titik L dan titik M terletak pada satu kurva indiferens, yang berarti
bagi A, ia merasa kepuasannya sama walaupun pada titik L ia mempunyai lebih banyak pakaian
dan lebih sedikit makanan dari pada di titik M. Semakin tinggi (semakin jauh letaknya dari titik
pusat O) berarti semakin besar kepuasan A. Jadi setiap titik pada kurva K A2 menunjukkan
kepuasan yang lebih besar daripada setiap titik pada kurva K A1. Begitu juga setiap titik pada
kurva KA3 menunjukkan kepuasan yang lebih besar daripada setiap titik pada kurva K A1 maupun
kurva KA2. A akan memilih kombinasi pakaian dan makanan yang memberikan kepuasan yang
terbesar bagi dirinya. Kombinasi pakaian dan makanan pada titik L dan titik M yang terletak
pada kurva indiferens KA1 tidak memberi kepuasan yang terbesar oleh karena dengan merubah
kombinasi makanan dan pakaian, maka A akan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar
yang di tunjukkan dengan semakin tingginya kurva indeferens yang dapat dicapai.2

1
Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik, Edisi 3. ( Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi UGM. 2001 ). Hlm. 11
2
Ibid., Hlm 12-13
Setiap titik pada kurva indeferens KA3 memberikan kepuasan yang lebih besar
dibandingkan dengan KA2 akan tetapi hal itu tidak dapat ia capai, oleh karena dengan
pendapatannya yang sudah tertentu, ia hanya dapat memilih kombinasi dan pakaian sepanjang
garis MoPo Kepuasan tertinggi yang dapat di capai Adengan pendapatannya adalah kurva K A2
yaitu kurva indeferens yang menyinggung garis MoPo. Jadi titik E dengan kombinasi makanan
sejumlah OMA unit dari pakaian sejumlah OPA akan memberikan kepuasan yang terbesar bagi A.
Analisis yang sama juga berlaku bagi B, pada mana ia akan memperoleh kepuasan yang besar
pada masa ia akan memperoleh kepuasan yang tebesar pada persinggungan antara garis P 1M1
(garis yang menunjukkan kombinasi makanan dan pakaian yang dapat diperoleh dengan harga
dan pendapatan tertentu) dengan kurva indeferens K B2 . Kombinasi makanan sebanyak OMB dan
pakaian sebanyak OPB adalah kombinasi kedua barang yang memberikan kepuasan tertinggi bagi
B.

Jumlah seluruh pakaian yang ada dalam perekonomian sebanyak OP A+OPB sedangkan
seluruh makanan yang ada dalam perekonomian sebanyak OMA+OMB.3

Kurva 2.2 diperoleh dengan membalikkan sumbu diagram B pada diagram 2.1. pada
diagram ini berguna untuk menganalisis alokasi makanan dan pakaian yang didapat oleh masing-
masing konsumen. Pada titik T, kurva indeferens A (K A2) berpotongan dengan kurva indeferens
B (Kb3), dimana individu A memperoleh pakaian sebanyak O AP1 unit sedangkan B mendapat
pakaian sebanyak P1PE unit. Pada titik T, A mendapat makanan sebanyak O AP2 unit sedangkan B
3
Ibid., Hlm 14
mendapat makanan sebanyak P2ME unit. Titik T bukan merupakan titik optimum, sebab dengan
mengubah kombinasi makanan dan pakaian, kedua konsumen (A dan B) dapat memperoleh
kepuasan yang lebih tinggi. Pada titik D, konsumen A mempunyai lebih sedikit pakaian dan
lebih banyak makanan dibandingkan pada titik T, akan tetapi kepuasan A di titik D lebih besar
daripada kepuasan A di titik T oleh karena titik D terletak pada kurva indeferens yang lebih
tinggi (KA3) dapada titik T yang terletak pada kurva indeverens K A2. Pada titik D kepuasan B
tidak berubah dibandingkan pada titik T oleh kerena kedua titik tersebut terletak pada kurva
indeferens yang sama (KB3). Sebaliknya perpindahan posisi dari titik T ke titik F menyebabkan
kepuasan B menjadi lebih besar (dari KB3 ke KB4) sedangkan kepuasan A tidak berubah, tetap
pada kurva indeferens KA2. 4

Perpindahan lebih lanjut dari titik F atau D ke tititk Q akan menyebabkan kepuasan salah
seorang konsumen menjadi semakin rendah, sehingga titik D dan tititk F adalah titik-titik
optimum. Arah perpindahan posisi kedua orang konsumen, dari titik T ke D atau F tergantung
dari pada kekuatan masing-masing konsumen. Apabila konsumen A lebih kuat dari pada
konsumen B, maka A dapat meningkatkan kepuasannya sampai titik D tercapai, dimana usaha A
untuk meningkatkan kepuasannya tersebut tanpa merugikan konsumen B oleh sebab B tidak
berubah tingkat kepuasannya. Sebaliknya apabila B yang lebih kuat akan berusaha untuk pindah
dari titik T ke titik F sehingga tindakannya tidak mengurangi kepuasan A. Apabila A dan B
sama-sama kuat, maka perpindaha dari titik T akan menuju ke posisi di antara F-D dimana
kedua-duanya dapat meningkatkan kepuasan mereka. Titik-titik F dan D, yaitu tempat
kedudukan dimana seorang konsumen tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa
menyebabkan kepuasan konsumen lain menjadi berkuarang disebut pareto optimum. Pareto
optimum terjadi pada setiap titik pada garis O AOB yang disebut garis kontrak. Jadi, pareto
optimum tidak hanya terjadi pada satu atau dua titik dua titik saja melainkan banyak, yaitu
sepanjang garis OAOB.

Di titik mana sepanjang OAOB, kedua konsumen A dan B akan berakhir tergantung dari
distribusi penghasilan awal kedua konsumen tersebut. Jadi analisis di atas hanya memecahkan
masalah efisiensi dari segi alokasi barang konsumsi antara kedua individu tanpa memecahkan
masalah distribusi. Uraian di atas, di mana efisiensi maksimum yang dicapai berakhir di titik F

4
Ibid., Hlm 15
atau D adalah dengan pandangan bahwa distribusi awal terjadi pada titik T di mana konsumen A
memiliki pakaian sebanyak OAP1 unit dan makan sebanyak OAM1 unit sedangkan konsumen B
memiliki pakaian sebanyak P1PE unit dan makanan sebanyak M1ME unit.

Pada titik OB, alokasi kedua barang (pakaian dan makanan) juga sangat efisien akan
tetapi distribusi kedua barang tersebut sangat tidak merata oleh karena konsumen A memiliki
semua makanan dan pakaian sedangkan B tidak mengkonsumsikan apa-apa. Begitu juga pada
titik optimum OA, efisiensi alokasi pakaian dan makanan tercapai, akan tetap alokasi yang
terjadi adalah sangatlah tidak merata karena B memiliki semua pakaian dan makanan yang ada,
sedangkan A tidak memiliki apa-apa.

Jadi, mekanisme pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah dapat menyebabkan
alokasi barang-barang yang efisien di antara para konsumen akan tetapi tidak dapat memecahkan
masalah distribusi barang yang dianggap adil sehingga pemerintah harus campur tangan dalam
menangani masalah distribusi.5

2. Kondisi Pareto Optimum Bagi Konsumen

Untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka harus tahu konsep tingkat pertukaran
marginal (TPM, marginal rate of substitution). TPM adalah angka yang menunjukkan kesediaan
seorang konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir dari suatu barang untuk mendapatkan
beberapa unit barang lainnya. Setiap konsumen akan selalu menya makan TPM-nya dengan
harga relatif kedua barang, yaitu pakaian dan makanan. Dengan kata lain konsumen selalu
berusaha mencapai tingkat kepuasan di mana kurva indiferens-nya menyinggung Kurva
Anggaran PoMo, atau P1M1, titik E pada Diagram 2.1. Pareto optimum akan tercapai apabila
setiap orang mencapai titik keseimbangan, yaitu di mana bagi setiap orang TPM mereka sama
dengan harga relatif, yaitu di mana TPM A untuk makanan dan pakaian TPM B untuk makanan
dan pakaian, atau dalam persamaan matematis disebutkan:

kepuasan marginal bagi makanan Harga makanan

kepuasan marginal bagi pakaian Harga pakaian

5
Ibid., Hlm 16
yang dicapai apabila kurva indiferens A menyinggung kurva indiferens B atau titik D dan
F pada Diagram 2.2

Kedudukan Pareto dalam Diagram 2.2. dapat diterjemahkan menjadi Kurva


Kemungkinan Kepuasan (Utility possibility function) seperti ditunjukkan dalam Diagram 2.36

Bentuk Kurva Kemungkinan Kepuasan adalah seperti UBUA, yaitu mempunyai sudut arah
negatif (dari kiri atas kekanan bawah). Pada titik F kepuasan B adalah sebesar U B1 (ditunjukkan
oleh kurva indiferens KB3) dan kepuasan A adalah sebesar U A1, (kurva indiferens KA2). Apabila A
berusaha untuk meningkatkan kepuasannya sehingga mencapai titik D, yaitu dari kepuasan
sebesar UA2, maka kepuasan B harus berkurang dari UB1 ke UB2 Karena kita tidak dapat memberi
nilai kuantitatif pada kepuasan maka kita tidak dapat menentukan dengan pasti bentuk KK secara
tepat, tetapi yang jelas KKK besar selalu mempunyai sudut arah (slope) negatif. Diagram 2.4
menunjukkan beberapa kemungkinan bentuk Kurva Kemungkinan Kepuasan.

6
Ibid., Hlm 17
Titik T pada Diagram 2.2. adalah posisi di mana efisiensi optimum belum dicapai oleh
karena pada titik T masing-masing konsumen dapat meningkatkan kepuasan tanpa mengurangi
kepuasan konsumen lain. Perpindahan dari T ke D menunjukkan bahwa kepuasan A naik (dari
UA1, ke UA2) tanpa mengurangi tingkat kepuasan B (UB2). Perpindahan dari T ke F menunjukkan
peningkatan kepuasan B (dari UB2, ke UB1) tanpa mengurangi tingkat kepuasan A (UA1).
Perpindahan dari T ke setiap titik sepanjang KKK di antara F dan D menunjukkan peningkatan
kedua konsumen bersama- sama.

Kondisi di atas dapat difunjukkan pula dengan Diagram 2.3.Perpindahan dari titik F ke
titik D akan menyebabkan salah satu individu mengalami penurunan kepuasan, akan tetapi
perpindahan dari titik T ke titik D atau F menyebabkan kenaikan kepuasan salah satu sedangkan
kepuasan individu lainnya tidak mengalami perubahan. Sebaliknya, perpindahan dari titik T ke
salah satu titik di antara kedua titik F atau D akan menyebabkan kedua individu bersama-sama
akan memperoleh kenaikan kepuasan.7

Sebagaimana diuraikan di atas, dengan memulai dari titik T kita memperoleh suatu kurva
Kurva Kemungkinan Kepuasan (KKK). Kalau kita memilih titik Pareto nonoptimal lainnya maka
kita akan memperoleh suatu Kurva Kemungkinan Konsumsi lainnya. Oleh karena itu, apabila
kita memulai analisis dengan mengambil titik Pareto nonoptimal lainnya maka kita akan
mendapatkan beberapa Kurva Kemungkinan Konsumsi lainnya sebagaimana yang ditunjukkan
pada Diagram 2.4. Kepuasan seluruh masyarakat yang maksimal ditunjukkan dengan Kurva
Kemungkinan Konsumsi yang paling kanan (KKK2). Dari beberapa Kurva Kemungkinan
Konsumsi kita bisa menemukan Kurva Kemungkinan Konsumsi Besar (Kurva KKB; Grand
Utility Possibility curve) sebagaimana ditunjukkan pada Diagram 2.4.Kurva (Kurva KKB;
Grand Utility Possibility curve) diperoleh dengan cara mencari kurva KK yang paling luar.

3. Efisiensi Produsen

Diagram 2.5.b.menunjukkan kurva Hasil Fisik Total (HFT, total physical product) dari
penggunaan satu jenis faktor produksi. Pada Diagram 2.5.a.tanah merupakan faktor produksi
variabel sedangkan pada Diagram 2.5.b. tenaga kerja yang merupakan faktor produksi variabel.

7
Ibid., Hlm. 18
HFT menunjukkan hasil produksi apabila produsen menggunakan tambahan satu faktor produksi
dengan asumsi penggunaan faktor produksi lainnya tidak berubah. Adanya faktor produksi yang
sifatnya tetap ini menunjukkan bahwa HFT merupakan suatu analisis jangka pendek.
Diagram2.7.menunjukkan kurva produksi sama (KPS=Isoquant), yaitu tempat kedudukan dari
kombinasi penggunaan tanah dan tenaga kerja yang memberikan hasil yang sama.8

Tingkat produksi H, pada Diagram 2.6.dapat dicapai dengan menggunakan tanah


sebanyak T1 unit dan tenaga kerja sebanyak B1, yang ditunjukkan oleh titik K pada Diagram 2.7.
akan tetapi pada Diagram 2.7 1 dapat pula diketahui bahwa tingkat produksi H 1 tidak hanya dapat
dicapai dengan kombinasi tenaga dan tanah sebanyak T 1B1, tetapi juga dengan kombinasi T 2 dan
B2, T3 dan B3. Jumlah tenaga yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai ditentukan oleh
besarnya dana yang tersedia, harga dari tanah, dan upah tenaga.9

8
Ibid., Hlm 19
9
Ibid., Hlm 20-22
Dengan upah dan sewa tanah tertentu, maka sejumlah dana tertentu oleh produsen dapat
digunakan seluruhnya untuk membayar tenaga kerja sebanyak B 1 orang atau ia dapat
menggunakan seluruh dana tersebut untuk menyewa tanah seluas T 1 Ha. Kurva Anggaran T1B1
pada Diagram 2.8. adalah kombinasi dari tanah dan tenaga kerja yang dapat diperoleh dengan
sejumlah anggaran tertentu dan apabila dananya semakin besar, Kurva Anggaran T 1B1 akan
bergeser sejajar ke kanan T2B2 sedangkan dana yang lebih kecil akan menggeser T 1B1 ke kiri
(T3B3) dengan asumsi sewa tanah dan upah tenaga kerja tidak mengalami perubahan. Apabila
harga salah satu satu input mengalami perubahan (naik atau turun) maka kurva Anggaran akan
berputar ke bawah atau ke atas), tergantung harga input mana yang berubah.

Kondisi keseimbangan produsen tercapai pada titik persinggungan antara Kurva


Anggaran dengan KPS. Dalam Diagram 2.9. keseimbangan produsen ditunjukkan oleh titik E, di
mana dengan dana yang tertentu produsen menghasilkan sebanyak H 1 dengan menggunakan
tenaga kerja sebanyak OBE orang dan OTE Ha tanah. Diagram 2.10.menunjukkan bagaimana
tenaga kerja dan tanah dipergunakan oleh dua orang produsen yang menghasilkan produk yang
berbeda, yaitu pakaian dan makanan. Misalkan X menghasilkan pakaian dan Y menghasilkan
makanan.10

Jumlah tenaga kerja yang ada dalam perekonomian seluruhnya sebanyak O XBT orang dan
tanah yang tersedia adalah seluas O XBT unit. Pada titik D produksi pakaian dilaksanakan dengan
menggunakan tenaga kerja sebanyak OXB1, orang dan tanah seluas OXBT unit untuk
menghasilkan pakaian sebanyak yang ditunjukkan oleh KPSX1. Pada titik D, produsen Y
menghasilkan makanan sebanyak yang ditunjukkan oleh KPS Y1 dengan menggunakan tenaga
kerja sebanyak B1TT orang dan tanah seluas T1TT. Pada titik D semua tanah dan tenaga kerja yang
tersedia digunakan sepenuhnya untuk menghasilkan pakaian dan makanan, akan tetapi titik D
bukan merupakan titik yang optimum oleh karena dengan mengubah alokasi faktor produksi di
antara kedua produsen maka jumlah barang yang dihasilkan akan dapat ditingkatkan.

Perpindahan dari titik D ke titik F menunjukkan bahwa bagi produsen pakaian terjadi
pengurangan penggunaan faktor produksi tanah dari O XB1 ke OXB2 dan kenaikan penggunaan
tenaga kerja dari OXB1 ke OXB2, sebaliknya, bagi produsen makanan penggunaan tanah bertambah
banyak sedangkan penggunaan tenaga kerja manjadi berkurang. Dapat dilihat dari Diagram 2.10.
bahwa perubahan alokasi penggunaan faktor produksi tanah dan tenaga kerja di antara kedua
produsen dapat menyebabkan kenaikan produksi pakaian sedangkan produksi makanan tidak
mengalami perubahan. Sebaliknya perubahan kombinasi penggunaan tanah dan tenaga kerja
dapat pula menyebabkan kenaikan produksi makanan sedangkan produksi pakaian tidak
mengalami perubahan. Perpindahan dari D ke titik F dan Q merupakan titik terjauh yang dapat
dicapai oleh masing-masing produsen tanpa merugikan produsen yang lain, oleh karena itu maka
titik F dan Q disebut titik Pareto efisiensi. Hal yang sama dapat dilakukan pada titik-titik selain
D. Apabila kita hubungkan semua titik Pareto, kita dapatkan kurva kontrak OXOY.11
10
Ibid., Hlm 23
11
Ibid., Hlm 25
Setiap titik pada kurva kontrak terjadi persinggungan antara KPS X dan KPSY yang berarti
setiap produsen harus membyar upah tenaga kerja dan sewa tanah yang sama. Titik-titik pada
kurva kontrak dapat diterjemahkan ke dalam suatu kurva kemungkinan produksi (KKP =
production possibility curve) seperti ditunjukkan pada Diagram 2.11.

Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) menunjukkan jumlah barang yang dapat dihasilkan
dengan penggunaan semua faktor produksi secara penuh (fully employed). Berbeda dengan
Kurva Kepuasan Besar (KKB) yang bentuknya tidak dapat ditentukan dengan pasti karena
didasarkan pada kepuasan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, KKP dapat ditentukan
dengan pasti. Ini disebabkan karena KKP didasarkan pada penggunaan faktor produksi yang
dapat diukur secara kuantitatif.

Dari Diagram 2.11. dapat dilihat bahwa pada kurva kemungkinan produksi (KKP),
peningkatan produksi satu jenis barang hanya dapat dilakukan dengan mengurangi produksi
barang yang lain. Jadi dari F ke G, kenaikkan produksi makanan dari OM 1 ke OMo hanya dapat
dilakukan apabila produksi pakaian dikurangi dari OP1 ke OPo.12

Suatu titik di dalam KKP, misalnya titik D bukan merupakan keadaan yang optimum atau
menunjukkan keadaan Pareto nonoptimal pada bidang produksi oleh karena dari titik D ke G
atau titik F menunjukkan kenaikan produksi salah satu jenis barang tanpa mengurangi produksi
barang yang lain. Perpindahan dari D ke titik di antara titik F dan titik G pada KKP menunjukkan
kenaikan produksi kedua jenis barang. Jadi dari segi produsen, pada pasar persaingan sempurna

12
Ibid., Hlm 26
sistem harga akan menyebabkan terjadinya alokasi penggunaan sumber-sumber yang efisien dan
juga barang yang dapat diproduksikan akan dihasilkan secara maksimum, yaitu pada KKP.

Analisis selanjutnya adalah bagaimana sistem pasar persaingan sempurna dapat


menentukan berapa jumlah barang (pakaian dan makanan) yang akan dihasilkan oleh produsen
(X dan Y) dan bagaimana kedua barang tersebut akan didistribusikan di antara para konsumen
( A dan B)?

Jumlah barang yang diproduksikan tergantung oleh harga kedua barang tersebut.
Semakin mahal harga suatu barang semakin banyak jumlah yang dihasilkan, sebaliknya semakin
murah harga suatu barang semakin sedikit jumlah yang diproduksikan.

Misalkan harga makan =PM dan harga pakaian =PP yang pada pasar persaingan sempurna
ditentukan secara eksogen sehingga merupkan data bagi produsen maupun konsumen (asumsinya
pasar semuanya dalam persaingan sempurna). Nisbah (rasio) harga P M/PP menyebabkan jumlah
makanan yang dihasilkan sebanyak OAM1 dan pakaian sebanyak OAP1 pada Diagram 2.12.
Jumlah makanan dan pakaian yang dihasilkan tersebut harus didistribusikan di antara para
konsumen yang ada.

Pada analisis konsumen kita anggap bahwa dalam perekonomian hanya terdapat dua
orang konsumen dan distribusi dua barang di antara kedua orang konsumen dapat dilihat pada
Diagram 2.12. dengan membuat Diagram kotak (box diagram pada Diagram 2.2). Segi empat
OAP1OBM1 menunjukkan banyaknya makanan dan pakaian yang tersedia dalam masyarakat.
Dalam segi empat OAP1OBM1, hanya terdapat satu titik pada kurva kontrak di mana garis harga
PM/PP sejajar dengan tingkat pertukaran marginal (TPS = marginal rate of substitution), yaitu
pada titik T. Pada titik T tersebut jumlah makanan yang didapat oleh A adalah sebanyak O AMo
unit dan makanan yang di konsumsikan oleh B sebanyak M oM1 dan OAMo + MoM1 = OAM1
adalah makanan yang dihasilkan oleh produsen makanan (Y). Sebaliknya, pada titik T jumlah
pakaian yang dikonsumsikan A sebanyak OAPo dan yang di konsumsi B sebanyak PoP1. Jumlah
konsumsi kedua konsumen tersebut sebanyak OAPo+PoP1 = OAP1 yang merupakan pakaian yang
dihasilkan X.13

Jadi, apabila semua pasar berada pada persaingan sempurna maka mekanisme pasar akan
dapat memecahkan masalah alokasi sumber ekonomi secara efisien tanpa adanya campur tangan
pemerintah.

1. Konsumen akan mencapai kepuasan yang optimal, sebab setiap konsumen akan
berada pada keseimbangan konsumen, yaitu di mana:
MRSA X DAN Y = MRSB X DAN Y = …..=PX/PY
2. Podusen akan mencapai kepuasan yang optimal, sebab setiap produsen akan berada
pada keseimbangan produsen, yaitu di mana:
MRTSD B DAN T = MRTSC B DAN Y = ….PB/PT
3. Nisbah harga barang konsumsi (PX/PY) menunjukkan beraopa jumlah barang X dan
barang Y akan di hasilkan dalam perekonomian.
Jadi, Pareto Optimal dalam perekonomian akan tercapai sebab:
MRSA X DAN Y = MRSB X DAN Y = MRT = PX/PY=
MRTSD B DAN T = MRTSC B DAN T = PB/PT

Diagram 2.5.menunjukkan bagaimana kita bisa memperoleh Kurva Kemungkinan


Konsumsi Besar (KKB; Grand Utility Possibility curve). Akan tetapi kurva KKB yang
menunjukkan trade off antara kepuasan konsumen A dan konsumen B tidaklah menunjukkan
berapa besar kepuasan di antara kedua individu konsumen tersebut yang harus dicapai agar
kepuasan seluruh masyarakat mencapai maksimum. Untuk menentukan berapa besar
kesejahteraan anggota masyarakat yang optimal haruslah mengetahui SWF (Kurva
Kesejahteraan Masyarakat). Kesejahteraan masyarakat yang maskimum akan tercapai pada titik
persinggungan antara kurva KKB dan kurva SWF. Dari situ dapat dietahui bahwa kesejahteraan

13
Ibid., Hlm 27
masyarakat yang terbesar tercapai pada titik W, yaitu pada kurva Kepuasan Konsumen (kurva
KK2).14

B. Kriteria kompensasi

Adanya pasar persaingan sempurna akan menyebabkan terjadinya pareto optimum bagi
konsumen dan produsen. Dalam hal ini, setiap perubahan dari kondisi pareto optimum tersebut
akan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber-sumber ekonomi. Jelas bahwa definisi pareto yang
demikian itu sangatlah sempit, sebab setiap perubahan pasti ada pihak yang untung dan ada
pihak yang rugi. Oleh karena itu, apakah setiap kondisi berarti telah tercapai kondisi pareto
optimum?

Kaldor dan Hicks menyatakan bahwa setiap perubahan tetap akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat apabila pihak yang dirugikan dapat memperoleh kompensasi atas
kerugiannya tersebut sehingga ia berada pada tingkat kepuasan yang sama sedangkan pihak yang
untung mengalami kenaikan kesejahteraan. Ini yang disebut dengan kriteria Kaldor-Hicks: suatu
alokasi sumber ekonomi baik bagi seluruh masyarakat apabila pihak yang untung dapat
memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan dan tetap lebih baik keadaannya pada
situasi sebelum alokasi sumber ekonomi tersebut. Scitovsky kemudian menyatakan bahwa
sebaliknya dapat juga terjadi, yaitu pihak yang dirugikan oleh suatu alokasi sumber ekonomi
(perubahan) dapat membayar kepada pihak yang diuntungkan dengan perubahan tersebut agar
tidak melakukan perubahan.15

14
Ibid., Hlm 28
15
Ibid., Hlm 29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Barang- barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar dapat
menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien. Efisiensi alokasi sumber-sumber
ekonomi dalam perekonomian dapat dibagi atas dua kelompok yaitu: efisiensi konsumen dan
efisiensi produsen.

Efisiensi Konsumen

Dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga barang dan jasa, upah dan
sebagainya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Mekanisme pasar tanpa adanya campur
tangan pemerintah dapat menyebabkan alokasi barang-barang yang efisien di antara para
konsumen akan tetapi tidak dapat memecahkan masalah distribusi barang yang dianggap adil
sehingga pemerintah harus campur tangan dalam menangani masalah distribusi. Pada Kondisi
Pareto Optimum Bagi Konsumen, Untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka harus tahu
konsep tingkat pertukaran marginal (TPM, marginal rate of substitution). Pareto optimum akan
tercapai apabila setiap orang mencapai titik keseimbangan, yaitu di mana bagi setiap orang TPM
mereka sama dengan harga relatif.

Efisiensi Produsen: HFT menunjukkan hasil produksi apabila produsen menggunakan tambahan
satu faktor produksi dengan asumsi penggunaan faktor produksi lainnya tidak berubah.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalh ini banyak sekali kesalahan,
kekurangan, dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis meminta saran dan kritikan
dari pembaca, supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik, Edisi 3. Yogyakarta: Badan Penerbit


Fakultas Ekonomi UGM.

Anda mungkin juga menyukai