Anda di halaman 1dari 10

ISSUE ETIK DALAM

PERSPEKTIF LINTAS
BUDAYA
DISUSUN OLEH :

1. Fatimah Azzahra (2021.9.5.1.00238)


2. Megananda Prichillia (2021.9.5.1.00256)
3. Moh. Asep Saefudin (2021.9.5.1.00278)
4. Suci Tiara Indah (2021.9.5.1.00282)
Perbedaan budaya dapat memengaruhi proses konseling
apabila konselor menafsirkan konseli dari latar belakang
budayanya sehingga perbedaan ini menjadi masalah dalam
proses konseling.
Bagaimana pribadi konselor dan keterkaitannya dengan konseling sadar
budaya?

Konselor budaya tidak Konselor budaya yang terampil


menyadari akan pentingnya menyadari bagaimana latar belakang
kepekaan budayanya budaya dan pengalamannya, sikap,
dan nilai- nilai serta bias pengaruh
dari psikologi.

Konselor berbudaya juga mampu


Konselor budaya yang
menciptakan rasa nyaman serta tidak
terampil harus mengenali
membeda-bedakan ras, etnis, budaya,
batas-batas kompetensi dan
serta keyakinan
keahlian mereka.
Pemusatan pada Faktor Individu dan Faktor Lingkungan dalam
Konseling

PEMUSATAN PADA FAKTOR PEMUSATAN PADA FAKTOR


INDIVIDU LINGKUNGAN

Pemusatan pada faktor individu Pemusatan pada faktor lingkungan lebih


merupakan pendekatan yang memusatkan memusatkan perhatian pada faktor-faktor
perhatian pada karakteristik individu lingkungan yang mempengaruhi individu,
seperti kemampuan, kelemahan, minat, seperti keluarga, teman, sekolah, pekerjaan,
kebutuhan, dan motivasi dalam dan lain sebagainya.
memecahkan masalah dan mencapai tujuan
hidup yang diinginkan.
Menghindari Sikap-sikap Prasangka Stereotype

Menjalin hubungan positif


Mengedukasi anak-anak sejak antar sesama
disini persoalan stereotip

Menumbuhkan rasa saling


Terbuka pada informasi dan menghargai terhadap
menjalin interaksi yang perbedaan pada suatu
harmonis kelompok.
Peran Asesmen dan Diagnostic dalam Konseling Sadar Budaya

Berikut adalah beberapa peran asesmen dan diagnostik dalam konseling


sadar budaya:

1. Memahami pengaruh budaya pada kesehatan mental klien.

2. Memperkuat komunikasi dan koneksi antara konselor dan klien.

3. Mengidentifikasi sumber masalah klien.

4. Mempersiapkan rencana intervensi.

5. Memantau perkembangan klien.


Dual dan Multi Relasi dalam Praktik Konseling

Konselor dapat menghindari terjadinya dual


Dual dan multi relasi dalam praktik konseling
atau multi relasi dengan mempertahankan
merujuk pada situasi di mana konselor memiliki
batas-batas yang jelas antara peran konseling
hubungan atau peran ganda dengan klien atau
dan peran lainnya, dan dengan memastikan
orang terkait dalam konteks yang berbeda.
bahwa hubungan dengan klien atau orang
terkait tetap profesional dan tidak melanggar
Ketika terjadi dual atau multi relasi, konselor
kode etik. Konselor juga harus
harus menjaga etika profesional dan menghindari
mempertimbangkan kemungkinan konflik
konflik kepentingan yang dapat membahayakan
kepentingan dan memastikan bahwa
klien atau orang terkait. Konselor harus
kepentingan klien atau orang terkait selalu
memahami dan mengikuti kode etik profesional,
menjadi prioritas utama dalam praktik
dan harus mempertimbangkan apakah situasi
konseling.
dual atau multi relasi dapat memengaruhi
objektivitas dan integritas konseling.
KESIMPULAN

Karena Indonesia memiliki banyak budaya yang satu sama lain memiliki
kemungkinan perbedaan yang sangat mencolok, sehingga dibutuhkan
penyesuaian. Kesadaran budaya (cultural awareness) merupakan salah
satu dimensi yang penting untuk dimiliki oleh konselor. Konselor yang
profesional harus memiliki keterampilan dan teknik konseling yang
memadai serta bagaimana menghadapai masalah dari konseli yang
berbeda budaya. Selain itu, konselor juga perlu mempelajari karakteristik
multibudaya dari suku/bangsa lain untuk merespon dengan konseli yang
multi budaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai