Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK 2

A. TEORI MULTIKULTURAL
KOMPETENSI
MULTIKULTURAL Sue, Ivey, and Pedersen (1996) mengembangkan teori multikultural
dengan pendekatannya digunakan untuk klien yang berbeda budaya. Teori
DOSEN PENGAMPU:
multikultural menekankan pada dua pendekatan tradisional yaitu pendekatan
PUTRI WALIYYAN
ESTAFETTA,M.PD konteks sosiopolitik konseling tradisional dan psikoterapi serta

Ahmad Rochmat Pratama Kusumah 201901500141


konseptualisasi klien yang beragam secara budaya. Teori multikultural

Cahyaningsih Aris Hidayati 202001500536 membantu konselor memahami permasalahan antar budaya yang melibatkan
Faradilla 202001500183 keyakinan budaya dan perilaku berdasarkan kebiasaan dan kesamaan
Hervi Utami Kusumadewi 202101579019 pengalaman, termasuk masalah yang melibatkan kelompok dalam budaya.
Siti Khodijah 202001500162

Kompetensi multikultural melibatkan


KONSELOR BERWAWASAN MULTIBUDAYA pemahaman dan keterampilan dalam
Konselor berwawasan multi budaya adalah konselor yang memiliki kepekaan budaya beberapa area kunci, termasuk:
dan mampu melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas o Kesadaran Budaya
budaya, dan memiliki keterampilan yang responsif secara kultural. Dari segi ini, maka konseling B. Kompetensi o Komunikasi Antarbudaya
berwawasan multi budaya pada dasarnya merupakan sebuah "pejumpaan budaya”antara konselor o Kesadaran Diri
dengan budayanya sendiri dengan klien dari budaya berbeda atau sama dengan yang
multikultural o Kemampuan Beradaptasi
o Keterampilan Konflik dan Resolusi
melayaninya. Selama proses konseling berwawasan multikultural berlangsung konselor dan klien o Kerjasama Antarbudaya
masing masing akan menjadikan budaya yang dimiliki sebagai investasi awal untuk pemecahan o Penghargaan terhadapKeanekaragaman
Kompetensi multikultural oPengetahuan Budaya
masalah. Selanjutnya konselor dan klien akan membesarkan investasi itu melalui perolehan
mengacu pada kemampuan
pengalaman dalam proses kelompok, pematangan diri masing–masing dengan saling tukar Kompetensi multikultural menjadi
individu atau kelompok untuk
kesadaran budaya, yang semuanya bertujuan untuk pemecahan masalah dan pengembangan berinteraksi, bekerja sama, dan semakin penting dalam konteks
memahami orang-orang dari globalisasi, di mana individu dan
potensi anggota kelompok. Bantuan yang berwawasan multikultural ini didasarkan atas
latar belakang budaya yang organisasi sering berurusan dengan
nilai/keyakinan, moral, sikap dan perilaku individu sebagai refleksi masyarakatnya, dan tidak orang-orang dari berbagai latar belakang
berbeda dengan efektif.
semata-mata mendasarkan teori belaka dengan anggapan bahwa pendekatan terapi yang sama budaya.
bisa secara efektif diterapkan pada semua klien dari berbagai budaya (Corey.1997).

Menurut Sue, kompetensi universal yang harus dimiliki oleh semua


C. MULTIKULTURALISME DALAM konselor multikultural, yaitu keyakina atau sikap, pengetahuan, dan
keterampilan tertentu.
PROFESI KONSELING
Dalam pandangan Rendon (1992) perbedaan budaya  Keyakinan  Keterampilan
 Pengetahuan Tertentu
bisa terjadi pada ras atau etnik yang sama ataupun berbeda. atau Sikap
Konseling lintas budaya adalah berbagai hubungan
konseling yang melibatkan peserta yang berbeda etnik atau Konselor multikultural harus memiliki pengetahuan tentang konseling
kelompok-kelompok minoritas; atau hubungan konseling dan teknik sosial-budaya, sikap terbuka dan toleran terhadap perbedaan,

yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial dan serta kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya
konseli. Dalam konseling multikultural, konselor harus mempertimbangkan
etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang
perbedaan budaya konseli dalam memberikan layanan konseling yang lebih
dikarenakan variabel-variabel lain seperti seks, orientasi
akurat. Konseling multikultural sangat penting dalam masyarakat Indonesia
seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia (Atkinson, Morten,
yang hidup dalam keberagaman budaya, suku, agama, dan sosial ekonomi.
dan Sue, 1989).
Menurut McFadden adalah persepektif lintas budaya
1. Konselor mengenali nilai-nilai dan kepercayaan
yang mereka anut sehubungan dengan tingkah laku
yang berfokus pada 3 dimensi utama yang harus
manusia yang diinginkan dan diterima. dikuasai konselor :

2. Konselor menyadari kualitas dan tradisi dari teori


Menurut Sue (dalam konseling yang umum dan bersifat kultural. Tidak 1) Kultural historikal yaitu konselor harus menguasai pengetahuan akan
ada metode konseling yang bebas dari pengaruh
Gladding, 2012) ada lima budaya. budaya klien.
panduan bagi konselor 2) Psikologisosial, yaitu konselor harus memahamai etnik, ras, performa,
3. Konselor mengerti lingkungan sosial politik yang
agar konseling lintas telah menpengaruhi kehidupan para anggota percakapan, tingkah laku, kelompok sosial dari klien agar bisa memiliki
kelompok minoritas. Manusia adalah produk dari
budaya berjalan efektif: keadaan dimana mereka hidup. komunikasi yang bermakna.
3) Saintifik-ideologikal, yaitu konselor harus menggunakan pendekatan
4. Konselor mampu berbagi cara pandang dari klien
dan tidak menanyakan keabsahannya. konseling yang tepat untuk menghadapi masalah yang terkait dengan
lingkungan regional, nasional, dan internasional.
5. Konselor benar-benar kreatif dalam praktik
konseling.

CUKUP SEKIAN &


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai