A. TEORI MULTIKULTURAL
KOMPETENSI
MULTIKULTURAL Sue, Ivey, and Pedersen (1996) mengembangkan teori multikultural
dengan pendekatannya digunakan untuk klien yang berbeda budaya. Teori
DOSEN PENGAMPU:
multikultural menekankan pada dua pendekatan tradisional yaitu pendekatan
PUTRI WALIYYAN
ESTAFETTA,M.PD konteks sosiopolitik konseling tradisional dan psikoterapi serta
Cahyaningsih Aris Hidayati 202001500536 membantu konselor memahami permasalahan antar budaya yang melibatkan
Faradilla 202001500183 keyakinan budaya dan perilaku berdasarkan kebiasaan dan kesamaan
Hervi Utami Kusumadewi 202101579019 pengalaman, termasuk masalah yang melibatkan kelompok dalam budaya.
Siti Khodijah 202001500162
yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial dan serta kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya
konseli. Dalam konseling multikultural, konselor harus mempertimbangkan
etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang
perbedaan budaya konseli dalam memberikan layanan konseling yang lebih
dikarenakan variabel-variabel lain seperti seks, orientasi
akurat. Konseling multikultural sangat penting dalam masyarakat Indonesia
seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia (Atkinson, Morten,
yang hidup dalam keberagaman budaya, suku, agama, dan sosial ekonomi.
dan Sue, 1989).
Menurut McFadden adalah persepektif lintas budaya
1. Konselor mengenali nilai-nilai dan kepercayaan
yang mereka anut sehubungan dengan tingkah laku
yang berfokus pada 3 dimensi utama yang harus
manusia yang diinginkan dan diterima. dikuasai konselor :